INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /


Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri



PENDAHULUAN Latar Belakang

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA


PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

STATISTIK GENDER 2011

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

Katalog BPS:

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

Profile Perempuan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

madiunkota.bps.go.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

INDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2011

INDEKS DISPARITAS WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

pareparekota.bps.go.id

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

K A T A P E N G A N T A R

Katalog BPS :

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

Kata Sambutan. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Katalog : pareparekota.bps.go.id

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008


BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUKAJADI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator


RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

Katalog :

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan


Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT SUMATERA SELATAN 2009

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

KATA PENGANTAR. Syukur alhamdulilah, tahun ini buku DATA DEMOGRAFI, EKONOMI, DAN SOSIAL BUDAYA KOTA MADIUN 2017 dapat diselesaikan dengan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

Transkripsi:

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN 2013

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 ISSN : No. Publikasi : Katalog : UkuranBuku : 20,7 cm x 29,0 cm JumlahHalaman :xi +84 halaman Cover : Editor : Harsono, SE Naskah: Riyanto Tri Susanto, S.ST, M.Si Kerjasama: dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Situbondo Jalan Seruji no3 Situbondo Telp/Fax : 0338 678774 Email : bappeda@situbondokab.go.id BadanPusatStatistikKabupatenSitubondo Jalan Raya Wringin Anom Panarukan Telp/Fax : 0338 671996 Email : bps3512@bps.go.id Bolehdikutipdenganmenyebutkansumbernya ii

KATA PENGANTAR Assalamu alaikumwr.wb. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas taufiq dan hidayah Nya sehingga publikasi Indikator Makro Sosial Kabupaten Situbondo 2012 dapat diterbitkan sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Indikator Makro Sosial merupakan kumpulan berbagai indikator penting yang menunjukan perkembangan pembangunan khususnya di bidang kesejahteraan masyarakat. Ukuran atau indikator dapat dibedakan berdasarkan dimensi dimensi tertentu yang mudah diamati perkembangannya, seperti : dimensi kependudukan, dimensi kesehatan, dimensi pendidikan, dimensi ketenagakerjaan, dimensi perumahan dan dimensi konsumsi rumah tangga. Dimensi tersebut dapat diukur serta dapat dibandingkan antar waktu. Dari hasil penyusunan Indikator Makro Sosial 2012 ini, dapat disimpulkan bahwa secara umum pembangunan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 relatif lebih baik dari pada tahun tahun sebelumnya. Namun demikian pada beberapa indikator tertentu justru kurang baik. Tentu saja beberapa indikator tersebut seyogyanya dapat dijadikan sebagai masukan konstruktif serta bahan evaluasi untuk perencanaan ke depan. Demikian pula peningkatan beberapa indikator lainnya dapat dijadikan acuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang ada. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah ikut ambil bagian dalam penyusunan publikasi ini, baik sebagai penyedia data maupun terkait langsung dalam pembahasannya. Wassalamu alaikum wr.wb. Situbondo, November 2013 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SITUBONDO HARSONO,SE Pembina Tingkat I NIP. 19610428 198001 1 001 iii

KATA SAMBUTAN Assalamu alaikumwr.wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya, sehingga agenda pembangunan yang telah direncanakan bisa diselenggarakan dengan baik dan tepat waktu. Dengan demikian diharapkan Kabupaten Situbondo dari tahun ke tahun semakin maju dan semakin meningkat tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Agar pembangunan yang dicanangkan bisa tepat sasaran, diperlukan dukungan data / informasi yang relevan, tepat dan akurat untuk evaluasi perencanaan pembangunan. Publikasi Indikator Makro Sosial Kabupaten Situbondo Tahun 2012 merupakan kumpulan indikator sosial yang sangat penting artinya sebagai alat ukur atas hasil pembangunan terutama yang berdampak langsung pada pembangunan manusia di Kabupaten Situbondo dan sebagai bahan pengambilan kebijakan pada masa yang akan datang. Semoga publikasi ini bisa bermanfaat bagi pemerintah pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Wassalamu alaikum wr.wb. Situbondo, November 2013 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN SITUBONDO Drs HARYADI TEJO LAKSONO M.Si Pembina Tingkat I NIP.19681127 198903 1 007 iv

Daftar Isi Halaman Judul Katalog Kata Pengantar Kata Sambutan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Tinjauan Umum Hal i ii iii iv v vi vii viii Bab I Kependudukan 1 1.1 Jumlah dan laju Pertumbuhan Penduduk... 1 1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk... 4 1.3 Fertilitas... 6 Bab II Kesehatan 17 2.1 Derajat dan status Kesehatan... 17 2.2 Pemberian ASI.... 19 2.3 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan 20 Bab III Pendidikan 32 3.1 Tingkat Pendidikan... 33 3.2 Tingkat Partisipasi Sekolah 35 3.3 Putus Sekolah. 37 3.4 Fasilitas Pendidikan 37 Bab IV Ketenagakerjaan 50 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja... 50 4.2 Lapangan Usaha... 53 4.3 Status Pekerjaan Utama.. 54 Bab V Perumahan 59 5.1 Kualitas Tempat Tinggal... 60 5.2 Fasilitas Tempat Tinggal... 62 Bab VI Konsumsi Rumah Tangga 76 Bab VI IPenutup. 82 Indikator Makro Sosial Situbondo v

Daftar Tabel Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10 Tabel 1.11 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 2008 2012 Kepadatan Penduduk Kabupaten Situbondo tahun 1980 2012... Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Situbondo Tahun 1969 2012 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2011 2012 Kepadatan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 1969 2009. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2011 2012 Angka Ketergantungan Menurut Kategori Kabupaten Situbondo Tahun 2009 2012. Stuktur Penduduk Per Kelompok Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2011 Struktur Penduduk Per Kelompok Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Persentase Usia Perkawinan Pertama Menurut Kelompok Usia Menikah Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012.. Anak Kandung Lahir Hidup Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012.. Angka Harapan Hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2010 2012 Kabupaten Situbondo...... Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Angka Harapan Hidup Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Persentase Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kabupaten Situbondo Tahun 2009 2012 Penyakit Terbanyak di Perpustakaan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Persentase Lama Pemberian ASI Menurut Lama Pemberian ASI Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012. Ketersediaan Sarana Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012... Persentase Penolong Kelahiran Pertama Menurut Penolong Kelahiran Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012. Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Menurut Penolong Kelahiran Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012. Persentase Jenis Obat / Cara Pengobatan yang digunakan Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012... Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7 12 Tahun pada Tahun 2010 2012 Kabupaten Situbondo Persentase Melek Huruf Menurut Kemampuan Baca dan Tulis Kabupaten Situbondo Tahun 2004 2012. Hal 3 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 23 24 25 26 27 28 29 30 31 35 39 Indikator Makro Sosial Situbondo vi

Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Rata Rata Lama Sekolah Kabupaten Situbondo Tahun 2004 2012.. Persentase MelekPersentase Tingkat Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan Penduduk Usia 5 (Lima) Tahun Ke atas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7 12 Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012... Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 13 15 Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012... Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 16 18 Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012... Persentase Siswa Putus Pendidikan SD/Sederajat Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Banyaknya Sekolah Menurut Jenjang Sekolah Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012. Banyaknya Guru Menurut Jenjang Sekolah Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012... Banyaknya Kelas Menurut Jenjang Sekolah Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012... Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Situbondo Tahun 2004 2012 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Kabupaten Situbondo Tahun 2011 2012. Banyaknya Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Menganggur Kabupaten Situbondo Tahun 2003 2012 Persentase Lapangan Usaha Penduduk 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Situbondo Tahun 2009 2012.. Persentase Status Pekerjaan Umum Penduduk 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012. Rata Rata Luas Lantai Hunian Per Rumah Tangga Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012.. Persentase Jenis Dinding Terluas Kabupaten Situbondo Tahun 2012... Persentase Sumber Penerangan Rumah Tangga Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Persentase Sumber Air Bersih Rumah Tangga Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Persentase Luas Lantai Tempat Tinggal Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Rata Rata Luas Lantai Hunian Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012 Persentase Jenis Lantai Terluas Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012 Persentase Jenis Atap Terluas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012... 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 51 55 56 57 58 61 62 63 64 66 67 68 69 Indikator Makro Sosial Situbondo vii

Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 Tabel 5.12 Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 6.1 Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Persentase Jenis Dinding Terluas Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Persentase Sumber Penerangan Rumah Tangga Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Persentase Sumber Air Bersih Rumah Tangga Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Persentase Fasilitas Penggunaan Tempat Buang Ai Besar Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012... Persentase Tempat Pembuangan Akhir Tinja Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012... Jumlah Rumah Tangga, Kepadatan Rumah Tangga Per Orang dan Kepadatan Rumah Tangga Per Luas Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Situbondo Tahun 2003 2012.. Banyaknya Rumah Tangga yang Didata pada Pendataan BLT 05, PPLS 08 dan PPLS 11 Kabupaten Situbondo... Kriteria Hasil Pendataan PPLS 2011 Kabupaten Situbondo (Persen)... Rata Rata Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Rumah Tangga Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012. 70 71 72 73 74 75 78 79 80 81 Indikator Makro Sosial Situbondo viii

Daftar Gambar Hal Gambar 1.1 Angka Ketergantungan Tua dan Muda Kabupaten Situbondo Tahun 2012 6 Gambar 3.1 Gambaran Mengenai Mutu Pendidikan di Situbondo Tahun 2012... 34 Gambar 5.1 Sumber Air Rumah Tangga tahun 2012. 63 Indikator Makro Sosial Situbondo ix

TINJAUAN UMUM Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang telah dikumandangkan oleh bangsa Indonesia merupakan titik kulminasi perjuangan dalam merebut kemerdekaan yang juga merupakan awal tonggak untuk dimulainya pembangunan seluruh bangsa dan negara ini. Apa yang menjadi cita-cita perjuangan bangsa ini, secara eksplisit dapat dilihat dalam fondasi berdirinya NKRI yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, baik terdapat dalam naskah pembukaan ataupun isi pasal-pasalnya. Jika diambil inti sarinya secara tegas cita-cita tersebut antara lain : Mencerdaskan dan mensejahterakan perikehidupan bangsa Mewujudkan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur, aman sentosa. Cita-cita tersebut diwujudkan dengan pembangunan di setiap sisi kehidupan masyarakat, baik sisi lahir maupun batin. Selanjutnya hasil pembangunan dapat dilihat dari bagaimana pembangunan yang telah dilakukan dapat mensejahterakan seluruh rakyat. Maksud dan Tujuan Berdasarkan latar belakang diatas, maka maksud penyusunan Publikasi Indikator Makro Situbondo 2012 adalah untuk mengukur capaian - capaian pembangunan yang telah dilakukan pemerintah bersama seluruh masyarakat kabupaten Situbondo. Indikator makro sosial ini juga bermanfaat sebagai bahan evaluasi kinerja yang telah dilakukan oleh stake holder Indikator Makro Sosial Situbondo x

Kinerja Pembangunan Metodologi Adapun tujuan penyusunan publikasi ini adalah tersediannya data dan informasi yang diwujudkan dalam bentuk indikator sosial secara makro, yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pembangunan. Relevansi perencanaan pembangunan adalah dengan melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh umpan balik agar dapat dikenali secara dini hal hal yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan. Evaluasi juga bermanfaat untuk melihat efektifitas perencanaan pembangunan yang dikemudian hari diharapkan dapat dilakukan perbaikan agar target pembangunan dapat tercapai. Bagian penting sebuah perencanaan pembangunan adalah adanya evaluasi yang konsisten dan berkelanjutan. Evaluasi dilakukan dengan cara menetapkan indikator-indikator kinerja yang menggambarkan secara tepat keadaan-keadaan sebab akibat dalam rencana strategi pembangunan. Indikator kinerja pembangunan tersebut merupakan besaranbesaran yang dapat diukur dengan relatif mudah dan murah yang sesungguhnya dapat menceminkan keadaan hasil capaian pembangunan. Oleh karena itu pengukuran kinerja pembangun adalah dengan menentukan indikator kinerja terutama di bidang sosial, karena ranah pembangunan bidang sosial adalah obyek pembangunan itu sendiri. Sumber data penyusunan publikasi Indikator Makro Sosial Situbondo tahun 2012 ini terbagi dalam dua kelompok data, yang pertama menggunakan data sekunder yakni data yang dikumpulkan dari masing- Indikator Makro Sosial Situbondo xi

Metode estimasi masing dinas/instansi terkait, yang kedua dari data primer yaitu berdasarkan survei yang berkaitan dengan penyusunan publikai Indikator Makro Sosial Situbondo ini. Adapun survei tersebut didahului oleh penentuan kerangka sampel, kemudian pemilihan sampel rumah tangga, pendataan rumah tangga dan anggotanya pengolahan data dan setelah itu baru dilakukan pengestimasian. Metode estimasi yang digunakan dalam survei ini menggunakan metode secara tidak langsung (indirect estimate) yaitu ratio estimate, dengan penimbang (weight) adalah rasio antara jumlah rumahtangga hasil proyeksi dengan jumlah rumahtangga sampel untuk mengestimasi karakteristik rumahtangga. Adapun untuk mengestimasi karakteristik penduduk penimbangnya adalah rasio antara jumlah penduduk hasil proyeksi dengan jumlah penduduk pada rumah tangga sampel. Estimasi nilai rata-rata karakteristik individu adalah y kh 1 16b b h 16 a ij 1 y hijl h i 1 j 1 aij h 1 Estimasi nilai total karakteristik Y adalah di mana, Yˆ kh Q ~ kh y kh y kh = estimasi nilai rata-rata karakteristik y di kabupaten/kota k daerah h (perkotaan h=1, pedesaan h=2). Indikator Makro Sosial Situbondo xii

Yˆ kh = estimasi nilai total karakteristik y di kabupaten/kota k daerah h. y hijl = nilai karakteristik pada anggota rumahtangga b h a ij Q ~ kh ke-l, rumahtangga terpilih ke-j di blok sensus terpilih ke-i. = banyaknya blok sensus terpilih di kabupaten/kota k daerah h. = banyaknya individu (ART) di rumahtangga terpilih ke-j di blok sensus terpilih ke-i. = perkiraan jumlah penduduk di kabupaten/kota k daerah h. Perkiraan nilai rata-rata karakteristik Y di kabupaten/kota k daerah perkotaan (1) dan pedesaan (2) adalah Yˆ ˆ k1 Y yk ~ ~ P P k1 k 2 k 2 Perkiraan nilai total karakteristik Y di kabupaten/kota k daerah perkotaan ( Y ˆk 1 ) dan pedesaan ( Y ˆk 2 ) adalah Yˆ Yˆ k k1 Yˆ k 2 Indikator Makro Sosial Situbondo xiii

BAB I KEPENDUDUKAN Masalah kependudukan antara lain meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk Kajian kependudukan telah banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Hal ini karena semakin disadari bahwa data kependudukan sesungguhnya memiliki hubungan langsung terhadap subyek pembangunan. Dengan demikian policy maker akan sangat terbantu untuk mengarahkan kebijakan-kebijakan menuju sasaran yang benar-benar urgen. Kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dalam pengambilan keputusan sedemikian rupa dapat diperkecil. Masalah-masalah kependudukan antara lain meliputi: jumlah, komposisi dan distribusi penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, namun dapat pula menjadi beban pembangunan jika memiliki kualitas yang rendah. Oleh karena itu dalam konteks keberhasilan pembangunan daerah, penanganan masalah kependudukan tidak hanya dilihat dari keberhasilan mengendalikan jumlah penduduk semata, namun juga dititikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Disamping itu program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama yang berguna untuk peningkatan kesejahteraan penduduk. 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil sensus penduduk tahun 1990 penduduk Situbondo berjumlah 573.734 jiwa dan pada tahun 2000 jumlah penduduk Situbondo menjadi sebesar 599.126 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Situbondo Indikator Makro Sosial Situbondo 1

berdasarkan hasil Sensus Penduduk telah mencapai jumlah 647.619 jiwa. Berdasarkan estimasi penduduk, tahun 2011 jumlah penduduk Situbondo berkembang menjadi sebesar 652.042 jiwa. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah penduduk dihitung berdasarkan hasil Tahun 2012 jumlah penduduk Situbondo adalah 656.691 dengan laju pertumbuhan penduduk tahun 2011-2012 adalah 0,71 persen estimasi yaitu sebesar 656.691 jiwa.. Komposisi penduduk Situbondo didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Hal menarik yang ada pada piramida penduduk Situbondo tahun 2012 adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk pada usia 65 tahun ke atas dengan usia 60-64 tahun. Penduduk usia 65 tahun keatas (penduduk tua) jumlahnya lebih banyak dibanding kelompok penduduk dengan usia yang lebih muda. Secara Absolut, jumlah penduduk Situbondo terus bertambah setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk Situbondo tergolong stabil. Secara umum pertumbuhan penduduk antar waktu berkisar dibawah satu persen. Hanya pada dekade 70an pertumbuhan penduduk Situbondo diatas satu persen. Pada dekade tersebut dikenal dengan masa baby boom yakni masa dimana kelahiran bayi tinggi pasca resesi dekade 60an. Gejala baby boom tidak hanya terjadi di Situbondo namun juga di hampir seluruh tanah air. Pertumbuhan penduduk Situbondo antara tahun 1969 1980 adalah 1,14 persen. Pertumbuhan penduduk Situbondo terus menurun antara tahun 1980 hingga tahun 2000. yakni 0,90 persen pada tahun 1980 1990 dan 0,43 persen pada tahun 1990 2000. Namun penurunan tersebut tidak berlanjut karena pada pertumbuhan penduduk antara tahun 2000 2010 mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk menjadi sebesar 0,70 persen dan pertumbuhan dari tahun 2010 ke Indikator Makro Sosial Situbondo 2

tahun 2011 sebesar 0,68 persen. Pada tahun 2012, pertumbuhan penduduk sebesar 0,71 persen. Pertumbuhan Penduduk diyakini bukan hanya karena faktor-faktor alamiah pembentuk pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran dan kematian belaka, namun juga dipengaruhi faktor lain yaitu adanya proses migrasi. Proses migrasi yang signifikan memberikan pengaruh pada suatu daerah dan biasanya terjadi pada daerahdaerah industri atau daerah penyangga industri. Metodologi Pertumbuhan Penduduk : Pt=P0(1+r) t Dimana : Pt : Penduduk tahun t, P0: Penduduk tahun dasar, r : angka pertumbuhan t : Jangka waktu Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Situbondo 2008-2012 Jumlah Laju Pertumbuhan Per Tahun Penduduk tahun (Persen) (1) (2) (3) 2008 640.882 0,34 2009 643.061 2010 647.619 2011 652.042 0,71 0,68 0,71 2012 656.691 Dengan mengetahui perkiraan jumlah penduduk di masa mendatang, tentu akan membawa manfaat yang besar bagi Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk dapat memperkirakan kebijakan-kebijakannya yang sesuai Indikator Makro Sosial Situbondo 3

dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Penduduk merupakan modal positif bagi Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk membangun, apabila potensi penduduk ini disertai dengan meningkatnya pendidikan mereka dan ditunjang oleh pemenuhan kebutuhan primer. Penduduk juga merupakan sumber permasalahan jika tidak dikelola dengan tepat. 1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk Masalah yang sering timbul yang diakibatkan oleh kepadatan penduduk terutama mengenai perumahan, kesehatan, dan keamanan Persebaran penduduk antar kecamatan di Kabupaten Situbondo masih timpang, sehingga kepadatan penduduk untuk masing masing kecamatan juga tidak merata. Kepadatan penduduk biasanya terpusat di daerah perkotaan yang umumnya memiliki segala fasilitas yang dibutuhkan oleh penduduk sehingga mengundang penduduk wilayah pedesaan untuk berusaha di daerah perkotaan. Masalah yang sering timbul yang diakibatkan oleh kepadatan penduduk terutama mengenai perumahan, kesehatan, dan keamanan. Oleh karena itu, distribusi dan persebaran penduduk harus menjadi perhatian khusus pemerintah. Pembangunan sebaiknya juga dilaksanakan di luar daerah perkotaan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan dan dapat menciptakan lapangan kerja yang luas bagi penduduk setempat, sehingga tidak menimbulkan urbanisasi. Jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Panji yakni 69.588 jiwa, berikutnya adalah kecamatan Besuki yakni 62.296 jiwa dan kecamatan Banyuputih dengan penduduk berjumlah 55.316 jiwa pada tahun 2012. Namun jumlah penduduk yang banyak tidak selalu Indikator Makro Sosial Situbondo 4

tepat untuk mengindikasikan suatu kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk di Kabupaten Situbondo terpadat berturut-turut adalah kecamatan Besuki, Situbondo dan Panji. Ketiga kecamatan tesebut merupakan kecamatan dengan basis perkotaan dan industri yang dominan di Kabupaten Situbondo. Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 1980-2012 Tahun Kepadatan Penduduk (Penduduk/Km 2 ) (1) (2) 1980 320,29 1990 350,16 2000 365,66 2006 388,28 2007 389,71 2008 391,14 2009 392,47 2010 395,25 2011 397,95 2012 400,79 Kepadatan penduduk di kecamatan perkotaan relatif lebih tinggi daripada kecamatan dengan mayoritas desa perdesaan di Situbondo Kepadatan penduduk Situbondo dari tahun ke tahun semakin meningkat, Kepadatan Penduduk pada tahun 1980 adalah 320,29 jiwa per kilometer persegi, saat ini telah mencapai 400,79 jiwa per meter persegi, Hal ini berarti dalam satu kilometer persegi luas di kabupaten Situbondo, rata rata dihuni 401 jiwa, Sedangkan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang Indikator Makro Sosial Situbondo 5

tertinggi adalah kecamatan Besuki yaitu 2.358,80 jiwa per kilometer persegi, Dan kecamatan yang terendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Banyuputih, yakni, 114,84 jiwa per kilometer persegi, Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan diantaranya terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0 14 tahun dan kelompok Gambar 1.1 Angka Ketergantungan Tua dan Angka Ketergantungan Muda Tahun 2012 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Angka Ketergantungan Muda Angka Ketergantungan Tua umur 65 tahun atau lebih) yang berarti semakin rendahnya angka beban ketergantungan, Semakin kecil angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya, Pada tahun 2012 rata rata dari 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 41 penduduk tidak produktif, dari 4 penduduk tidak produktif tersebut 31 penduduk adalah penduduk usia muda yakni penduduk dibawah 15 tahun, Di tahun 2011 beban angka ketergantungan berkurang menjadi 41 dan di tahun 2012 tidak mengalami perubahan, yaitu sebesar 41 yang berarti keadaan ekonomi Situbondo secara demografi dapat dikatakan berangsur-angsur mengarah kepada daerah yang semakin maju 1.3 Fertilitas Berdasarkan data SDKI dari tahun 1991 2007 secara nasional menunjukkan penurunan tingkat fertilitas dari setiap kelompok umur wanita usia subur (ASFR), Selain itu, semakin bertambah usia wanita maka semakin menurun tingkat fertilitasnya, TFR menunjukkan rata Indikator Makro Sosial Situbondo 6

ALH (Anak Lahir Hidup) Kabupaten Situbondo tahun 2012 sebesar 2,07 yang berarti setiap wanita usia produktif yang pernah menikah di Kabupaten Situbondo rata-rata tingkat fertilitasnya adalah setara dengan 2 anak. Usia Perkawinan pertama perempuan Situbondo adalah 17,79 tahun rata banyaknya anak yang dilahirkan oleh seorang wanita yang sudah selesai masa reproduksinya dalam tahun tersebut, Program Keluarga Berencana (KB) dan penundaan usia perkawinan pertama pada wanita merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat fertilitas di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Situbondo pada khususnya karena berdampak memperpendek masa reproduksi mereka dan jumlah anak yang dilahirkan, Wanita yang kawin pada usia sangat muda mempunyai resiko cukup besar pada saat mengandung dan melahirkan yang berdampak terhadap keselamatan ibu maupun anak, Dengan memberi kesempatan kepada wanita untuk bersekolah lebih tinggi dapat membantu menunda usia perkawinan bagi seorang wanita, terutama di daerah pedesaan, Rata rata usia perkawinan pertama penduduk perempuan Situbondo tahun 2011 adalah 16,80 tahun, Selanjutnya pada tahun 2012 rata rata usia perkawinan pertama penduduk perempuan meningkat menjadi 17,79 tahun. Sebagian besar perempuan yang pernah kawin, usia perkawinan pertama dibawah 17 tahun. Sebanyak 50,26 persen penduduk perempuan dengan umur perkawinan pertama diawah 17 tahun. Sebanyak 26,09 persen penduduk perempuan dengan umur perkawinan pertama 17-18 tahun. Sedangkan penduduk perempuan dengan umur perkawinan pertama antara 19-24 tahun sebanyak 20,68 persen. Sisanya yaitu sebanyak 2,97 persen penduduk perempuan dengan umur perkawainan pertama 25 tahun keatas. Indikator Makro Sosial Situbondo 7

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Situbondo Tahun 1969 2012 Jenis Kelamin Laki Laki + Tahun Perempuan Laki Laki Perempuan (1) (2) (3) (4) 1969 1) 224 572 238 643 463 215 1980 2) 257 301 267 502 524 803 1990 2) 280 873 292 861 573 734 2000 3) 289 041 310 085 599 126 2005 3) 311 377 320 004 631 381 2006 3 ) 308 443 327 756 636 199 2007 3) 311 199 327 338 638 537 2008 3) 312 394 328 488 640 882 2009 3) 313 661 329 400 643 061 2010 2) 315 912 331 707 647 619 2011 3) 318 157 333 885 652 042 2012 319 653 337 038 656 691 1) : Publikasi Penduduk Djawa-Madura, 1969 2) : Hasil Sensus Penduduk 3) : Hasil Susenas dan Proyeksi dari Hasil Sensus Penduduk Indikator Makro Sosial Situbondo 8

Tabel 1.4 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2011 2012 Kecamatan Penduduk Kabupaten Situbondo 2011 2012 (1) (2) Sumbermalang 26 347 26 499 Jatibanteng 21 910 22 019 Banyuglugur 22 644 22 814 Besuki 61 809 62.296 Suboh 26 350 26 538 Mlandingan 22 396 22 572 Bungatan 24 565 24 730 Kendit 28 245 28 438 Panarukan 53 607 54 020 Situbondo 47 082 47 461 Mangaran 32 134 32 341 Panji 69 009 69 588 Kapongan 37 236 37 509 Arjasa 39 884 40 146 Jangkar 36 467 36 684 Asembagus 47 408 47 720 Banyuputih 54 949 55 316 Kab. Situbondo 652 042 656 691 Indikator Makro Sosial Situbondo 9

Tabel 1.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Situbondo Tahun 1969-2009 Tahun Kepadatan Penduduk (Penduduk/Km 2 ) (1) (2) 1969 282,71 1980 320,29 1990 350,16 2000 365,66 2005 385,34 2006 388,28 2007 389,71 2008 391,14 2009 392,47 2010 395,25 2011 397,95 2012 400,79 Indikator Makro Sosial Situbondo 10

Tabel 1.6 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2011 2012 Kepadatan Penduduk Kabupaten Situbondo (Penduduk/Km 2 ) Kecamatan 2011 2012 (1) (2) (3) Sumbermalang 203,50 204,67 Jatibanteng 331,57 333,22 Banyuglugur 311,64 313,98 Besuki 2.340,36 2.358,80 Suboh 854,41 860,51 Mlandingan 565,41 569,86 Bungatan 371,80 374,30 Kendit 247,46 249,15 Panarukan 985,79 993,38 Situbondo 1.692,99 1.706,62 Mangaran 683,85 688,25 Panji 1933,03 1.949,24 Kapongan 835,82 841,95 Arjasa 184,32 185,53 Jangkar 544,28 547,52 Asembagus 399,26 401,89 Banyuputih 114,08 114,84 Kab. Situbondo 397,95 400,79 Indikator Makro Sosial Situbondo 11

Tabel 1.7 Angka Ketergantungan Menurut Kategori Kabupaten Situbondo Tahun 2009-2012 Angka Ketergantungan (persen) Kategori 2009 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) (4) Angka Ketergantungan Muda 32,91 31,88 30,87 30,99 Angka Ketergantungan Tua 10,62 10,07 10,19 10,22 Angka Ketergantungan 43,56 41,96 41,06 41,21 Indikator Makro Sosial Situbondo 12

Tabel 1.8 Struktur Penduduk Per Kelompok Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2011 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-Laki + (Tahun) Laki-Laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) 00 04 23 704 22 574 46 278 05 09 25 125 24 032 49 157 10 14 25 644 24 379 50 023 15 19 25 291 26 754 52 045 20 24 23 861 24 554 48 415 25 29 25 296 27 196 52 492 30 34 24 417 26 523 50 940 35 39 26 419 26 665 53 084 40 44 25 173 25 982 51 155 45 49 23 154 24 188 47 342 50 54 20 597 21 112 41 709 55 59 16 617 15 847 32 464 60 64 12 304 14 258 26 562 65-69 8 149 10 456 18 605 70 74 5 593 8 707 14 300 75 + 4 568 8 480 13 048 Kab. Situbondo 315 912 331 707 647 619 Indikator Makro Sosial Situbondo 13

Tabel 1.9 Struktur Penduduk Per Kelompok Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Kelompok Umur Jenis Kelamin Laki-Laki + (Tahun) Laki-Laki Perempuan Perempuan (1) (2) (3) (4) 00 04 25.307 24.247 49.554 05 09 23.397 22.628 46.025 10 14 24.809 23.726 48.535 15 19 26.146 27.140 53.286 20 24 24.372 24.780 49.152 25 29 23.745 25.990 49.735 30 34 24.950 27.126 52.076 35 39 25.746 26.567 52.313 40 44 25.220 26.449 51.669 45 49 24.057 25.291 49.348 50 54 21.186 22.237 43.423 55 59 17.718 17.759 35.477 60 64 13.813 14.767 28.580 65-69 8.431 10.611 19.042 70 74 5.958 8.568 14.526 75 + 4.798 9.152 13.950 Kab. Situbondo 319.653 337.038 656.691 Indikator Makro Sosial Situbondo 14

Tabel 1.10 Persentase Usia Perkawinan Pertama Menurut Kelompok Usia Menikah Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012 Kelompok Usia Menikah (Tahun) Tahun 16 17-18 19-24 25 > (1) (2) (3) (4) (5) 2007 37,55 22,86 31,09 8,49 2008 60,56 19,67 16,20 3,56 2009 56,28 21,15 17,35 5,22 2010 62,70 19,72 16,26 1,32 2011 56,98 21,67 18,45 2,92 2012 26,32 25,35 39,10 9,23 Indikator Makro Sosial Situbondo 15

Tabel 1.11 Anak Kandung Lahir Hidup Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Tahun Anak Lahir Hidup (1) (2) 2006 2,11 2007 2,21 2008 2,20 2009 2,47 2010 2,24 2011 2,08 2012 2,07 Indikator Makro Sosial Situbondo 16

BAB II KESEHATAN Masalah kesehatan antara lain adalah upaya meningkatkan derajat hidup, serta perbaikan status kesehatan Penduduk. Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk. Indikator utama yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk adalah angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Selain itu aspek penting lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status gizi. Sedangkan untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Oleh karena itu usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat perlu mendapat perhatian utama. 2.1 Derajat dan Status Kesehatan Menurunnya angka kematian bayi dan naiknya angka harapan hidup sesungguhnya mengindikasikan adanya peningkatan derajat kesehatan penduduk Situbondo. Angka kematian bayi dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan, dimulai dari tahun 2008, angka kematian bayi adalah sebesar 57,95 artinya rata rata terdapat 58 kematian bayi per 1000 kelahiran. Menjadi 57,74 di tahun 2009 dan 56,45 di tahun berikutnya. Tahun 2011 angka kematian bayi menjadi 54,60 dan tahun 2012 menjadi 54,94 per 1000 Indikator Makro Sosial Situbondo 17

Kecamatan dengan usia harapan hidup tertinggi tahun 2012 adalah kecamatan kota Situbondo (66,09 tahun) dan yang terendah adalah kecamatan Sumbermalang (58,51 tahun) kelahiran. Dalam kurun waktu lima tahun angka kematian bayi dapat ditekan dari 58 kematian bayi per 1000 kelahiran menjadi menjadi 55 kematian bayi per 1000 kelahiran. Dengan menurunnya angka kematian bayi, maka angka harapan hidup penduduk Situbondo diperkirakan akan meningkat dari angka harapan hidup pada tahun- tahun sebelumnya. Angka harapan hidup penduduk Situbondo tahun 2010 adalah 63,19 tahun. Pada tahun 2011 angka harapan hidup tersebut naik menjadi 63,36 tahun. Selanjunya pada tahun 2012 juga mengalami peningkatan menjadi 63,52 tahun. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa seorang anak yang lahir pada tahun 2012 diperkirakan akan hidup rata rata sampai usia 63,52 tahun. Tabel 2.1 Angka Harapan Hidup dan Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Tahun Angka Harapan Angka Kematian Hidup (AHH) Bayi (AKB) (1) (2) 2010 63,19 56,45 2011 63,36 54,60 2012 63,52 54,94 Status kesehatan penduduk memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk dan biasanya dapat dilihat melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan baik yang mengganggu aktivitas sehari-hari maupun yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktifitasnya pada Indikator Makro Sosial Situbondo 18

tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan dengan keadaan yang sama pada tahun 2011. Tercatat 20,27 persen penduduk mengalami gangguan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-harinya pada tahun 2011 dan turun menjadi 17,89 persen pada tahun 2012. Namun demikian juga rata rata lama sakit (terganggu aktivitas sehari-harinya) masih mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Setidaknya dapat dilihat sejak tahun 2010 rata-rata lama sakit adalah 6,94 hari menjadi 6,77 hari di tahun 2011 dan kembali naik menjadi 6,95 hari sakit di tahun 2012. 2.2 Pemberian ASI Warning!!! 15,33 persen balita di Situbondo tahun 2012 tumbuh dan berkembang tanpa asupan Air Susu Ibu Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi karena selain mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Pada tahun 2012 terdapat sekitar 15,13 persen balita di Situbondo yang tidak mendapat asupan ASI sama sekali, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yakni 12,88 persen. Persentase lama pemberian ASI terbesar pada tahun 2012 berada pada kisaran lebih dari 24 bulan dengan persentase sebesar 27,71 persen.. Kondisi ini menunjukkan semakin meningkatnya jumlah orang tua terutama kaum ibu yang mengerti tentang pentingnya ASi untuk tumbuh kembang putra-putrinya. Disamping itu Asi juga nmerupakan makanan yang murah dan mudah mendapatkannya. Seiring dengan hal tersebut, rata rata lama menyusui balita pada tahun 2012 adalah 16,29 bulan, menurun dibanding tahun 2011 yaitu 16,95 bulan. Indikator Makro Sosial Situbondo 19

2.3 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Profil Kesehatan 2012 Jumlah RS : 2 Jumlah Puskesmas : 17 Jumlah Pustu : 59 Jumlah Dokter : 87 Jumlah Bidan :373 Jangkauan Pelayanan Jumlah Penduduk : 656.691 Jumlah Kecamatan : 17 Luas Wilayah : 1 638,50 km 2 Penolong kelahiran Terakhir di Perdesaan adalah tenaga non medis sebesar 22,71 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 15,64 persen. Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak layanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Namun ketersediaanya masih dirasakan sangat kurang dibandingkan dengan jumlah penduduk saat ini. Hal penting lainnya adalah kurangnya ketersediaan pelayanan reproduksi agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya). Jumlah puskesmas di Kabupaten Situbondo tidak berubah banyak hingga saat ini berjumlah 17 Puskesmas.. Jumlah dokter di Situbondo bertahun 2012 berdasarkan data Dinas Kesehatan Situbondo berjumlah 87 dokter. Sejumlah dokter tersebut terdiri dari 7 orang dokter spesialis, dokter umum sebanyak 52 dokter serta dokter gigi dan dokter spesialis gigi sebanyak 28 dokter Jumlah perawat dan Bidan tahun 2012 juga data dinas kesehatan adalah berjumlah 454 perawat dan 373 bidan. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah ketersediaan tenaga kesehatan dan medis di setiap Puskesmas dan Pustu termasuk Polindes serta puskesmas perawatan. Dengan semakin banyaknya sarana dan prasarana, maka pelayanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi seyogyanya dapat dilakukan lebih baik oleh petugas kesehatan (dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya). Pada tahun 2009, sekitar 68,40 persen proses persalinan pertama dilakukan oleh tenaga medis. Di tahun 2010 persentase kelahiran ditolong petugas medis naik menjadi 69,68 Indikator Makro Sosial Situbondo 20

Penolong kelahiran Terakhir di perdesaan adalah tenaga medis sebesar 77,29 persen, sedangkan di perkotaan sebesar 84,36 persen. persen dan di tahun 2011 meningkat signifikan menjadi 80,46 persen dan naik lagi dengan kenaikan yang cukup tinggi pada tahun 2012 menjadi 84,51 persen. Sementara itu penolong kelahiran terakhir oleh petugas medis lebih tinggi dari pada penolong pertama oleh petugas medis, Persentase Penolong kelahiran terakhir oleh tenaga medis di tahun 2009 sebesar 67,52 persen (lebih rendah) namun di tahun berikutnya selalu lebih tinggi yakni di tahun 2010 sebesar 71,47 persen dan di tahun 2011 sebesar 80,59 persen dan meningkat lagi pada tahun 2012 menjadi 85,22 persen. Besarnya persentase tersebut menunjukkan bahwa tenaga medis semakin dipercaya oleh penduduk Situbondo dalam pelayanan kesehatan reproduksi. Apabila dibandingkan dari tahun ke tahun, rata rata persentase tenaga medis kesehatan yang melakukan pertolongan pertama cenderung lebih kecil dari pada pertolongan terakhir. Namun untuk penolong terakhir bidan justru terjadi hal yang sebaliknya. Penolong kelahiran dokter di tahun 2012 sebesar 9,37 persen pada proses penolong kelahiran pertama dan menjadi 10,28 persen pada penolong kelahiran terakhir. Bidan 74,78 persen pada proses penolong kelahiran pertama dan menjadi 74,58 persen pada penolong kelahiran terakhir. Sementara itu penolong kelahiran dukun 14,86 persen pada penolong kelahiran pertama dan relative tetap sebesar 14,14 persen proses pada penolong kelahiran terakhir. Patut dicermati penurunan penolong kelahiran oleh bidan yang mengalami penurunan, walau persentase secara keseluruhan masih besar. Terjadi pergeseran arus perubahan penolong pertama ke terakhir, jika pada tahun-tahun sebelum tahun 2010 status penolong non medis masih relative besar dan perubahan penolong kelahiran dari non medis Indikator Makro Sosial Situbondo 21

Cara Berobat penduduk Situbondo Tahun 2012 : Tradisinal : 32,31 % Modern : 82,12 % Lainnya : 10,90 % terutama dukun adalah terutama ke bidan dengan terlihat semakin besarnya persentase penolong terakhir bidan, namun saat ini situasi kesehatannya nampak telah berubah seiring dengan semakin besarnya persentase penolong oleh medis dibandingkan dengan non medis (dalam hal ini dukun bayi yang mayoritas). Arus perubahan tersebut terutama arus penolong dari petugas medis yang lebih rendah ke petugas medis yang lebih tinggi yakni dari bidan ke dokter. Hal ini ditunjukan dengan lebih rendahnya penolong kelahiran terakhir oleh bidan. Penduduk Situbondo yang mengalami gangguan kesehatan banyak berobat dengan cara pengobatan tradisional (32,39 persen), walau ketersediaan obatobatan modern telah menunjang. Namun demikian prosentase penduduk Situbondo yang mengalami gangguan kesehatan dan berobat dengan cara modern tetap lebih tinggi yaitu 86,82 persen. Sedangkan yang menggunakan cara lainnya dalam pengobatannya hanya sekitar 8,33 persen. Namun dibandingkan tahun sebelumnya cara berobat penduduk Situbondo mengalami hal yang kontradiktif dengan meningkatnya persentase berobat tradisional dan menurunnya penggunaan obat modern. Indikator Makro Sosial Situbondo 22

Tabel 2.2 Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Tahun Angka Kematian Bayi (AKB) (1) (2) 2006 62,39 2007 62,42 2008 57,95 2009 57,74 2010 56,45 2011 54,60 2012 54,94 Indikator Makro Sosial Situbondo 23

Tabel 2.3 Angka Harapan Hidup Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Tahun Angka Harapan Hidup (1) (2) 2004 61,70 2005 61,76 2006 62,50 2007 62,72 2008 62,84 2009 63,02 2010 63,19 2011 63,36 2012 63,52 Indikator Makro Sosial Situbondo 24

Tabel 2.4 Persentase Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Keluhan Kabupaten Situbondo Tahun 2009 2012 Persentase Keluhan Kesehatan Jenis Keluhan 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Panas 9,33 10,07 10,12 Batuk 11,09 10,44 9,35 Pilek 6,79 7,80 6,24 Asma/Nafas sesak/cepat 1,84 2,30 1,81 Diare/buangbuang air 1,82 0,95 1,84 Sakit kepala berulang 5,74 4,32 2,11 Sakit gigi 1,58 1,79 0,88 Lainnya 11,19 13,43 11,87 Indikator Makro Sosial Situbondo 25

Tabel 2.5 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Jenis Penyakit Sepuluh Penyakit Terbanyak Jumlah Persentase (1) (2) (3) Gastro Entritis Akut 2.235 24,45 T B Paru / Koch Pulmonale 1.126 12,32 Stroke, CVA 763 8,35 H y p e r t e n s i 1.100 12,04 Diabetes Millitus 425 4,65 Comotio Cerebri (COR) 962 10,53 T y p h o i d 503 5,50 A s t h m a 459 5,02 Ischaemic Heart Disease/ PJK 71 0,78 Febris 1.496 16,37 Sumber : Dinas Kesehatan/Rumah Sakit Situbondo Indikator Makro Sosial Situbondo 26

Tabel 2.6 Persentase Lama Pemberian ASI menurut Lama Pemberian ASI Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Lama Persentase Lama Pemberian ASI Pemberian ASI 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) 0 bulan 12,12 12,88 1,84 1 5 bulan 14,31 10,32 11,43 6 11 bulan 11,26 12,47 16,13 12 17 bulan 12,28 14,34 18,24 18 23 bulan 15,22 24,17 17,95 24 bulan 34,82 25,80 34,42 Indikator Makro Sosial Situbondo 27

Tabel 2.7 Ketersediaan Sarana Kesehatan Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Ketersediaan Jumlah Sarana Kesehatan Sarana Kesehatan 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Rumah Sakit 2 2 2 Puskesmas 17 17 17 Puskesmas Pembantu 60 60 60 Puskesmas Perawatan 10 14 14 Polindes 74 86 136 Posyandu *) data tidak tersedia Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo 916 916 918 Indikator Makro Sosial Situbondo 28

Tabel 2.8 Persentase Penolong Kelahiran Pertama Menurut Penolong Kelahiran Kabupaten Situbondo Tahun 2010-2012 Persentase Penolong Kelahiran Pertama Penolong Kelahiran 2010 2011 2012 (1) (3) (4) (4) Dokter 5,36 5,41 9,37 Bidan 64,33 75,05 74,78 Tenaga Paramedis lain 0,00 0,00 0,36 Dukun Bersalin 26,20 18,18 14,86 Famili/Keluarga 4,12 0,74 0,63 Lainnya 0,00 0,00 0.00 Kab. Situbondo 100,00 100,00 100,00 Indikator Makro Sosial Situbondo 29

Tabel 2.9 Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Menurut Penolong Kelahiran Kabupaten Situbondo Tahun 2010-2012 Persentase Penolong Kelahiran Terakhir Penolong Kelahiran 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Dokter 6,76 7,33 10,28 Bidan 64,71 73,26 74,58 Tenaga Paramedis lain 0,00 0,00 0,36 Dukun Bersalin 26,20 18,67 14,14 Famili/Keluarga 2,33 0,74 0,63 Lainnya 0,00 0,00 0,00 Kab. Situbondo 100,00 100,00 100,00 Indikator Makro Sosial Situbondo 30

Tabel 2.10 Persentase Jenis Obat/Cara Pengobatan yang Digunakan Kabupaten Situbondo Tahun 2007-2012 Persentase Jenis Obat/Cara Pengobatan yang Digunakan TAHUN Tradisional Modern Lainnya (1) (2) (3) (4) 2007 45.69 86.87 36.51 2008 43.33 80.92 14.36 2009 41.66 88.40 6.98 2010 40.17 84.27 11.71 2011 44.00 82.27 9.83 2012 32.46 86.55 5.93 Indikator Makro Sosial Situbondo 31

BAB III PENDIDIKAN Permasalahan pendidikan di Situbondo adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia. hal ini dapat dilihat dari posisi IPM Situbondo terhadap kabupaten lain di Indonesia dan Jawa Timur yang relatif rendah Pendidikan penduduk merupakan salah satu barometer untuk melihat kualitas sumber daya manusia di suatu daerah atau wilayah. Dengan pendidikan yang baik, maka kemampuan bertindak dan bernalar dapat terproses sedemikian rupa sehingga diharapkan akan memiliki pertimbangan yang komprehensif dalam mengambil keputusan. Sejalan dengan hal tersebut diatas, dengan tingkat pendidikan yang tinggi pada suatu masyarakat diharapkan akan meningkatkan produktifitas ekonominya yang pada gilirannya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Pendidikan juga merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Pembangunan di bidang pendidikan memerlukan peran serta yang aktif tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat, karena belum semua anak dapat menikmati kesempatan pendidikan dasar, hal ini antara lain karena faktor kemiskinan. Titik berat pendidikan formal adalah peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran Indikator Makro Sosial Situbondo 32

tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan kurikulum, bahkan semenjak tahun 1994 pemerintah juga telah melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik, dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk. 3.1 Tingkat Pendidikan Angka buta huruf usia 15-44 tahun di Situbondo adalah 5,87 persen. Sedangkan untuk daerah perkotaan sebesar 3,50 persen dan daerah perdesaan adalah 7,59 persen Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan, adalah kemampuan baca tulis penduduk dewasa. Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf, dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 5 tahun keatas yang dapat membaca huruf latin dan huruf lainnya. Penduduk yang dapat baca dan tulis huruf latin dan huruf lainnya pada tahun 2012 hampir mencapai 80 persen. Pada tahun 2008 penduduk Situbondo yang dapat membaca huruf latin dan huruf lainnya adalah 78,16 persen, naik di tahun 2009 menjadi 78,20 persen, pada tahun 2010 sebesar 78,24 persen dan di tahun 2011 mencapai 78,27 persen, dan mengalami peningkatan lagi di tahun 2012 menjadi 78,32 persen. Indikator lainnya untuk melihat tingkat pendidikan adalah rata rata lama sekolah (tahun), yang secara umum menunjukkan jenjang pendidikan yang telah dicapai oleh penduduk Situbondo. Pada tahun 2009 rata rata lama sekolah penduduk Situbondo adalah 5,11 tahun, terus meningkat sedemikian rupa hingga di tahun 2010 menjadi 6,18 tahun, tahun 2011mencapai 6,19 tahun dan pada tahun 2012 sebesar 6,22 yang berarti tingkat Indikator Makro Sosial Situbondo 33

Rata-rata lama sekolah penduduk Situbondo tahun 2012 baru setingkat kelas VI Sekolah Dasar Gambar 3.1 Gambaran Mengenai Mutu pendidikan di Situbondo Tahun 2012 pendidikan di Situbondo berada pada taraf pendidikan lulus Sekolah Dasar. Patut dicermati kenaikan rata-rata lama sekolah mengindikasikan semakin membaiknya kualitas pendidikan di Situbondo. Keadaan ini menunjukan kerja keras untuk meningkatkan keadaan pendidikan di Situbondo khususnya oleh Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya. Jangan sampai orientasi pendidikan hanya berbasis program namun kurang menyentuh hal yang paling esensial yakni meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak masalah, salah satunya adalah keluhan mengenai sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai dan tenaga pengajar yang kurang berkualitas. Untuk itu berbagai cara yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan mengembangkan kurikulum, sehingga diharapkan dapat menciptakan lulusan yang berkualitas yang dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia. Gambaran mengenai peningkatan mutu sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk Situbondo. Untuk penduduk usia 10 tahun keatas yang menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar atau yang sederajat tahun 2012 adalah 27,32 persen, yang menamatkan jenjang pendidikan SLTP atau yang sederajat adalah sebesar 13,72 persen, secara perlahan naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya 12,57 persen. Sedangkan penduduk Usia 10 tahun keatas yang menamatkan pendidikan SLTA juga mengalami kenaikan yaitu 10,05 persen pada tahun 2011 menjadi yaitu 11,60 persen pada tahun 2012. Penduduk Indikator Makro Sosial Situbondo 34

yang tidak/belum bersekolah justru berkurang dari tahun 2011 ke tahun 2012, yakni dari 17,94 persen di tahun 2011 menjadi 16,67 persen di tahun 2012, hal ini menunjukkan semakin baiknya tingkat pendidikan penduduk Situbondo. APS = Banyaknya penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah Banyaknya penduduk usia sekolah tertentu Usia Sekolah SD 7 12 tahun SLTP 13 15 tahun SLTA 16 18 tahun PT 19 24 tahun 3.2 Tingkat Partisipasi Sekolah Untuk melihat seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang dikenal dengan angka partisipasi sekolah. Meningkatnya angka partisipasi sekolah berarti menunjukkan adanya keberhasilan di bidang pendidikan, utamanya yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan. Tabel 3.1 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7 12 Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7 12 Tahun (1) (2) 2010 98,13 persen 2011 97,64 persen 2012 97,16 persen Angka partisipasi sekolah anak anak usia 7-12 tahun pada tahun 2012 di Situbondo adalah 97,16 persen. Sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu 97,64 persen pada tahun 2011 dan 98,13 persen pada tahun 2010. Hal ini berarti diantara 100 anak usia 7 12 tahun Indikator Makro Sosial Situbondo 35

Jenjang Pendidikan SD APS : 97,16 persen APK : 115,29 persen APM : 92,98 persen Jenjang pendidikan SLTP APS : 85,26 persen APK : 99,12 persen APM : 90,84 persen Jenjang pendidikan SLTA APS : 48,23 persen APK : 62,79 persen APM : 48,44 persen yang berpartisipasi sekolah dalam jenjang pendidikan apapun adalah 97 anak. Angka Partisipasi Sekolah anak usia 13 15 tahun pada tahun 2012 justru mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 Angka Partisipasi Sekolah adalah sebesar 85,26 persen. Yang berarti diantara 100 anak usia 13 15 tahun atau usia sekolah di SLTP sekitar 85 anak. Selajutnya APS usia SLTA mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yakni dari 55,20 persen pada tahun 2011 menjadi 48,23 persen pada tahun 2012. Ukuran lain dari tingkat partisipasi adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) yang menggambarkan perkembangan pendidikan pada pendidikan tertentu tanpa melihat umur. APK untuk SD tahun 2012 sebesar 115,29 persen sama dengan tahun 2011 sebesar 115,29 yang berarti terdapat 115 peserta didik di SD dibandingkan 100 anak usia SD. Untuk Angka Partisipasi Kasar SLTP tahun 2012 sebesar 99,12 persen meningkat dari tahun 2011 sebesar 99,11 dan tahun 2012 APK SLTA sebesar 62,79 persen meningkat dari tahun 2011 dengan nilai APK sebesar 62,76. Selain itu terdapat ukuran angka Partisipasi Murni yang mengukur ketepatan pendidikan sesuai usianya. Ukuran maksimum APM adalah 100 persen. APM usia SD tahun 2012 di Situbondo sebesar 93 persen meningkat dari tahun 2011 sebesar 92,98 persen, APM SLTP sebesar 90,84 persen meningkat dari tahun 2011 sebesar 98,65 dan APM SLTA sebesar 48,44 persen meningkat dari tahun 2011 sebesar 48,08 persen. Indikator Makro Sosial Situbondo 36

Putus Sekolah tahun 2012 Usia SD : 0,20 persen Usia SLTP : 0,69 persen Usia SLTA : 1,18 persen Semakin tinggi jenjang pendidikan persentase putus sekolah semakin tinggi. 3.3 Putus Sekolah Angka putus sekolah yang mencerminkan anak anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu sering pula digunakan sebagai ukuran dari tingkat pendidikan. Penyebab utama dari anak tidak sekolah atau putus sekolah antara lain kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan anak, kondisi ekonomi orang tua yang miskin dan keadaan geografis yang kurang menguntungkan serta ketersediaan fasilitas pendidikan di daerah tersebut. Persentase anak usia SD yang putus sekolah menurun dibanding tahun sebelumnya. Angka putus sekolah SD tahun 2009 sebesar 0,36 persen. Pada tahun tahun 2010 menjadi sangat kecil sebesar 0,00 persen dan naik di tahun 2011 menjadi 0,49 persen. Pada tahun 2012 turun menjadi 0,20 persen. Secara umum kondisi pendidikan di Situbondo semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya jika mengacu pada semakin besarnya persentase anak usia 7 12 tahun yang putus sekolah. 3.4 Fasilitas Pendidikan Tingginya angka partisipasi sekolah (APS), khususnya untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar harus diikuti dengan meningkatnya fasilitas pendidikan, terutama mengenai daya tampung ruang kelas, sehingga program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh Pemerintah pusat dan dilanjutkan oleh Pemerintah Daerah dapat berhasil. Indikator Makro Sosial Situbondo 37

Perkembangan Pendidikan Rasio Guru-Murid SD/sederajat : 7,86 SMP/sederajat : 9,76 SMA/sederajat : 11,06 Jumlah Sekolah SD/sederajat : 539 SMP/sederajat : 173 SMA/sederajat : 88 Jumlah Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta berdasarkan data Profil Situbondo tahun 2012 adalah 539 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 7980 guru. Jumlah Sekolah SLTP di Situbondo adalah 173 sekolah dengan jumlah guru 3037 guru. Sedangkan perkembangan jumlah sekolah SLTA pada tahun 2011 berjumlah 88 sekolah dengan 2040 guru. Indikator Makro Sosial Situbondo 38

Tabel 3.2 Persentase Melek Huruf menurut Kemampuan Baca dan Tulis Kabupaten Situbondo Tahun 2004-2012 Kemampuan Baca Tulis (Persen) Tahun Melek huruf (latin dan lainnya) Buta huruf (1) (2) (3) 2004 72.39 27.61 2005 72.60 27.40 2006 76.99 23.01 2007 78.16 21.84 2008 78.16 21.84 2009 78.20 21.80 2010 78.24 21.76 2011 78.27 21.73 2012 78.31 21.69 Indikator Makro Sosial Situbondo 39

Tabel 3.3 Rata Rata Lama Sekolah Kabupaten Situbondo Tahun 2004 2012 Tahun Rata Rata lama Sekolah (Tahun) (1) (2) 2004 5.11 2005 5.24 2006 5.40 2007 5.68 2008 5.68 2009 5.99 2010 6.18 2011 6.19 2012 6.22 Indikator Makro Sosial Situbondo 40

Tabel 3.4 Persentase Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Penduduk Usia 5 (Lima) Tahun Keatas Kabupaten Situbondo Tahun 2010-2012 Pendidikan Tertinggi yang Persentase Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Penduduk Usia 5 (Lima) Tahun Keatas Ditamatkan 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Tidak Pernah Bersekolah Tidak/ Belum Tamat SD Sekolah Dasar / Sederajat Sekolah menengah Pertama/Kejuruan /Sederajat Sekolah Menengah atas/kejuruan/ Sederajat Diploma IV/Sarjana keatas 19.74 16.89 16.67 26.88 24.16 26.83 30.3 30.91 27.32 12.23 13.66 13.72 8.48 10.93 11.60 2.37 3.45 3.86 Kab. Situbondo 100,00 100,00 100,00 Indikator Makro Sosial Situbondo 41

Tabel 3.5 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7 12 Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012 Tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7 12 Tahun (1) (2) 2007 97,31 2008 97,13 2009 97,85 2010 98,13 2011 97,64 2012 97,16 Indikator Makro Sosial Situbondo 42

Tabel 3.6 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 13 15 Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012 Tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 13 15 Tahun (1) (2) 2007 81,41 2008 81,20 2009 89,71 2010 85,98 2011 81,06 2012 85,26 Indikator Makro Sosial Situbondo 43

Tabel 3.7 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 16 18 Tahun Kabupaten Situbondo Tahun 2007 2012 Tahun Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 16 18 Tahun (1) (2) 2007 48,23 2008 48,62 2009 49,75 2010 50,06 2011 55,20 2012 48,23 Indikator Makro Sosial Situbondo 44

Tabel 3.8 Persentase Siswa Putus Pendidikan SD/Sederajat Kabupaten Situbondo Tahun 2006-2012 Tahun Persentase Siswa Putus Pendidikan SD/Sederajat (1) (2) 2006 0,48 2007 1,38 2008 2,27 2009 0,36 2010 0,00 2011 0,49 2012 0,20 Indikator Makro Sosial Situbondo 45

Tabel 3.9 Banyaknya Sekolah Menurut Jenjang Sekolah Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Banyaknya Sekolah Menurut Jenjang Sekolah Kecamatan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/SMK (1) (2) (3) (4) Sumbermalang 24 7 1 Jatibanteng 27 4 0 Banyuglugur 17 5 2 Besuki 47 16 16 Suboh 24 8 4 Mlandingan 29 9 3 Bungatan 22 10 4 Kendit 26 6 2 Panarukan 37 13 6 Situbondo 33 13 9 Mangaran 28 9 4 Panji 44 15 11 Kapongan 35 10 7 Arjasa 40 9 1 Jangkar 30 8 3 Asembagus 41 12 6 Banyuputih 35 19 9 Kab. Situbondo 539 173 88 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo Indikator Makro Sosial Situbondo 46

Tabel 3.10 Banyaknya Guru Menurut Jenjang Sekolah Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Banyaknya Guru Menurut Jenjang Sekolah Kecamatan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/SMK (1) (2) (3) (4) Sumbermalang 332 Jatibanteng 285 Banyuglugur 260 129 46 Besuki 655 211 254 Suboh 327 127 123 Mlandingan 448 165 46 Bungatan 285 131 69 Kendit 500 108 54 Panarukan 634 204 100 105 57 9 0 Situbondo 572 Mangaran 340 Panji 733 Kapongan 607 Arjasa 457 Jangkar 421 Asembagus 526 Banyuputih 598 303 120 247 158 139 129 243 461 370 65 295 126 18 26 131 308 Kab. Situbondo 7980 3037 2040 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo Indikator Makro Sosial Situbondo 47

Tabel 3.11 Banyaknya Kelas Menurut Jenjang Sekolah Per Kecamatan Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Banyaknya Kelas Menurut Jenjang Sekolah Kecamatan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat (1) (2) (3) (4) Sumbermalang 147 Jatibanteng 163 Banyuglugur 102 50 8 Besuki 297 61 123 Suboh 147 49 46 Mlandingan 178 49 9 Bungatan 136 34 15 Kendit 156 37 16 Panarukan 221 76 32 29 21 4 0 Situbondo 238 Mangaran 176 Panji 304 Kapongan 211 Arjasa 235 Jangnkar 182 Asembagus 259 Banyuputih 248 124 39 94 45 46 45 82 165 118 15 155 50 5 9 41 131 Kab. Situbondo 3400 1046 777 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo Indikator Makro Sosial Situbondo 48

Tabel 3.12 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Situbondo Tahun 2004-2012 Tahun Indeks Pembangunan Manusia (1) (2) 2004 59,94 2005 60,23 2006 61,79 2007 62,64 2008 63,06 2009 63,69 2010 64,26 2011 64,47 2012 65,06 Indikator Makro Sosial Situbondo 49

BAB IV KETENAGAKERJAAN Kemiskinan ditambah pengangguran berpeluang menghasilkkan generasi yang lemah. kurang cerdas dan tidak produktif (a lost generation) Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting tidak hanya untuk mencapai kepuasan individu, tetapi juga untuk memenuhi perekonomian rumah tangga dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Pada suatu kelompok masyarakat, sebagian besar dari mereka, utamanya yang telah memasuki usia kerja, diharapkan terlibat di lapangan kerja tertentu atau aktif dalam kegiatan perekonomian. Di Indonesia, usia kerja yang digunakan untuk keperluan pengumpulan data ketenagakerjaan adalah usia 15 tahun atau lebih. Berbagai program pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dalam beberapa kasus dapat menurunkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dari tahun ke tahun. Karena itu pengangguran dalam ketenagakerjaan di Situbondo harus menjadi prioritas perhatian. Besarnya orang miskin tanpa pekerjaan jika tidak segera ditanggulangi akan kontra produktif bagi kemajuan pembangunan di Situbondo. Efek yang timbul dapat berupa rendahnya tingkat pendidikan atau berpeluang melahirkan generasi yang lemah, kurang cerdas dan tidak produktif (a lost generation) 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah proporsi penduduk usia kerja yang termasuk ke dalam angkatan kerja, yakni mereka yang bekerja dan mencari pekerjaan. Yang tidak termasuk angkatan kerja pada penduduk usia kerja antara lain adalah orang yang Indikator Makro Sosial Situbondo 50

Kegiatan Utama Penduduk: Bekerja 67,08 persen Sekolah 7,19 persen RT 20,50 persen Lainnya 5,23 persen bersekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan lainnya diluar bekerja dan mencari kerja. Persentase penduduk usia 15 tahun keatas di Situbondo tahun 2012 dengan referensi waktu kegiatan seminggu yang lalu terbanyak adalah bekerja adalah 67,08 persen. Sedangkan waktu kegiatan terbanyaknya seminggu yang lalu adalah mengurus rumah tangga adalah 20,50 persen dan yang bersekolah 7,19 persen. Sementara itu yang waktu kegiatan seminggu yang lalu terbanyak adalah lainnya 5,23 persen. Tabel 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten Situbondo Tahun 2006 2012 Tahun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (1) (2) 2006 67.11 2007 70.84 2008 72.25 2009 2010 2011 72.73 71.78 70.15 2012 69.37 Tahun 2012 diantara 100 orang penduduk angkatan kerja terdapat 69 orang yang bekerja dan mencari kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dari tahun ke tahun seperti yang ditunjukan dalam tabel 4.1 terlihat menunjukkan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2009 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah 72.73 persen lebih tinggi daripada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tahun 2010 (71,78 persen). Dan lebih tinggi dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pada tahun 2011 Indikator Makro Sosial Situbondo 51

Tingkat pengangguran terbuka, mengalami penurunan sebesar1,43 poin pada tahun 2012 sebesar 70,15 persen yang menunjukkan bahwa diantara 100 orang penduduk angkatan kerja, 70 orang diantaranya adalah mereka yang bekerja dan mencari kerja. Angka ini mengalami penurunan lagi pada tahun 2012 menjadi 69,37 persen. Di Indonesia, fenomena peningkatan penawaran tenaga kerja tidak selalu diikuti dengan peningkatan yang memadai pada permintaan tenaga kerja atau kesempatan kerjanya. Demikian halnya dengan kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia semakin tinggi namun tidak diikuti dengan membaiknya kondisi ketenagakerjaannya. Hal ini karena investasi yang masuk cenderung investasi padat modal yang tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Sebagai contoh adalah investasi di bidang jasa telekomunikasi yang mengalami ledakan pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir ini. Tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang diminta dari sektor ini. Demkian pula halnya di Situbondo, meningkatnya jumlah penduduk usia muda membuat penawaran tenaga kerja meningkat. Sebagai hasilnya, sebagian tenaga kerja tidak mendapatkan pekerjaan atau akan menjadi pengangguran. Pertumbuhan angkatan kerja tidak sebanding dengan pertumbuhan lapangan usaha yang diciptakan. Pada periode waktu 2009 tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 2,28 persen dari yang sebelumnya di tahun 2008 sebesar 3,89 persen. Jumlah pengangguran juga turun menjadi 8 451 orang pada tahun 2009. Namun di tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka naik menjadi 3,13 persen dan kembali naik di tahun 2011 menjadi 4,74 persen dan akhirnya pada tahun 2012 angka tersebut Indikator Makro Sosial Situbondo 52

mengalami penurunan kembali menjadi 3,31 persen. Penurunan tingkat pengangguran terbuka ini memberikan gambaran bahwa kondisi ketanagakerjaan di Kabupaten Situbondo sudah lebih baik. Angkatan kerja yang tersedia sudah lebih banyak mendapatkan kesempatan di dunia usaha, walaupun tidak semua angkatan kerja yang tersedia dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang ada. 4.2 Lapangan Usaha Lapangan Usaha di perdesaan didominasi sektor pertanian yakni 60,68 persen, sedangkan di perkotaan adalah : pertanian (34,61 persen), Perdagangan (26,11 persen) dan Jasa (15,44 persen) Kabupaten Situbondo masih digolongkan sebagai daerah pertanian, hal ini karena sumbangan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja dan terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Situbondo relatif dominan. Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada lapangan usaha pertanian tahun 2012 adalah 45,97 persen. Sedangkan sumbangan sektor pertanian terhadap struktur perekonomian Situbondo tahun 2011 adalah 31,15 persen yang merupakan sektor paling besar kedua sumbangannya bagi perekonomian Situbondo Sektor lainnya yang juga dominan sumbangan penyerapan tenaga kerjanya adalah sektor perdagangan (18,74 persen), sektor jasa (14,88 persen) Dilihat dari sumbangannya terhadap struktur perekonomian Situbondo pun ketika sektor diatas juga relatif besar. Pada tahun 2012 tercatat sumbangan sektor perdagangan adalah 35,55 persen dan merupakan sumbangan terbesar bagi perekonomian Situbondo. Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 merupakan sektor dengan Indikator Makro Sosial Situbondo 53

Sektor industri diyakini sebagai salah satu sektor yang cepat pulih setelah terkena imbas depresiasi ekonomi akibat krisis global sumbangan terbesar ketiga sesudah perdagangan dan pertanian menyumbang sebesar 9,43 persen. Penyerapan tenaga kerja tahun 2011 ke 2012 menunjukan penurunan yang signifikan pada lapangan usaha pertanian, yaitu dari 49,65 persen pada tahun 2011 menjadi 45,97 persen pada 2012. Sebaliknya untuk sektor industri justru mengalami kenaikan penyerapan dari tahun 2011 (10,01 persen) ke tahun 2012 (11,53 persen). Sektor industri diyakini sebagai salah satu sektor yang cepat pulih setelah terkena imbas depresiasi ekonomi akibat krisis global sehingga banyak terjadi peningkatan tenaga kerja. Hal ini karena sektor industri di Kabupaten Situbondo didominasi resourced based. Sementara itu sektor jasa lebih stabil dalam penyerapan tenaga kerja. Membaiknya perekonomian secara makro yang berdampak perbaikan perekonomian di Situbondo tidak serta merta menurunkan pengangguran. 4.3 Status Pekerjaan Utama Di Situbondo, penduduk yang berstatus sebagai pegawai/karyawan adalah 21,42 persen Status penduduk Situbondo yang pekerjaan utamanya adalah bekerja dengan berusaha sendiri meningkat dari tahun 2011 yang sebesar 17,34 persen menjadi 20,09 persen pada tahun 2012. Sedangkan penduduk dengan status lapangan pekerjaan adalah pekerja keluarga mengalami penurunan. Di tahun 2011 penduduk Situbondo yang bekerja dengan status pekerja keluarga sebesar 21,24 persen dan di tahun 2012 menjadi 18,90 persen. Sementara pekerja/karyawan juga naik dari 19,58 persen menjadi 21,42 persen. Indikator Makro Sosial Situbondo 54

Tabel 4.2 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama Kabupaten Situbondo Tahun 2011-2012 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Kegiatan Utama Menurut Kegiatan Utama 2011 2012 (1) (2) (3) Bekerja Sekolah 69,12 66,75 7,30 7,31 Mengurus Rumah Tangga 19,80 18,14 Lainnya 3,78 7,80 Kab. Situbondo 100,00 100,00 *) data not avalaible Indikator Makro Sosial Situbondo 55

Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Menganggur Kabupaten Situbondo Tahun 2003 2012 Tahun Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Yang Menganggur (1) (2) 2003 16 780 2004 20 913 2005 20 538 2006 19 797 2007 19 898 2008 14 302 2009 8 451 2010 11 289 2011 16 756 2012 11 653 Indikator Makro Sosial Situbondo 56

Tabel 4.4 Persentase Lapangan Usaha Penduduk 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Situbondo Tahun 2009-2012 Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Lapangan Usaha 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Pertanian 50.36 49.65 39.16 Pertambangan dan Penggalian 0.37 0.78 0.75 Industri 9.19 10.01 14.86 Listrik, Gas dan Air 0.16 0.00 0.16 Konstruksi 3.66 4.04 6.56 Perdagangan 18.50 18.00 20.09 Transportasi dan Komunikasi 3.54 4.19 3.53 Keuangan 0.85 0.90 1.82 Jasa 12.79 12.43 13.07 Lainnya 0.58 * * Kab. Situbondo 100,00 100,00 100,00 *) data tidak tersedia Indikator Makro Sosial Situbondo 57

Tabel 4.5 Persentase Status Pekerjaan Utama Penduduk 15 Tahun Ke Atas Kabupaten Situbondo Tahun 2010-2012 Status Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Pekerjaan Utama 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) Berusaha Sendiri Berusaha Sendiri dibantu pekerja tidak tetap 18.42 17.34 16,53 20.10 21.67 11,85 Berusaha Dibantu Buruh Tetap 4.64 3.57 3,76 Buruh/Karyawan Pekerja Bebas 18.60 19.58 47,74 19.62 16.60 9,43 Pekerja tidak dibayar 18.62 21.24 10,69 Kab. Situbondo 100,00 100,00 100,00 *) data tidak tersedia Indikator Makro Sosial Situbondo 58

BAB V PERUMAHAN Perumahan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk dapat bertahan hidup. Semakin baik kualitas dan fasilitas suatu rumah dapat diasumsikan rumah tangga yang menempati semakin sejahtera Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam, maka manusia berusaha membuat tempat perlindungan, yang pada akhirnya disebut tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup bersama dengan orang lainnya, sehingga satu persatu bangunan tempat tinggal bermunculan sampai terbentuk suatu pemukiman rumah penduduk. Dalam kehidupannya, manusia selalu membutuhkan rumah yang merupakan salah satu kebutuhan pokok hidupnya selain sandang pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dapat dipenuhi untuk dapat terus bertahan hidup. Apabila rumah sebagai salah satu kebutuhan pokok tersebut tidak dapat tersedia maka manusia akan sulit untuk hidup secara layak Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat untuk berteduh atau berlindung, baik dari hujan maupun panas, rumah juga diperlukan untuk memberi rasa aman penghuninya dari gangguan yang tidak diinginkan. Rumah menjadi tempat berkumpul bagi para penghuni rumah yang biasanya merupakan satu ikatan keluarga. Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki, dapat diasumsikan semakin sejahtera rumah tangga yang menempati rumah Indikator Makro Sosial Situbondo 59

tersebut. Berbagai fasilitas yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat dilihat dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar dan juga tempat penampungan kotoran akhir. Kualitas Tempat Tinggal : Rata-rata luas hunian rumah adalah 53,94 m 2 Jenis lantai terluas bukan tanah adalah 73,57 persen Jenis atap terluas genteng adalah 95,88 persen Jenis dinding terluas tembok adalah 43,24 persen 5.1 Kualitas Tempat Tinggal Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga sebagai tempat untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan sangat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai rumah/tempat tinggal. Luas lantai rumah tempat tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan sestem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau ratarata luas ruang untuk setiap anggota keluarga. Pada tahun 2012, persentase rumah tangga yang tinggal di tempat tinggal yang relatif sempit yakni tempat tinggal kurang dari 20 m 2 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu 2,12 persen. Sedangkan tahun sebelumnya rumah tangga yang tinggal di tempat tinggal yang relatif sempit adalah 3,40 persen. Persentase luas tempat tinggal terbanyak tahun 2011 adalah yang berada pada kisaran luas tempat tinggal 20 49 m 2 yaitu 54,85 persen. Sementara itu rumah tangga yang tinggal dengan luas lantai lebih dari 150 m 2 adalah Indikator Makro Sosial Situbondo 60

0,65 persen Rata rata luas hunian per rumah tangga tahun 2012 adalah 53,94 m 2 sedikit lebih tinggi daripada rata rata luas hunian per rumah tangga tahun 2011 yang sebesar 52,74 m 2. Tabel 5.1 Rata-Rata Luas Lantai Hunian Per RumahTangga Kabupaten Situbondo Tahun 2010 2012 Tahun Rata-Rata Luas Lantai Hunian Per Rumah Tangga (1) (2) 2010 51,60 m 2 2011 52,74 m 2 2012 53,94 m 2 Persentase rumah tinggal dengan lantai tanah tahun 2012 adalah 26,43 persen. Sedangkan persentase rumah tinggal dengan lantai bukan tanah adalah 73,57 persen. Selain dari luas lantai, jenis lantai juga dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kualitas perumahan. Semakin baik kualitas lantai suatu pemukiman dapat diasumsikan semakin membaik tingkat kesejahteraan penduduknya. Rumah tangga dengan jenis lantai bukan tanah, dianggap memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik daripada rumah tangga yang mempergunakan jenis lantai tanah. Selain itu, jenis lantai juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Semakin banyak rumah tangga yang mendiami rumah dengan lantai tanah akan berpengaruh pada rendahnya derajat kesejahteraan masyarakat. Karena lantai tanah dapat menjadi media penularan bagi jenis penyakit tertentu, seperti penyakit diare, cacingan dan penyakit kulit. Persentase rumah tinggal dengan lantai tanah tahun 2012 adalah 26,43 persen. Sedangkan Indikator Makro Sosial Situbondo 61

Rumah tinggal dengan dinding permanen yaitu dengan dinding terluas adalah tembok dan kayu adalah 74,49 persen. persentase rumah tinggal dengan lantai bukan tanah adalah 73,57 persen. Indikator kualitas perumahan lainnya adalah rumah tempat tinggal dengan atap yang layak dan dinding permanen. Pada tahun 2011 rumah tangga di Situbondo yang tinggal dengan atap genting adalah 95,88 persen. hanya 0,20 persen rumah tangga yang tinggal dengan atap yang kurang layak, yakni menggunakan ijuk/rumbia dan lainnya. Sedangkan rumah tinggal dengan dinding permanen yaitu dengan dinding terluas adalah tembok dan kayu adalah 74,49 persen. Tabel 5.2 Persentase Jenis Dinding Terluas Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Jenis Dinding Terluas Persentase dinding terluas (1) (2) Tembok 43,24 Kayu 31,25 Bambu 23,71 Lainnya 1,80 5.2 Fasilitas Tempat Tinggal Kelengkapan fasilitas pokok suatu rumah akan menentukan nyaman atau tidaknya sebuah rumah tangga dalam mendiami rumah tinggalnya. Fasilitas dalam suatu tempat tinggal pada prinsipnya juga dapat menentukan kualitas suatu tempat tinggal. Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat Indikator Makro Sosial Situbondo 62

Penggunaan listrik di Situbondo sudah hampir merata (98,86 persen) untuk ditinggali adalah tersedianya sarana penerangan listrik, air bersih serta jamban dengan tangki septik. Pada tahun 2012 tercatat sebesar 98,86 persen rumah tangga menggunakan sumber penerangan listrik berasal dari PLN. Sedangkan tempat tinggal yang menggunakan sumber penerangan non PLN adalah sangat kecil. Selebihnya adalah rumah tangga dengan fasilitas tempat tinggalnya tanpa sumber penerangan listrik. Mereka menggunakan sumber penerangan dari petromak atau aladin atau pelita atau obor atau sumber penerangan lainnya. Tabel 5.3 Persentase Sumber Penerangan Rumah Tangga Kabupaten Situbondo Tahun 2012 Sumber Penerangan Persentase Sumber Penerangan Rumah Tangga (1) (2) Sumber Air Bersih Listrik PLN 98,86 Listrik Non PLN 0,50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 4,77 9,2 44,48 20,83 7,29 12,08 0,08 1,26 Petromak/Aladin 0,00 Pelita/Sentir/obor 0,40 Lainnya 0,24 Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Di Kabupaten Situbondo pada tahun 2012 rumah tangga yang sumber air bersihnya menggunakan leding (termasuk air dalam kemasan) baru Indikator Makro Sosial Situbondo 63