BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

dokumen-dokumen yang mirip
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

SISTEM PENANGKAL PETIR

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al.

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

IMPLEMENTASI PENANGKAL PETIR TIPE EMISI ALIRAN MULA ( EARLY STREAMER EMISSION ) GUNA MENGURANGI DAMPAK SAMBARAN PETIR PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

DESAIN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA KUALA BEHE KABUPATEN LANDAK

by: Moh. Samsul Hadi

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

Politeknik Negeri Sriwijaya

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.02/MEN/1989 T E N T A N G PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR

ANALISIS SISTEM PROTEKSI PETIR EKSTERNAL DI OFFTAKE WARU, PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA (PERSERO) TBK SBU WIL II JABATI

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan

EVALUASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL DI GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan bangunan yang menggunakan energi listrik yang memiliki

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

a. Bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada ditempat kerja perlu di jaga keselamatan dan produktivitasnya.

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri

BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR

ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA

BAB III SISTEM PERLINDUNGAN PENANGKAL PETIR DAN DATA JUMLAH HARI GURUH PERTAHUN

Kajian Perancangan Sistem Penangkal Petir Eksternal Pada Gedung Pusat Komputer Universitas Riau

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. 1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 Badan Standarisasi

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1

EVALUASI INSTALASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL PADA GEDUNG XYZ

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Sistem Proteksi Petir Eksternal Menggunakan Metoda Collecting Volume pada Gudang TNT di PT Dahana (Persero)

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU?

ANALISIS PROTEKSI SAMBARAN PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN METODE COLLECTION VOLUME STUDI KASUS GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Evaluasi Sistem Proteksi Petir Eksternal Site Radar 214 dengan Metode Sudut Lindung, Bola Bergulir dan Pengumpulan Volume

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

Evaluasi Sistem Proteksi Listrik Kantor Bupati Landak

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

Nurudh Dhuha

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

LEMBAR VALIDASI SOAL

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

Mengukur Kuat Arus dan Beda Potensial Listrik Konsep Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi

BAB VIII LISTRIK STATIS

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

Pemuaian adalah bertambahnya volume suatu zat akibat meningkatnya suhu zat. Semua zat umumnya akan memuai jika dipanaskan.

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

Analisis Sistem Pengaman Menara Seluler Smartfren Pada Perumahan Masyarakat Di Kelurahan Umban Sari

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

Transkripsi:

41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2 Alat Dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian di UPT TIK UNILA adalah earth tester, voltmeter, amperemeter, meteran, dan alat bantu lainnya. 3.3 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian Dalam melakukan pengumpulan data-data penulis melalui beberapa prosedur, diantaranya adalah melakukan observasi ke Gedung UPT TIK UNILA, Stasiun Meteorologi Kelas IV Masgar Tanjung Karang Balai Besar Wilayah II Ciputat Stasiun Klimatologi Masgar Tanjung Karang, dan Stasiun Meteorologi Kelas III Kotabumi Balai Besar Wilayah II Ciputat.

42 Data yang diperoleh diolah dan dianalisis. Langkah-langkah perencanaan instalasi penangkal petir yang dilakukan adalah: 1. Menentukan kepadatan sambaran petir. Dalam perncanaan pengaman terhadap sambaran petir, angka kepadatannya (frekuensi) harus ditinjau dulu, untuk menentukan mutu pengamanan yang akan dipasang. Hal tersebut dapat diketahui dengan mempergunakan peta hari guruh pertahun (Isokrounic Level/IKL). Kemudian mencari harga korelasinya dengan kepadatan sambaran petir ke tanah. Untuk menentukan kepadatan sambaran petir dapat diperoleh dari persamaan berikut : Ft = 0,25.T sambaran/km 2 /tahun..[ 1 ] Dimana : Ft = Kepadatan sambaran petir (sambaran/km 2 /tahun) T = Hari guruh pertahun (IKL) 2. Menentukan jarak pukul petir Pilot leader akan membawa muatan mengawali aliran ketanah sehingga saluran yang dibuat oleh pilot leader ini menjadi bermuatan dan kuat medan (potensial gradient) dari ujung leader ini sangat tinggi. Selama pusat muatan diawan mampu memberikan muatannya pada ujung leader lebih besar dari kuat medan udara maka leader (petir) akan tetap mampu

43 melanjutkan perjalanannya. Pada saat leader mendekati tanah, kuat medan statis pada permukaan tanah akan naik cukup tinggi untuk menghasilkan aliran keatas yang pendek menyongsong pilot leader. Titik tempat bertemunya dua aliran yang berbeda muatan ini disebut striking point (titik pukul). Di mana lebih lanjut jarak pukul petir (striking distance) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: d = 6,7 I 0,8 meter.[ 2 ] Dimana: d = Striking distance (m) I = Arus petir (ka) Untuk menentukan besarnya jumlah sambaran petir per hari per km 2, menggunakan persamaan sebagai berikut: NE = (0,1 + 0,35 sin ) (0,4 0,2).....[ 3 ] Dimana: N E = Jumlah sambaran petir per hari per km 2. = Garis lintang geografis daerah 3. Menentukan tingkat perkiraan bahaya UPT TIK UNILA. Untuk menentukan secara tepat dan akurat besarnya kebutuhan pengamanan terhadap sambaran petir merupakan hal yang sulit sekali. Pada umumnya, faktor utama yang menentukan kebutuhan pengamanan terhadap sambaran petir pada bangunan tergantung pada penggunaan,

44 konstruksi bangunan, tinggi bangunan, banyak hari guruh pertahun di daerah tersebut (IKL), serta situasi dan letak bangunan. Disamping itu masih ada faktor lain yang mempengaruhi, seperti besarnya arus petir, frekuensi petir, dan letak geografis bangunan. Semua faktor inilah yang dapat digunakan sebagai pedoman perencanaan instalasi penangkal petir. Secara praktis faktor-faktor di atas dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan pengamanan bangunan terhadap sambaran petir. Untuk menentukan tingkat kebutuhan pengamanan terhadap sambaran petir pada bangunan dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : R = A + B + C + D + E [ 4 ] Dimana nilai nilai pada persamaan diatas dilihat dari tabel - tabel nilai indeks antara lain : Tabel 3.1. Indeks A = Macam Penggunaan Bangunan [13] Penggunaan dan Isi Indeks A (1) (2) Bangunan biasa yang tak perlu diamankan baik bangunan -10 maupun isinya. Bangunan dan isi jarang dipergunakan, seperti dangau di tengah sawah, gudang, menara atau tiang dari logam. 0 Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat tinggal orang, seperti tempat tinggal rumah tangga, toko, 1 pabrik kecil, tenda atau stasiun kereta api.

Bangunan atau isinya cukup penting, seperti menara air, tenda yang dihuni cukup banyak orang, toko barang-barang berharga, kantor, pabrik, gedung pemerintah, tiang atau 2 menara bukan dari logam. Bangunan yang berisi banyak sekali orang, seperti bioskop, mesjid, gereja, sekolah, monumen bersejarah yang sangat 3 penting. Instalasi gas, minyak atau bensin, rumah sakit. 5 Bangunan yang mudah meledak. 15 45 Kegunaan berikut isi dari bangunan mempengaruhi pengamanan dari hal hal yang tidak diinginkan. Terlebih bangunan atau gedung tersebut terdapat perangkat elektronik dan orang-orang yang ada didalamnya. Bahan bahan yang mudah terbakar atau sensitif terhadap kebakaran bahkan dapat menarik sebuah kebakaran diperlukan perlindungan terhadap gedung atau bangunannya. Tabel 3.1 diatas menunjukkan nilai dari penggunaan gedung untuk diperlukan pengamanan. Tabel 3.2. Indeks B = Konstruksi Bangunan [13] Konstruksi Bangunan Indeks B (1) (2) Seluruh bangunan terbuat dari logam (mudah menyalurkan 0 listrik). Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, atau rangka besi dengan atap logam. 1 Bangunan dengan konstruksi beton bertulang, atau rangka besi dan atap bukan logam. 2 Bangunan kayu dengan atap bukan logam 3

46 Tabel 3.2 indeks B merupakan tabel indeks untuk berbagai macam bahan atau komposisi konstruksi bangunan. Apabila konstruksi bangunan terbuat dari bahan yang dapat dengan mudah menyalurkan arus listrik, maka indeks bangunan semakin kecil. Hal tersebut dikarenakan gedung berdiri langsung diatas tanah sehingga apabila bahan dari gedung tersebut dari atas tersambung dengan tanah apabila tersambar listrik atau memiliki aliran listrik dapat disalurkan ke tanah secara langsung tanpa perantara sistem pentanahan. Begitu pula sebaliknya apabila konstruksi gedung semakin tidak dapat menghantarkan aliran arus listrik ke tanah maka diperlukan sistem pentanahan sehingga apabila di indeks memiliki nilai yang lebih tinggi. Tabel 3.3. Indeks C = Tinggi Bangunan [13] Tinggi Bangunan (m) Indeks C (1) (2) (3) Sampai dengan 6 0 12 2 17 3 25 4 35 5 50 6 Tabel 3.3. indeks tinggi bangunan merupakan nilai indeks dimana perbandingan tinggi gedung dengan nilai indeks kemungkinan gedung tersambar petir. Semakin tinggi dari gedung ke langit maka kemungkinan akan tersambar petir akan semakin besar.

47 Tabel 3.4. Indeks D = Situasi Bangunan [13] Situasi Bangunan Indeks D (1) (2) Di tanah datar pada semua kegiatan. 0 Di kaki bukit samapi 3/4 tinggi bukit/di pegunungan sampai 1.000 m. Di puncak gunung atau pegunungan lebih dari 1.000 m 2 1 Tabel 3.4 memiliki korelasi dengan tabel 3.3, dimana memiliki penilaian terhadap atap gedung yang semakin tinggi atau mendekati langit. Penilaian untuk sebuah gedung yang tidak tinggi namun apabila gedung tersebut terletak didataran tinggi, maka memiliki nilai indeks yang semakin besar. Hal tersebut dikarenakan kemungkinan gedung didataran tinggi untuk tersambar petir lebih besar dibandingkan dengan gedung yang berada didataran rendah. Tabel 3.5. Indeks E = Pengaruh Kilat [13] Hari Guruh per Tahun (IKL) Indeks E (1) (2) 2 0 4 1 8 2 16 3 32 4 64 5 128 6 256 7 384 8

48 Daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi memiliki kemungkinan terjadinya sambaran petir lebih tinggi. Pada saat terjadi curah hujan terdapat awan kumolonimbus yang memiliki kemungkinan terjadinya guruh yang lebih besar. Guruh tersebut yang memiliki sambaran-sambaran petir yang dapat menyambar gedung atau benda disekitarnya. Hal ini terlihat pada tabel 3.5 diatas terlihat semakin besarnya jumlah hari guruh maka semakin besar indeks. Tabel 3.6. R = Perkiraan Bahaya [13] R = A + B + C + D + E Perkiraan bahaya Pengamanan (1) (2) (3) Di bawah 11 Diabaikan Tidak perlu Sama dengan 11 Kecil Tidak perlu 12 Sedang Agak dianjurkan 13 Agak besar Dianjurkan 14 Besar Sangat dianjurkan Lebih dari 14 Sangat besar Sangat perlu Dari nilai indeks pada tabel 3.1, sampai dengan tabel 3.5, dijumlahkan untuk disimpulkan perkiraan tingkat bahaya sambaran petir dan kebutuhan pengamanan dari sambaran petir ke gedung. Perkiraan tingkat bahaya sambaran petir dan tingkat kebutuhan pengamanan gedung terhadap sambaran petir dapat dilihat pada tabel 3.6 diatas. Selanjutntya dari perkiraan tingkat bahaya sambaran petir dan tingkat kebutuhan pengamanan dari sambaran petir dapat direncanakan sistem pentanahan pada gedung.

4. Menentukan luas daerah yang menarik sambaran petir (Ca) 49 Besarnya arus petir pada suatu daerah juga sangat mempengaruhi luas daerah di sekitar bangunan tersebut yang menarik sambaran petir. Semakin besar arus petir semakin besar pula luas daerah yang menarik sambaran petir tersebut, karena jarak terkaman petir semakin besar dan luas. Hal ini merupakan salah satu faktor dalam proses perancangan dan perencanaan sistim pentanahan petir suatu bangunan bertingkat. Luas daerah bangunan yang menarik sambaran petir dapat dihitung menggunakan persamaan: Ca = (L x W) + (4L x H) + (4W x H) + 4 ( π H 2 )... [ 5 ] Dimana: Ca = Luas daerah yang menarik sambaran petir (m 2 ) L = Panjang bangunan (m) W = Lebar bangunan (m) π = Koefisien (3,14) H = Tinggi bangunan (m) 5. Menentukan perkiraan kemungkinan gedung tersambar petir (Ps) Dari persamaan menentukan luas daerah yang menarik sambaran petir (Ca) di atas dapat dihitung perkiraan kemungkinan bangunan tersambar petir yang diperoleh dari persamaan : Ps = Ca x N E x IKL x 10-6 x C 1.. [ 6 ] Dimana Ps = Kemungkinan bangunan tersambar petir

(sambaran petir/km/hari) 50 N E = Jumlah sambaran petir per hari per km 2 IKL = Banyaknya hari guruh per tahun C 1 = Faktor pengali untuk berbagai macam kondisi daerah. 6. Menentukan tingkat kebutuhan pengamanan terhadap sambaran petir Berdasarkan persamaan menentukan perkiraan kemungkinan gedung tersambar petir (Ps) luas daerah yang menarik sambaran petir dan perkiraan kemungkinan bangunan tersambar petir, maka tingkat kebutuhan pengamanan terhadap sambaran petir pada bangunanpun dapat dihitung melalui rumus: Pr = Ps x C 2 x C 3 x C 4 x C 5 [ 7 ] Dimana : P r = Tingkat kebutuhan pengamanan terhadap sambaran petir pada bangunan atau tingkat bahaya C 2 = Faktor pengali untuk berbagai macam konstruksi bangunan. C 3 = Faktor pengali untuk berbagai macam isi dan kandungan bangunan C 4 = Faktor pengali untuk berbagai macam kondisi penghunian bangunan. C 5 = Faktor pengali untuk berbagai macam manfaat dan pengaruh bangunan terhadap lingkungan

7. Menentukan radius perlindungan terhadap sambaran petir 51 Rp = Radius Perlindungan (m)..[ 8 ] D h = Inisiasi Jarak Gedung (m) = Tinggi Finial (m) 8. Menentukan luas daerah perlindungan terhadap sambaran petir Ap = π. Rp 2..[ 9 ] Ap = Luas daerah perlindungan terhadap sambaran petir (m 2 ) π = Koefisien (3,14) Rp = Radius perlindungan terhadap sambaran petir (m) 9. Menentukan luas penampang penghantar turun Luas penampang penghantar turun (A) dari suatu instalasi penangkap petir tergantung pada besarnya arus petir maksimum yang berkisar antara 5 ka 220 ka. [12] Untuk itu persamaan yang digunakan adalah : [ 10 ] Dimana : A = Luas Penampang konduktor (mm 2 ) Io = Arus petir maksimum (A) S = Lama gangguan (detik) T = Temperatur konduktor yang diizinkan ( 0 C)

52 10. Menentukan besarnya tahanan pentanahan dari batang elektroda Cara yang paling sederhana tapi masih sering dipakai dalam pentanahan sistem pengaman terhadap petir. Tahanan pentanahan dari satu batang elektroda yang dipasang di permukaan tanah dapat dihitung dengan persamaan [10]:... [ 11 ] Dimana: R = Tahanan pentanahan (Ohm) X = Tahanan spesifik tanah (Ωm) L = Panjang batang elektroda (m) a = Jari-jari batang elektroda (m) d = Jarak antar elektroda (m)