BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi bedah sesar dengan status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist)

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seventh Report of Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan tekanan onkotik dan volume intravaskuler. Partikel ini tidak

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat

EFEK PEMBERIAN CAIRAN KOLOID DAN KRISTALOID TERHADAP TEKANAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semenjak berkembangnya ilmu anestesiologi telah ada pencarian terhadap

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

LAMPIRAN 1: DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI. IDENTITAS DIRI dr.sonny Lesmana Surya Tempat/tanggal lahir Medan / 12 April 1981

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

Konsep Pemberian Cairan Infus

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

Preeklampsia dan Eklampsia

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Kejadian mengancam nyawa sering disebabkan oleh

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

PENGARUH PEMBERIAN LOADING 500 CC HIDROXYLETHYL STARCH

Sediaan Parenteral Volume Besar Sediaan Parenteral Volume Kecil. 07/10/2013 follow

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini melingkupi bidang Anestesiologi. Penelitian ini dimulai sejak tanggal 28 Mei 2014 hingga 28 Juni 2014.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISS N KOMPETENSI BIDAN DALAM PENANGANAN AWAL PEB DAN EKLAMSIA PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI

KEBUTUHAN DASAR CAIRAN & ELEKTROLIT

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan respon stress bagi pasien, dan setiap pasien yang akan menjalani

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu disebabkan karena abruptio plasenta, preeklampsia, dan eklampsia.

Complications Associated with Regional Anesthesia in Cesarean Section Patient in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi lebih luas daripada anestesi spinal. Blok epidural dapat dilakukan pada

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT

ANESTESIA SPINAL UNTUK SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ELEVASI KAKI EFEKTIF MENJAGA KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spinalis dan cairan serebrospinalis (LCS). Cairan ini mempunyai total volume

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok

PERBANDINGAN KEJADIAN MUAL MUNTAH PADA ANESTESI SPINAL ANTARA INFUS KONTINYU EFEDRIN DAN PRELOAD HAES STERIL 6 %

BAB I. PENDAHULUAN. perubahan klinis dan psikologis sehingga meningkatkan morbiditas, mortalitas,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dari derajat substitusi (0,45-0,7) dan substitusi karbon pada molekul glukosa (C2,

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB I PENDAHULUAN. Usia bersifat irreversibel dan merupakan fenomena fisiologis progressif

PENGARUH PEMBERIAN CAIRAN KOLOID-KRISTALOID DAN KRISTALOID PRE OPERASI SECTIO CESAREA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SYOK ANAFILAKTIK. No.Revisi : 0. Halaman :1 dari 4

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

PENATALAKSANAAN HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

ARTIKEL PENELITIAN. Efek Ondansetron Intravena terhadap Tekanan Darah dan Laju Nadi pada Anestesi Spinal untuk Seksio Sesarea

ARTIKEL PENELITIAN. Efek Penggunaan Leg Wrapping terhadap Kejadian Hipotensi Selama Anestesi Spinal pada Pasien Seksio Sesarea

RIWAYAT HIDUP PENELITI. : Jl. Budi Pembangunan II no : 14, Medan Nama Ayah : H. dr. Ramlis B. Alimin, SpMK Nama Ibu : Hj. Hartati

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sectio Caesaria (operasi sesar) didefinisikan sebagai proses kelahiran janin

EMBOLI AIR KETUBAN EPIDEMIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. yang menggunakan sinar-x dengan melakukan suntikan bahan

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses persalinan yang disertai dengan anestesi mempunyai angka kematian maternal yang rendah (sekitar 1,6 kematian dari 1 juta lahir hidup), diduga banyaknya penggunaan anestesi regional dalam persalinan seksio sesaria ikut berperan dalam menekan angka kematian tersebut (Morgan et al., 2006). Anestesi regional merupakan tehnik anestesi yang paling popular digunakan dalam seksio sesaria. Di Inggris selama tahun 2002 sebanyak 95% seksio sesaria dan 87% persalinan darurat dilakukan dengan anestesi regional (Velde, 2006). Penggunaan anestesi neuraksial untuk seksio sesaria di Amerika telah mengalami peningkatan, dari data sejak 1997 penggunaan anestesi umum untuk seksio sesaria makin menurun. Keuntungan tehnik anestesi neuraksial diantaranya adalah menurunkan resiko gagal intubasi dan aspirasi isi lambung, menghindari obat-obat yang bersifat menekan fungsi pernapasan dan jantung, menjaga ibu tetap sadar dan dapat memperoleh pengalaman melahirkan. Untuk seksio sesaria tehnik yang sering diandalkan adalah anestesi spinal dengan sekali suntik karena lebih cepat, memberikan blok yang kuat, lebih efektif dalam hal biaya dibandingkan anestesi epidural, menggunakan dosis rendah obat lokal anestesi sehingga meminimalkan resiko toksisitas dan transfer obat yang minimal ke janin.

Akan tetapi tehnik ini mempunyai keterbatasan durasi serta tingginya insiden hipotensi yang menyertai (Birnbach & Browne, 2009). Hipotensi maternal merupakan masalah serius yang sering menyertai anestesi spinal dalam seksio sesaria, insidennya lebih dari 80% (Datta, 2006, Magalhaes et al., 2009, Ouerghi et al., 2010). Untuk menurunkan insiden terjadinya hipotensi karena anestesi spinal, digunakan beberapa tehnik seperti mempertahankan posisi uterus di sebelah kiri, pemberian kristaloid atau koloid sebagai prehidrasi dan pemberian obat-obat vasopressor (Baraka, 2010). Akan tetapi, tidak semua tehnik profilaksis dapat menghilangkan terjadinya hipotensi. Insiden hipotensi dapat dikurangi tapi tidak dapat dihilangkan (Velde, 2006). Strategi untuk mencegah hipotensi akibat anestesi spinal diantaranya adalah dengan meningkatkan aliran balik vena yaitu dengan mencegah tekanan pada aortocaval dan pemberian cairan. Pada pemberian cairan, dosis vasopressor yang digunakan untuk mencegah hipotensi menjadi berkurang (Mercier, 2011). Pemberian cairan preload baik kristaloid maupun koloid untuk mempertahankan dan meningkatkan volume darah masih memberikan hasil yang baik (Burns et al., 2001). Metode lain untuk mencegah atau meminimalkan hipotensi diantaranya adalah pemilihan jenis cairan preload, waktu preload, penggunaan vasopressor, dan posisi pasien (Muzlifah & Choy, 2009). Menurut Park et al., 1996 tidak ada keuntungan yang lebih besar pada pemberian kristaloid preload dengan penambahan volume 10 sampai 30 ml/kgbb. Sesuai dengan hasil itu, menurut rekomendasi Muzlifah & Choy, 2009 cairan Ringer Laktat preload sebanyak 10 ml/kgbb sudah dapat mencegah hipotensi

karena anestesi spinal. Dosis 10 ml/kgbb memberikan hasil yang sama dengan 20 ml/kgbb dalam mencegah hipotensi karena anestesi spinal dan tidak ada efek samping yang terjadi (Muzlifah & Choy, 2009). Menurut Rout et al., 1993 pemberian cairan kristaloid preload dapat menurunkan hipotensi 55% vs 71% dibandingkan tidak mendapat cairan preload. Dalam perkembangannya, kristaloid preload tidak konsisten dalam mengurangi insiden dan beratnya hipotensi (Mercier, 2011). Penelitian Riley et al., 1995 pada 40 pasien hamil yang mendapat HES 6% (Hydroxyethylstarch) 500 ml dikombinasi dengan Ringer Laktat 1000 ml dibandingkan Ringer Laktat 2000 ml tanpa HES didapatkan hasil insiden hipotensi 45% pada kelompok koloid dan 85% pada kelompok kristaloid (Mercier, 2011). Meskipun volume kristaloid yang digunakan cukup besar, tetapi efeknya minimal dalam menurunkan insiden hipotensi (Jacob et al., 2012). Kristaloid preload tidak efektif untuk mencegah hipotensi setelah anestesi spinal dibandingkan dengan preload cairan koloid karena cairan kristaloid sangat cepat terdistribusi ke rongga interstitial (Velde, 2006). Walaupun menurut penelitian cairan koloid preload dapat mencegah terjadinya kejadian hipotensi akibat anestesi spinal namun rutinitas pemberian cairan koloid pada seksio sesarea harus dipertimbangkan karena harganya mahal, gangguan terhadap ginjal (Weeks, 2000), reaksi anafilaksis, kemungkinan dilusi sehingga terjadi disfungsi koagulasi dan menekan aktivitas platelet (Williamson et al., 2009). Pemberian cairan saat larutan anestesi lokal masuk kedalam intrathekal (coload) memiliki efek maksimal untuk meningkatkan volume intravaskular

selama vasodilatasi akibat blokade simpatis dan sedikit mengalami redistribusi dan ekskresi (Jacob et al., 2012). Teori kinetik Ewaldsson & Hahn, 2001 menjelaskan bahwa pemberian kristaloid secara cepat pada saat injeksi intrathekal dimulai (tehnik coload) dapat mempertahankan rerata tekanan darah arteri setelah anestesi spinal pada 5 pasien non obstetrik dibandingkan tehnik konvensional berupa kristaloid preload. Selanjutnya dengan subyek yang lebih besar (n=46), Kamenik & Erzen, 2001 mendapatkan curah jantung pada kelompok coload lebih baik secara signifikan tetapi tidak berbeda dalam hal tekanan darah (Mercier, 2011). Kristaloid coload dapat menurunkan kebutuhan Efedrin dalam mempertahankan tekanan darah maternal (Jacob et al., 2012). Penelitian Dyer et al., 2004 pada 50 pasien hamil yang menjalani seksio sesarea mendapatkan Ringer Laktat 20 ml/kgbb dengan infus cepat (rata-rata dalam 10 menit) segera setelah induksi (coload) atau 20 menit sebelum induksi anestesi spinal (preload). Insiden hipotensi secara signifikan menurun pada kelompok coload dibandingkan kelompok preload (36% vs 60%) dan kebutuhan efedrin sebelum bayi lahir juga menurun (median : 0 vs 10 mg). Kristaloid coload lebih efektif dibandingkan preload, tergantung pada volume dan kecepatan pemberian saat mula kerja blok simpatis (Mercier, 2011). Penelitian tentang pemberian cairan kristaloid secara coload saat ini kebanyakan menggunakan cairan Ringer Laktat. Cairan Ringer Laktat mempunyai kandungan elektrolit hampir sama dengan cairan plasma tubuh. Cairan Ringer Laktat mempunyai osmolaritas 274 mosmol/l yang hipotonis terhadap plasma

sehingga cairan ini mudah berdistribusi ke rongga interstitial. Sedangkan cairan kristaloid lain yaitu cairan NaCl 0,9% mempunyai osmolaritas yang lebih tinggi dibandingkan cairan Ringer Laktat. Osmolaritas cairan NaCl 0,9% ini adalah 308 mosmol/l. Kerugian pemberian cairan ini bila diberikan dalam jumlah yang banyak maka dapat menyebabkan asidosis hiperchloremik (Prough et al., 2007). Ringerfundin merupakan cairan baru yang memberikan efek stabil terhadap metabolik, mengandung larutan elektrolit yang seimbang yang tidak meningkatkan konsumsi Oksigen dan kebutuhan total energi serta tidak mengakibatkan perubahan komposisi ion di serum (Zadak et al., 2010) 1.2 Rumusan Masalah Untuk mengurangi resiko hipotensi akibat anestesi spinal pada seksio sesaria diperlukan beberapa tehnik, salah satunya adalah pemberian cairan coload. Pemberian cairan coload memberikan keuntungan berupa efek maksimal untuk meningkatkan volume intravaskular selama vasodilatasi akibat blokade simpatis dan sedikit mengalami redistribusi dan ekskresi. Ringerfundin merupakan cairan kristaloid isotonis yang memberikan efek stabil terhadap metabolik, mengandung larutan elektrolit yang seimbang dan tidak meningkatkan konsumsi Oksigen dan kebutuhan total energi, sedangkan Ringer Laktat adalah kristaloid yang hipotonis dan memberi efek inflamasi. Redistribusi di ruang ketiga menyebabkan edema jaringan. Cairan kristaloid hipotonis mengalami distribusi ke ruang interstisiel sehingga sedikit yang bertahan di intravaskuler. Kristaloid isotonis juga mengalami proses yang

sama tetapi dalam literatur tidak disebutkan tentang besarnya perbandingan distribusi kristaloid hipotonis dan isotonis ke ruang interstisiel dan yang bertahan di intravaskuler. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian singkat di atas, maka dibuat suatu pertanyaan penelitian yaitu apakah pemberian Ringerfundin coload (saat) anestesi spinal pada pasien seksio sesarea dapat lebih baik mengurangi kejadian hipotensi dibandingkan pemberian Ringer Laktat coload? 1.4 Tujuan Penelitian A.Tujuan Umum Untuk mengetahui perbandingan pemberian Ringerfundin coload (yang diberikan saat anestesi spinal) dan Ringer Laktat coload terhadap kejadian hipotensi anestesi spinal pada pasien seksio sesaria. B.Tujuan Khusus Untuk mengetahui efek pemberian cairan Ringerfundin coload (yang diberikan saat anestesi spinal) dibandingkan Ringer Laktat coload terhadap tekanan darah, laju jantung, kebutuhan efedrin (mg) dan jumlah bolus cairan (ml).

1.5 Manfaat Penelitian Memberikan rekomendasi jenis cairan kristaloid isotonis atau hipotonis dan waktu pemberiannya untuk mencegah dan mengurangi hipotensi karena anestesi spinal pada pasien seksio sesarea. 1.6 Keaslian Penelitian Jacob et al., (2012) telah melakukan penelitian tentang pemberian kristaloid preload dibandingkan kristaloid coload pada anestesi spinal. Penelitian ini dilakukan pada 100 pasien seksio sesarea. Didapatkan bahwa insiden hipotensi pada pemberian Ringer Laktat preload (=30) lebih tinggi daripada Ringer Laktat coload (=23) tetapi secara statistik tidak berbeda secara signifikan. Efendi, 2012 telah melakukan penelitian tentang pemberian HES 6% 7.5 ml/kgbb preload dibandingkan Ringerfundin 20 ml/kgbb coload anestesi spinal. Penelitian ini dilakukan pada 42 pasien seksio sesarea. Didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik, tekanan diastolik, tekanan darah rerata dan laju nadi antara pemberian Ringerfundin coload dibandingkan HES 6% preload dan terdapat perbedaan bermakna terhadap jumlah pemakaian efedrin antara kedua kelompok (p=0,047). Penelitian ini membandingkan pemberian cairan Ringerfundin coload dengan Ringer Laktat coload terhadap kejadian hipotensi sebagai luaran primer dan tekanan darah, tekanan arteri rata-rata (TAR), kebutuhan efedrin (mg) dan jumlah bolus cairan (ml) sebagai luaran sekunder. Penulis belum menemukan penelitian yang sama yang pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Tabel 1. Beberapa penelitian tentang pemberian cairan dalam mengurangi hipotensi pada anestesi spinal. Peneliti (tahun) 1. Ueyama et al., 1999 Yang Dibandingkan (1)RL 1.5 L preload vs (2)HES 6% 0.5 L preload vs (3)HES 6% 1 L preload Jenis Pembedahan Insiden Hipotensi (1) 75 %, (2) 58 %, (3) 17 % Sampel Total 36 Hasil Pemberian preload disesuaikan dengan cairan yang digunakan dan jumlahnya agar dapat meningkatkan curah jantung dan mencegah hipotensi 2. Martinez et al., 2007 (1) RL 350 ml preload vs (2) HES 170 ml coload vs (3) RL 350 ml coload (1) 37.5%, (2) 3.8%, (3) 8% 72 Tidak ada perbedaan insiden hipotensi antara (2) dan (3). Direkomendasi pemberian cairan coload yang cepat (bolus) dan dosis kecil. 3. Muzlifah & Choy, 2009 (1)RL 20ml/kgbb preload vs (2) RL 10ml/kgbb preload (1) TAR (88.3 ±9.3), (2) TAR (86.1 ±9.7) 80 Pemberian RL 20 ml/kgbb dan 10 ml/kgbb memberi hasil yang sama, tidak menganjurkan pemberian preload volume besar sebelum anestesi spinal. 4. Jacob et al., 2012 (1) RL 15 ml/kgbb preload vs (2) RL 15 ml/kgbb coload (1)60%, (2)46% 100 Dosis : RL 15 ml/kgbb. Semua perlakuan dapat digunakan untuk mencegah hipotensi anestesi spinal. 5. Jabalameli et al., 2012 (1)RL+Hemaxel preload vs (2)RL+Efedrin preload vs (3)Hemaxel+Efedrin preload (1) 44%, (2) 40%, (3) 46% 150 Dosis : RL 15 ml/kgbb, Hemaxel 7 ml/kgbb, Efedrin 15 mg. (RL 15 ml/kgbb+efedrin 15 mg) efektif untuk mencegah hipotensi setelah anestesi spinal.