BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah

Transkripsi

1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Disain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Menurut Sangaji dan Sopiah (2010) penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur. Sedangkan Analisis deskriftif adalah merupakan bagian dari analisis kuantitatif, dimana data yang diperoleh diklasifikasikan atau diubah dalam bentuk angka-angka. Analisis deskripsi lebih banyak hendak menggambarkan fakta sebagaimana adanya Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah gabungan antara analisis deskriftif dan analisis multi kriteria dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian ini, peneliti menghimpun fakta dan mengembangkan konsep, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Analisis deskriftif dan analisis multi kriteria ini dilakukan terhadap pemilihan teknologi pengolahan sampah Variabel Penelitian dan Alternatif Definisi Konsep Kriteria dan Alternatif Identifikasi kriteria-kriteria (variabel-variabel) dilakukan berdasarkan teori-teori yang relevan dan penelitian-penelitian sebelumnya. Kriteria-kriteria tersebut disesuaikan dengan kebutuhan TPST Kota Probolinggo dalam pemilihan teknologi pengolahan sampah. Definisi konsep kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 57

2 1. Kriteria Lingkungan. Kriteria lingkungan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat pencemaran terhadap udara, air dan tanah yang disebabkan oleh masuknya limbah, bahan-bahan, partikel atau emisi gas yang dilepaskan oleh teknologi pengolahan sampah sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya (Hutton, 2009; dan Kristanto, 2013). 2. Kriteria Ekonomi. Kriteria ekonomi didefinisikan sebagai tingkat kelayakan ekonomi penerapan teknologi pengolahan sampah berdasarkan benefit-cost ratio. Cost terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk investasi, serta biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan dan pemeliharaan. Sedangkan benefit meliputi semua pendapatan yang dihasilkan dan dampak positif yang ditimbulkan bagi masyarakat (Assamoi dan Lawryshyn, 2011; Salengke, 2012). 3. Kriteria Sosial. Kriteria sosial didefinisikan sebagai penerimaan sosial dari masyarakat setempat terhadap teknologi pengolahan sampah yang diterapkan dan penyerapan tenaga kerja oleh teknologi tersebut (Joos et al, 2006; Susangka dan Chaerul, 2009). 4. Kriteria Teknis Kriteria teknis didefinisikan sebagai kemampuan teknologi pengolahan sampah mereduksi jumlah sampah dan tingkat kemudahan dalam 58

3 mengoperasikan serta pemeliharaan teknologi tersebut (Amurwaraharja, 2004; McDougall et al, 2008; Klundert, 2008; Susangka dan Chaerul, 2009). Alternatif pemilihan teknologi pengolahan sampah meliputi teknologi daur ulang, teknologi biogas, teknologi pengomposan dan teknologi pembakaran. Adapun definisi konsep teknologi pengolahan sampah adalah sebagai berikut : 1. Daur Ulang daur ulang adalah teknologi pengolahan sampah anorganik melalui pemanfaatkan kembali sampah yang sudah dianggap sebagai limbah namun masih dapat didaur ulang menjadi bahan baku dan melalui remanufaktur menjadi produk baru (USEPA, 2014). 2. Biogas biogas adalah teknologi pengolahan sampah organik melalui dekomposisi alamiah dengan memanfaatkan mikroorganisme pada ruang kedap udara tanpa bantuan oksigen (anaerobik) dengan mengatur suhu, kelembaban, dan ph optimum menjadi bahan bakar gas (RIS, 2006 dan Wahyuni, 2013). 3. Pengomposan pengomposan adalah teknologi pengolahan sampah organik melalui proses penguraian secara biologis oleh mikroorganisma dalam kondisi yang optimal seperti ketersediaan nutrisi yang memadai, udara yang cukup, kelembapan yang tepat, menjadi material yang lebih sederhana, sifatnya relatif stabil (seperti humus) atau disebut sebagai kompos (Wahyono dkk, 2010). 59

4 4. Pembakaran pembakaran adalah teknologi pengolahan sampah dengan cara pembakaran pada temperatur yang sangat tinggi (>800ºC) untuk mereduksi sampah yang tergolong mudah terbakar dalam sebuah insinerator yang terkendali dalam hal temperatur, proses pembakaran maupun emisi (Damanhuri dan Padmi, 2010, dan Kementerian Lingkungan Hidup, 2012) Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dan atau konstrak dengan cara memberikan atau melakukan spesifikasi kegiatan maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstraks atau variabel (Sangaji dan Sopiah, 2010). Definisi operasional teknologi pengolahan sampah dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Definisi Operasional Alternatif Pengolahan Sampah Alternatif Daur Ulang Biogas Pengomposan Pembakaran Definisi Operasional Dimanfaatkannya kembali material anorganik yang sudah dianggap sebagai limbah menjadi bahan baku dan melalui remanufaktur menjadi produk baru. Proses pengolahan sampah organik oleh mikroorganisme dalam ruang kedap (anaerob) menjadi bahan bakar gas. Proses penguraian materi organik secara biologis dalam kondisi aerobik yang terkendali menjadi material seperti humus atau yang disebut kompos. Proses reduksi atau pengurangan sampah melalui pembakaran pada temperatur yang sangat tinggi dalam sebuah insinerator. Adapun definisi operasional kriteria lingkungan, kriteria ekonomi, kriteria sosial dan kriteria teknis beserta sub kriterianya dapat dilihat pada Tabel

5 Tabel 4.2. Definisi Operasional Kriteria dan Sub Kriteria Kriteria Sub Kriteria Definisi Operasional Lingkungan Ekonomi Sosial Teknis udara tanah air Biaya Investasi Biaya operasional dan pemeliharaan Manfaat ekonomi Penerimaan masyarakat Penyerapan tenaga kerja Kemampuan mereduksi Kemudahan penerapan Masuknya sejumlah dan atau jenis limbah, bahan-bahan, partikel atau emisi gas yang dihasilkan oleh teknologi pengolahan sampah ke udara, air dan tanah sehingga menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan. Jumlah dan atau jenis limbah, bahan-bahan, partikel atau emisi gas yang dihasilkan oleh teknologi pengolahan sampah yang mencemari udara Jumlah dan atau jenis limbah, bahan-bahan, partikel atau emisi gas yang dihasilkan oleh teknologi pengolahan sampah yang mencemari tanah Jumlah dan atau jenis limbah, bahan-bahan, partikel atau emisi gas yang dihasilkan oleh teknologi pengolahan sampah yang mencemari air Kelayakan ekonomi berdasarkan perbandingan manfaat yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dikeluarkan adalah biaya investasi dan biaya operasional serta perawatan. Dikatakan layak jika hasil perbandingan tersebut lebih besar dari 1. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk investasi pada teknologi pengolahan sampah Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan dan pemeliharaan pada teknologi pengolahan sampah Jumlah nilai manfaat ekonomi yang diterima dari teknologi pengolahan sampah Tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi pengolahan sampah yang diterapkan serta banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap oleh teknologi tersebut Tingkat penerimaan masyarakat terhadap teknologi pengolahan sampah Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh pengolahan sampah. Jumlah sampah yang dapat direduksi dan tingkat kemudahan mengoperasikian teknologi pengolahan sampah Jumlah sampah yang dapat direduksi oleh teknologi pengolahan sampah Tingkat kemudahan dalam mengoperasikan dan pemeliharaan teknologi pengolahan sampah Berdasarkan hasil penelusuran literatur maupun penelitian terdahulu, pada Tabel 4.3. ditampilkan matriks alternatif teknologi pengolahan sampah dan dampaknya terhadap kriteria. 61

6 Tabel 4.3. Matrik Alternatif Pengolahan Sampah dan Kriteria Kriteria Lingkungan Ekonomi Sub Kriteria udara air tanah Nilai investasi Biaya operasional & pemeliharaan Alternatif Pengolahan sampah Daur Ulang Pengomposan Biogas Insinerasi kg CO2/ton sampah 1) Menghasilkan emisi gas yang mencemari udara 4) Menghasilkan residu yang mencemari air 4) Menghasilkan residu yang mencemari tanah 4) Rp ,- per ton sampah 2) 210 kg CO 2 /ton sampah 1) Dapat mengurangi metana (CH 4 ) secara signifikan 2) Air lindi dapat dikendalikan dan dapat digunakan untuk penyiraman kembali 5) Tumpukan sampah dan air lindi dapat dikendalikan sehingga tidak mencemari tanah 5) Kapasitas olah ton/tahun. Rp ,- per ton sampah 5a) Rp ,- per ton sampah 5a) 193 kg CO 2 /ton sampah 2) Dapat mengurangi metana (CH 4 ) secara signifikan 2) Air lindi dan sludge yang dihasilkan dapat mencemari air permukaan. 7) Air lindi dan sludge yang dihasilkan dapat mencemari tanah. 7) Kapasitas olah ton/tahun. Rp. 262,908,- per ton sampah 7) 485 kg CO 2 /ton sampah 1) Menghasilkan emisi gas yang mencemari udara 3) Menghasilkan residu yang mencemari air 3) Menghasilkan residu yang mencemari tanah 3) Kapasitas olah ton/tahun. Rp ,- 6) Biaya investasi besar 4) Rp ,- per ton Rp ,- ( 22 sampah 7) tahun operasi) 6) Biaya operasional dan perawatan besar 4) 62

7 Tabel 4.3. Matrik Alternatif Pengolahan Sampah dan Kriteria (lanjutan) Kriteria Ekonomi Sosial Teknis Sub Kriteria Manfaat ekonomi Penerimaan masyarakat Penyerapan tenaga kerja Kemampuan mereduksi sampah Kemudahan penerapan Alternatif Pengolahan sampah Daur Ulang Pengomposan Biogas Insinerasi Rp ,- (Bruto) per ton sampah 2) Mudah diterima masyarakat 4) Banyak menyerap tenaga kerja 4) Rp ,- per ton sampah (Bruto) 5a) Rp ,- per ton sampah (Manfaat bruto biaya O&P) 5a) Mudah diterima masyarakat 5) Banyak menyerap tenaga kerja 5) Rp ,- per ton sampah (Bruto) 7) Rp ,- per ton sampah (Manfaat bruto biaya O&P) Mudah diterima masyarakat 8) Tidak banyak menyerap tenaga kerja 7) Rp ,- /22 tahun (Selama 20 tahun manfaat total minus Rp ) 6) Menghasilkan energi panas yang dapat dijadikan daya listrik 9) Tidak ramah lingkungan sehingga penggunaannya ditentang oleh organisasi dan masyarakat 3) Sedikit menyerap tenaga kerja / hilangnya kesempatan kerja 3) 17,3 persen 5b) 63,7 persen 5) 22 persen 7 ) Dapat mereduksi volume sampah persen 9) Mudah diterapkan, tidak membutuhkan keahlian khusus 4) Mudah diterapkan, tidak membutuhkan keahlian khusus 5) Mudah diterapkan, tidak membutuhkan keahlian khusus 7) yang rumit sehingga dibutuhkan skill yang tinggi 4) Sumber : 1) ICCSR Sektor Limbah, 2010; 2) McDougalls et al, 2008; 3) Latief, 2010; 4) Martono, 2007; 5) Wahyono dkk, 2010; 5a) Wahyono, 2012; 5b) Wahyono dkk, 2008; 6) Purwaningsih, 2012; 7) RIS International Ltd, 2005; 8) Wahyuni, 2013; 9) Damanhuri dan Padmi,

8 4.4. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer yang dikumpulkan dari hasil penelitian lapangan melalui survey dan observasi mengenai pengelolaan sampah kota dan rencana pengembangan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu. 2. Data primer yang didapat melalui wawancara terstruktur menggunakan kuisioner dengan stakeholder terpilih, yaitu pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, tenaga ahli/pakar dibidang persampahan. 3. Data sekunder yang diperoleh dari hasil studi literatur, dokumentasi dan laporan-laporan yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Probolinggo Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini instrument yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah wawancara terstruktur menggunakan kuisioner. Pemilihan responden berdasarkan kriteria yang dianggap pakar dalam bidang persampahan. Pengertian pakar yang dimaksud adalah benar-benar memahami konsep pengelolaan sampah. Responden terpilih adalah para stakeholder yang secara langsung bekerja atau berkecimpung dalam bidang persampahan. Responden dipilih dari tiap-tiap stakeholder yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu : 1. Perwakilan pihak Badan Lingkungan Hidup dan Bappeda Kota Probolinggo yang berhubungan dengan pengelolaan sampah dan pengembangan TPST sebanyak 2 orang, yaitu Kepala UPT Pengolahan Sampah & Limbah (UPT PSL) serta Kabid Bappeda Kota Probolinggo. 64

9 2. Tenaga ahli/peneliti di bidang persampahan dari Badan Pengkajian dan Penerapan (BPPT) dengan kriteria pendidikan minimal S2 dan telah berpengalaman minimal 10 tahun dalam bidang pengelolaan persampahan sebanyak 3 orang. Selain pengumpulan data primer melalui wawancara, juga dilakukan melalui observasi (pengamatan), dokumentasi dan studi literatur yang berhubungan dengan sistem pengelolaan sampah, kebijakan pengelolaan sampah, dan pemilihan teknologi pengolahan sampah beserta kriterianya Teknik Analisis Data Untuk mendapatkan alternatif teknologi pengolahan sampah yang akan diterapkan di TPST Kota Probolinggo digunakan metode AHP. Langkah-langkah untuk analisis dengan metode AHP adalah sebagai berikut : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan yang ingin dicapai. 2. Menyusun struktur model keputusan (hirarki). Lihat Gambar Membuat matriks perbandingan berpasangan. 4. Menghitung nilai eigen value dan konsistensinya. Jika rasio konsistensi lebih kecil atau sama dengan 10 % maka penilaian tersebut diterima. Jika konsistensi lebih besar dari 10 % dinyatakan tidak konsisten sehingga pengambilan data harus diulang. 5. Menentukan prioritas. Penyusunan prioritas dilakukan untuk setiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini akan menghasilkan bobot atau kontribusi kriteria terhadap pencapaian tujuan. Prioritas ditentukan oleh kriteria yang mempunyai bobot paling besar. 65

10 Pemilihan Pengolahan Sampah Di TPST Kota Probolinggo Tujuan Lingkungan Ekonomi Sosial Teknis Kriteria Udara Air Tanah Nilai Investasi Biaya Operasional& Pemeliharaan Manfaat Ekonomi Penerimaan Masyarakat Penyerapan Tenaga Kerja Kemampuan Mereduksi Sampah Kemudahan Penerapan Sub Kriteria Daur Ulang Pengomposan Biogas Pembakaran Pilihan Gambar 4.1. Model AHP Pemilihan Pengolahan Sampah 66