4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

7 KAPASITAS FASILITAS

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

6 AKTIVITAS DAN FASILITAS

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

BAB III DESKRIPSI AREA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS

Transkripsi:

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan 104 48-106 11 Bujur Timur dengan luas wilayah 2.747 km² atau sebesar 29,98 persen dari luas wilayah Propinsi Banten. Kabupaten yang berada di Ujung Barat dari Propinsi Banten ini mempunyai batas administrasi sebagai berikut : Utara : Kabupaten Serang Selatan : Samudera Indonesia Barat : Selat Sunda Timur : Kabupaten Lebak Perbatasan di atas menunjukan wilayah ini memiliki potensi pengembangan yang cukup prospektif karena menghadap wilayah perairan yang kaya potensi sumberdaya ikan, yakni Selat Sunda dan Samudera Indonesia. Sejak bulan Juli 2007 Kabupaten Pandeglang dibagi menjadi 35 kecamatan dan 335 desa/kelurahan dengan 2 (dua) tambahan kecamatan, yaitu Kecamatan Majasari dan Kecamatan Sobang. Kecamatan Cikeusik merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Pandeglang dengan luas 322,76 km² sedangkan Kecamatan Labuan merupakan kecamatan terkecil dengan luas 15,66 km². Bentuk topografi wilayah Kabupaten Pandeglang di daerah Tengah dan Selatan pada umumnya merupakan dataran dengan ketinggian gunung-gunungnya yang relatif rendah yaitu Gunung Payung (480 m), Gunung Honje (620 m), Gunung Tilu (562 m), dan Gunung Raksa (320 m). Luas wilayah ini sekitar 85,07 % dari luas Kabupaten. Sedangkan di daerah Utara Kabupaten Pandeglang memiliki luas sekitar 14,93 % dari luas kabupaten dan merupakan dataran tinggi karena memiliki gunung-gunung yang tinggi seperti Gunung Karang (1.778 m), Gunung Pulosari (1.346 m) dan Gunung Aseupan (1.174 m) (Bappeda Pandeglang, 2007). Kabupaten Pandeglang memiliki lokasi yang strategis untuk pemasaran hasil tangkapan karena dikelilingi oleh kota-kota besar. Jarak Kota Pandeglang sebagai ibukota Kabupaten Pandeglang terletak pada jarak 111 km dari Ibukota

20 Negara yaitu Jakarta, Rangkasbitung (20 km), Tigaraksa (25 km), Tangerang (86 km), Serang (21 km), Cilegon (41 km), Bekasi (140 km), dan Bandung (298 km) (Bappeda Pandeglang, 2007). Kabupaten Pandeglang mempunyai panjang pantai kurang lebih 230 km dan luas daratan kurang lebih 274.689,91 ha termasuk 10 pulau kecil yang tersebar di perairan Selat Sunda. Perairan Selat Sunda selain memiliki potensi sumberdaya ikan yang belum tereksploitasi dengan baik juga sebagai jalur pemasaran yang cukup baik karena berdekatan dengan kota besar seperti Propinsi Lampung. Sebagai kabupaten yang memiliki daerah pantai yang cukup panjang, Kabupaten Pandeglang memiliki sembilan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) untuk pendukung sarana kegiatan perikanan laut, diantaranya yaitu : 1. TPI Carita 2. TPI Labuan 3. TPI Sidamukti 4. TPI Panimbang 5. TPI Citeureup 6. TPI Sumur 7. TPI Taman Jaya 8. TPI Cikeusik 9. TPI Sukanagara 4.1.2 Keadaan iklim Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan topografi, dan pertemuan/perputaran arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak pos pengamatan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2007 berkisar antara 133,67 mm (Bojong) sampai 300,92 mm (Cibaliung). Suhu udara minimum dan maksimum yang terjadi di wilayah Kabupaten Pandeglang berkisar antara 27,00 C-30,65 C dengan suhu udara ratarata 27,88 C (Bappeda, 2007). 4.1.3 Daerah penangkapan ikan dan musim Daerah penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang berada sekitar perairan Selat Sunda, Selatan Jawa, hingga ke Samudera Hindia dan Laut Jawa. Musim

21 penangkapan terbagi dalam tiga musim, yaitu musim barat, musim timur, dan musim peralihan. Musim-musim ini akan berdampak kepada tingkat aktivitas melaut para nelayan dan jumlah produksi hasil tangkapannya. Musim timur biasanya terjadi sekitar bulan Mei-Agustus. Musim peralihan terjadi dalam dua kali dalam setahun, yaitu musim peralihan awal yang terjadi sekitar bulan Maret- April dan musim peralihan akhir yang terjadi sekitar bulan September-Oktober. Musim paceklik umumnya terjadi sekitar bulan November-Februari. 4.1.4 Unit penangkapan Kabupaten Pandeglang Unit penangkapan ikan merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan yang meliputi kapal/perahu, alat tangkap dan nelayan. (1) Kapal Kapal atau perahu yang ada di daerah Kabupaten Pandeglang digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu perahu tanpa motor (PTM), perahu motor tempel (PMT), dan kapal motor (KM). Tabel 5 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008 Jumlah armada (unit) PTM PMT KM Total Pertumbuhan (%) 2004 156 115 506 777-2005 156 115 506 777 0 2006 156 105 482 743-4,38 2007 156 105 482 743 0 2008 163 119 514 796 7,13 Rata-rata 157,4 111,8 498 773,25 0,69 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 Jumlah armada penangkapan di Kabupaten Pandeglang ini setiap tahunnya didominasi oleh Kapal Motor (KM) dengan rata-rata 498 unit. Sedangkan perahu tanpa motor (PTM) dan perahu motor tempel (PMT) masing-masing 157 unit dan 112 unit. Pada periode 2004-2008 perkembangan jumlah armada penangkapan ikan secara keseluruhan berfluktuasi tetapi pada tahun 2004-2005 dan 2006 2007 cenderung tidak mengalami perkembangan. Penurunan terjadi pada tahun 2005 2006, jumlah armada penangkapan ikan menurun sebesar -4,38 % dari 777 unit menjadi 743 unit. Penurunan drastis ini terjadi pada Kapal Motor dari 506

22 menjadi 482. Pada tahun 2008, jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan sebanyak 796 unit atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,13 % dari tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan dengan pengembangan skala usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang dengan memperbesar jumlah armada penangkapan. Jumlah Armada (Unit) 600 500 400 300 200 100 0 2004 2005 2006 2007 2008 PTM PMT KM Gambar 1 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008. (2) Alat tangkap Alat tangkap yang ada di Kabupaten Pandeglang beragam jenisnya seperti payang, purse seine, jaring rampus, gillnet, pancing, pancing rawai, bagan rakit, bagan perahu, bagan tancap, arad, dogol, dan gorek. Pada tahun 2008 jenis alat tangkap yang mendominasi di Kabupaten Pandeglang adalah pancing sebesar 218 unit, bagan rakit 201 unit, bagan tancap 174 unit, arad 133 unit, dan jaring rampus 126 unit. Jumlah (unit) 250 200 150 100 50 0 76 28 126 120 218 11 201 18 174 133 84 42 Alat tangkap Gambar 2 Jenis dan jumlah alat tangkap yang dioperasikan di Kabupaten Pandeglang tahun 2008

23 (3) Nelayan Berdasarkan Tabel 6, terlihat jumlah nelayan setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2004 jumlahnya mencapai 5.527 orang dan menurun drastis pada tahun 2006 sebesar 5.221 orang. Hal ini dikarenakan oleh menurunnya jumlah armada penangkapan di Kabupaten Pandeglang pada tahun yang sama. Jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang didominasi oleh nelayan lokal walaupun setiap tahunnya mengalami penurunan yang relatif besar terjadi tahun 2005 turun sebesar -3,13 % dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, meningkat kembali mencapai jumlah 5.351 orang atau 2,49 % dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan penambahan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Pandeglang. Tabel 6 menunjukan perkembangan jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang rata-rata mengalami penurunan sebanyak -0,78 %. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008 Nelayan (Jiwa) Total Pertumbuhan Lokal Pendatang (%) 2004 5.032 495 5.527-2005 4.960 394 5.354-3,13 2006 4.827 394 5.221-2,48 2007 4.827 394 5.221 0,00 2008 4.810 410 5.351 2,49 Rata-rata 4.891 417,4 5.335-0,78 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 5.600 Nelayan (jiwa) 5.400 5.200 5.000 4.800 4.600 4.400 495 394 394 394 410 5.032 4.960 4.827 4.827 4.810 2004 2005 2006 2007 2008 Lokal Pendatang Gambar 3 Perkembangan jumlah nelayan lokal dan pendatang di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008.

24 4.1.5 Produksi hasil tangkapan Jenis hasil tangkapan di Kabupaten Pandeglang sangat beragam mencapai 28 jenis ikan. Pada tahun 2008, 5 jenis hasil tangkapan yang terbanyak menurut jumlahnya adalah ikan tembang, tongkol, tenggiri, kembung, dan peperek. Berdasarkan nilai jualnya terdapat 5 jenis ikan dominan yaitu tenggiri (Scomberomorus commerson), bambangan (Lutjanus rivulatus), tongkol (Auxis sp), kembung (Rastrelliger kanagurta), dan layur (Trichiurus spp ). Harga nilai jual ini didekati menggunakan rasio (Rp/kg). Tabel 7 Jenis hasil tangkapan dominan berdasarkan volume dan nilai ekonomis tinggi di Kabupaten Pandeglang tahun 2008 No Jenis ikan 2008 Ton Rp. 000 Rasio (Rp/kg) 1 Tembang 2.548,6 3.962.030 1.554,59 2 Tongkol 2.141,7 16.645.200 7.771,96 3 Tenggiri 1.917,6 38.391.200 20.020,44 4 Kembung 1.775,9 13.767.900 7.752,63 5 Peperek 1.499,0 2.248.440 1.499,96 6 Biji Nangka 1.486,6 2.829.690 1.903,46 7 Ikan Lainnya 1.179,7 3.597.700 3.049,67 8 Selar 1.177,3 3.199.300 2.717,49 9 Kurisi 1.167,4 3.904.750 3.344,83 10 Layang 995,8 4.471.350 4.490,21 11 Tiga Waja 980,1 2.163.300 2.207,22 12 Layur 971,2 7.018.200 7.226,32 13 Sebelah 875,3 1.688.100 1.928,60 14 Bambangan 799,8 11.997.000 15.000,00 15 Tetengkek 738,7 3.530.100 4.778,80 Jumlah 20.254,70 119.414.260 - Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 Tabel 8 Perkembangan volume dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008 Volume produksi Pertumbuhan Nilai Produksi Pertumbuhan (ton) (%) (Rp) (%) 2004 25.354,7-93.555.275-2005 25.659,5 1,20 94.248.000 0,74 2006 23.606,7-8,00 134.726.870 42,95 2007 23.842,8 1,00 136.074.550 1,00 2008 26.864,2 12,67 178.657.710 31,29 Rata-rata 25.065,6 1,72 127.452.481 19 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 Jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang selama periode 2004-2008 berfluktuasi. Pada tahun 2006, volume produksi ikan

25 mengalami penurunan sebesar -8 % dari tahun sebelumnya. Tetapi dari segi nilai produksinya semakin meningkat tajam sebesar 42,95 %. Peningkatan ini disebabkan oleh harga jual ikan-ikan ekonomis penting yang semakin tinggi (Lampiran 2). Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2008, volume produksi yang didaratkan mencapai 26.864,2 ton dan mengalami pertumbuhan sebesar 12,67 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan semakin bertambahnya jumlah armada yang tersedia di Kabupaten Pandeglang sehingga menambah volume produksi yang didaratkan di daerah tersebut. Jumlah nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Pandeglang selama periode 2004-2008 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya (Gambar 5). Dapat dilihat pada Tabel 8, rata-rata petumbuhannya 19 % dengan kisaran 0,74 % - 42,95 %. Volume produksi (ribu ton) 28 27 26 25 24 23 22 2004 2005 2006 2007 2008 Gambar 4 Perkembangan volume produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008. Nilai Produksi (Juta Rp) 190 180 170 160 150 140 130 120 110 100 90 80 2004 2005 2006 2007 2008 Gambar 5 Perkembangan nilai produksi ikan yang didaratkan di Kabupaten Pandeglang periode 2004-2008.

26 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Labuan 4.2.1 Lokasi PPP Labuan Secara geografis PPP Labuan berada di Desa Teluk Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang-Propinsi Banten. Posisi PPP Labuan berada pada wilayah perairan Selat Sunda yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia 1 (ALKI 1). Berdasarkan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia, lokasi PPP Labuan berada pada wilayah WPP 3. Lokasi PPP Labuan berada pada titik koordinat 06º 24 30 LS dan 105º 49 15 BT. Jarak lokasi PPP Labuan dengan ibukota propinsi sekitar 64 km, sedangkan dari ibu kota kabupaten berjarak 42 km dengan kondisi jalan yang cukup baik. 4.2.2 Daerah penangkapan ikan dan musim Lokasi penangkapan ikan di PPP Labuan adalah Selat Sunda, Selatan Jawa/Samudera Hindia dan Laut Jawa. Berdasarkan wawancara dengan nelayan daerah penangkapan Labuan yaitu disekitar perairan Selat Sunda, Tanjung Panaitan, dan Kepulauan Seribu. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan dan pihak pengelola PPP Labuan terdapat tiga musim penangkapan yang sama dengan musim penangkapan di Kabupaten Pandeglang yaitu musim timur, musim peralihan, dan musim barat. Pada musim timur, aktivitas penangkapan ikan di PPP Labuan sangat tinggi. Alat tangkap pancing dan gillnet menggunakan perahu motor tempel dan daerah penangkapan dilakukan sekitar Teluk Labuan dengan jarak tempuh sekitar 1-2 jam perjalanan. Sedangkan penangkapan ikan dengan alat tangkap payang, dogol, dan jaring arad juga dilakukan secara harian, lokasi penangkapannya di daerah Teluk dan sekitar perairan Selat Sunda dengan jarak tempuh 2-3 jam perjalanan. Proses penangkapan ikan tersebut dilakukan dalam satu hari dari mulai jam 05.00 dan tiba di tempat pendaratan sekitar jam 12.00 atau 17.00-18.00. Penangkapan yang dilakukan dengan kapal motor berukuran 8-10 GT biasanya menggunakan mini purse seine. Pengoperasiannya dilakukan selama 3-6 hari dari mulai perjalanan ke fishing ground hingga ke kembali ke pelabuhan. Lokasi penangkapan ikan di Selat Sunda atau Samudera Hindia.

27 4.2.3 Unit penangkapan ikan di Labuan (1) Kapal Jumlah armada penangkapan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Labuan mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahunnya. Jenis kapal motor yang dioperasionalkan di PPP Labuan berukuran dari 0-5 GT dan > 5 GT. Tabel 9 Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di PPP Labuan periode 2004-2008 Jumlah armada (unit) PTM PMT KM Total 2004 22 4 248 274 Pertumbuhan (%) 2005 22 5 248 275 0,36 2006 22 5 248 275 0,00 2007 22 5 248 275 0,00 2008 22 5 256 283 2,91 Rata-rata 22 4,8 249,6 276,4 0,82 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat, bahwa pada tahun 2005-2007 jumlah armada seperti perahu tanpa motor, perahu motor tempel, dan kapal motor tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh belum adanya perkembangan skala usaha yang dilakukan oleh dinas setempat. Selain itu, jumlah perahu tanpa motor dan perahu motor tempel cenderung lebih kecil dibandingkan dengan kapal motor. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya pendangkalan di wilayah PPP Labuan sehingga mengakibatkan kapal-kapal motor sulit untuk keluar masuk wilayah Labuan. Berbeda pada tahun 2008, jumlah armada penangkapan di PPP Labuan mengalami pertumbuhan sebesar 2,91 % dibanding tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan jumlah kapal motor yang mengalami pertumbuhan dari 248 unit menjadi 256 unit. Hal ini dikarenakan oleh mulai adanya perbesaran skala usaha dengan meningkatkan ukuran armada penangkapan ikan. Peningkatan ini secara umum juga terjadi di Kabupaten Pandeglang (Tabel 5). (2) Alat tangkap Berdasarkan Gambar 6, terlihat ada tujuh jenis alat tangkap yang beroperasi di Labuan yaitu payang, purse seine, jaring rampus, gillnet, pancing, jaring arad, dan dogol. Alat tangkap yang terbanyak yaitu jaring arad, pancing, dan gillnet;

28 masing-masing berjumlah 119 unit, 68 unit, dan 65 unit. Alat tangkap jaring arad merupakan alat tangkap dominan di PPP Labuan karena harga alat tangkap ini relatif lebih murah dibandingkan alat tangkap lainnya. Selain itu, komoditas yang ditangkap bernilai ekonomis penting seperti udang mutiara dan udang jerbung. 120 119 100 Jumlah (unit) 80 60 40 20 45 18 35 65 68 48 0 Payang Purse seine Jaring rampus Gillnet Pancing Jaring Arad Dogol Alat Tangkap Gambar 6 Jenis dan jumlah alat tangkap di PPP Labuan tahun 2008. Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Labuan yang beroperasi selama periode 2004-2008 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jumlah alat tangkap yang memiliki tingkat operasional tinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 409 unit sedangkan untuk yang terendahnya pada tahun 2004 sebesar 371 unit (Tabel 10). Adanya penurunan jumlah alat tangkap dari tahun 2007 ke tahun 2008 diikuti hilangnya alat tangkap bagan rakit dan bagan tancap di PPP Labuan. Hal ini disebabkan oleh usaha penangkapan bagan ini dipindahkan ke TPI Panimbang dan TPI sumur

29 Tabel 10 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Labuan periode 2004-2008 No Alat tangkap 2004 2005 2006 2007 2008 1 Payang 45 44 43 43 45 2 Dogol 48 49 49 49 48 3 Arad 125 130 121 121 119 4 Purse seine 16 20 20 20 18 5 Gillnet 40 40 65 65 65 6 Jaring rampus 30 32 32 32 35 7 jaring klitik 10 4 0 0 0 8 Bagan tancap 8 8 8 8 0 9 Bagan rakit 17 17 17 17 0 10 Pancing 32 65 68 68 68 Jumlah 371 409 423 423 398 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 (3) Nelayan Mayoritas nelayan yang menetap di PPP Labuan merupakan penduduk lokal (asli). Pada tahun 2008, jumlah nelayan terbanyak di PPP Labuan berjumlah 2.284 atau sekitar 42,68 % dari total keseluruhan jumlah nelayan di Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan wawancara dengan para nelayan, di PPP Labuan ini lebih berkembang daripada di PPI yang lain terutama dari segi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan dan kondisi fasilitas pelabuhan yang ada sehingga banyak nelayan yang menetap di PPP Labuan (Tabel 1). Selain itu, kecenderungan nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapannya berdasarkan pertimbangan kedekatan relatif jarak lokasi pelabuhan dengan pemukiman nelayan. Nelayan pendatang kebanyakan berasal dari Jawa Tengah seperti Tegal. Nelayan di PPP Labuan terdiri dari nelayan pemilik, tetap, dan sambilan.

30 Tabel 11 Jumlah nelayan Kabupaten Pandeglang di setiap PPI tahun 2008 PPI Lokal Nelayan Pendatang Jumlah (jiwa) 1. Labuan 1.909 375 2.284 2. Carita 469-469 3. Sukanegara 144-144 4. Panimbang 649-649 5. Citeureup 198-198 6. Sidamukti 817 15 832 7. Sumur 526 20 546 8. Tamanjaya 98-98 9. Cikeusik 131-131 Jumlah 4.941 410 5.351 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, 2008 4.2.4 Kelengkapan fasilitas dan kelembagaan Fasilitas pokok yang dimiliki PPP Labuan hingga saat ini dapat diuraikan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut : A. Fasilitas pokok 1) Fasilitas pelindung : Breakwater/ Turap Breakwater atau pemecah gelombang adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut (Lubis, 2005), sedangkan turap adalah suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk melindungi pantai atau daerah sekitar pantai dari abrasi. Fasilitas ini juga dilengkapi dengan bollard untuk mengaitkan tali kapal yang sedang bertambat. Panjang breakwater yang sudah dibangun sampai dengan tahun 2006 adalah : Breakwater sisi kiri sepanjang 213,5 m dan breakwater sisi kanan sepanjang 420 m (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008). 2) Fasilitas tambat : dermaga Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut (Lubis, 2005). Dermaga di PPP Labuan berbentuk batu bersemen dengan panjang yang dimiliki PPP Labuan adalah 350 meter. 3) Fasilitas perairan : kolam pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga (Lubis, 2005). Pada wilayah kolam pelabuhan

31 ini direncanakan akan dilakukan pengerukan/pendalaman seluas 8,55 hektare dengan kedalaman yang memungkinkan kapal berukuran sampai dengan 50 GT dapat masuk ke kolam pelabuhan dengan kedalaman 2-2,5 m (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008). Daya tampung kolam pelabuhan sekitar 50 unit perahu. Tapi saat ini rencana tersebut belum direalisasikan. Salah satu fungsi kolam pelabuhan yakni adanya alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga (navigational channels). Alur pelayaran di PPP Labuan berupa alur sungai dengan panjang kurang lebih 5000 m dari pantai. Lebar sungai sekitar 5 m dengan kedalaman muara 2 m. 4) Fasilitas penghubung Fasilitas jalan utama masuk ke pelabuhan sudah tersedia dengan ukuran panjang ± 800 m dan lebar 3 m, jalan ini langsung menuju ke TPI 2 dan di sepanjang jalan ini dipenuhi rumah-rumah nelayan. Jalan menuju TPI 1 melewati pasar tradisional melalui sungai dengan alat transportasi rakit. 5) Fasilitas lahan : Lahan pelabuhan Lahan yang dimiliki seluas 74.710 meter persegi termasuk penambahan lahan seluas 3 hektare yang diadakan pada tahun 2006 (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008). B. Fasilitas fungsional 1) Fasilitas penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya : gedung TPI, pasar ikan, dan cold storage. Gedung TPI yang dimiliki PPP Labuan berjumlah 2 (dua) unit masing masing : TPI 1 berukuran 25 m x 30 m yang memiliki cabang TPI unit yang berada dekat dengan pasar ikan dan TPI 2 berukuran 25 m x 30 m. Penyelenggara TPI adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dan sejak akhir 2007 hingga sekarang pengelolaan TPI dikelola oleh swasta yaitu CV. Abdi Bahari Pratama. Pasar ikan di PPP Labuan berada di dekat TPI unit. Pasar ikan ini berdekatan dengan pasar tradisional dan memiliki kurang lebih 15 lapak. Cold Storage di PPP Labuan telah memiliki 1 set cold storage dengan kapasitas daya tampung ikan sebanyak 10 ton. Tetapi saat ini tidak berjalan karena alat rusak dan biaya operasional yang tinggi.

32 2) Fasilitas suplai air bersih, es, tangki BBM Pelayanan kebutuhan air bersih didapatkan dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) setempat dan sumur dekat TPI. Air bersih ini digunakan untuk membersihkan lantai TPI yang kotor, sedangkan untuk operasi penangkapan ikan nelayan mendapatkan air bersih dari rumahnya masing-masing. Depot es merupakan tempat penyimpanan balok-balok es sementara sebelum disalurkan ke nelayan. Depot es di PPP labuan dikelola secara perorangan oleh penduduk setempat. Ada sekitar 15 unit depot es yang tersebar di sepanjang jalan PPP Labuan. Rata-rata ukurannya sekitar 2,5 m x 3,5 m x 2 m. Biasanya satu depot es menampung 50 balok es/hari tergantung permintaan nelayan. Harga satu balok es sekitar Rp. 16.000/balok. Tangki BBM di PPP Labuan berjumlah satu unit. Kapasitas dari tangki BBM 16.000 liter. Solar dipasok dari pertamina bekerjasama dengan PT. Elnusa Petrovin. Frekuensi pengiriman 4-5 hari sekali. Pemasokan solar mulai berjalan dari tahun 2005, tetapi saat ini belum kembali beroperasi karena mengalami kebangkrutan. 3) Fasilitas pemeliharaan kapal dan alat penangkapan ikan seperti dock/slipway, bengkel, dan tempat perbaikan jaring, Sarana perbaikan mesin-mesin kapal nelayan di PPP Labuan berupa bengkel-bengkel kecil. Ada sekitar 10 unit bengkel kecil di PPP Labuan yang diusahakan secara perorangan oleh penduduk setempat. Bengkel-bengkel ini hanya bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil saja, sedangkan untuk perbaikan mesin kapal tersedia 2 unit bengkel khusus yang diusahakan perorangan. 4) Fasilitas perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan dan kantor swasta lainnya, Kantor syahbandar PPP Labuan terletak kurang lebih 20 m dari gedung TPI ke arah utara. Ukuran kantor syahbandar 382 m² dan kondisi baik. Kantor syahbandar ini melayani izin kapal-kapal yang akan melakukan operasi penangkapan ikan.

33 5) Fasilitas transportasi seperti alat-alat angkut ikan es, dan Alat angkut yang tersedia PPP Labuan berupa kereta dorong yang berfungsi untuk mengangkut ikan-ikan yang ada di blong dan jumlahnya yang banyak. 6) Fasilitas pengolahan limbah seperti IPAL. Saluran limbah air berfungsi sebagai tempat saluran pembuangan limbah cair terutama limbah dari TPI. Saluran limbah air di PPP berbentuk selokan kecil yang lebarnya kurang dari 30 cm. Tempat pengolahan limbah tidak berfungsi dengan baik karena petugas kurang mengetahui fungsi dari fasilitas tersebut. Saluran ini pun menjadi sering mampet karena banyaknya sampah dan sisa-sisa pencucian ikan sehingga menimbulkan bau tidak enak. C. Fasilitas penunjang a. MCK Keberadaan MCK sangat dibutuhkan untuk tempat mandi, cuci, dan kakus. PPP Labuan mempunyai MCK seluas 3 x 4 m², terdapat di luar dan di dalam gedung TPI. Kondisinya baik dan bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. b. Mesjid PPP Labuan mempunyai sarana ibadah yang terletak di belakang tangki BBM. Ukurannya 10 x 10 m². Mesjid ini dikelola oleh pihak DKM setempat dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya. c. Puskesmas Puskesmas berfungsi sebagai pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas ini berada di daerah kampung nelayan dekat dengan TPI I. d. Kedai pesisir Kedai pesisir merupakan kios bahan-bahan unit penangkapan ikan di PPP Labuan yang dikelola oleh KUD Mina Sejahtera. Kedai pesisir ini berada dekat TPI I.