Pengetahuan petugas kesehatan & patient safety

dokumen-dokumen yang mirip
Winarni, S. Kep., Ns. MKM

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Diharapkan) dengan rentang 3,2 16,6 %. Negara Indonesia data tentang KTD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan kesehatan, semakin besar pula tuntutan layanan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama beratnya untuk diimplementasikan (Vincent, 2011).

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. care and acritical component of quality management.. Keselamatan pasien

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 43

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

BAB I PENDAHULUAN. oleh tenaga kesehatan melalui program-program yang telah ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan investasi esensial bangsa yang secara signifikan

TINJAUAN PENGGUNAAN SISTEM PENJAJARAN DRM DENGAN METODE SNF (STRAIGHT NUMERICAL FILLING) DI FILLING RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 dari 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Pengantar. B. Metodologi Survey. C. Karakteristik Responden. C.1. Usia Responden

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

PROGRAM KERJA SUB KOMITE MUTU KEPERAWATAN RUMAH SAKIT LNG BADAK TAHUN 2016

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. seperti klinik harus selalu berusaha untuk memenuhinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

KARAKTERISTIK PASIEN PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR PERIODE TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit (RS) memiliki lima macam isu diantaranya yaitu : keselamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan untuk meningkatkan kepuasan pemakai jasa. Dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan sarana tempat pelayanan kesehatan. Pelayanan

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

PERSEPSI STAF PELAYANAN TENTANG MANAJEMEN PEMASARAN DI RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

Ketepatan identifikasi pasien. Peningkatan komunikasi yang efektif. Pengurangan risiko pasien jatuh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

A. Pengantar. B. Metodologi Survey. C. Karakteristik Responden. C.1. Usia Responden

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dalam bekerja, hal ini juga akan PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. menyebabkan ketidakpuasan pasien dan Djamil Padang adalah rumah sakit Kelas

KASYFI HARTATI Disampaikan pada ASM 2014

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB I PENDAHULUAN. saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

Transkripsi:

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN MENGENAI PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR dr. Asrawati Sofyan & dr. Haerani Harun Abstrak ebagai salah satu komponen Pelayanan dalam Ssistem kesehatan nasional, Rumah Sakit memiliki pertanggungjawaban dalam menjadikan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, yang merupakan Visi Departemen Kesehatan yang dapat menciptakan rakyat sehat. Dalam memberikan pelayanan yang optimal, dimana resiko pasien tidak aman, makin meningkatnya perasaan tidak puas, hingga maraknya tuntutan pasien atau keluarganya, sehingga rumah sakit terus menerus melakukan berbagai upaya untuk semakin menyempurnakannya dengan mendorong pengembangan berbagai aspek starategis. Diantaranya mengenai konsep Patient Safety. Untuk menunjang hal tersebut, tentu saja dibutuhkan berbagai daya dukung yang dapat memaksimalkan pencapaian tujuan penerapan Patient safety, salah satu aspek yang penting dalam mendukung hal tersebut adalah pengetahuan mengenai konsep Patient Safety dari jajaran pelaksana layanan kesehatan di Rumahsakit baik itu dokter, perawat maupun tenaga medis. Konsep mengenai Pasient Safety meliputi : sistem keselamatan Pasien, pelaksanaan tujuh langkah menuju keselamatan pasien, standar keselamatan pasien rumah sakit dan akreditasi rumah sakit dalam hubungannya dengan pelaksanaan patient safety. INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 69

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Departemen Kesehatan telah berkembang dari Indonesia Sehat 2010 menjadi masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, dengan misi membuat rakyat sehat. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut mendorong dilakukannya berbagai langkah strategis untuk mewujudkannya. Sebagai salah satu komponen pelayanan dalam sistem kesehatan nasional, rumah sakit memiliki pertanggungjawaban untuk dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut. Dalam upaya mengoptimalkan pelayanannya maka rumah sakit secara terus menerus melakukan berbagai upaya untuk semakin menyempurnakannya dengan mendorong pengembangan berbagai aspek starategis. Salah satu hal yang mendapat perhatian penting adalah masalah konsep keselamatan pasien yang secara umum dikenal sebagai konsep Patient Safety. Pada dasarnya, Patient Safety adalah sistem pelayanan dalam rumah sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman. Dalam memahami patient safety, sangat penting kiranya untuk mengetahui berbagai kegunaan dan manfaat serta resikonya. Hal tersebut akan menjadi bahan acuan untuk mencermati bagaimana gambaran mengenai patient non safety dan patient safety. Resiko pasien tidak aman di rumah sakit bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan terhadap siapa saja. Hal tersebut tergantung pada lamanya kontraktual pelayanan (apakah hanya rawat jalan atau rawat inap), keadaan pasien, kecakapan dokter dan petugas rumah sakit lainnya serta prosedur dan kelengkapan fasilitas rumah sakit. Dampak lain resiko tersebut terhadap dokter dan rumah sakit adalah makin meningkatnya perasaan tidak puas hingga maraknya tuntutan pasien atau keluarganya. Dengan demikian patient safety merupakan hal yang sangat penting dalam bidang kesehatan terutama dalam pelayanan rumah sakit. 70 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010

Arti penting patient safety di rumah sakit tersebut kemudian mendorong pemerintah untuk mengambil berbagai langkah implementatif. Salah satunya adalah melalui Gerakan Nasional Keselamatan Pasien. Gerakan nasional ini telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada 21 Agustus 2005 pada Seminar Nasional Persatuan Rumah Sakit Indonesia di Jakarta. Melalui pencanangan gerakan ini diharapakan seluruh institusi rumah sakit baik negeri maupun swasta diharapkan dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip patient safety secara optimal. Dalam upaya menunjang hal tersebut tentu saja dibutuhkan berbagai daya dukung yang dapat memaksimalkan pencapaian tujuan penerapan patient safety. Salah satu aspek penting yang dapat mendukung hal tersebut adalah pengetahuan mengenai konsep patient safety dari jajaran pelaksana layanan kesehatan di rumah sakit baik itu dokter, perawat maupun tenaga non medis. B. Permasalahan Berkait dengan latar belakang, maka permasalahan yang diajukan adalah mengenai gambaran pengetahuan petugas kesehatan di Rumah Sakit Labuang Baji mengenai konsep patient safety. Yang meliputi sistem keselamatan pasien, tujuh langkah menuju keselamatan rumah sakit, standar keselamatan pasien, dan akreditasi rumah sakit dalam hubungannya dengan pelaksanaan patient safety. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengetahuan petugas kesehatan di dalam Rumah Sakit Labuang Baji mengenai patient safety. D. Manfaat Penelitian Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai konsep patient safety serta berbagai aspek disekitarnya dan dapat lebih memahami arti penting patient safety terkait sebagai pengguna layanan kesehatan. Selain itu, Hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan data yang dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mendorong pengembangan dan pelaksanaan patient safety.sehingga Instansi terkait dapat INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 71

memberikan pelayanan secara maksimal dengan menerapkan konsep patient safety secara optimal. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang menjadi wujud eksistensi manusia. Pengetahuan juga merupakan identitas dari manusia yang beradab. Dengan demikian pengetahuan menjadi hal penting dalam dinamika kehidupan manusia. Pengetahuan adalah salah satu komponen dari perilaku yang memiliki enam tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi meliputi : Tahu (know), Memahami (comprehension), Aplikasi (Application), Analisa (Analysis), Sintesis (Synthesis), dan Evaluasi (Evaluation). Untuk mengetahui tingkat pengetahuan manusia maka dapat dilakukan dengan berbagai metode. Diantara berbagai metode yang ada maka wawancara dan angket merupakan cara yang biasa digunakan dalam berbagai kegiatan penelitian. Melalui wawancara dan angket peneliti dapat menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas. Sebagai hal yang bersifat dinamis, pengetahuan yang dimiliki manusia cenderung akan berubah-ubah. Perubahan tersebut akan berpengaruh pada kualitas maupun kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Proses perubahan pengetahuan yang dimiliki manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pengetahuan adalah : a. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan mengacu kepada jenjang pendidikan formal maupun informal. Pendidikan formal dalam hal ini adalah jenjang pendidikan yang ditempuh oleh manusia yang dilaksanakan oleh institusi resmi berdasarkan kurikulum pemerintah dengan standar tertentu. Adapun poendidikan non-formal terkait dengan berbagai kegiatan pendidikan diluar jalur pendidikan formal yang dilakukan secara sistematis dalam upaya meningkatkan pengetahuan. 72 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010

b. Lingkungan sekitar Dalam hal ini lingkungan sekitar adalah wilayah yang ada disekitar manusia baik lingkungan biotik (benda hidup) maupun abiotik (benda mati). Lingkungan sekitar manusia memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan manusia yang ada dalam suatu sistem lingkungan tertentu akibat adanya interaksi dan proses belajar dari manusia. c. Pergaulan sehari hari Pergaulan seharai-hari menjadi hal penting yang dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan manusia. Dalam dinamika pergaulan, setiap orang akan bertemu dengan orang-orang lain sehingga terjadi proses interaksi. Interaksi tersebut kemudian akan menimbulkan hal-hal yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki melalui berbagai informasi yang didapatkan. d. Kemampuan belajar Kemampuan belajar sangat berpengaruh pada pengetahuan. Semakin orang memiliki kemampuan untuk belajar maka kemungkinan besar dia akan mendapatkan pengetahuan yang semakin besar pula. Hal inipun berlaku sebaliknya. Jika manusia tidak memiliki atau tidak maksimal memanfaatkan kemampuan belajar, maka pengetahuan mereka cenderung lebih terbatas. B. Tinjauan Umum Mengenai Patient Safety Dewasa ini fokus kebijakan kesehatan salah satunya adalah pelayanan yang lebih memperhatikan tingkat keselamatan pasien. Hal ini telah menjadi komitmen bersama dari para pelaku kesehatan dengan berupaya menerapkan konsep patient safety. Konsep ini dijabarkan dalam berbagai metode dan sistem kerja yang ditujukan bagi optimalisasi keselamatan pasien. Dengan demikian patient safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 73

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. WHO memulai Program Patient Safety tahun 2004. Menurut WHO : Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality management. (World Alliance for Patient Safety, Forward Programme WHO, 2004). Upaya Khusus Keselamatan Pasien yang disepakati dalam patient safety adalah meliputi penerapan : A. Tujuh langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit, meliputi: Membangun Kesadaran akan nilai keselamatan pasien, memimpin dan mendukung staf, mengintegrasikan aktivitas resiko, mengembangkan sistem pelaporan, melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien, belajar dan membagi pengalaman tentang keselamatan pasien, serta mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien B. Standar Keselamatan Pasien Rumah sakit dan Akreditasi Pelayanan Keselamatan Pasien Rumah sakit, diantaranya mengatur tentang pelaksanaan : Hak Pasien, Mendidik pasien dan keluarga, Keselamatan pasien dengan asuhan berkesinambungan, Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien, Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, Mendidik staf tentang keselamatan pasien, serta Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien III. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey dengan pendekatan deskriptif. Jenis penelitian ini dilakukan dengan melakukann survey terhadap populasi pada lokasi penelitian. Dalam hal ini populasi akan diwakili oleh beberapa sampel yang dianggap mewakili kecenderungan seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petugas kesehatan yang bertugas di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar. Mencakup dokter, perawat dan petugas non-medis, sedangakan 74 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010

sampel pada penelitian ini, dipilih secara sengaja dan dianggap mewakili gambaran umum populasi. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling. Penarikan jumlah besar sampel dihitung berdasarkan rumus : N n = 1 + N (d 2 ) dimana : n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05) Rumus ini dipakai untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian dengan membagi stratifikasi responden pada tiga kategori yakni ; Dokter, Perawat dan Petugas non-medis. Masingmasing kategori sampel dari responden tersebut berjumlah : 1. Dokter berjumlah 18 orang 2. Perawat berjumlah 120 orang 3. Petugas non-medis berjumlah 67 orang Dengan demikian jumlah keseluruhan responden yang menjadi sampel mewakili keseluruhan populasi dalam penelitian ini adalah 205 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner diberikan kepada para responden yang menjadi sampel. Kuesioner yang dibagikan telah dirancang berdasarkan alur perumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Kuesioner yang dibagikan berupa pertanyaan yang bertujuan untuk menggali pengetahuan petugas kesehatan di Rumah Sakit Labuang Baji mengenai Patient Safety. IV.HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah populasi keseluruhan dari Rumah Sakit Labuang Baji adalah 457 orang yang terdiri dari dokter ( 58 orang ), INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 75

perawat ( 256 orang ), Tenaga non-medis (143 orang). Dengan mengacu pada populasi yang terdapat pada lokasi penelitian, maka jumlah sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 205 orang. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka tingkat pengetahuan petugas kesehatan Rumah Sakit Labuang Baji akan dipaparkan sesuai dengan urutan variabel. Dari hasil pengumpulan data yang telah dilaksanakan di Rumah Sakit Labuang Baji periode Agustus 2007 dan setelah dilakukan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan pembahasan atas hasil penelitian yang telah diperoleh sesuai dengan variabel penelitian sebagai berikut : A. Jenis Kelamin. Tingkat pengetahuan dokter berdasarkan jenis kelamin memiliki tingkat pengetahuan sangat baik terkait dengan patient safety. Hal tersebut terlihat dari seluruh responden yang berprofesi dokter memiliki nilai yang sangat baik (100%). Baik pada perempuan dan laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkatan pengetahuan seorang dokter mengenai patient safety. Untuk profesi perawat tingkat pengetahuan sangat baik, yang memiliki persentase terbesar pada perempuan yakni 35 orang sebesar 38,89%. Dan tingkat pengetahuan sangat kurang, persentase terbesarnya juga pada perempuan sebesar 24,44%. Terkait dengan variabel ini, terlihat bahwa perawat dengan jenis kelamin perempuan memiliki presentase tingkat pengetahuan sangat baik lebih besar yakni 15,56% dari laki-laki. Dari data yang diperoleh menunjukkan jenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan belajar dari perawat perempuan lebih baik daripada laki-laki, pergaulan sehari-hari perawat perempuan di RS.Labuang Baji lebih baik dan lingkungan sekitar RS.Labuang Baji yang mendukung perawat perempuan lebih maju mengenai patient safety. Sedangkan untuk profesi tenaga nonmedis tingkat pengetahuan sangat baik, yang memiliki persentase terbesar pada laki-laki yakni 11 orang sebesar 39,29%. Selain itu tingkat 76 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010

pengetahuan sangat kurang, persentase terbesarnya juga pada lakilaki sebesar 32,14%. Terkait dengan variabel ini, terlihat bahwa tenaga non medis dengan jenis kelamin laki-laki memiliki presentase tingkat pengetahuan sangat baik lebih besar yakni 8,52% dari perempuan.. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa perbedaan jenis kelamin mempengaruhi tingkat pengetahuan tenaga non medis mengenai patient safety dimana dapat dilihat bahwa laki-laki memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada perempuan, hal ini bisa dikarenakan laki-laki memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mendapatkan informasi tentang patient safety daripada perempuan, misalnya kesempatan untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan. B. Usia. profesi dokter memiliki tingkat pengetahuan sangat baik terkait dengan patient safety. Hal tersebut terlihat dari seluruh responden yang berprofesi dokter memiliki nilai yang sangat baik (100%) dari setiap rentang usia. Dari perolehan nilai atas tingkat pengetahuan tersebut, yang memiliki jumlah responden yang terbanyak adalah pada rentang usia 35 39 tahun dan rentang usia 50 54 tahun masing-masing sebanyak 5 orang. Sedangkan jumlah terendah responden yakni sebanyak 1 orang ditemukan pada rentang usia 30 39 tahun dan 50 59 tahun. Tingkat pemahaman tersebut terkait dengan profesi dokter yang memungkinkan mereka untuk menerima informasi dan pengetahuan yang secara intens terkait dengan profesi meraka. Sebagai dokter yang langsung terkait dengan hal-hal yang menyangkut permasalahan patient safety. Pengetahuan responden perawat tentang patient safety berdasarkan distribusi usia yang memiliki tingkat pengetahuan sangat baik, dengan persentase terbesar terdapat pada rentang usia 20-24 tahun sebesar 100%, disusul dengan rentang usia 45-49 tahun (54,55%). Dan pengetahuan sangat kurang dengan persentase terbesar adalah rentang usia 35-39 tahun (37,5%) Dengan meningkatnya umur seseorang maka pengetahuannya akan semakin banyak, Tapi dari hasil penelitian yang kami lakukan, hal tersebut menyimpang yaitu tingkat pengetahuan sangat baik memiliki persentase terbesar pada usia 20 24 tahun, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 77

mempengaruhi perubahan pengetahuan seseorang diantaranya : linkungan sekitar seseorang, pergaulan sehari-hari dan kemampuan belajar seseorang, pengetahuan responden tenaga Medis tentang patient safety berdasarkan distribusi usia yang memiliki tingkat pengetahuan sangat baik, dengan persentase terbesar terdapat pada rentang usia 20-24 tahun sebesar 67%, disusul dengan rentang usia 35-39 tahun (45%). Adapun pengetahuan sangat kurang dengan persentase terbesar adalah rentang usia 35-39 tahun (25%).Pada umumnya ditemukan kecenderungan bahwa dengan meningkatnya umur seseorang maka pengetahuannya akan semakin banyak, Tapi dari hasil penelitian yang kami lakukan, sama dengan responden perawat, hal tersebut menyimpang yaitu tingkat pengetahuan sangat baik memiliki persentase terbesar pada usia 20 24 tahun, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan pengetahuan seseorang diantaranya : lingkungan sekitar seseorang, pergaulan sehari-hari dan kemampuan belajar seseorang. C. Pendidikan. Pengetahuan petugas kesehatan yakni perawat dilihat dari tingkat pendidikan di Rumah Sakit Labuang Baji periode Agustus 2007, sesuai dengan tabel 12 tampak bahwa perawat memiliki tingkat pengetahuan sangat baik dengan persentase terbesar terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan akademis yaitu sebesar 43,75%. Dan terendah pada tingkat pendidikan SLTA/sederajat. Dari variabael terlihat bahwa untuk tingkat pendidikan akademik memiliki presentase tingkat pengetahuan sangat baik lebih tinggi dibanding tingkat pendidikan yang lain yakni 35,42%. Dari hasil penelitian didapatkan pada tingkat pendidikan sangat baik pada perawat mengenai patient safety di RS. Labuang Baji tidak dipengaruhi oleh pendidikan perawat. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang lain yaitu lingkungan sekitar perawat, pergaulan sehari-hari dan kemampuan belajar dari perawat mengenai patient safety di RS. Labuang Baji. 78 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010

Pengetahuan petugas kesehatan yakni tenaga nonmedis memiliki tingkat pengetahuan sangat baik dengan persentase terbesar terdapat pada responden dengan tingkat pendidikan akademis yaitu sebesar 45,83%. Tingkat pengetahuan sangat baik pada tenaga non medis mengenai patient safety di RS. Labuang Baji tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan tenaga nonmedis. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang lain yaitu lingkungan sekitar tenaga nonmedis, pergaulan sehari-hari dan kemampuan belajar dari tenaga nonmedis mengenai patient safety di RS. Labuang Baji. D. Profesi Distribusi Pengetahuan petugas kesehata mengenai patient safety berdasarkan profesi di RS.Labuang Baji Makassar. Persentase Pada tabel diatas, Pengetahuan petugas kesehatan ditinjau dari profesi di Rumah Sakit Labuang Baji, didapatkan hasil bahwa persentase petugas kesehatan yang mempunyai tingkat pengetahuan sangat baik yang terbanyak pada responden dengan profesi dokter, yakni sebesar 100%. Sedangkan yang terendah adalah yang berprofesi tenaga Non-Medis. Hubungan profesi dengan pengetahuan adalah bermakna. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa pendidikan mempengaruhi pengetahuan. Tingkat pengetahuan menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan dunia pendidikan tinggi. 15 E. Masa Kerja Profesi Pengetahuan dokter mengenai patient safety di RS. Labung Baji berdasarkan masa kerja tidak terpengaruh. Dimana INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 79

dari setiap 100%. Pengetahuan petugas kesehatan & patient safety masa kerja dokter, memiliki nilai masing-masing Tingkat pengetahuan sangat baik perawat mengenai patient safety di RS. Labuang Baji, yang terbesar persentasenya pada masa kerja 30-34 tahun yakni 80%. Tingkat pengetahuan sangat kurang perawat mengenai patient safety di RS. Labuang Baji, yang terbesar pada masa kerja 25-29 tahun dan 35-39 tahun.masa kerja adalah rentang waktu yang terkait dengan profesi seseorang. Asumsi dasar dalam variabel ini adalah semakin panjang masa kerja maka akan semakin banyak informasi dan pengetahuan yang dapat diterima seseorang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapat bahwa tingkat pengetahuan sangat baik, pada perawat mengenai pasien safety di RS. Labuang Baji, persentase terbesar pada masa kerja 30-34 tahun. Tingkat pengetahuan sangat baik tenaga nonmedis mengenai patient safety di RS. Labuang Baji, yang terbesar persentasenya pada masa kerja 15-19 tahun yakni 50%. Tingkat pengetahuan sangat kurang perawat mengenai patient safety di RS. Labuang Baji, yang terbesar pada masa kerja 20-24 tahun dan 30-34 tahun, masing-masing dengan persentase sebesar 33,33%.Dalam hal ini tingkat pengetahuan tenaga nonmedis mengenai patient safety di RS. Labuang Baji tidak dipengaruhi oleh masa kerja dari tenaga nonmedis tersebut. F. Sumber Informasi Tingkat pengetahuan sangat baik pada dokter mengenai pasien safety di RS.Labuang Baji berdasarkan sumber informasi, memiliki persentase yang sama dari setiap sumber informasi yakni 100%. Jadi, dari hasil penelitian dapat ditemukan bahwa tingkat pengetahuan dokter mengenai pasien safety di RS. Labuang Baji tidak dipengaruhi oleh sumber informasi yang didapat. sumber informasi yang terbanyak, tempat perawat memperoleh informasi tentang patient safety dengan persentase terbesar adalah dari media cetak sebanyak 65,38%. Tingkat 80 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010

pengetahuan sangat kurang pada responden yang mengaku tidak pernah mendengar tentang patient safety dan tidak mendapatkan sumber informasi tentang patient safety. Dengan semakin banyaknya seseorang mendapatkan informasi dari berbagai sumber maka pengetahuan akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrence Green seperti yang dikutip dalam Notoatmodjo bahwa ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang memudahkan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang Dalam hal ini yang dimaksud dengan ketersediaan fasilitas adalah sumber informasi. sumber informasi yang terbanyak, tempat tenaga nonmedis memperoleh informasi tentang patient safety dengan persentase terbesar adalah dari media elektronik sebanyak 66,67%. Tingkat pengetahuan sangat kurang pada responden yang mengaku tidak pernah mendengar tentang patient safety dan tidak mendapatkan sumber informasi tentang patient safety. berbagai sumber maka pengetahuan akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Lawrence Green seperti yang dikutip dalam Notoatmodjo bahwa ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang memudahkan untuk mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang Dalam hal ini yang dimaksud dengan keterediaan fasilitas adalah sumber informasi. 16 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan sangat baik tenaga nonmedis mengenai pasien safety di RS.Labuang Baji, lebih banyak diperoleh dari media elektronik, dibanding dari sumber informasi yang lain. V. KESIMPULAN DAN SARAN A.KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan yakni : 1. Pada variabel jenis kelamin, ketiga profesi menunjukkan bahwa jenis perempuan lebih baik dalam pemahaman tentang patient safety dibandingkan dengan laki-laki. INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 81

2. Pada variabel usia, untuk profesi dokter semua jenjang usia memperoleh kriteria sangat baik. Pada profesi perawat, perolehan kriteria sangat baik terdapat pada jenjang usia 45 49 tahun sedangkan kriteria sangat kurang terdapat pada jenjang usia 50 54. Adapun profesi tenaga non-medis kriteria sangat baik ada pada rentang usia 35 39 tahun sedangkan kriteria sangat kurang pada rentang usia 55 59 tahun. 3. Pada variabel tingkat pendidikan profesi dokter secara keseluruhan memiliki kriteria sangat baik. Kriteria sangat memuaskan untuk profesi perawat terdapat pada tingkat pendidikan akademi sedangkan kriteria sangat kurang terdapat pada tingkat pendidikan SLTA/Sederajat. Pada profesi tenaga non-medis, kriteria sangat baik terdapat pada tingkat pendidikan akademis sedangkan kriteria sangat kurang terdapat pada tingkat pendidikan SLTA/Sederajat. 4. Pada variabel profesi, kriteria sangat baik terdapat pada profesi dokter sedangkan tenaga non-medis mendapat kriteria sangat kurang. 5. Pada variabel masa kerja seluruh responden dokter mendapatkan kriteria sangat baik. Pada profesi perawat, kriteria sangat baik terdapat pada masa kerja 30 34 tahun, sedangkan kriteria sangat kurang terdapat pada masa kerja 25 29 tahun. Adapun profesi tenaga non-medis, kriteria sangat baik terdapat pada masa kerja 15 19 tahun, sedangkan kriteria sangat kurang terdapat pada masa kerja 0 4 tahun. B. SARAN-SARAN Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini maka saran yang dapat diajukan adalah : 1. Petugas kesehatan Rumah Sakit Labuang Baji terutama yang memiliki tingkat pengetahuan masih kurang mengenai patient safety didorong agar lebih memiliki kemampuan 82 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010

mengenai patient safety terutama perawat dan tenaga nonmedis. Hal tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Berbagai kegiatan yang dapat ditempuh misalnya, sosialisasi secara berkala, pelatihan, kursus, seminar dan lain sebagainya. 2. Pihak rumah sakit dapat mensosialisasikan patient safety kepada masyarakat agar dapat lebih mengerti fungsi dan kegunaannya dalam sistem pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan misalnya, kampanye patient safety, sosialisasi dan lain sebagainya sehingga tujuan patient safety akan dapat terwujud secara optimal. INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010 83

DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Dalam: Notoatmodjo S, editor. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta; 1997 Ngatimin, HM Rusli, Ilmu perilaku kesehatan, Yayasan PK-3, Makassar 2003 Rika C. Kerangka acuan seminar: Perkembangan terkini Patient Safety di dunia dan implementasinya bagi Indonesia: sekedar mengikuti trend atau memang diperlukan? Available from: http://www.desentralisasi-kesehatan.net/. Accessed: 4/06/07 Yahya AA. Konsep dan program patient safety. Bandung: Persi; 2006 NN. Menkes canangkan gerakan moral nasional keselamatan pasien di rumah sakit. http://www.tempo.co.id /medika/arsip/. Available from: http://www.depkes.go.id/. Accessed: 4/06/07 Supari SF. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor 496/menkes/sk/iv/2005 tentang pedoman audit medis di rumah sakit. Jakarta: Depkes RI; 2005 : Lumenta NA. State of the art patient safety konsep dn penerapannya. Available from: http://www.pdpersi.co.id/. Accessed: 3/06/07 Lumenta NA. Apa manfaat akreditasi bagi rumah sakit kami? Available from: http://www.pdpersi.co.id/. Accessed: 3/06/07 Azis S, Herman MJ. Kemampuan petugas menggunakan pedoman evaluasi pengelolaan dan pembiayaan obat. Available from: http://www.depkes.co.id/. Accessed: 13/08/07 Sulistyo, Basuki. Kode etik dan organisasi profesi. Available from: http://www.ipi.co.id/ Accessed: 13/08/07 Yahya, Yeni A, Santoso, Ambarita LP. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Malaria Pada Anak di Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Tahun 2005. Dalam: Buletin Penelitian Kesehatan. Vol. 34 No.2-2006. Jakarta: Depkes RI; 2006: 61-71 84 INSPIRASI, No. X Edisi Juli 2010