DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM )

dokumen-dokumen yang mirip
COARSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( CWDM ) Andreas Ardian Febrianto INTISARI

BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan

TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK. Yamato & Evyta Wismiana. Abstrak

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan

BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan

Pengertian Multiplexing

ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE

Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX BWS 1600G Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java

ANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

TUGAS AKHIR STUDI PERBANDINGAN DWDM (DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) DAN CWDM (COARSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM TRANSMISI DWDM PADA JARINGAN SDH (Studi Kasus : Penerapan Sistem DWDM dan SDH pada Jaringan Transmisi PT. XL Axiata tbk.)

BAB III WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEX

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi

Teknologi WDM pada Serat Optik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-199

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206

BAHAN SIDANG TUGAS AKHIR O L E H RIFQI FIRDAUS

Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G.652 dan G.655 Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

(MAJALAH ILMIAH FAKULTAS TEKNIK - UNPAK)

Aplikasi In-line Amplifier EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM

BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI Sistem komunikasi kabel laut dengan repeater. akan menguatkan efek dispersi dan gangguan lainnya pada link.

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI DWDM PADA SERAT OPTIK DI PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk NETWORK REGIONAL SEMARANG

IMPLEMENTASI JARINGAN OPTIK TRANSPARAN

MULTIPLEXING DE MULTIPLEXING

Aplikasi Multiplexer -8-

Topologi Jaringan Transport Optik

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 1 Pendahuluan

BAB II DASAR SYSTEM JARINGAN TRANSMISI METRO WDM

± voice bandwidth)

Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung

Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat

Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1907

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

BAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM. (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran

KOMUNIKASI DATA JUFRIADIF NA`AM. 7. Multiplexing

ANALISIS PERFORMANSI ARRAY WAVEGUIDE GRATING MENGGUNAKAN FILTER FIBER BRAGG GRATINGS PADA JARINGAN SCM/WDM RADIO OVER FIBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Multiplexing. Meningkatkan effisiensi penggunaan bandwidth / kapasitas saluran transmisi dengan cara berbagi akses bersama.

PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENJAMAKAN PADA KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Meiyanto Eko Sulistyo AMIK KARTIKA YANI Yogyakarta

Sejarah dan Perkembangan Sistem Komunikasi Serat Optik

ANALISIS PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI SERAT OPTIK CWDM JARINGAN UNIVERSITAS INDONESIA TERPADU (JUITA)

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE

BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang

ANALISIS PERBANDINGAN PULSA GAUSSIAN DENGAN PULSA SECANT HIPERBOLIK PADA TRANSMISI SOLITON UNIVERSITAS TELKOM

Makalah Seminar Kerja Praktek DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA SISTEM TRANSMISI FIBER OPTIK

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN LATENCY PADA DYNAMIC WAVELENGTH ROUTER SALURAN TRANSMISI OPTIK WILLY V.F.S

ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA)

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar

PENGARUH ALOKASI KANAL DAN KARAKTERISTIK SERAT OPTIS TERHADAP BESARNYA EFEK FOUR WAVE MIXING (FWM) DALAM KOMUNIKASI OPTIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

ANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

BAB II LANDASAN TEORI

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1780

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

Teknik MULTIPLEXING. Rijal Fadilah S.Si Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011

MACAM - MACAM KABEL JARINGAN

Kata kunci: radio over fiber, optical add drop multiplexer, wavelength division multiplexing, komunikasi jarak jauh


SISTEM TRANSMISI ULTRA-DENSE WAVE LENGTH DIVISION MULTIPLEXING

LAPORAN KERJA PRAKTEK APLIKASI DWDM PADA SERAT OPTIK

BAB II SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)

BAB II TRANSMISI FIBER OPTIK DENGAN TEKNOLOGI WDM

Sinyal analog. Amplitudo : ukuran tinggi rendah tegangan Frekuensi : jumlah gelombang dalam 1 detik Phase : besar sudut dari sinyal analog

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.3 December 2016 Page 4755

ANALISIS PANJANG GELOMBANG DOWNSTREAM DAN UPSTREAM PADA SISTEM JARINGAN NG-PON 2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN SERAT OPTIK DWDM (DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) UNTUK LINK MEDAN LANGSA (Studi Kasus di PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... iii. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined.

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

TEKNIK KOMUNIKASI SERAT OPTIK SI STEM KOMUNIKASI O P TIK V S KO NVENSIONAL O LEH : H ASANAH P UTRI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III IMPLEMENTASI PENERAPAN METRO WDM PADA JARINGAN TRANSMISI SERAT OPTIK

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. elektronik menggunakan kabel tembaga, seperti kabel berpilin, kabel koaksial,

Abstrak. 30 DTE FT USU. sistem pembagian spektrum panjang gelombang pada pentransmisiannya.

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

ANALISA DISPERSI SERAT OPTIK MENGGUNAKAN JDSU MTS DWDM OPTICAL ANALYZER

Transkripsi:

DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM ) Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email : andreas_ardian@yahoo.com INTISARI WDM (Wavelength Division Multiplexing) merupakan suatu teknik untuk memultiplekskan beberapa isyarat optik melalui sebuah serat optik dalam upaya untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan lebar pita yang disediakan oleh serat optik. Untuk komunikasi jarak jauh ( lebih dari 80 km ) digunakan sistem Dense-WDM ( DWDM ). DWDM menempatkan panjang gelombang yang lebih rapat dibandingkan dengan WDM, sehingga kapasitas informasi yang dikirimkan dapat ditingkatkan. Kata Kunci: serat optik, panjang gelombang, dense wavelenghth division multiplexing 1. PENDAHULUAN Saat ini komunikasi serat optik telah diyakini sebagai sarana komunikasi yang lebih digemari untuk isyarat-isyarat dengan laju lebih dari beberapa ratus megabit per detik pada jarak lebih dari beberapa ratus kilometer. Dibandingkan dengan transmisi menggunakan kabel elektrik, serat optik menawarkan suatu medium transmisi yang lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut. 1. Kerugian yang rendah pada lebar pita yang sangat tinggi. 2. Aras ketidakcocokkan transmisi yang rendah. 3. Kekebalan terhadap interferensi elektromagnetik. 4. Jangka waktu penggunaan lebih panjang (tahan lama). Ada banyak cara yang berbeda untuk mengirim data melalui sebuah serat tunggal. Pertama, dengan menggunakan Time Division Multiplexing (TDM), yaitu 31

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 6 No. 1 April 2007 Hal 31 41 sejumlah isyarat dengan tipe yang sama dimultipleks bersama-sama secara elektris sebelum isyarat-isyarat itu ditempatkan pada sebuah panjang gelombang tunggal. Alternatif lain adalah dengan mengirimkan tiap isyarat optik pada sebuah panjang gelombang yang berbeda, yang disebut Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang dapat dianalogikan dengan pengiriman kanal-kanal radio yang berbeda pada frekuensi yang berbeda melalui udara. DWDM merupakan perkembangan WDM dengan perbedaan sebagai berikut. DWDM menempatkan panjang gelombang yang lebih rapat dibandingkan dengan WDM, sehingga mempunyai kapasitas keseluruhan yang jauh lebih baik. DWDM memuat banyak kanal optik. Dengan mengirimkan isyarat optik pada panjang gelombang yang berbeda, memungkinkan sebuah serat optik mengerjakan pengiriman banyak isyarat optik. Sehingga kapasitas informasi yang dikirimkan sangat besar. Komponen-komponen utama teknologi DWDM adalah sebagai berikut Laser Optik (transmitter) dan Detektor Optik (receiver). Laser optik digunakan untuk mengirimkan sebuah isyarat dan detektor yang sesuai digunakan untuk menerima isyarat pada panjang gelombang yang sama, yang dikirimkan dan tergabung pada satu transceiver. Jumlah informasi yang sebenarnya yang dikirimkan pada satu panjang gelombang ditentukan oleh bit rate laser itu. Laser DWDM mempunyai bit rate sampai 10 G bit/det. 32

Penguat Optik untuk penambahan jarak. DWDM memerlukan penguat optik, yang disebut EDFA (Erbium-Doped Fiber Amplifier) karena digunakan pada jarak jauh, sekitar ratusan kilometer. Tapis Optik untuk multipleks (add) dan demultipleks (drop). Komponen utama yang terakhir adalah OADM (Optical Add/Drop Multiplexer), yang digunakan untuk menambah dan mengurangi panjang gelombang-panjang gelombang ke jaringan WDM. DWDM mempunyai ciri yang penting, yakni kemampuan untuk menguatkan panjang gelombang sekaligus tanpa mengonversikannya terlebih dahulu ke dalam bentuk isyarat elektris dan kemampuan untuk membawa isyarat pada kecepatan dan tipe yang berbeda secara bersama-sama melalui satu serat (tidak bergantung pada protocol dan bit rate). 2. TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULIPEXING DWDM merupakan pemecahan atas masalah-masalah yang ditemukan pada WDM. Dari segi infrastrukturnya terjadi penambahan peralatan pemancar dan penerima untuk masing-masing panjang gelombang yang digunakan. Inti perbaikan yang dimiliki oleh teknologi DWDM terletak pada jenis tapis, serat optik, dan penguat. Jenis tapis yang dipergunakan di dalam sistem DWDM yaitu Fiber Bragg Gratings (FBG). Komponen berikutnya adalah serat optik dengan dispersi yang rendah. Karakteristik demikian sangat diperlukan mengingat dispersi langsung berkaitan dengan kapasitas transmisi suatu sistem. Jenis serat 33

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 6 No. 1 April 2007 Hal 31 41 optik yang banyak dipakai untuk aplikasi DWDM diantaranya LEAF yang merupakan serat berkualitas terbaik. Sementara penguat optik yang dipergunakan untuk aplikasi demikian adalah EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier). Teknik lain yang digunakan adalah dengan mengurangi jarak antar kanal, pada DWDM jarak kanal sebesar 0,8nm. Hal ini berguna pada sistem dengan spektrum penguatan penguat optiknya yang kurang merata. 2.1. Perkembangan Teknologi DWDM DWDM menambah kapasitas pengiriman informasi infrastruktur serat optik yang sudah ada sebelumnya (yaitu WDM), untuk menghilangkan biaya besar dibandingkan jika melakukan pemasangan kabel serat optik yang baru. DWDM adalah teknologi multipleksing beberapa isyarat dengan cara mengirimkan isyarat tersebut pada delapan atau lebih panjang gelombang yang berbeda pada serat yang sama. Kata dense pada DWDM menggambarkan bahwa sistem tersebut mempunyai jarak antar panjang gelombangnya lebih kecil daripada WDM. DWDM memberikan solusi yang lebih baik dalam penggunaan serat optik yang telah terpasang untuk memperoleh keefektifan lebar pita. Tabel berikut menunjukkan jenis-jenis Wavelength Division Multiplexing. 34

Tabel 1. Jenis-jenis Wavelength Division Multiplexing. WDM DWDM (termasuk ultra dense WDM) Jarak antar kanal Sedang, laser 1310 Kecil, 1,6 nm nm digunakan (200GHz) atau bersama laser 1550 kurang dari itu nm Macam pita yang O dan C C dan L digunakan Biaya tiap kanal Rendah Tinggi Jumlah kanal yang dikirimkan Baik diterapkan di 2 Ratusan kanal PON (Passive Jangkauan jauh Optical Network) Sistem DWDM terdiri dari komponen-komponen berikut : transmitter optik panjang gelombang (laser), multiplexer (mux) dan demultiplexer (demux) optik, receiver optik. Komponen-komponen opsional DWDM yaitu Optical Add/Drop Multiplexer (OADM) dan penguat optik. Gambar 1. menunjukkan konsep dasar sistem DWDM dengan sebuah penguat. Gambar 1. Konsep Dasar Sistem DWDM dengan Penguat. 35

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 6 No. 1 April 2007 Hal 31 41 2.1.1. Transmitter Optik dan Transponder Transmitter optik untuk sistem DWDM adalah laser-laser dengan resolusi tinggi dan ketepatan pita sempit. Laser-laser ini memungkinkan dekatnya jarak antar kanal, yang dapat menambah jumlah panjang gelombang yang dapat digunakan pada pita 1500 nm untuk meminimalkan efek ketidakcocokan isyarat (dispersi). Transmitter optik juga meminimalkan rugi-rugi daya sehingga transmisi jarak jauh dapat dilakukan. Laser-laser ini dapat menggunakan penguat optik yang memperkuat isyarat untuk penambahan jarak dan menghilangkan kebutuhan penguat elektronik untuk masing-masing isyarat optik. Kebanyakan sistem laser dirancang untuk frekuensi-frekuensi panjang gelombang yang mengikuti standar ITU (International Telecommunication Union), sehingga mempermudah pengoperasian dan penyeleksian komponen. Ada sebuah komponen lain pada beberapa sistem DWDM, yang dinamakan transponder. Transponder mengonversi isyarat optik pita lebar menjadi panjang gelombang tertentu menggunakan konversi optical-toelectrical-to-optical (OEO). Transponder atau konverter panjang gelombang adalah peranti opsional yang menyediakan konversi sebuah panjang gelombang optik menjadi panjang gelombang dengan ketepatan pita sempit. 2.1.2. Penguat Optik Penguat optik memperkuat isyarat optik untuk meminimalkan efek rugi-rugi daya dan pelemahan sebagai akibat pengiriman pulsa cahaya 36

melalui serat optik. Teknologi penguat optik memungkinkan munculnya teknologi DWDM dengan kecepatan tinggi dan volume transmisi tinggi. Tetapi untuk jarak yang lebih pendek pada jaringan-jaringan metropolitan dan regional, penguat optik tidak harus selalu diterapkan. Sebelum munculnya penguat-penguat optik, tiap isyarat dibangkitkan kembali secara elektris. Ketika pembangkitan kembali sebuah isyarat optik secara elektris, isyarat tersebut harus dikonversi terlebih dahulu menjadi isyarat elektris, diperkuat, dan kemudian baru dikonversi kembali menjadi isyarat optik sebelum ditransmisikan lagi. Pembangkitan kembali secara elektris membutuhkan alat pembangkit kembali (regenerator) untuk tiap panjang gelombang pada masing-masing serat. Sedangkan penguat optik dapat memperkuat semua panjang gelombang optik tanpa merubah isyarat menjadi isyarat elektris terlebih dahulu. Penguat optik yang dipakai adalah Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA). EDFA beroperasi pada jangkauan 1530 sampai 1560 nm. 2.1.3. Multiplexer dan Demultiplexer Optik Multiplekser optik menggabungkan isyarat-isyarat terkirim dari panjang gelombang-panjang gelombang yang berbeda pada serat optik tunggal. Demultiplekser optik sebaliknya memisahkan gabungan isyaratisyarat menjadi panjang gelombang-panjang gelombang bagiannya pada penerima akhir. Multiplekser dan demultiplekser yang dipakai yaitu Thin Film Filter. Multiplekser pada DWDM merupakan peranti-peranti pasif, yang artinya tidak membutuhkan masukan isyarat elektris. Multiplekser- 37

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 6 No. 1 April 2007 Hal 31 41 multiplekser pasif ini berperilaku seperti prisma dengan ketepatan tinggi untuk memisahkan warna-warna individual pada sebuah isyarat DWDM. 2.1.4. Penerima Optik Penerima optik mendeteksi isyarat-isyarat gelombang cahaya yang datang dan mengonversikannya menjadi isyarat untuk pemrosesan oleh peranti penerima. Penerima optik biasanya peranti-peranti pita lebar yang bisa mendeteksi cahaya melebihi jangkauan panjang gelombang yang relatif lebar. Kemampuan untuk mendeteksi jangkauan panjang gelombang yang lebar ini memungkinkan sebuah penerima tunggal menangkap beberapa panjang gelombang pada jangkauan 1300 sampai 1550 nm. 2.1.5. OADM Optical Add/Drop Multiplexer (OADM) dapat diterapkan pada sistem DWDM atau jaringan, untuk menambah fleksibilitas pertumbuhan isyarat. OADM memungkinkan untuk menambah atau mengurangi jumlah kanal sebuah serat. OADM dipasang pada rentang serat panjang gelombang jamak, dan memungkinkan panjang gelombang tertentu didemultiplex (di-drop) dan di-remultiplex(di-add) pada serat tersebut. Hal ini terjadi pada saat semua panjang gelombang dilewatkan. Sebagai hasilnya, panjang gelombang-panjang gelombang yang melalui tapis OADM hanya mengalami sedikit pelemahan isyarat. 2.2. Awal Munculnya WDM Saat diperkenalkan pada awal sampai pertengahan 1990an, WDM dalam bentuk DWDM telah digunakan terutama pada jarak jangkauan jauh. 38

Penerapannya yang paling utama adalah untuk membantu penyedia layanan komunikasi jarak jauh yang berhubungan dengan habisnya serat antar kota. Hal ini berubah pada akhir tahun 1990an bersamaan dengan kemampuan produk-produk WDM untuk membantu meringankan kemacetan pada area metro dan regional. Bagaimanapun juga, area metro mempunyai persyaratan yang sangat berbeda: jaraknya lebih pendek; memungkinkan pemakaian serat lebih banyak; memerlukan protokol lebih banyak seperti Gigabit Ethernet dan Fibre Channel sebagai pendukung; jumlah informasi lebih sedikit; dan biaya untuk lebar pita lebih sedikit. Dengan adanya karakteristik ini, para penyedia layanan komunikasi menginginkan adanya peranti transmisi yang sungguh berbeda dari paket yang sangat padat, ketepatan yang sangat luar biasa, teknologi DWDM dengan lebar pita yang tinggi sangat membantu untuk transmisi jarak jauh. Sejak transmisi jarak jauh dipandang tidak lagi efektif untuk area metro, penyedia jasa komunikasi di daerah metro mencari suatu DWDM dalam bentuk yang lebih murah dan lebih longgar. Untuk lebih mengurangi biaya produk metro, kompensator dispersi yang harganya mahal yang normalnya dipakai pada jaringan jarak jauh dapat dihilangkan berhubung hanya membutuhkan jarak yang pendek. Namun bagaimanapun juga, meskipun mahal EDFA tetap diperlukan. Penyederhanaan ini memunculkan istilah Metro DWDM. Namun meskipun ada penyederhanaan ini, Metro DWDM dipandang dari segi ekonomi masih terlalu mahal untuk jarak yang tidak sejauh pada DWDM. 39

Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 6 No. 1 April 2007 Hal 31 41 Tabel 2. Perbandingan Teknologi WDM. Parameter Metro DWDM DWDM Jarak Jauh Kanal per Serat 32 80 80 160 Spektrum yang Pita C,L Pita C,L,S dipakai Jarak antar kanal 0,8nm(100 GHz) 0,4nm(50 GHz) Kapasitas Panjang 10 Gbit/s 10-40 Gbit/s Gelombang Kapasitas Serat 100-1000 Gbit/s > 1 Tbit/s Tipe Laser Cooled DFB Cooled DFB Teknologi Tapis Thin Film Filter, Thin Film Filter, AWG, FBG AWG, FBG Jarak Transmisi ratusan kilometer ribuan kilometer Harga sedang tinggi Penguat Optik EDFA EDFA, Raman DFB = Distributed Feed Back laser, AWG = Arrayed Waveguide Grating, FBG = Fiber Bragg Grating, EDFA = Erbium Doped Fiber Amplifier. 3. KESIMPULAN DWDM merupakan WDM yang telah dikembangkan sehingga efektif digunakan untuk jarak transmisi yang lebih jauh ( lebih dari 80 km ) dengan jumlah panjang gelombang yang lebih banyak daripada WDM sehingga kapasitas transmisinya lebih besar. 40

DAFTAR PUSTAKA 1. Etten, W.Van dan J. Van Der Plaats, Fundamentals of Optical Fiber Communications, Prentice Hall International (UK) Ltd, 1991. 2. Hecht, Jeff, Understanding Lasers, The Institute of Electrical and Electronics Engineers Inc., 1992. 3. Keiser, Gerd, Optical Fiber Communications, McGraw-Hill International Editions, 1987. 4. Palais, Joseph C., Fiber Optic Communications, Third Edition, Prentice Hall, 1992. 5. Senior, John M., Optical Fiber Communications Principles and Practice, Second Edition, Prentice Hall International Series, 1992. 41