V ANALISIS HASIL STUDI AHP

dokumen-dokumen yang mirip
Hal ini menunjukkan bahwa teknologi pengomposan dipandang lebih mampu. memberikan peluang kerja bagi masyarakat, lebih memiliki potensi konflik yang

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur

VII ANALISIS KETERKAITAN HASIL AHP DENGAN CVM

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

VI. PERUMUSAN STRATEGI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih dioperasikan secara open dumping, yaitu sampah yang datang hanya dibuang

BAB I PENDAHULUAN I.1

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI PROGRAM AIR LIMBAH

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUK DAUR ULANG LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan modal dasar bagi pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. secara besar besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

VI. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEBAGAI MITRA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG.

l. PENDAHULUAN Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau

BAB VII PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan sebelumnya terhadap hasil

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan. Banyak terjadi penurunan kualitas lingkungan, baik yang terjadi

Bab 3 Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

VI. STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah adalah semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 20. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Luas wilayah Provinsi Banten adalah 9.662,92 Km2, dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB V PENUTUP. informasi, book to market ratio, dan return saham sebagai variabel intervening

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

Elsa Martini Jurusan PWK Universitas Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk Jakarta

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

Dokumentasi Best Practices Kota-Kota - APEKSI

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PERKOTAAN (Studi Kasus Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

NSDA DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Deputi Bappenas Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

BAB 7 ANALISIS KELEMBAGAAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN ARTISANAL

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Transkripsi:

V ANALISIS HASIL STUDI AHP 1. Landasan Aspek dan Kriteria yang Menjadi Bahan Pertimbangan Penentuan Teknologi Pengolahan Sampah di Jakarta Timur Analisis pendapat gabungan para responden menunjukkan bahwa aspek lingkungan (nilai bobot 0,440) merupakan aspek paling penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur. Aspek berikutnya yang perlu diperhatikan adalah aspek sosial (nilai bobot 0,243); aspek teknis (nilai bobot 0,169), dan aspek ekonomi (nilai bobot 0,148). Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur beserta nilai bobotnya disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Setiap Aspek yang Dipertimbangkan dalam Menentukan Teknologi Pengolahan Sampah di Jakarta Timur Beserta Nilai Bobotnya. Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial EKONOMI = Aspek ekonomi LINGKUNG = Aspek Lingkungan TEKNIS = Aspek Teknis Terpilihnya aspek lingkungan sebagai prioritas utama yang harus diperhatikan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur mencerminkan bahwa kegiatan pengolahan sampah sangat erat kaitannya dengan masalah pengelolaan lingkungan hidup. Ada dua hal pokok yang menjadi implikasi penting dalam kaitannya antara teknologi pengolahan sampah dengan pengelolaan lingkungan

hidup. Implikasi pertama adalah input teknologi dalam kegiatan pengolahan sampah harus mampu menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. Dalam hal ini, teknologi yang digunakan harus mampu mengolah sampah sedemikian rupa sehingga seluruh sampah yang dihasilkan warga Jakarta Timur dapat diolah secara efektif dan efisien. Dengan demikian potensi sampah untuk mencemari lingkungan dapat ditekan semaksimal mungkin. Implikasi kedua adalah input teknologi dalam kegiatan pengolahan sampah harus memberikan dampak minimal terhadap lingkungan. Aspek lingkungan yang dikemukakan dalam penelitian ini mencakup enam kriteria, yaitu : 1) minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran air; 2) minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran udara dan bau; 3) minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran tanah; 4) minimal dalam menimbulkan dampak untuk menjadi habitat penyakit; 5) minimal dalam menimbulkan degradasi keindahan lingkungan kota; dan 6) relatif sesuai dengan arah pengembangan kota. Dari keenam kriteria tersebut, kriteria yang dipandang utama oleh para responden dalam menentukan prioritas teknologi pengolahan sampah adalah minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran air (nilai bobot 0,236). Kriteria-kriteria selanjutnya mulai dari kriteria yang memiliki nilai bobot tinggi hingga rendah berturut-turut adalah : minimal dalam menimbulkan dampak untuk menjadi habitat penyakit (nilai bobot 0,226); minimal dalam memberikan dampak pencemaran udara dan bau (nilai bobot 0,197); minimal dalam memberikan dampak pencemaran tanah (nilai bobot 0,163); relatif sesuai dengan arah pengembangan kota (nilai bobot 0,121); dan minimal dalam menimbulkan degradasi 55

keindahan lingkungan kota (nilai bobot 0,057). Secara singkat, setiap kriteria dalam aspek lingkungan beserta nilai bobotnya dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Setiap Kriteria dalam Aspek Lingkungan Beserta Nilai Bobotnya. Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanah HABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota Secara implisit hal ini menunjukkan bahwa masalah utama dalam pengolahan sampah yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah pencemaran air yang diakibatkan oleh kegiatan pengolahan sampah. Sehingga para responden berpendapat bahwa teknologi yang sebaiknya diutamakan dalam kegiatan pengolahan sampah di Jakarta Timur adalah teknologi yang minimal menimbulkan pencemaran air terhadap badan perairan di Jakarta Timur pada khususnya dan perairan di kota Jakarta pada umumnya. Hal ini terkait dengan kondisi perairan kota Jakarta yang sudah mengalami tingkat pencemaran memprihatinkan. Gambar 6 juga menunjukkan bahwa kriteria minimal dalam menimbulkan dampak untuk menjadi habitat penyakit memiliki nilai bobot 0,226 (hampir sama dengan nilai bobot kriteria yang memberikan dampak minimal terhadap pencemaran air [nilai bobot 0,236]). Hal ini boleh jadi dilandasi oleh pemikiran bahwa sampah yang terlalu lama menumpuk akan menjadi tempat berkembang biaknya berbagai 56

organisme yang bisa menimbulkan penyakit pada manusia, seperti yang dikatakan Salvato (1982) bahwa pembuangan sampah yang tidak ada pemisahan serta kegagalan dalam melakukan sistem pengumpulan sampah dalam jangka waktu dua hingga tiga minggu akan segera menimbulkan berbagai masalah, antara lain bau, lalat, kecoa, dan lain-lain. Pendapat Salvato (1982) ini menyiratkan bahwa tumpukan sampah yang terlalu lama dibiarkan akan menjadi habitat berbagai organisme yang bisa menimbulkan penyakit pada manusia. Oleh karena itu menurut pandangan para responden disamping pertimbangan minimal dalam menimbulkan pencemaran air, teknologi pengolahan sampah yang sebaiknya diterapkan di Jakarta Timur hendaknya tidak menimbulkan tumpukan sampah yang dapat menjadi habitat penyakit. Aspek kedua yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur adalah aspek sosial. Nilai bobot setiap kriteria dalam aspek sosial dapat dilihat pada Gambar 7. Pada gambar tersebut terlihat bahwa kriteria yang memiliki skala prioritas tertinggi adalah teknologi yang memiliki potensi konflik yang rendah (nilai bobot 0,437); kemudian secara berturut-turut diikuti oleh kriteria teknologi yang dapat meningkatkan peran serta masyarakat (nilai bobot 0,250); teknologi yang membuka kesempatan usaha (nilai bobot 0,114); teknologi yang memberikan peluang tumbuhnya sektor informal (nilai bobot 0,106); serta teknologi yang mampu memperluas kesempatan kerja (nilai bobot 0,093). 57

Gambar 7. Nilai Bobot Setiap Kriteria dalam Aspek Sosial. Keterangan : TENAKER = Penyerapan tenaga kerja KONFLIK = Potensi konflik dengan masyarakat rendah USAHA = Menumbuhkan lapangan usaha FORMAL = Menumbuhkan sektor formal dan/atau informal PSM = Penguatan peran serta masyarakat Berdasarkan pendapat para responden, pertimbangan sosial terpenting yang perlu diperhatikan dalam menetapkan suatu teknologi pengolahan sampah adalah rendahnya potensi konflik yang mungkin terjadi dengan masyarakat. Jika suatu teknologi pengolahan sampah akan diterapkan ditengah-tengah masyarakat, maka keberadaan teknologi tersebut hendaknya relatif tidak mengganggu masyarakat, terutama masyarakat disekitar teknologi itu berada. Jika memungkinkan, keberadaan suatu teknologi pengolahan sampah manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal disekitar lokasi teknologi. Jika kondisi ini tercipta maka masyarakat akan merasa memiliki teknologi pengolahan sampah yang diterapkan. Hal ini akan menjamin keberlanjutan teknologi pengolahan sampah yang digunakan. Implikasi penting dari hal ini adalah perlu dilakukannya studi sosial yang dapat mengukur tingkat penerimaan masyarakat terhadap suatu teknologi pengolahan sampah yang direncanakan. Implikasi penting berikutnya adalah perlunya sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan rencana penerapan teknologi pengolahan sampah sebelum teknologi tersebut diimplementasikan. 58

Aspek ketiga yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah adalah aspek teknis. Dalam aspek teknis, kriteria yang menjadi prioritas utama adalah efektifitas dalam mereduksi sampah (nilai bobot 0,249). Kemudian prioritas berikutnya secara berturut-turut dari tertinggi hingga terendah adalah minimal dalam menggunakan lahan (nilai bobot 0,178); masih dapat memanfaatkan sampah sebagai suatu sumberdaya (nilai bobot 0,132); mudah dalam operasional (nilai bobot 0,126); ketersediaan lokasi yang memungkinkan teknologi dapat diterapkan (nilai bobot 0,122); teknologi yang akan digunakan mudah didapatkan termasuk adanya pelayanan purna jual (nilai bobot 0,108); serta tersedianya sumberdaya manusia yang memahami teknologi yang akan digunakan (nilai bobot 0,084). Secara ringkas, nilai bobot setiap kriteria dalam aspek teknis ditampilkan pada Gambar 8. Gambar 8. Nilai Bobot Setiap Kriteria dalam Aspek Teknis. Keterangan : EFEKTIF = Tingkat efektifitas dalam mengurangi tumpukan sampah LAHAN = Dapat mengatasi masalah keterbatasan lahan LOKASI = Ketersediaan lokasi TEKNOLOGI = Ketersediaan teknologi MUDH-OPR = Kemudahan penerapan teknologi (kemudahan operasional) SDM = Ketersediaan SDM yang memahami teknologi MANFAAT = Pemanfaatan sumberdaya (dapat memanfaatkan sampah sebagai sebuah sumberdaya) 59

Preferensi para responden untuk mengutamakan kriteria efektifitas dalam mereduksi sampah adalah hal yang logis karena tujuan penggunaan teknologi dalam kegiatan pengolahan sampah adalah mereduksi sampah secara efektif dalam periode waktu relatif singkat. Namun demikian, bukan hanya masalah efektifitas dalam mereduksi sampah saja yang menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur, masalah keterbatasan lahan pun turut menjadi bahan pertimbangan. Masalah ini menempati prioritas kedua dalam kriteria aspek teknis. Para responden memandang bahwa teknologi yang sebaiknya diterapkan di Jakarta Timur, disamping memiliki efektifitas yang tinggi dalam mereduksi sampah juga yang membutuhkan lahan relatif tidak terlalu luas. Hal ini membawa implikasi kepada perlunya suatu kegiatan pengolahan sampah yang intensif pada suatu kawasan tertentu dengan menerapkan teknologi yang membutuhkan lahan relatif tidak terlalu luas, serta ditunjang oleh keberadaan unit organisasi yang secara profesional mengelola kegiatan pengolahan sampah. Aspek terakhir yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur adalah aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi, kriteria yang memiliki prioritas tertinggi hingga terendah berturut-turut: teknologi yang memiliki biaya operasional rendah (nilai bobot 0,567); teknologi yang investasinya rendah (nilai bobot 0,288); dan kemungkinan menghasilkan PAD (nilai bobot 0,144). Nilai bobot setiap kriteria dalam aspek ekonomi dapat dilihat pada Gambar 9. 60

Gambar 9. Nilai Bobot Setiap Kriteria dalam Aspek Ekonomi. Keterangan : INVEST = Investasi rendah BEA-OPRS = Biaya operasional rendah PAD = Menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi Pandangan responden yang menetapkan kriteria teknologi yang memiliki biaya operasional rendah sebagai prioritas yang seharusnya diutamakan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur sesungguhnya terkait dengan keterbatasan anggaran pemerintah daerah yang dapat dialokasikan untuk kegiatan operasional pengolahan sampah. Demikian pula prioritas kedua yang menetapkan kriteria investasi yang rendah dalam pengadaan teknologi juga didasarkan pada alasan keterbatasan dana yang dimiliki pemerintah daerah. Para responden boleh jadi berpandangan bahwa untuk mencapai keberlanjutan suatu teknologi pengolahan sampah, sebaiknya lebih diutamakan menggunakan teknologi yang memiliki biaya operasional rendah agar pihak pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk mendanai kegiatan operasional rutinnya, termasuk biaya pemeliharaan dan lain-lain. Boleh jadi suatu jenis teknologi memiliki investasi relatif tinggi namun memiliki biaya operasional relatif rendah sehingga dalam jangka panjang sesungguhnya lebih murah dibanding dengan teknologi yang investasi pengadaannya relatif rendah namun biaya operasionalnya relatif tinggi. Sehingga dalam hal ini para responden lebih menekankan kepada teknologi yang memiliki biaya operasional relatif rendah dibanding dengan investasi yang rendah. 61

Kriteria menghasilkan PAD dalam kegiatan pengolahan sampah merupakan prioritas terakhir dalam pertimbangan penentuan teknologi pengolah sampah karena belum pernah ada kegiatan pengolahan sampah yang bisa menghasilkan PAD. Selama ini, kegiatan pengolahan sampah hanya dipandang sebagai cost center ketimbang sebagai profit center. 2. Penentuan Skala Prioritas Teknologi Pengolahan Sampah yang Sebaiknya Diterapkan di Jakarta Timur Berdasarkan Setiap Aspek dan Kriteria Berdasarkan pertimbangan setiap aspek dan kriteria yang dikemukakan dalam studi AHP, dapat dianalisis prioritas teknologi pengolahan sampah yang sebaiknya diterapkan di Jakarta Timur. Analisis yang dilakukan memberikan hasil sebagai berikut : A. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan Jika ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi, pengomposan lebih merupakan prioritas dibandingkan dengan incenerator untuk diterapkan dalam pengolahan sampah di Jakarta Timur. Sedangkan jika ditinjau dari aspek lingkungan dan teknis, incenerator lebih diprioritaskan dibandingkan dengan pengomposan. Untuk lebih memperjelas perbandingan skala prioritas antara incenerator dan pengomposan ditinjau dari setiap aspek, dapat dilihat pada Gambar 10. 62

Gambar 10. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan Berdasarkan Setiap Aspek. Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial EKONOMI = Aspek ekonomi LINGKUNG = Aspek Lingkungan TEKNIS = Aspek Teknis Overall = Keseluruhan Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwa jika yang menjadi titik berat penentuan teknologi pengolahan sampah adalah aspek sosial dan ekonomi, maka pengomposan merupakan prioritas utama. Namun jika yang menjadi titik berat perhatian adalah aspek lingkungan dan teknis, maka incenerator merupakan prioritas utama. Namun secara keseluruhan teknologi pengomposan merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan incenerator. B. Penentuan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill Berdasarkan pertimbangan semua aspek (sosial, ekonomi, lingkungan, dan teknis), pengomposan merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan sanitary landfill, sebagaimana disajikan Gambar 11. 63

Gambar 11. Perbandingan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill Berdasarkan Setiap Aspek. Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial EKONOMI = Aspek ekonomi LINGKUNG = Aspek Lingkungan TEKNIS = Aspek Teknis Overall = Keseluruhan Hal ini berarti bahwa para responden memandang teknologi pengomposan lebih dapat mengakomodir pertimbangan sosial, ekonomi, lingkungan, dan teknis dibandingkan dengan sanitary landfill. C. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill: Berdasarkan pertimbangan aspek sosial, lingkungan, dan teknis, incenerator merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan sanitary landfill, seperti disajikan pada Gambar 12. Sedangkan ditinjau dari aspek ekonomi, kedua jenis teknologi memiliki skala prioritas relatif sama. Secara keseluruhan, incenerator menempati prioritas utama jika dibandingkan dengan sanitary landfill. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi incenerator relatif dapat mengakomodir pertimbangan sosial, lingkungan, dan teknis dalam penentuan teknologi pengolah sampah di Jakarta Timur. 64

Gambar 12. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill Berdasarkan Setiap Aspek. Keterangan : SOSIAL = Aspek sosial EKONOMI = Aspek ekonomi LINGKUNG = Aspek Lingkungan TEKNIS = Aspek Teknis Overall = Keseluruhan D. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan Berdasarkan beberapa kriteria yang termasuk aspek lingkungan, yaitu : minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran air; minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran tanah; minimal dalam menimbulkan dampak untuk menjadi habitat penyakit; minimal dalam menimbulkan degradasi keindahan lingkungan kota; dan relatif sesuai dengan arah pengembangan kota, teknologi incenerator merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan pengomposan. Sedangkan ditinjau dari kriteria minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran udara dan bau, pengomposan lebih diprioritaskan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pula pada Gambar 13. 65

Gambar 13. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan. Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanah HABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota Overall = Keseluruhan Hal ini menunjukkan bahwa teknologi incenerator dipandang mampu mengakomodir pertimbangan kriteria minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran air; minimal dalam memberikan dampak terhadap pencemaran tanah; minimal dalam menimbulkan dampak untuk menjadi habitat penyakit; minimal dalam menimbulkan degradasi keindahan lingkungan kota; dan relatif sesuai dengan arah pengembangan kota ketimbang teknologi pengomposan. Namun Berdasarkan seluruh nilai bobot kriteria yang termasuk dalam aspek lingkungan, incenerator menempati prioritas utama jika dibandingkan dengan pengomposan. 66

E. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan Berdasarkan semua kriteria yang terdapat dalam aspek lingkungan, teknologi incenerator merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan teknologi sanitary landfill, sebagaimana disajikan pada Gambar 14. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi incenerator dipandang mampu mengakomodir seluruh pertimbangan kriteria dalam aspek lingkungan Gambar 14. Perbandingan Skala Prioritas antara Incenerator dan Sanitary Landfill Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan. Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanah HABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota Overall = Keseluruhan F. Penentuan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan Berdasarkan semua kriteria yang terdapat dalam aspek lingkungan, teknologi pengomposan juga merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan sanitary landfill. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi 67

pengomposan dipandang mampu mengakomodir pertimbangan seluruh kriteria aspek lingkungan dibandingkan dengan teknologi sanitary landfill. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Perbandingan Skala Prioritas antara Pengomposan dan Sanitary Landfill Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Lingkungan. Keterangan : AIR = Minimal menimbulkan pencemaran air UDARA = Minimal menimbulkan pencemaran udara dan bau TANAH = Minimal menimbulkan pencemaran tanah HABITAT = Minimal menimbulkan habitat penyakit INDAH = Minimal menurunkan keindahan kota ARAHKOTA = Relatif sesuai dengan arah pengembangan kota Overall = Keseluruhan G. Penentuan Skala Prioritas antara Incenerator dan Pengomposan Berdasarkan Kriteria dalam Aspek Sosial Semua kriteria dalam aspek sosial menunjukkan bahwa teknologi pengomposan merupakan prioritas utama untuk diterapkan di Jakarta Timur dibandingkan dengan incenerator, sebagaimana disajikan pada Gambar 16. 68