Risna Cahyani

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian...

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pertama melakukan pretest, tiga kali pertemuan dilakukan pembelajaran dan

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

Nina Anggraeni

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

DAFTAR ISI. ABSTRAK. i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI.. v. DAFTAR TABEL.. vii. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kontrol ditampilkan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Hasil belajar siswa Kelas N

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

DAFTAR ISI Imas Teti Rohaeti, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Kemampuan komunikasi siswa yang diukur adalah kemampuan berkomunikasi

Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciawi Tahun Pelajaran 2013/2014) Sri Murni

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pekalongan. Populasi dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

IMPLEMENTASI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis pretest-postest, uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP ANTARA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN SETTING

BAB III METODE PENELITIAN. 2015/2016, dengan pokok bahasan Lingkaran. eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR LAMPIRAN...

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PEMBELAJARAN PENEMUAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 2 No. 2 Tahun 2017

Surono, Pengaruh model pembelajaran inquiry...

IMPLEMENTASI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MAN

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 7-12, September 2015

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan Metode Pembelajaran Personalized System of Instruction

MODEL KOOPERATIF STAD BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA ARTIKEL. Oleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN ARENDSTERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN DI SMA NEGERI 5 BANDA ACEH

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

HAYATI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kritis matematika siswa yang terbagi dalam dua kelompok yaitu data kelompok

Eva Nuraisah 1, Riana Irawati 2, Nurdinah Hanifah 3. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No.

BAB III METODE PENELITIAN

: Model Pembelajaran Guided Discovery, Hasil Belajar Fisika.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN KOLOID DI KELAS XI SMAN 10 PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Bandarlampung. Populasi dalam

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

Rina Nurlatifah

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Eksperimentasi Model Pembelajaran RME, NHT, dan MPL Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Balikpapan

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: Pendekatan konstruktivisme, hasil belajar matematika

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung. Kelas X di SMK Muhammadiyah 2 Bandar Lampung terdiri

Ibnu Kadaruloh, Depi Setialesmana,

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

Ely Syafitri, S.Pd Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

Transkripsi:

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 8 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013) Risna Cahyani e-mail :RisnaCahyani@gmail.com Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan pembelajaran konvensional dan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme.metode penelitian menggunakan metode eksperimen. Populasi pada penelitian ini seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 8 Tasikmalaya, dan sampel yang terpilih, kelas X-3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-5 sebagai kelas kontrol. Materi yang diberikan yaitu Trigonometri. Instrumen yang digunakan pada penelitian berupa tes kemampuan berpikir kreatif matematik dan angket skala sikap model Likert. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, analisis data, dan pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. Peserta didik menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme. Kata Kunci: Meningkatkan, Berfikir kreatif, Pendekatan Kontrukstivisme,

ABSTRACT PENDAHULUAN Kemampuan berpikir kreatif matematik merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan salah satu tujuan pembelajaran matematika. Pada kenyataannya kemampuan berpikir kraetif matematik peserta didik masih rendah. Oleh karena itu, perlu suatu alternatif penerapan pembelajaran yang dapat melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran untuk memecahkan suatu permasalahan matematika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematik. Salahsatu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang lebih baik antara yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan pembelajaran konvensional dan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme. Metode penelitian yang digunakan METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa rata-rata pretest kedua kelas yang tidak jauh berbeda, dengan rata-rata pretest kelas eksperimen sebesar 2,03 dan kelas kontrol memiliki rata-rata pretest sebesar 1,23, hasil pengujian normalitas untuk data pretest kelas eksperimen menunjukkan bahwa yaitu 22,30 11,34 maka diterima dan ditolak. Artinya sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Sedangkan, untuk kelas kontrol yaitu 9,25 11,34 maka ditolak dan diterima. Artinya sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Karena data pretest salah satu kelas sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Akan tetapi, untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara rata-rata kemampuan awal berpikir kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan uji statistik non-parametrik dengan uji Mann-Whitney. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh signifikansi-2tailed untuk uji dua sisi (two-tailed) adalah 0,0138, sehingga untuk uji satu sisi signifikansi tersebut harus dibagi dua, hasilnya adalah 0,0069. Karena 0,0069 lebih kecil dari 0,01 maka diterima dan ditolak. Artinya terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal berpikir kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Setelah dilakukan pretest, pembelajaran dilaksanakan di kedua kelas sampel. Pembelajaran dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan (12 jam pelajaran) dengan materi trigonometri. Kelas eksperimen melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dan kelas kontrol melaksanakan pembelajaran konvensional. Pada kelas eksperimen, pertemuan pertama membahas tentang pengukuran sudut. Peserta didik di kelas eksperimen cenderung kaku dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga kurang aktif karena belum terbiasa dan beradaptasi dengan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Peserta didik pada pertemuan pertama cenderung peserta didik yang mempunyai nilai akademiknya tinggi, sedangkan peserta didik yang nilai akademiknya rendah lebih memilih diam dan menunggu hasil dari temannya. Hal ini dikarenakan kurangnya movitasi belajar peserta didik, untuk itu pada pertemuan selanjutnya guru lebih menekankan memotivasi peserta didik sehingga lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pertemuan kedua peserta didik mulai termotivasi dan lebih aktif dalam proses pembelajaran, tetapi guru kurang mampu mengatur waktu dengan baik. Pada pertemuan ketiga peserta didik aktif dan sudah terbiasa dengan pembelajaran konstruktivisme, meskipun sebagian besar peserta didik masih belum terbiasa mengerjakan suatu permasalahan matematik dengan beberapa cara yang berbeda. Pada pertemuan keempat dan kelima serta pertemuan terakhir proses pembelajaran berlangsung baik dan peserta didik dapat bekerjasama dengan kelompoknya, sehingga pada kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi peserta didik lebih lancar dan luwes. Pada tahap ini memungkinkan terjadinya proses komunikasi matematik antar peserta didik, antar kelompok, dan antara peserta didik dengan guru. Hal ini sesuai dengan teori belajar Brunner, yang menekankan pada penemuan peserta didik untuk membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, dengan cara berdiskusi kelompok. Namun demikian, pembelajaran konstruktivisme menemui kendala, salah satunya kurangnya alokasi waktu dalam tahap membimbing diskusi kelompok dan menyajikan hasil diskusi. Selain itu, yang menjadi kendala di kelas eksperimen, yaitu kehadiran peserta didik yang kurang. Hal ini terlihat dari beberapa pertemuan sebagian kecil peserta didik tidak hadir tanpa keterangan pada proses kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol, pada pertemuan pertaman pembelajaran berlangsung dengan baik namun peserta didik cenderung pasif lebih banyak berpusat pada guru. Pertemuan kedua pada saat guru memberikan penjelasan tentang materi trigonometri melalui demonstrasi secara langsung kepada peserta didik, terjadi proses tanya jawab antara peserta didik dengan guru maupun dengan temannya, meskipun yang banyak bertanya cenderung peserta didik yang mempunyai akademik tinggi. Pertemuan ketiga dan kempat peserta didik mulai aktif bertanya, selain itu ketika guru memberikan kesempatan untuk mengerjakan soal di papan tulis, beberapa peserta didik cukup termotivasi untuk bisa mengerjakannya dan menjelaskannya kepada teman-temannya. Pertemuan kelima dan keenam pembelajaran berlangsung dengan baik serta peserta didik lebih lancar dan luwes dalam mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang dikerjakan secara mandiri. Hal ini sesuai deangan pendapat Ausubel bahwa peserta didik bukan hanya belajar menghafal, tetapi belajar bermakna.

Setelah pelaksanaan pembelajaran selesai (satu kompetensi dasar), peserta didik diberikan posttest kemampuan berpikir kreatif matematik dan pada kelas eksperimen, diberikan angket sikap terhadap matematik setelah selesai pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Data skor posttest yang didapat dari hasil penelitian menunjukan bahwa kelas eksperimen memiliki nilai posttest yang lebih baik dibandingkan kelas kontrol tetapi tidak jauh berbeda. Rata-rata skor posttest untuk kelas eksperimen yaitu 9,97 sedangkan rata-rata skor posttest kelas kontrol 8,55. Berdasarkan nilai posttest kelas eksperimen menunjukan ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 70 (skor 14) tercapai sebesar 19,35%, yaitu sebanyak 6 orang peserta didik mencapai KKM dan 25 orang peserta didik sebesar 80,65% masih dibawah KKM. Sedangkan untuk kelas kontrol, sebesar 9,68% peserta didik mampu mencapai KKM, yaitu sebanyak 3 orang siswa dan sebesar 90,32% peserta didik belum mencapai KKM, yaitu sebanyak 28 orang. Untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik dilakukan analisis data normalized gain. Data yang diolah merupakan yaitu normal gain yang merupakan selisih antara pretest dengan posttest tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik dibagi dengan selisih skor maksimum dengan pretest. Data normalized gain tersebut kemudian duji normalitasnya untuk setiap kelas dengan menggunakan uji kai kuadrat atau Pearson Chi Square. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, nilai untuk kelas eksperimen yaitu 15,86 > 11,34 maka diterima dan ditolak. Artinya sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Sedangkan, nilai untuk kelas kontrol yaitu 6,98 < 11,34 maka diterima dan ditolak. Artinya sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Karena data normalized gain salah satu kelas sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Akan tetapi, untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara rata-rata normalized gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam kemampuan berpikir kreatif matematik, dilakukan uji statistik non-parametrik dengan uji Mann-Whitney. Melalui uji Mann-Whitney untuk data normalized gain diperoleh signifikansi- 2tailed untuk uji dua sisi (two-tailed) adalah 0,5286. Untuk uji satu sisi (one-tailed) nilai signifikansinya adalah 0,2643. Karena 0,2643 lebih kecil dari 0,01 maka diterima dan ditolak. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme menunjukan peningkatan yang tidak lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan data diperoleh komposisi kualitas peningkatan berpikir kreatif matematik melalui normalized gain untuk kelas eksperimen adalah kategori tinggi sebesar 19,35% sebanyak 6 orang peserta didik, kategori sedang sebesar 45,16% sebanyak 14 orang peserta didik, dan kategori rendah sebesar 35,48% sebanyak 11 orang peserta didik. Sedangkan komposisi normalized gain untuk kelas kontrol adalah kategori tinggi sebesar 6,45% dengan banyak peserta didik 2 orang, kategori sedang sebesar 67,74% dengan banyak peserta didik 21 orang, dan kategori rendah sebesar 25,81% dengan banyak peserta didik 8 orang. Selain itu, dapat terlihat ratarata indeks gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut, yaitu 0,45 dan 0,39 termasuk kategori sedang.

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme tidak lebih baik dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi karena meskipun dalam proses pembelajarannya pendekatan kostruktivisme lebih menekankan pada peran aktif peserta didik untuk menemukan sendiri konsep dan membangun pemahamannya sendiri, pada pembelajaran konvensional juga tidak jauh berbeda. Terlihat bahwa pada pembelajaran konvensional menjadi lebih bermakna, karena peserta didik tidak hanya menghafal (rote learning) materi saja tetapi pada belajar bermakna (meaningful learning), peserta didik belajar untuk memahami dan menemukan konsep materi yang sedang dipelajari. Secara umum sikap peserta didik menunjukkan sikap yang positif. Hal ini terlihat dari sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme dengan rata-rata keseluruhan adalah 3,34. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data serta pengujian hipotesis, maka diperoleh simpulan berkaitan dengan penerapan pembelajaran matematika deangan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik sebagai berikut. 1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontruktivisme tidak lebih baik dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Peserta didik menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Sebaiknya mencari alternatif pembelajaran lain yang dapat diterapkan di sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik

2. Untuk penelitian selanjutnya yang tertarik menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme supaya dapat mengembangkan penelitian yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Andriani, Fitri. (2008). Keefektifan Model Pembelajaran CTL (Contextual Theaching Learning) Terhadap Penalaran Matematika. Semarang : Skripsi. Tidak diterbitkan. Fitria, Cucu. (2011). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual terhadap Pemecahan Matematik Peserta Didik pada Materi Pokok Lingkaran. Tasikmalaya : Skipsi Unsil. Tidak diterbitkan. Herdian. (2012). Kemampuan Penalaran Matematis. [online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-penalaran-matematis [04 Desember 2012]. Rusman. (2012). Model model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi kedua. Bandung : PT. Grafindo Persada. Sanjaya, Wina. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana Sumarno, Utari. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematika : Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Jurnal. Tidak diterbitkan. Tobing, Gunawan Sandro Lumban. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Induktif Matematika Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Contextual Teaching And Learning. Bandung : Skripsi UPI. Tidak diterbitkan. Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media.