LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1"

Transkripsi

1 LIGHTNING Sistem deteksi petir yang digunakan adalah Sistem deteksi dan analisa petir secara real time menggunakan software Lightning/2 v.6.3.1yang dirangkai dengan Boltek Lightning Detection Sistem. Storm Tracker ini dapat mendeteksi strokes petir secara optimal sekitar 3 mil yang kemudian akan diplot secara otomatis dan real time ke sistem, dimana semakin banyak strokes maka semakin maksimal penentuan posisi dari sistem. Storm Tracker bekerja dengan mendeteksi sinyal radio (AM) yang dihasilkan oleh petir dengan kata lain, antena Storm Tracker dapat memberikan informasi arah dan jarak thunderstorm yang dikalkulasikan dengan kekuatan sinyal yang diterima. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 25 antenna). Gambar2. Layout lightning/2 v5.3.1 Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 16 B M K G

2 Thunderstorm bisa juga disebut Electrical storm/lightning storm adalah sebuah bentuk cuaca yang dicirikan oleh adanya kehadiran petir. Dari petir tersebut maka dapat dibuat klasifikasi dan sistem peringatan terhadap aktivitas thunderstorm. Petir terjadi karena adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi. Proses terjadinya muatan pada awan karena pergerakannya yang terus menerus secara teratur, dan selama pergerakan itu dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi, dan muatan positif pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (electron) untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses ini, media yang dilalui electron adalah udara, dan pada saat electron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah akan terjadi ledakan suara yang menggelegar. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena adanya awan yang bermuatan positif dan negatif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan. Petir jenis ini dapat mengganggu aktivitas penerbangan. Awan, pada umumnya kurang lebih mengandung listrik. Secara mekanik, thermodinamika, energi kimia diubah menjadi energi listrik dengan kutub yang terpisah. Kebanyakan petir memiliki fase waktu, antara lain: Fase Waktu Pertumbuhan, sekitar 1 2 menit. Fase Waktu Puncak, sekitar 15 3 menit. Fase Waktu Menghilang, sekitar 3 menit. Dalam kondisi cuaca yang normal, perbedaan potensial antara permukaan bumi dengan ionosphere adalah sekitar 2. sampai 5. Volts, dengan arus sekitar 2x1 12 Amperes/m 2. Perbedaan potensial ini diyakini memberikan kontribusi dalam distribusi badai petir (Thunderstorm) di seluruh dunia.pada lapisan atmosphere bertebaran gumpalan gumpalan awan yang diantaranya terdapat awan yang bermuatan listrik. Awan bermuatan listrik tersebut terbentuk pada suatu daerah dengan persyaratan, kondisi udara yang lembab (konsentrasi air yang banyak), gerakan angin ke atas, terdapat inti Higroskopis. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 17 B M K G

3 Kelembaban terjadi karena adanya pengaruh sinar matahari yang menyebabkan terjadinya penguapan air di atas permukaan tanah (daerah laut, danau). Sedangkan pergerakan udara ke atas disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan akibat daerah yang terkena panas matahari bertekanan lebih tinggi atau karena pengaruh angin. Di samping itu terdapat Inti Higroskopis sebagai inti butir butir air di awan akibat proses kondensasi. Ketiga unsur inilah yang diperlukan untuk menghasilkan awan guruh/awan Commulonimbus yang bermuatan negatif yang karakteristiknya berbeda beda sesuai dengan kondisi tempatnya. Muatan awan bawah yang negatif akan menginduksi permukaan tanah menjadi positif maka terbentuklah medan listrik antara awan dan tanah (permukaan bumi). Semakin besar muatan yang terdapat di awan, semakin besar pula medan listrik yang terjadi dan bila kuat medan tersebut telah melebihi kuat medan tembus udara ke tanah, maka akan terjadi pelepasan muatan listrik sesuai dengan hokum kelistrikan, peristiwa inilah yang disebut petir. Dengan letak geografis yang dilalui garis khatulistiwa, Indonesia beriklim tropis. Hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki hari guruh rata rata per tahun yang sangat tinggi. Oleh karena itu, dianggap perlu untuk membuat analisa jumlah rata rata petir tahunan yang dilakukan secara berkesinambungan (Iso Kreaunik Level) yang kemudian pada gilirannya dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan Hazard Map yang akan dihubungkan dengan skala resiko (Lightning Strike Intensity Based On Risk Scale). Petir memiliki beberapa tipe, yaitu sebagai berikut : Petir awan ke tanah (CG) Petir dalam awan (IC) Petir awan ke awan (CC) Petir awan ke udara (CA) Petir yang paling berbahaya dan merusak kebanyakan berasal dari pusat muatan yang lebih rendah dan mengalirkan muatan negatif ke tanah, walaupun kadang kadang bermuatan positif terutama pada musim dingin. Petir Dalam Awan (IC) tipe yang paling umum terjadi antara pusat pusat muatan yang berlawanan pada awan yang sama. Biasanya kelihatan seperti cahaya yang menghambur (kelap kelip). Kadang kadang kilat keluar dari batas awan dan seperti saluran yang bercahaya yang terlihat beberapa mil seperti tipe CG. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 18 B M K G

4 Petir Antar Awan (CC) terjadi antara pusat pusat muatan pada awan yang berbeda. Pelepasan muatan terjadi pada udara cerah antara awan awan tersebut. Petir Awan ke Udara (CA) terjadi jika udara di sekitar awan positif (+), berinteraksi dengan udara yang bermuatan negatif ( ). Jika ini terjadi pada awan bagian bawah maka merupakan kombinasi dengan petir tipe CG. Tipe Petir berdasarkan muatan petir terbagi dua yaitu Negatif ( ) terjadi sambaran berulang ulang dan bercabang cabang. Petir Positif (+) terjadi hanya satu kali sambaran. Untuk mempermudah analisa di wilayah Lampung maka dibuat beberapa pengelompokan, yaitu: berdasarkan tipe petir (CG+ dan CG ) dan jangkauan <=2 km dari stasiun Geofisika Kotabumi. 1. AKTIVITAS SAMBARAN PETIR total aktivitas sambaran petir dapat dilihat di grafik di bawah ini. Aktivitas Sambaran Petir Provinsi Lampung Bulan April CG+ Grafik 1. sambaran petir bulan April 217 Dari grafik diatas dapat diketahui aktivitas sambaran petir tertinggi pada tanggal 25 April 217 dengan jumlah 7598 sambaran. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 19 B M K G

5 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 CG+ 18% 82% Diagram 1. Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 82% dan tipe CG+ 18% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 2 B M K G

6 Total Tabel 1. sambaran petir CG+ dan CG 2. AKTIVITAS SAMBARAN PETIR KOTA/KABUPATEN Berikut adalah hasil analsis sambaran petir di kota/kabupaten di provinsi Lampung. 2.1 Kota Bandar Lampung total aktivitas sambaran petir wilayah kota Bandar Lampung dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : 2 Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Bandar Lampung Bulan April CG+ Grafik 2. Aktivitassambaran petir bulan April 217 jumlah Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Bandar Lampung Bulan April Grafik 3. Total sambaran petir bulan April 217 Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 21 B M K G

7 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 25 April 217 yaitu sebanyak 159 dengan sambaran CG sebesar 148, sambaran CG+ sebesar 11. Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 CG+ 13% 87% Diagram2.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 87% dan tipe CG+13% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 22 B M K G

8 Tabel 2. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 3. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Bandar Lampung Gambar 3 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah kota Bandar Lampung pada bulan April 217. Dari gambar ini terlihat bahwa intensitas sambaran petir sedang berada di wilayah Kecamatan Rajabasa, Sukarame, dan sebelah timur antara Kecamatan Tanjung Karang Timur dan Panjang. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 23 B M K G

9 2.2 Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Barat dan Pesisir Barat dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : 4 Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Lampung Barat April CG+ Grafik 4. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Lampung Barat Dan Pesisir Barat Bulan April Grafik 5. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 22 April 217 yaitu sebanyak 347 sambaran dengan sambaran CG sebesar 37, sambaran CG+ sebesar 4. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 24 B M K G

10 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 2% CG+ 8% Diagram3.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 8% dan tipe CG+ 2% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 25 B M K G

11 Tabel 3. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 4. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Barat Gambar 4 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan April 217. Dari gambar ini terlihat bahwa Kabupaten Lampung Barat pada umumnya tidak memiliki intensitas sambaran petir kecuali di wilayah Sumber Jaya dengan jumlah kejadian petir 1 6. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 26 B M K G

12 2.3 Kabupaten Lampung Selatan total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : 2 Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Lampung Selatan April CG+ Grafik 6. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Lampung Selatan Bulan April Grafik 7. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 2 April 217 yaitu sebanyak 165 sambaran dengan sambaran CG sebesar 1498, sambaran CG+ sebesar 152. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 27 B M K G

13 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 9% CG+ 91% Diagram4.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 91% dan tipe CG+ 9% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 28 B M K G

14 Tabel 4. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 5. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Selatan Gambar 5 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah Kabupaten Lampung Selatan pada bulan April 217. Gambar di atas menunjukkan bahwa pada umumnya wilayah Lampung Selatan memiliki intensitas petir rendah sampai dengan sedang. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 29 B M K G

15 2.4 Kabupaten Lampung Timur total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Lampung Timur Bulan April CG+ Grafik 8. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Lampung Timur Bulan April Grafik 9. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 11 April 217 yaitu sebanyak 1127 dengan sambaran CG sebanyak 16 dan sambaran CG+ sebanyak 121. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 3 B M K G

16 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 1% CG+ 9% Diagram 5.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 9% dan tipe CG+ 1% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 31 B M K G

17 Tabel 5. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 6. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Timur Gambar 6 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah Kabupaten Lampung Timur pada bulan April 217. Dari gambar ini terlihat bahwa wilayah Kabupaten Lampung Timur pada umumnya memiliki tingkat sambaran petir rendah sampai dengan sedang. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 32 B M K G

18 2.5 Kabupaten Lampung Utara total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Utara dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Lampung Utara Bulan April CG+ Grafik 1. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Lampung Utara Bulan April Grafik 11. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 21 April 217 yaitu sebanyak 571 sambaran dengan sambaran CG sebesar 433, sambaran CG+ sebesar 138. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 33 B M K G

19 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April % CG+ 75% Diagram 6. Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 75% dan tipe CG+ 25% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Tabel 6. sambaran petir CG+ dan CG Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 34 B M K G

20 Gambar 7. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Lampung Utara Gambar 7 menggambarkan sebaran petir wilayah Lampung Utara pada bulan April 217. Dari gambar ini terlihat bahwa intensitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Utara tertinggi berada di Kecamatan Hulu Sungkai dan Kecamatan Sungkai Utara. 2.6 Kabupaten Lampung Tengah total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 35 B M K G

21 2 Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Lampung Tengah Bulan April CG+ Grafik 12. sambaran petir bulan April 217 Total Sambaran Petir Wilayah Lampung Tengah Bulan April Grafik 13. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 21 April 217 yaitu sebanyak 1539 dengan sambaran CG sebanyak 1346 dan sambaran CG+ sebanyak 193. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 36 B M K G

22 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 CG+ 17% 83% Diagram7.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 83% dan tipe CG+17% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 37 B M K G

23 Tabel 7. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 8. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Lampung Tengah Gambar 8 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah Kabupaten Lampung Tengah pada bulan April 217. Dari gambar ini terlihat bahwa daerah yang memiliki intensitas petir tinggi berada di bagian selatan Lampung Tengah yaitu Kecamatan Bekri, Kecamatan Trimurjo, dan Kecamatan Gunung Sugih. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 38 B M K G

24 2.7 Kabupaten Mesuji total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Mesuji dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : 4 Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Mesuji Bulan April CG+ Grafik 14. sambaran petir bulan April 217 Total Sambaran Petir Wilayah Mesuji Bulan April Grafik 15. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 11 April 217 yaitu sebanyak 34 dengan sambaran CG sebanyak 297 dan sambaran CG+ sebanyak 43. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 39 B M K G

25 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 CG+ 12% 88% Diagram8.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 88% dan tipe CG+12% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 4 B M K G

26 Tabel 8. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 9. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Mesuji Gambar 9 menggambarkan bahwa pada umumnya wilayah Kabupaten Mesuji pada bulan April 217 memiliki intensitas sambaran petir yang rendah. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 41 B M K G

27 2.8 KabupatenWay Kanan total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Way Kanan dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Way Kanan Bulan April CG+ Grafik 16. sambaran petir bulan April 217 Total Sambaran Petir Wilayah Way Kanan Bulan April Grafik 17. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 1 April 217 yaitu sebanyak 3968 dengan sambaran CG sebanyak 336 dan sambaran CG+ sebanyak 932. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 42 B M K G

28 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 CG+ 25% 75% Diagram 9. Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 75% dan tipe CG +25% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 43 B M K G

29 Tabel 9. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 1. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayahkabupaten Way Kanan Gambar 1 memperlihatkan sebaran petir Kabupaten Way Kanan pada bulan April 217. Gambar ini menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki sebaran kejadian petir tertinggi berada di sekitar Kecamatan Negeri Agung, Baradatu, Blambangan Umpu, Pakuan Ratu. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 44 B M K G

30 2.9 Kabupaten Tulang Bawang total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Tulang Bawang dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Tulang Bawang Bulan April CG+ Grafik 18. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Tulang Bawang Bulan April Grafik 19. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 11 April 217 yaitu sebanyak 499 dengan sambaran CG sebanyak 466 dan sambaran CG+ sebanyak 33. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 45 B M K G

31 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April % CG+ 87% Diagram1.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 87% dan tipe CG+13% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 46 B M K G

32 Tabel 1. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 11. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Tulang Bawang Gambar 11 memperlihatkan sebaran kejadian petir wilayah Kabupaten Tulang Bawang dalam periode April217. Gambar tersebut menunjukkan bahwa intensitas sambaran petir tertinggi berada di wilayah Kecamatan Menggala Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 47 B M K G

33 2.1 Kabupaten Tulang Bawang Barat total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Tulangbawang Bulan April CG+ Grafik 2. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Tulang Bawang Barat Bulan April Grafik 21. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 11 April 217 yaitu sebanyak 921 dengan sambaran CG sebanyak 779 dan sambaran CG+ sebanyak 142. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 48 B M K G

34 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April % CG+ 82% Diagram11.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 82% dan tipe CG+ 18% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 49 B M K G

35 Tabel 11. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 12. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat Gambar 12 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah KabupatenTulang Bawang Barat pada bulan April217. Dari gambar ini terlihat bahwa intensitas sambaran petir tertinggi berada di wilayah Kecamatan Tulang Bawang Udik dan Kecamatan Tulang Bawang Tengah. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 5 B M K G

36 2.11 Kabupaten Pringsewu total aktivitas sambaran petir wilayah Pringsewu dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Pringsewu Bulan April CG+ Grafik 22. sambaran petir bulan April 217 Total Sambaran Petir Wilayah Pringsewu Bulan April Grafik 23. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 2 April 217 yaitu sebanyak 277 dengan sambaran CG sebanyak 245 dan sambaran CG+ sebanyak 32. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 51 B M K G

37 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April % CG+ 85% Diagram12.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 85% dan tipe CG+ 15% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 52 B M K G

38 Tabel 12. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 13. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Pringsewu Gambar 13 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah Kabupaten Pringsewu pada bulan April 217. Dari peta diatas dapat dilihat bahwa intensitas sambaran petir sedang berada di wilayah Kecamatan Adi Luwih. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 53 B M K G

39 2.12 Kabupaten Pesawaran total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Pesawaran dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Pesawaran Bulan April Grafik 24. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Pesawaran Bulan April Grafik 25. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 2 April 217 yaitu sebanyak 611 dengan sambaran CG sebanyak 497 dan sambaran CG+ sebanyak 114. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 54 B M K G

40 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April 217 CG+ 16% 84% Diagram13.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 84% dan tipe CG+ 16% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 55 B M K G

41 Tabel 13. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 14. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Pesawaran Gambar 14 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah Kabupaten Pesawaran pada bulan April 217. Intensitas sambaran petir tertinggi berada di Kecamatan Tegineneng. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 56 B M K G

42 2.13 KabupatenTanggamus total aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Tanggamus dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Tanggamus Bulan April CG+ Grafik 26. sambaran petir bulan April Total Sambaran Petir Wilayah Tanggamus Bulan April Grafik 27. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 2 April 217 yaitu sebanyak 129 dengan sambaran CG sebanyak 11 dan sambaran CG+ sebanyak 19. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 57 B M K G

43 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April % CG+ 84% Diagram 14.Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 84% dan tipe CG+ 16% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 58 B M K G

44 Tabel 14. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 15. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Kabupaten Tanggamus Gambar 15 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah Kabupaten Tanggamus pada bulan April217. Dari gambar ini terlihat bahwa pada umumnya Kabupaten Tanggamus tidak mengalami aktifitas petir kecuali di wilayah Kecamatan Gedung Surian dan Kecamatan Air Naningan. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 59 B M K G

45 2.14 Kota Metro total aktivitas sambaran petir wilayah kota Metro dapat dilihat dalam grafik di bawah ini : Aktivitas Sambaran Petir Wilayah Metro Bulan April CG+ Grafik 28. sambaran petir bulan April 217 Total Sambaran Petir Wilayah Metro Bulan April Grafik 29. Total sambaran petir bulan April 217 Aktivitas sambaran petir tertinggi terjadi pada tanggal 21 April 217 yaitu sebanyak 71 dengan sambaran CG sebanyak 63 dan sambaran CG+ sebanyak 8. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 6 B M K G

46 Presentase berdasarkan tipe petir bulan April % CG+ 88% Diagram 15. Persentase tipe petir Dari diagram di atas dapat dilihat persentase untuk tipe petir CG 88% dan tipe CG+ 12% dari total keseluruhan. CG+ Keterangan Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 61 B M K G

47 Tabel 15. sambaran petir CG+ dan CG Gambar 16. Peta sebaran aktivitas sambaran petir wilayah Metro Gambar 16 menggambarkan sebaran intensitas petir wilayah kota Metro pada bulan April 217. Dari gambar ini terlihat bahwa secara intensitas sambaran petir tinggi berada di wilayah Kecamatan Metro Barat dan Kecamatan Metro Selatan. Informasi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas III Kotabumi 62 B M K G

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa.

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa. KATA PENGANTAR Sebagai bentuk tanggung jawab instansi yang berwenang dalam memberikan pelayanan informasi petir kepada masyarakat, saat ini BMG telah memiliki suatu alat deteksi petir yang salah satunya

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH

IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH Oleh: Abdi Jihad, S.Si dan Ismi Rohmatus Sania, AP Staf Operasional Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BMG SELAMAT DATANG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN GEOFISIKA GOWA

BMG SELAMAT DATANG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN GEOFISIKA GOWA BMG SELAMAT DATANG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN GEOFISIKA GOWA BMG ALAT STASIUN GEOFISIKA GOWA 1. SEISMOGRAPH DIGITA BROADBAND 2. ACCELEROGRAPH DIGITAL (SMR 400 DAN METROZET ) 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir merupakan sebuah fenomena alam yang sulit dicegah. Fenomena ini sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan.

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN:

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN: STUDI KEJADIAN THUNDER STORM PADA SAAT HUJAN LEBAT (STUDI KASUS KOTA PONTIANAK DAN SEKITARNYA) Asyrofi 1) 1) Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Pontianak Email : asyrofi_empi@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota

Propinsi LAMPUNG. Total Kabupaten/Kota Propinsi LAMPUNG Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 14 : 214 : Rp. 355.410 : Rp. 23.390 : Rp. 378.800 82 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN BLM KAB KECAMATAN

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 30 PERIODE APRIL 2017

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 30 PERIODE APRIL 2017 30 40 54 71 (72-110 1 Lampung 76,477 31,316 23,516 19,332 9,214 25,207 16,940 19,605 43,745 113,814 269,205 2 Bandar Lampung 178 64 41 34 42 32 31 34 227 214 685 3 Bumi Waras - - - - - - - - - - - 4 Enggal

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 26 PERIODE 7-22 FEBRUARI 2017

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 26 PERIODE 7-22 FEBRUARI 2017 1 Lampung 102.233 11.274 34.226 23.994 20.406 17.890 20.023 14.393 17.114 130.932 266383 2 Bandar Lampung 148 32 32 47 30 66 81 93 150 349 684 3 Bumi Waras - - - - - - - - - - 0 4 Enggal - - - - - - -

Lebih terperinci

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 LAMPUNG

LOKASI DAN ALOKASI DANA PNPM MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 LAMPUNG MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2009 PERAN DAERAH (Rp. x 1 Bandar Lampung 1 Panjang 1.330 1.330 1.064 266 2 Kedaton 1.750 1.750 1.400 350 3 Kemiling 1.250 1.250 1.000 250 4 Rajabasa 665 665 532 133 5 Sukabumi 1.080

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 32 PERIODE MEI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 32 PERIODE MEI Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 81.408 37.668 25.270 24.572 20.921 22.866 14.058 13.725 26.213 121.412 269.334 2 Bandar Lampung 171 84 93 75 94 50 39 24 55 375 688 3 Bumi Waras - - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 35 PERIODE 1-16 JULI Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 35 PERIODE 1-16 JULI Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 72.984 32.037 19.456 20.964 27.734 25.446 32.541 17.114 18.795 143.255 269.219 2 Bandar Lampung 180 11 29 34 71 95 128 97 40 454 690 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 38 PERIODE 18 AGUSTUS - 2 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 38 PERIODE 18 AGUSTUS - 2 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 66.859 25.437 27.769 13.372 22.371 25.920 28.085 21.822 35.931 139.339 269.339 2 Bandar Lampung 202 66 38 21 15 46 52 72 176 244 689 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 39 PERIODE 3-18 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 39 PERIODE 3-18 SEPTEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 75.453 20.888 27.747 29.697 11.417 29.713 21.059 17.378 34.877 137.011 269.240 2 Bandar Lampung 273 80 67 44 18 17 24 15 151 185 691 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 41 PERIODE 5-20 OKTOBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 41 PERIODE 5-20 OKTOBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 90.312 13.962 14.917 23.625 26.321 36.818 15.156 21.123 24.865 137.960 269.353 2 Bandar Lampung 270 28 45 105 80 87 21 12 33 350 687 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 42 PERIODE 21 OKTOBER -5 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 42 PERIODE 21 OKTOBER -5 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 83.784 9.961 12.011 14.294 21.884 40.621 37.053 12.291 32.608 138.154 269.372 2 Bandar Lampung 240 22 23 49 104 105 87 22 24 390 688 3 Bumi Waras - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 43 PERIODE 6-21 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 43 PERIODE 6-21 NOVEMBER Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 98.044 9.936 9.589 12.192 13.910 33.585 30.594 23.677 32.499 123.547 269.462 2 Bandar Lampung 284 25 21 18 43 89 103 35 53 309 686 3 Bumi Waras - - - - -

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 51 PERIODE MARET Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT-8 EDISI 51 PERIODE MARET Luas Baku Sawah Kecamatan Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Lampung 99.056 9.461 7.853 10.523 12.943 28.283 32.490 23.119 41.117 115.211 269.132 2 Bandar Lampung 234 25 10 18 30 109 120 42 97 329 685 3 Bumi Waras - - - - -

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

Coding Kota / Kabupaten Kecamatan

Coding Kota / Kabupaten Kecamatan BIAYA PENERUS TRUCKING KE LAMPUNG 2015 Coding Kota / Kabupaten Kecamatan TKG10000 Kota Bandar Lampung TKG10032 Kota Bandar Lampung TKG10033 Kota Bandar Lampung TKG10034 Kota Bandar Lampung TKG10035 Kota

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 29 PERIODE 27 MARET - 11 APRIL Luas Baku Sawah Kecamatan

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI 29 PERIODE 27 MARET - 11 APRIL Luas Baku Sawah Kecamatan 1 Lampung 85.680 23.916 20.362 11.113 14.062 23.401 26.893 20.334 36.044 116.165 268668 2 Bandar Lampung 164 8 30 28 34 111 108 101 100 412 691 3 Bumi Waras - - - - - - - - - - 0 4 Enggal - - - - - - -

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : LAMPUNG SELATAN 18.01 LAMPUNG SELATAN 55.514 521.839 1.09.353 1 18.01.04 NATAR 92.463 9.998 12.461 2 18.01.05 TANJUNG BINTANG 39.40 32.90 2.440 3 18.01.06 KALIANDA 62.805 58.683 121.488

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km.28 Branti 35362 Telp. (0721)7697093 Fax. (0721) 7697242 e-mail : bmglampung@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang berada di daerah khatulistiwa menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dengan tingkat pemanasan dan kelembaban tinggi. Hal tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 5-20 DESEMBER Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 5-20 DESEMBER Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST) 1 Lampung 114.758 6.257 14.029 6.545 10.960 16.849 23.622 21.616 50.109 264.745 2 Bandar lampung 405 18 48 22 31 51 147 183 197 1.102 3 Kedaton 9 - - - - 2 1 2 3 17 4 Kemiling 12 - - 1-3 3 5 11 35 5 Panjang

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI I PERIODE 6-21 JANUARI Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST)

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 EDISI I PERIODE 6-21 JANUARI Tanam (1-3 HST) Vegetatif 1 (4-20 HST) 1 Lampung 113.865 22.483 40.479 10.039 6.921 17.221 16.217 14.421 24.378 266.024 2 Bandar lampung 262 83 76 46 79 219 173 82 85 1.105 3 Kedaton 5 2 1 1 1 2 4 2 1 19 4 Kemiling 15 2 1 - - 5 7 3 3 36 5 Panjang

Lebih terperinci

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 21 DESEMBER - 5 JANUARI 2016 Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha)

LUAS SAWAH PADA FASE PERTANAMAN PADI DATA SATELIT LANDSAT 8 PERIODE 21 DESEMBER - 5 JANUARI 2016 Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) 1 Lampung 122.867 9.599 26.307 5.989 8.033 16.699 18.959 17.170 40.605 266.228 2 Bandar lampung 406 34 133 18 93 138 48 95 110 1.075 3 Kedaton 7-2 - 1 2 1-2 15 4 Kemiling 12 1 4-1 2 4 1 8 33 5 Panjang

Lebih terperinci

Lampiran I.18 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.18 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.8 00/Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 PROVINSI No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota. KOTA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan 45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari objek penelitian. Menurut

Lebih terperinci

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan

Secara Geografis Propinsi Lampung terletak pada kedudukan Timur-Barat. Lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar antara 25% dan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITMN 4.1 Geografi Propinsi Lampung meliputi areal seluas 35.288,35 krn2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah paling ujung tenggara pulau Sumatera. Propinsi

Lebih terperinci

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira Udara & Atmosfir Angga Yuhistira Udara Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Betapa pentingnya

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Petir adalah peristiwa pelepasan muatan elektrostatik yang sangat besar dan terjadi apabila muatan dibeberapa bagian atmosfer memiliki kuat medan listrik yang cukup

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data 46 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data sekunder yang ditunjang dengan studi kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak Indonesia secara astronomis berada antara 6º LU 11º LS dan 95º BT

BAB I PENDAHULUAN. Letak Indonesia secara astronomis berada antara 6º LU 11º LS dan 95º BT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak Indonesia secara astronomis berada antara 6º LU 11º LS dan 95º BT - 141º BT sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa dan memiliki curah hujan yang cukup

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km.28 Branti 35362 Telp. (0721)7697093 Fax. (0721) 7697242 e-mail : bmglampung@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

08. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI LAMPUNG

08. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI LAMPUNG 08. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI LAMPUNG 90 Acuan Rekomendasi Pupuk kg/ha) Kecamatan Tanpa bahan organik Dengan 5 ton jerami/ha

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas atau instansi

III. METODOLOGI PENELITIAN. mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas atau instansi III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam kejadian petir setiap tahunnya. Hal ini karena kota Padang secara

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam kejadian petir setiap tahunnya. Hal ini karena kota Padang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Padang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi cukup besar dalam kejadian petir setiap tahunnya. Hal ini karena kota Padang secara geografis terletak

Lebih terperinci

Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K P. Geografi FKIP UNS

Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K P. Geografi FKIP UNS Cuaca Ekstrim ( Extreme Weather ) Badai Tornado di Amerika Serikat Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Pada tahun 2000 sampai saat ini, sejumlah bencana di suatu daerah

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km.28 Branti 35362 Telp. (0721)7697093 Fax. (0721) 7697242 e-mail : bmglampung@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka akan semakin rendah tekanan dan suhunya. Uap air tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. maka akan semakin rendah tekanan dan suhunya. Uap air tersebut akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik (discharge) di udara yang berasal dari awan. Awan bermuatan ini terbentuk karena adanya gerakan angin keatas yang

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km.28 Branti 35362 Telp. (0721)7697093 Fax. (0721) 7697242 e-mail : bmglampung@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA. ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA. Sebagian besar Wilayah Jawa Timur sudah mulai memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2014. Termasuk wilayah Sidoarjo dan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km.28 Branti 35362 Telp. (0721)7697093 Fax. (0721) 7697242 e-mail : bmglampung@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir merupakan kejadian alami di atmosfer bumi. Petir ini merupakan peristiwa terjadinya loncatan listrik yang sangat besar di atmosfer, yang berupa pelepasan ion-ion

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI KEJADIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November 2017

Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November 2017 Sebaran Informasi Geofisika MAta Ie (SIGMA) November Oleh Abdi Jihad 1, Satrio Happrobo 1, Herdiyanti Resty Anugrahningrum 1, Eridawati 1 1 Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh, Provinsi Aceh disampaikan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk menganalisis pengembangan potensi ekonomi lokal daerah tertinggal sebagai upaya mengatasi disparitas pendapatan di Provinsi

Lebih terperinci

Perkembangan harga Pangan Tingkat Pedagang Eceran

Perkembangan harga Pangan Tingkat Pedagang Eceran Perkembangan harga Pangan Tingkat Pedagang Eceran minggu 1 bulan Juni tahun 214 Ayam 1 5 125 8 9 72 2 25 12 35 195 11 75 127 2 52 1 86 1 8 193 16 15 28 2 1 84 13 3 5 11 85 9 8 11 1 12 35 16 1 75 12 4 42

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

PENDAHULUAN Perumusan Masalah PENDAHULUAN Perumusan Masalah Perusahaan PT Badak NGL merupakan anak perusahaan Pertamina yang bersifat non-profit. PT Badak NGL bertugas mengelola, mengoperasikan, dan memelihara kilang LNG dan LPG Bontang.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 A. Gambaran Umum Provinsi Lampung BAB IV GAMBARAN UMUM Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibanding daerah lain yang berada jauh dari garis khatulistiwa.

BAB I PENDAHULUAN. dibanding daerah lain yang berada jauh dari garis khatulistiwa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis Kota Padang dilewati oleh garis khatulistiwa. Daerah yang berada di sekitar garis khatulistiwa memiliki iklim tropis atau tidak memiliki musim seperti

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN Oleh Nur Fitriyani, S.Tr Iwan Munandar S.Tr Stasiun Meteorologi Klas I Sultan Aji

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 IDENTIFIKASI CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017)

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017) ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI HUJAN LEBAT DAN ANGIN KENCANG DI ALUN-ALUN KOTA BANJARNEGARA (Studi Kasus Tanggal 08 Nopember 2017) Adi Saputra 1, Fahrizal 2 Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian atau riset merupakan suatu usaha untuk mencari pembenaran dari suatu permasalahan hingga hasilnya dapat ditarik kesimpulan dan dari hasil penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR II. 1 PETIR Peristiwa petir adalah gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Petir merupakan suatu peristiwa pelepasan muatan listrik dari awan yang bermuatan

Lebih terperinci

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) PENDAHULUAN Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN TERJADINYA PETIR

BAB II PENGERTIAN TERJADINYA PETIR 5 BAB II PENGERTIAN TERJADINYA PETIR 2.1 Umum Salah satu gangguan alam yang sering terjadi adalah sambaran petir. Mengingat letak geografis Indonesia yang di lalui garis khatulistiwa menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI ANGIN

Lebih terperinci

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal 11 Oktober 2017)

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal 11 Oktober 2017) ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI KECAMATAN KRUI SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT LAMPUNG (Studi Kasus Tanggal 11 Oktober 2017) Adi Saputra 1, Fahrizal 2 Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Bandar

Lebih terperinci

Gambar 1. Perubahan nilai kandungan elektron di atmosfer sebelum terjadi Gempabumi Yogyakarta 26 Mei 2006 ( I Made Kris Adi Astra, 2009)

Gambar 1. Perubahan nilai kandungan elektron di atmosfer sebelum terjadi Gempabumi Yogyakarta 26 Mei 2006 ( I Made Kris Adi Astra, 2009) MENGENALI TANDA-TANDA GEMPABUMI DENGAN AKTIVITAS LISTRIK DI UDARA Gempabumi merupakan sebuah fenomena alam yang terjadi akibat adanya interaksi antar lempeng bumi. interaksi ini menjadi pemicu utama adanya

Lebih terperinci

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Analisis Latar Belakang Perekomendasian Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi sebagai Tempat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait. 41 III. METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISIS STASIUN CUACA METEOROLOGI TERKAIT HUJAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2000 sampai saat ini, sejumlah bencana di suatu daerah terjadi disebabkan oleh cuaca ekstrim. Cuaca ekstrim di sejumlah daerah terjadi karena suhu permukaan

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI HUJAN

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG 1 MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG Handy Wihartady, Eko Prasetyo, Muhammad Bayu Rahmady, Rahmat Hidayat, Aryo Tiger Wibowo PT. PLN (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu misalnya bencana

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada suatu wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu misalnya bencana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan lembaga yang menangani masalah cuaca dan iklim di Indonesia. Lembaga ini mendirikan stasiun meteorologi

Lebih terperinci

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017 B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS I JUANDA SURABAYA Alamat : Bandar Udara Juanda Surabaya, Telp. 031 8668989, Fax. 031 8675342, 8673119 E-mail : meteojud@gmail.com,

Lebih terperinci

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017)

ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017) ANALISIS KEJADIAN CUACA EKSTRIM (BANJIR) DI KEC.NGARAS KABUPATEN PESISIR BARAT (study kasus tgl 09 Nopember 2017) Adi Saputra 1, Fahrizal 2 Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Bandar Lampung Email

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan 55 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40 (BT) Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan sampai 6º45 (LS)

Lebih terperinci

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Karakteristik Air Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017 Fakta Tentang Air Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi dengan volume sekitar 1.368 juta km

Lebih terperinci

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97% BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/07/18/Th.X, 1 Juli 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017)

ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017) ANALISIS KONDISI CUACA SAAT TERJADI BANJIR DI KECAMATAN PALAS LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Tanggal 27 September 2017) Adi Saputra 1, Fahrizal 2 Stasiun Meteorologi Klas I Radin Inten II Bandar Lampung

Lebih terperinci

Frekuensi Sebaran Petir pada Kejadian Hujan Ekstrem di Stasiun Meteorologi Citeko... (Masruri dan Rahmadini)

Frekuensi Sebaran Petir pada Kejadian Hujan Ekstrem di Stasiun Meteorologi Citeko... (Masruri dan Rahmadini) Frekuensi Sebaran Petir pada Kejadian Hujan Ekstrem di Stasiun Meteorologi Citeko... (Masruri dan Rahmadini) FREKUENSI SEBARAN PETIR PADA KEJADIAN HUJAN EKSTREM DI STASIUN METEOROLOGI CITEKO Studi Kasus

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Sistem Proteksi Penangkal Petir pada Gedung Widya Puraya SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA Abdul Syakur, Yuningtyastuti a_syakur@elektro.ft.undip.ac.id, yuningtyastuti@elektro.ft.undip.ac.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

KEPPRES 30/2004, PEMBENTUKAN PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH, PENGADILAN NEGERI SUKADANA, DAN PENGADILAN NEGERI BLAMBANGAN UMPU

KEPPRES 30/2004, PEMBENTUKAN PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH, PENGADILAN NEGERI SUKADANA, DAN PENGADILAN NEGERI BLAMBANGAN UMPU Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 30/2004, PEMBENTUKAN PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH, PENGADILAN NEGERI SUKADANA, DAN PENGADILAN NEGERI BLAMBANGAN UMPU *51581 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES)

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI RADIN INTEN II BANDAR LAMPUNG Jl. Alamsyah Ratu Prawira Negara Km.28 Branti 35362 Telp. (0721)7697093 Fax. (0721) 7697242 e-mail : bmglampung@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH, PENGADILAN NEGERI SUKADANA, DAN PENGADILAN NEGERI BLAMBANGAN UMPU PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci