Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14
|
|
- Yandi Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Penguat EDFA dan SOA pada Sistem Transmisi DWDM dengan Optisystem 14 Dewiani Djamaluddin #1, Andani Achmad #2, Fiqri Hidayat *3, Dhanang Bramatyo *4 #1,2 Departemen Teknik Elektro, Universitas Hasanuddin Jl. Poros malino Km. 6, Bontomarannu Gowa, Sulawesi Selatan Abstrak Dense Wavelenght Division Multiplexing (DWDM) sebagai salah satu teknologi transmisi serat optik dengan penyediaan kapasitas bitrate dan bandwidth yang besar dalam melayani akses informasi yang tinggi. Teknologi ini memanfaatkan panjang gelombang (λ) yang berbeda sebagai kanal untuk beragam jenis informasi, kemudian di multiplexing lalu dilewatkan pada satu saluran trasnsmisi fiber optik. Dalam penelitian ini dilakukan analisis performansi sistem DWDM, dengan jarak total sebesar 150 km yang ditransmisikan pada 40 channel (40 λ), dimana tiap channel memiliki spacing sebesar 100 GHz dan memiliki kapasitas transmisi sebesar 10 Gbps dengan menggunakan jenis penguat EDFA dan SOA yang dikombinasikan pada penempatan booster amplifier, inline amplifier, dan pre amplifier. Untuk memaksimalkan kinerja sistem DWDM diperlukan jenis dan penempatan penguat yang tepat, maka dilakukannya simulasi untuk membandingkan dan menganalisis hasil perhitungan parameter power link budget dengan hasil simulasi, jarak maksimum transmisi sistem DWDM tanpa menggunakan penguat, perbandingan performansi penguatan antara EDFA dan SOA berdasarkan parameter Optical Signal to Noise Ratio (OSNR), dan Quality factor (Q factor), dan Bit Error Rate (BER). Pada perhitungan parameter link budget yang didasarkan pada tiga skema penempatan penguat didapatkan power penerima sebesar -17,6 dbm untuk booster inline, -17,25 dbm untuk booster - pre amp, dan -14,18 dbm untuk inline pre amp dengan sensitivitas penerima sebesar -18 dbm. Dengan toleransi minimal BER sebesar 10-11, penggunaan penguat EDFA-EDFA pada skema booster inline memiliki hasil BER paling baik yaitu pada hasil perhitungan dan 10-19~10-32 pada hasil simulasi. Kata kunci DWDM, Power link budget, EDFA, SOA, Q factor, OSNR, BER I. PENDAHULUAN Dunia telekomunikasi saat ini mengalami perkembangan yang teramat pesat, untuk itu dibutuhkan teknologi Next Generation Network (NGN) untuk memenuhi permintaan dan peningkatan kebutuhan akan informasi. Salah satu masalah yang timbul adalah permintaan akan jaringan transmisi dengan bitrate yang tinggi dan bandwith yang lebar. Teknologi ini memiliki kapasitas bandwidth yang lebar dan bitrate yang tinggi [1]. Teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM merupakan teknik transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat di transmisikan melalui suatu media serat optik, namun jarak transmisi antara Transmitter dan Receiver yang terlalu jauh sering kali membuat tingkatan daya sinyal pada sistem DWDM menurun, hal ini tentunya sangat merugikan karena adanya rugi-rugi sepanjang lintasan [2]. Sehingga dibutuhkan sebuah optical amplifier untuk mengatasi hal tersebut, yang dikenal memiliki kemampuan untuk menguatkan daya sinyal yang mengalami pelemahan. Adapun yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah perancangan simulasi pada sistem transmisi Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) pada jarak 150 km dengan menggunakan optical amplifier jenis Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) dan Semiconductor Optical Amplifier (SOA). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui design yang optimal untuk sistem transmisi DWDM pada jarak 150 km dengan membandingkan data hasil perhitungan dan data dari hasil simulasi serta diharapkan menjadi bahan pembelajaraan yang akan digunakan di kegiatan perkuliahan untuk di kemudian hari. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Komunikasi Serat Optik Prinsip dasar dari sistem komunikasi serat optik adalah pengiriman sinyal informasi dalam bentuk sinyal cahaya. Pemancar, kabel serat optik dan penerima merupakan komponen dasar yang digunakan dalam sistem komunikasi serat optik. Pemancar berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi sinyal optik, kabel serat optik berfungsi sebagai media transmisi dan penerima berfungsi mengubah sinyal optik yang diterima menjadi sinyal listrik kembali [3], [4]. Proses pengiriman informasi yang melalui serat optik menggunakan prinsip pemantulan sinyal optik yang berupa cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Secara umum, konfigurasi sistem transmisi serat optik ditunjukkan seperti pada Gambar 1 di bawah ini. 59
2 elektronik dalam penguat tidak mungkin ada [8]. Optical amplifier ada beberapa jenis, yaitu : 1) Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) 2) Semiconductor Optical Amplifier (SOA) 3) Fiber Raman Amplifier (FRA) Gambar 1 Konfigurasi Sistem Transmisi Serat Optik Selama perambatannya dalam serat optik, gelombang cahaya akan mengalami redaman di sepanjang serat dan pada titik persambungan serat optik. Oleh karena itu, untuk transmisi jarak jauh diperlukan adanya penguat yang berfungsi untuk memperkuat gelombang cahaya yang mengalami redaman. B. Dense Wavelenght Division Multiplexing 1) Pengertian DWDM Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) merupakan suatu teknik transmisi yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sebuah serat optik. Pada dasarnya, DWDM merupakan pemecahan dari masalah-masalah yang ditemukan pada WDM. 2) Komponen Penting dalam DWDM Adapun komponen-komponen penting DWDM adalah sebagai berikut [7]: a) Transmitter yaitu komponen yang menjembatani antara sumber sinyal informasi dengan multiplekser pada sistem DWDM. b) Receiver yaitu komponen yang menerima sinyal informasi dari demultiplekser untuk dapat dipilah berdasarkan macam-macam informasi. c) DWDM terminal multiplexer. Terminal mux sebenarnya terdiri dari transponder converting wavelength untuk setiap sinyal panjang gelombang tertentu yang akan dibawa. d) Intermediate optical terminal (amplifier). Komponen ini merupakan amplifier jarak jauh yang menguatkan sinyal dengan banyak panjang gelombang yang ditransfer sampai sejauh 140 km atau lebih. e) DWDM terminal demux. Terminal ini mengubah sinyal dengan banyak panjang gelombang menjadi sinyal dengan hanya 1 panjang gelombang dan mengeluarkannya ke dalam beberapa fiber yang berbeda untuk masing-masing client untuk dideteksi. C. Optical Amplifier Optical amplifier adalah sebuah alat yang memiliki penguatan dan menguatkan sinyal optik secara langsung tanpa membutuhkan konversi ke sinyal listrik. Dalam optical amplifier tidak ada konversi sinyal dari optik ke listrik atau sebaliknya, sehingga degradasi sinyal akibat konversi dan penguatan secara D. Implementasi Optical Amplifer 1) Booster Amplifier Booster Amplifier merupakan jenis penguat optik yang ditempatkan pada sisi pemancar. Penguat optik ini memiliki karakteristik memiliki noise figure yang kecil sehingga memberikan nilai signal to noise ratio yang besar. Hal ini memberikan keuntungan karena dengan memiliki signal to noise ratio yang besar artinya ketahanan yang dihasilkan oleh sinyal lebih baik daripada noise yang terkandung di dalam sinyal tersebut. 2) Inline Amplifier Inline amplifier jenis aplikasi penguat optik yang mana penguat optic diletakkan diantara serat optik. Penguat optik inline dapat digunakan untuk memperkuat pelemahan sinyal cahaya, sehingga regenerasi sinyal cahaya tidak perlu lagi. Inline amplifier memiliki konsumsi daya yang rendah dan mode operasi yang mudah. Inline amplifier memiliki konsumsi daya yang rendah dan mode operasi yang mudah. 3) Pre Amplifier Penguat optik pre amplifier adalah jenis aplikasi penguat optik yang diletakan setelah serat optik atau pada sisi penerima. Pre amplifier berfungsi memperkuat sinyal cahaya yang dikirim melalui serat optik sebelum sinyal cahaya tersebut diterima oleh photodetector sehingga pelemahan signal to noise ratio yang disebabkan olehthermal noise di photodetector dapat ditekan. Kenaikan tingkat daya dapat meningkatkan sensitivitas penerima sehingga meningkatkan power link budget. III. PERENCANAAN SIMULASI Simulasi yang di buat yaitu sistem transmisi DWDM, dengan kapasitas channel sebesar 40 λ dan tiap channel nantinya akan ditransmisikan sepanjang 150 km dengan bit rate 10 Gb/s dengan menggunakan software Optisystem 14. Blok diagram sistem DWDM seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dibawah ini : Gambar 2 Blok diagram sistem DWDM 60
3 A. Optisystem 14 Optisystem merupakan software simulasi modern yang dikembangkan oleh Perusahaan Optiwave, yang membuat kontribusi yang tak terhitung jumlahnya untuk optiksistem komunikasi dan aplikasi praktis dari jaringan optik. Dalam software optisystem ada beberapa alat untuk mengukur dan menganalisis hasil antara lain : 1) Eye diagrams, BER, Q-Factor, and Signal chirp. 2) Signal power, gain, noise figure, OSNR. 3) Polarization state, Constellation diagrams. 4) Data monitors, report generation. B. Skenario Kerja 1) Perancangan Simulasi Tanpa Penguat Pada tahapan skenario kerja ini, dilakukan proses simulasi yang bertujuan untuk menentukan panjang maksimum dari serat optik tanpa adanya penguatan. Pada proses simulasi tersebut akan dilakukan iterasi, dimana iterasi dibuat sebanyak 10 iterasi dengan setiap iterasi berjarak 10 km. Gambar 3 dibawah adalah perancangan simulasi tanpa penguat. 3) Perancangan Simulasi Booster Pre Amp Pada skenario kerja yang ketiga ini menggunakan penguat optik EDFA dan SOA ditempatkan sebagai booster dan pre amplifier, dimana boosteramplifier diletakkan setelah transmitter dan pre amplifier adalah penguat optik yang diletakkan setelah fiber optik atau sebelum penerima, sebagaimana gambar 5 dibawah ini : Gambar 5 Perancangan simulasi booster pre amp 4) Perancangan Simulasi Inline Pre Amp Pada skenario kerja yang keempat ini penempatan penguat optik EDFA dan SOA ini sebagai inline dan pre amplifier, dimana inline amplifier diletakkan setelah transmitter dan pre amplifier adalah penguat optik yang diletakkan setelah fiber optik atau sebelum penerima (gambar 6) Gambar 3 Perancangan simulasi tanpa penguat 2) Perancangan Simulasi Booster - Inline Pada skenario kerja yang kedua ini, terlihat pada gambar 4, penguat optik EDFA dan SOA ditempatkan sebagai booster dan inline amplifier. Seperti diketahui bahwa booster amplifier merupakan jenis penguat yang diletakkan tepat setelah transmitter dan sebelum serat optik dan inline amplifier adalah jenis penguat yang diletakkan diantara serat optik. Dengan ditambahkannya penguat maka diharapkan sistem komunikasi ini dapat bekerja lebih maksimal dari pada tanpa penguat dan dapat menempuh jarak yang lebih jauh. Gambar 4 Perancangan simulasi booster inline IV. Gambar 6 Perancangan simulasi inline pre amp V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam sistem komunikasi serat optik DWDM pada jarak 150 Km dengan menggunakan dua jenis penguat optik yaitu Semiconductor Optical Amplifier (SOA) dan Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) ini, masing masing penguat optik tersebut dimodelkan kedalam tiga aplikasi, yaitu booster amplifier, inline amplifier, dan pre amplifier. Dari ketiga pengaplikasian tersebut dihasilkan 12 model penempatan penguat. Parameter performansi sistem yang dianalisis meliputi parameter transfer daya tiap perangkat, Optical Signal to Noise Ratio (OSNR), Q faktor, dan Bit Error Rate (BER). A. Analisis Hasil Link Power Budget Perhitungan dan Simulasi Pada perhitungan ini diketahui 1 λ mewakili 1 channel informasi, sedangkan di dalam desain simulasi 61
4 yang dilakukan memiliki 40 λ dengan total power sebesar 23 dbm. Maka setelah dilakukan perhitungan hasil yang didapatkan untuk total power single channel adalah sebesar 7 dbm. 1) Power Output Multiplexer (P n OMU) Diketahui power output transmitter dari sistem sebesar -6 dbm, dan insertion loss pada mux sebesar 6 dbm, maka setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan hasil P n OMU untuk 40 λ sebesar 4 dbm. perbandingan hasil perhitungan dan simulasi diperlihatkan pada Tabel I. TABEL I DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI P n OMU Dari nilai total power single channel sebesar 7 dbm, kemudian dilakukan perhitungan jumlah total power output OMU untuk 40 channel didapatkan hasil perhitungan sebesar 4 dbm. Terlihat pada Tabel 1 terdapat selisih antara hasil perhitungan dan hasil simulasi sebesar 0,06 dbm hal ini dikarenakan pada simulasi memiliki nilai redaman multiplexer yang sedikit lebih besar. 2) Jarak Maksimum Tanpa Penguat Parameter yang dipakai untuk menentukan jarak maksimum tanpa penguat adalah BER, dengan nilai yang sesuai dengan spesifikasi DWDM yaitu Perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi diperlihatkan pada Tabel II dibawah ini. TABEL II DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI TANPA PENGUAT Parameter ukur Hasil Perhitungan (Km) Terlihat ada perbedaan jarak antara hasil perhitungan dan hasil simulasi sebesar 4 Km. Hal ini dikarenakan pada simulasi pertambahan jarak (iterasi) yang dilakukan per 10 Km. 3) Power Input Booster (P i OBU) Hasil Simulas i (Km) Jarak (Lsist) Dari tabel 3.1 diketahui nilai Gain pada OBU sebesar 23 db dan nilai power output pada OBU sebesar 23 dbm. Maka perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi untuk P i OBU 40 λ diperlihatkan pada Tabel III. TABEL III DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI P i OBU Berdasarkan Tabel III dapat disimpulkan hasil perhitungan dan hasil simulasi yang didapatkan memiliki selisih yang cukup kecil untuk kedua skema simulasi yaitu 0,6 dbm pada skema booster inline dan 0,1 dbm pada skema inline pre amp. 4) Attenuator Berdasarkan hasil perhitungan P n OMU didapatkan nilai 4 dbm, sedangkan nilai P i OBU sebesar 0 dbm agar mendapatkan penguatan sebesar 23 db, maka diperlukan attenuator untuk menurunkan level daya pada P n OMU. Setelah dilakukan perhitungan maka nilai attenuator yang didaptkan sebesar 4 dbm. 5) Power Input Inline Amplifier (P i OAU) Berdasarkan hasil perhitungan jarak transmisi dengan tambahan booster amplifier didapatkan jarak maksimal 114 Km, sedangkan jarak transmisi sistem adalah 150 Km. Hal ini yang mendasari dibutuhkan adanya penguat inline agar sinyal dapat sampai di penerima. Untuk penempatan inline amplifier ditempatkan pada tempat dimana gain yang dibutuhkan paling sedikit dalam hal ini 23 db, maka berdasarkan hasil perhitungan didapatkan jarak 80 Km sebagai dasar penempatan penguat inline. Nilai P i OAU didapatkan dari P n OBU yang dikurangkan dengan rugi-rugi fiber optik pada jarak 80 Km. Pada Tabel IV di bawah ini merupakan perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi. TABEL IV DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI P i OAU Pada skema booster inline terdapat selisih antara hasil perhitungan dan hasil simulasi sebesar 0,5 dbm, hal ini disebabkan karena pada simulasi memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi terhadap koefisien redaman fiber. Pada skema inline pre amp nilai pada hasil perhitungan lebih kecil dari hasil simulasi, namun kedua nilai tersebut masih berada pada range nilai P i OAU 105 yaitu sebesar (-34 dbm ~ 0 dbm). 6) Power Output Inline Amplifier (P n OAU) Jika mengacu pada perhitungan penempatan inline amplifier nilai gain OAU 105 yang digunakan sebesar 23 db maka nilai P n OAU didapatkan dengan menjumlahkan P i OAU dengan Gain. Maka 62
5 perbandingan nilai hasil perhitungan dengan hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel V. TABEL V DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI P n OAU Berdasarkan Tabel V dapat disimpulkan hasil perhitungan dan hasil simulasi yang didapatkan memiliki selisih yang cukup kecil untuk kedua skema simulasi yaitu 0,6 dbm pada skema booster inline dan 0,1 dbm pada skema inline pre amp. 7) Power Input Pre Amplifier (P i OPU) Jika mengacu pada skema booster pre amp nilai P i OPU didapatkan dari selisih P n OBU dengan rugi-rugi fiber sepanjang 150 Km, namun berbeda pada skema inline pre amp dimana nilai P i OPU didapatkan dari lisih P n OAU dengan rugi-rugi fiber sepanjang 70 Km yang merupakan selisih jarak total 150 Km dengan jarak pada penempatan inline amplifier yaitu 80 Km. Perbandingan nilai hasil perhitungan dengan hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel VI. TABEL VI DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI P i OPU Terlihat bahwa hasil simulasi lebih kecil dari hasil perhitungan dengan selisih masing-masing 0,05 dbm untuk booster pre amp dan 0,02 dbm pada skema inline pre amp. 8) Power Input Demultiplexer (P i ODU) Untuk skema booster inline nilai P i ODU ini merupakan nilai P n OAU yang dikurangi dengan rugirugi fiber sepanjang 70 Km. Untuk skema inline pre amp dan booster pre amp nilai P i ODU merupakan nilai P n OPU. Nilai P n OPU didapatkan dengan cara menjumlahkan P i OPU dengan gain yaitu sebesar 23 db. Perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel VII. TABEL VII DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI P i ODU Pada Tabel VII terlihat selisih hasil perhitungan dan hasil simulasi pada skema booster inline, booster pre amp, dan inline pre amp masing- masing yaitu 0,6 dbm, 0,05 dbm, dan 0,03 dbm. 9) Power Output Demultiplexer (Pn ODU) Nilai P n ODU didapatkan dengan cara mengubah P i ODU 40 channel menjadi 1 channel. Nilai P n ODU ini juga merupakan nilai yang menjadi inputan blok penerima yang memiliki sensitivitas sebesar -18 dbm, artinya nilai P n ODU tidak boleh lebih kecil dari -18 dbm. Perbandingan hasil perhitungan dan hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel VIII. TABEL VIII DATA HASIL PERHITUNGAN DAN SIMULASI P n ODU Berdasarkan Tabel VIII dapat diketahui bahwa P n ODU yang menjadi P i R x memiliki nilai untuk ketiga skema yaitu booster inline, booster pre amp, dan inline pre amp masih diatas nilai sensitivitas perangkat penerima. B. Analisis Perbandingan Hasil Perhitungan dan Hasil Simulasi Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan untuk sistem DWDM 40 λ dengan jarak 150 Km penempatan penguat yang paling baik adalah pada skema booster inline. Pada skema ini didapatkan nilai OSNR akhir berada pada range db, dari nilai OSNR itu didapatkan Q faktor yang berada pada range 9-10 db dan menghasilkan nilai BER sebesar Dari hasil tersebut didapatkan beberapa analisis yaitu : 1) Nilai OSNR berbanding lurus dengan nilai Q faktor dan berbanding terbalik dengan nilai BER yang dihasilkan, semakin besar nilai OSNR akhir maka akan menghasilkan nilai Q faktor yang juga semakin besar dan menghasilkan nilai BER yang semakin kecil. 2) Nilai OSNR sangat dipengaruhi oleh nilai power inputan pada penguat. 3) Penempatan penguat yang salah akan sangat berpengaruh pada BER yang dihasilkan dikarenakan redaman yang terjadi disepanjang lintasan transmisi. Sedangkan pada hasil simulasi didapatkan bahwa untuk system DWDM 40 λ dengan jarak 150 Km penempatan penguat yang paling baik adalah pada skema booster inline dengan menggunakan jenis penguat EDFA booster EDFA inline, hal ini dapat dilihat dari nilai OSNR akhir yang dihasilkan berada pada range db, nilai Q faktor yang berada pada range 8-10 db, dan nilai BER yang paling baik yaitu berada pada range Dari hasil simulasi didapatkan beberapa analisis yaitu : 1) Penempatan penguat yang paling baik untuk system DWDM 40 λ dengan jarak 150 Km dengan 2 penguat adalah skema booster inline 63
6 2) Jenis penguat yang paling baik untuk system DWDM 40λ dengan jarak 150 Km dengan 2 penguat adalah EDFA booster yang dikombinasikan dengan EDFA inline. Hal ini didasari dengan mengacu pada parameter OSNR, Q faktor dan BER 3) Penguat jenis SOA akan menghasilkan nilai OSNR yang tinggi namun tidak stabil untuk system DWDM 40λ, nilai yang tidak stabil ini akan menghasilkan Q faktor yang rendah dan BER yang tinggi. Penguat jenis EDFA yang dikombinasikan dengan SOA akan menghasilkan OSNR yang stabil namun Q faktor yang dihasilkan rendah dan BER yang tinggi dikarenakan karakteristik penguat SOA yang tidak stabil pada sistem DWDM yang memiliki multi channel. [5] Leza, Y., M., Analisis Perencanaan Sistem Transmisi Serat Optik DWDM PT. Telkom Indonesia, Tbk, Skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. [6] Siddiq, Y., M., 2014, Power Kalkulasi dan Link Budget Perangkat DWDM ZTE Pada Sistem Transmisi Serat Optik Untuk Wilayah Semarang Hingga Solo, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. [7] Hastawan, F., A., 2011, DWDM Pada Sistem Transmisi Serat Optik, Jurnal, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia. [8] Sunarto, 2005, Pengenalan Optical Amplifier di Dalam Sistem Komunikasi Optik, Jurnal, Jakarta, Indonesia. [9] Pramono, S., H., 2009, Peretaan Penguatan Erbium Doped Fiber Amplifier (EDFA) C-Band Dengan Metode Pengaturan Daya Sinyal Masukan Pada Daya Pompa, Skripsi, Jakarta, Indonesia. [10] Nasrendra, Y., 2013, Studi Perbandingan Performansi Semiconductor Optical Amplifier Dengan Erbium Doped Fiber Amplifier, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, Riau. V. KESIMPULAN Dari analisis link power budget didapatkan hasil dari ketiga skema desain penguatan yaitu booster inline sebesar -17,6 dbm, booster pre amp sebesar - 17,25 dbm, dan inline pre amp sebesar -14,18 dbm masih berada diatas nilai sensitivitas penerima yang ditentukan yaitu -18 dbm. Berdasarkan hasil simulasi, penguat yang paling baik digunakan adalah dengan mengkombinasikan EDFA pada sisi booster dan EDFA pada sisi inline dengan hasil BER berada pada range ~ Skema penempatan penguat booster inline merupakan skema penguat yang baik digunakan, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai BER sebesar dan hasil simulasi didapatkan nilai BER ~ Penguat EDFA memiliki performansi yang lebih baik dan lebih stabil dari penguat SOA pada sistem DWDM 40 channel. DAFTAR PUSTAKA [1] Keiser, Gerard, 1991, Optical Fiber Communication 3rd Edition, Mc.Graw-Hill Inc. [2] Rochmah, Diktat Perencanaan Sistem Transmisi, Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia, Depok, Indonesia. [3] Batara, C., G., Djauhari, A Rencana Pengembangan Jaringan Komunikasi Backbone Bawah Laut Berbasis Serat Optik Jalur 40 G Untuk Jalur Surabaya-Banjarmasin, skripsi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia. [4] Dwiputro, T., S., Analisis Penggunaan Teknologi DWDM Pada Jaringan Backbone Jawa Barat, skripsi, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. 64
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan layanan transmisi data dengan kecepatan tinggi dan kapasitas besar semakin meningkat pada sistem komunikasi serat optik. Kondisi ini semakin didukung lagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi terbaru menunjukkan bahwa jaringan multimedia dan highcapacity Wavelength Division Multiplexing (WDM) membutuhkan bandwidth yang tinggi. Serat optik adalah
Lebih terperinciBAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang
BAB II WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (WDM) 2.1 Umum Pada mulanya, teknologi Wavelength Division Multiplexing (WDM), yang merupakan cikal bakal lahirnya Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM),
Lebih terperinciPERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE
Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE RUAS SEMARANG-SOLO Dudik Hermanto (L2F 008 027) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK
Lebih terperinciAnalisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung
Analisis 1,28 Tbps Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) Menggunakan Modulasi Eksternal dan Deteksi Langsung Unggul Riyadi 1, Fauza Khair 2, Dodi Zulherman 3 1,2,3 Fakultas Teknik Telekomunikasi
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat
Analisis Perbandingan CWDM Dengan Modulasi Eksternal Menggunakan Penguat EDFA dan Tanpa Penguat Sri Utami 1, Dodi Zulherman 2, Fauza Khair 3 1,2,3 Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro, Institut Teknologi
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA
Makalah Seminar Kerja Praktek POWER KALKULASI PERANGKAT DWDM ZTE PADA JARINGAN BACKBONE JAWA LINK PURWOKERTO - YOGYAKARTA Widya Ningtiyas (21060111120024), Sukiswo, ST. MT. (196907141997021001) Jurusan
Lebih terperinciANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1839 ANALISIS DAN SIMULASI EFEK NON LINIER THREE WAVE MIXING PADA LINK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) SISTEM
Lebih terperinciPERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG
PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG Andi Muh B Soelkifly 1), Dwiki Kurnia 2), Ahmad Hidayat 3) Hervyn Junianto Kuen 4) Erna Sri Sugesti 5) 1),2),3
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG
PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG DESIGN AND ANALYSIS OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK WITH OPTISYSTEM FOR PERMATA
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN DAN SIMULASI
BAB III PEMODELAN DAN SIMULASI Pada bab ini pembahasan yang akan dijelaskan meliputi simulasi pemodelan jaringan yang di-design menggunakan software optisystem. Langkah ini dilakukan dengan tujuan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi komunikasi dan informasi yang semakin cepat dan pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan masyrakat akan layanan akses komunikasi yang
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN MODEL JARINGAN
BAB III PERANCANGAN MODEL JARINGAN 3.1 Prosedur Kerja Tugas Akhir Gambar berikut memperlihatkan prosedur kerja Tugas Akhir yang berdasarkan pada multi methodological research di bawah ini. Theory Building
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir ini akan diselesaikan melalui beberapa tahapan yaitu mengidentifikasi masalah, pemodelan sistem, simulasi dan analisa hasil. Pemodelan dan simulasi jaringan di-design
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA SISTEM TRANSMISI FIBER OPTIK
Makalah eminar Kerja Praktek DENE WAVELENGTH DIVIION MULTIPLEXING (DWDM) PADA ITEM TRANMII FIBER OPTIK Oleh : Ahmad Fashiha Hastawan (L2F008003) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK. Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan
BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Umum Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dengan biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat, aman, dan juga
Lebih terperinciKontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G.652 dan G.655 Abstrak Kata Kunci PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
Makalah Seminar Kerja Praktek Kontingensi Kabel Optik non-homogen Tipe G652 dan G655 Oleh : Frans Scifo (L2F008125) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Pada 30 tahun belakangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan kecepatan dan bandwidth untuk komunikasi semakin meningkat secara signifikan. Salah satu teknologi yang menjadi solusi adalah sistem transmisi berbasis cahaya
Lebih terperinci± voice bandwidth)
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Kebutuhan user akan mutu, kualitas, dan jenis layanan telekomunikasi yang lebih baik serta perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak terhadap pemilihan media
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI DWDM PADA SERAT OPTIK DI PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk NETWORK REGIONAL SEMARANG
Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI DWDM PADA SERAT OPTIK DI PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk NETWORK REGIONAL SEMARANG Jayaningprang Kinantang (L2F009124) 1,Darjat, ST MT.(197206061999031001) 2 Teknik
Lebih terperinciDense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data
Endah Sudarmilah, DWDM sebagai Solusi Krisis Kapasitas Bandwidth pada Transmisi Data Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM) sebagai Solusi Krisis Kapasitas Banwidth pada Transmisi Data Endah Sudarmilah
Lebih terperinciANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA)
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 361 ANALISA KINERJA SISTEM KOMUNIKASI OPTIK JARAK JAUH DENGAN TEKNOLOGI DWDM DAN PENGUAT (EDFA) PERFOMANCE ANALYSIS OF LONG HAUL
Lebih terperinciDENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM )
DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM ) Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711 Email : andreas_ardian@yahoo.com INTISARI WDM (Wavelength Division
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE
Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE Adinda Maulida 1), Ayudya Tri Lestari 2), Gandaria 3), Nurfitriani
Lebih terperinciZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE
Makalah Seminar Kerja Praktek ZTE ZXWM M900 SEBAGAI PERANGKAT DWDM BACKBONE Frans Bertua YS (L2F 008 124) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Pada 30 tahun belakangan
Lebih terperinciANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
ANALISIS EFEK NON LINIERITAS FIBER PADA LINK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK ANALYSIS OF NON-LINIERITY EFFECT ON FIBER FOR OPTICAL FIBER COMMUNICATION SYSTEM LINK Ajeng Rahmaningtyas Firnadya 1, Ir. Akhmad
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak
BAB III METODOLOGI PENELITIAN di bawah ini: Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak START Mengidentifikasi sistem Radio over Fiber Mengidentifikasi sistem Orthogonal
Lebih terperinciPengertian Multiplexing
Pengertian Multiplexing Multiplexing adalah Teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi. Dimana perangkat yang melakukan Multiplexing disebut Multiplexer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecepatan pengiriman dan bandwidth untuk jarak jauh dalam komunikasi sudah menjadi kebutuhan tersendiri. Masalah ini dapat diatasi dengan sebuah teknologi dengan
Lebih terperinciANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM
ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM ANALYSIS IMPLEMENTATION FIBER TO THE HOME DEVICES with OPTISYSTEM
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 132
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 132 ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI POSISI PENGUAT OPTIK HYBRID SOA EDFA (Semiconductor Optical Amplifier - Erbium Doped Fiber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin hari semakin pesat, begitu juga dengan kebutuhan akan jaringan telekomunikasi semakin hari semakin bertambah banyak. Dewasa ini kebutuhan
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1907
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1907 ANALISIS DAN SIMULASI PENGARUH DISPERSION COMPENSATING FIBER PADA LINK OPTIK BERDASARKAN JARAK DAN BIT RATE ANALYSIS AND
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM
PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM ANALYSIS IMPLEMENTATION OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1560
m ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1560 ANALISIS PERFORMANSI PENGUAT OPTIK HYBRID MENGGUNAKAN TIGA POMPA PADA PENGUAT RAMAN PERFORMANCE ANALYSIS HYBRID OPTICAL
Lebih terperinciANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY
ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY Ridwan Pratama 1 1 Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom 1 ridwanpsatu@telkomuniversity.ac.id
Lebih terperinciANALISIS PERFORMANSI JENIS FORMAT MODULASI PADA NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM
Proceedings Seminar Nasional Pendidikan Teknik Elektro 2017 ANALISIS PERFORMANSI JENIS FORMAT MODULASI PADA NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM Dwiki Kurnia 1, Akhmad Hambali 2, dan Brian Pamukti 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.1, No.1 Desember 2014 Page 36
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.1, No.1 Desember 2014 Page 36 ANALISA DAN PERANCANGAN MIGRASI JARINGAN DWDM BACKBONE JAKARTA- SURABAYA PT TELKOM INDONESIA ANALYSIS AND DESIGN OF MIGRATION
Lebih terperinciANALISA DAN PERANCANGAN MIGRASI JARINGAN DWDM BACKBONE
ANALISA DAN PERANCANGAN MIGRASI JARINGAN DWDM BACKBONE JAKARTA- SURABAYA PT TELKOM INDONESIA ANALYSIS AND DESIGN OF MIGRATION DWDM BACKBONE NETWORK JAKARTA- SURABAYA 1 Ario Adi Prabowo, Akhmad Hambali,
Lebih terperinciBAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM. (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran
BAB III CROSSTALK PADA JARINGAN DWDM 3.1 Umum terjadi pada panjang gelombang yang terpisah dan telah di filter (tersaring). Sebagian kecil dari daya optik yang seharusnya berakhir di saluran tertentu (
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data dan informasi dapat disebarkan ke seluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berarti
Lebih terperinciMakalah Seminar Kerja Praktek OPTIX BWS 1600G Sebagai Perangkat Transmisi di PT. Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java
Makalah Seminar Kerja Praktek OPTIX BWS 1600G Sebagai Perangkat Transmisi di PT Telekomunikasi Seluler (TELKOMSEL) Regional Central Java Oleh : Hanitya Triantono WP (L2F008129) Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciPENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING
PENGGUNAAN KOMPENSATOR DISPERSI PADA JARINGAN BERBASIS OPTIK ANTARA STO LEMBONG DAN STO CIANJUR MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING DISPERSION COMPENSATOR ON OPTICAL FIBER NETWORK BETWEEN STO LEMBONG AND STO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telekomunikasi adalah salah satu bidang yang memiliki peranan penting pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar informasi satu dengan
Lebih terperinci11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding
TT 1122 PENGANTAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Information source Electrical Transmit Optical Source Optical Fiber Destination Receiver (demodulator) Optical Detector Secara umum blok diagram transmisi komunikasi
Lebih terperinciANALISIS PERANCANGAN JARINGAN SERAT OPTIK DWDM (DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) UNTUK LINK MEDAN LANGSA (Studi Kasus di PT.
ANALISIS PERANCANGAN JARINGAN SERAT OPTIK DWDM (DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) UNTUK LINK MEDAN LANGSA (Studi Kasus di PT. Telkom Medan) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Lebih terperinciBAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat halus dan lebih kecil dari sehelai rambut,
Lebih terperinciRENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI BACKBONE BAWAH LAUT BERBASIS SERAT OPTIK JALUR 40G UNTUK JALUR SURABAYA BANJARMASIN
RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KOMUNIKASI BACKBONE BAWAH LAUT BERBASIS SERAT OPTIK JALUR 40G UNTUK JALUR SURABAYA BANJARMASIN Christopher Gerson Batara, Arifin Djauhari Teknik Elektro, Universitas Indonesia,
Lebih terperinciAnalisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom
Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom Minal Abral, Mochamad Djaohar Universitas Negeri Jakarta Abstrak
Lebih terperinciTEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK. Yamato & Evyta Wismiana. Abstrak
TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) PADA JARINGAN OPTIK Oleh : Yamato & Evyta Wismiana Abstrak Perkembangan teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing ( DWDM ) p a da j ar in
Lebih terperinciAnalisis Parameter Signal to Noise Ratio dan Bit Error Rate dalam Backbone Komunikasi Fiber Optik Segmen Lamongan-Kebalen
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A- 776 Analisis Parameter Signal to Noise Ratio dan Bit Error Rate dalam Backbone Komunikasi Fiber Optik Segmen Lamongan-Kebalen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Netciti Persada sebagai salah satu operator telekomunikasi di Indonesia yang bergerak di bidang Community Service Provider dituntut untuk selalu memberikan performansi
Lebih terperinciTRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Abstraksi
TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Surawan Adi Putra 1, Dwi Astharini 1, Syarifuddin Salmani 2 1 Departemen Teknik Elektro, Universitas Al Azhar Indonesia,
Lebih terperinciANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK
ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1780
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4 No.2 Agustus 2017 Page 1780 SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH EDFA PADA SISTEM 80 G TWDM-PON BERBASIS NEXT GENERATION PASSIVE OPTICAL NETWORK STAGE 2 SIMULATIVE
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2
BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2 4.1 Desain Jaringan Optik Prinsip kerja dari serat optic ini adalah sinyal awal/source yang berbentuk sinyal listrik ini pada transmitter diubah oleh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Sistem komunikasi kabel laut dengan repeater. akan menguatkan efek dispersi dan gangguan lainnya pada link.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem komunikasi kabel laut 2.1.1 Sistem komunikasi kabel laut dengan repeater Untuk jarak link lebih dari 400 kilometer, efek dari attenuasi dan dispersi optik akan membuat
Lebih terperinciROMARIA NIM :
ANALISIS PENGARUH DISPERSI TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE REKOMENDASI ITU-T SERI G.655 Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana
Lebih terperinciANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH
ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices with Optisystem
Lebih terperinciBAB IV ANALISA SISTEM SETELAH UPGRADE. optik yang dikirim atau yang diterima oleh SLTE Alcatel Dari pengukuran
BAB IV ANALISA SISTEM SETELAH UPGRADE 4.1 Pengukuran Spektrum Sinyal Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bentuk spektrum dari sinyal optik yang dikirim atau yang diterima oleh SLTE Alcatel 1620.
Lebih terperinciANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH
ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH Aninditya Esti Pratiwi Prodi S1 Teknik Telekomunikasi,Fakultas Teknik, Universitas Telkom anindityaesti@gmail.com
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PULSA GAUSSIAN DENGAN PULSA SECANT HIPERBOLIK PADA TRANSMISI SOLITON UNIVERSITAS TELKOM
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 2370 ANALISIS PERBANDINGAN PULSA GAUSSIAN DENGAN PULSA SECANT HIPERBOLIK PADA TRANSMISI SOLITON UNIVERSITAS TELKOM COMPARATIVE
Lebih terperinciBAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG
BAB IV ANALISA KINERJA DWDM HUAWEI BWS1600 PADA LINK KEBAGUSAN JAMPANG Seiring perkembangan zaman, sistem telekomunikasi membutuhkan kapasitas jaringan yang lebih besar dan kecepatan lebih cepat, sehingga
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T
Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN
BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN 4.1 Data Jaringan Untuk menghitung link power budget pada jaringan Apartemen Paddington Heights Alam Sutera South Section ini digunakan data-data sebagai berikut : a. Daya
Lebih terperinciAplikasi In-line Amplifier EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM
Aplikasi In-line EDFA Pada Sistem Transmisi Panjang Gelombang Tunggal dan Transmisi Berbasis WDM Octarina Nur Samijayani 2), Ary Syahriar 1)2) 1) Center of Information Technology and Communication, Agency
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) A-199
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-199 Perencanaan Arrayed Waveguide Grating (AWG) untuk Wavelength Division Multiplexing (WDM) pada C-Band Frezza Oktaviana Hariyadi,
Lebih terperinciPada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar-dasar GPON GPON atau Gigabit Passive Optical Network merupakan sebuah arsitektur point-to-multipoint yang menggunakan media transmisi berupa fiber optik. GPON mampu mendukung
Lebih terperinciSIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM
SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM Dian Ratna Kumala Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom kumaladianratna@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi sekarang ini mengalami kemajuan sangat cepat. Ini diakibatkan adanya permintaan dan peningkatan kebutuhan akan informasi, yang
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)
ANALISIS PENGARUH CROSSTALK PADA SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TERHADAP JARINGAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Yolanda Margareth Sitompul, M. Zulfin Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen
Lebih terperinciANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA
ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA Analysis Implementation Fiber to the Home (FTTH) Devices with Optisystem
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM
STUDI PERANCANGAN SISTEM RoF-OFDM POLARISASI TIDAK SEIMBANG MENGGUNAKAN MODULASI QPSK DAN QAM Teguh Wahyu Dianto 1), Dodi Zulherman 2), Fauza Khair 3) 1),2),3 ) Fakultas Teknik Telekomunikasi dan Elektro,
Lebih terperinciMULTIPLEXING DE MULTIPLEXING
MULTIPLEXING DE MULTIPLEXING Adri Priadana ilkomadri.com MULTIPLEXING DAN DEMULTIPLEXING MULTIPLEXING Adalah teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi.
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING. Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang
BAB II KONSEP DASAR SERAT OPTIIK DAN DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING 2.1 Umum Teknologi serat optik adalah suatu teknologi komunikasi yang menggunakan media cahaya sebagai penyalur informasi. Pada
Lebih terperinciBAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK. telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan
BAB II SISTEM TRANSIMISI KABEL SERAT OPTIK 2.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat,
Lebih terperinciANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING
ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING Analysis Implementation Fiber To The Home Devices With Optisystem on the Tower
Lebih terperinciBAB III. Perencanaan Upgrade Kapasitas. dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps yang
BAB III Perencanaan Upgrade Kapasitas 3.1 Konfigurasi Awal Sistem Skkl Sea-Me-We 3 Segmen 3 yang menghubungkan Jakarta (Indonesia) dengan Tuas (Singapura ) memiliki kapasitas trafik sebesar 8 X 2.5 Gbps
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 124
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 124 ANALISIS PERFORMANSI HYBRID OPTICAL AMPLIFIER PADA SISTEM LONG HAUL ULTRA-DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING Performance
Lebih terperinciPERFORMANSI MODULASI 16-QAM OPTICAL OFDM PADA JARINGAN RADIO OVER FIBER DENGAN METODE PENDETEKSIAN KOHEREN TUGAS AKHIR
PERFORMANSI MODULASI 16-QAM OPTICAL OFDM PADA JARINGAN RADIO OVER FIBER DENGAN METODE PENDETEKSIAN KOHEREN TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Jurusan
Lebih terperinciANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman
ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG Yara romana rachman yararach@students.telkomuniversity.ac.id Abstrak Teknologi
Lebih terperinciSIMULASI PENINGKATAN KEAMANAN JARINGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PENGUAT SINYAL OPTIK
e-proceeding of Applied Science : Vol.3, No.3 Desember 2017 Page 1802 SIMULASI PENINGKATAN KEAMANAN JARINGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PENGUAT SINYAL OPTIK ENHANCING NETWORK SECURITY SIMULATION USING A COMBINATION
Lebih terperinciPERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG
PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG NETWORK DESIGN OF FIBER TO THE HOME (FTTH) NETWORK USING GIGABIT PASSIVE
Lebih terperinciBAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN
BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN 4.1 Analisis Masalah dan Metode Perhitungan Power Link Budget Dalam mengevaluasi dan menilai performansi atau kinerja suatu jaringan dalam mengirimkan sinyal
Lebih terperinciSIMULASI PERBANDINGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1310 nm DENGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1550 nm DALAM KOMUNIKASI SERAT OPTIK
SIMULASI PERBANDINGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1310 nm DENGAN PENGUATAN PADA PANJANG GELOMBANG 1550 nm DALAM KOMUNIKASI SERAT OPTIK TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Lebih terperinciProdi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
ANALISIS PERFORMANSI OPTICAL DISTRIBUTION NETWORK (ODN) NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TIME-AND-WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (TWDM) PERFORMANCE ANALYSIS OF OPTICAL DISTRIBUTION NETWORK (ODN) NG- PON2
Lebih terperinciSIMULASI DAN ANALISIS JARINGAN TIME AND WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING PASSIVE OPTICAL NETWORK MENUJU NEXT GENERATIO NETWORK
Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 0 ISSN 05- ITN Malang, Pebruari 0 SIMULASI DAN ANALISIS JARINGAN TIME AND WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING PASSIVE OPTICAL NETWORK MENUJU NEXT
Lebih terperinciBAB III CROSSTALK PADA OPTICAL CROSS CONNECT MENGGUNAKAN WAVELENGTH CONVERTER
BAB III CROSSTALK PADA OPTICAL CROSS CONNECT MENGGUNAKAN WAVELENGTH CONVERTER 3.1 Umum Optical Cross Connect (OXC) adalah elemen jaringan yang terpenting yang memungkinkan dapat dilakukannya rekonfigurasi
Lebih terperinciANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN OPTIK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPON STUDI KASUS CENTRAL OFFICE TURANGGA
ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN OPTIK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPON STUDI KASUS CENTRAL OFFICE TURANGGA Fadlur Rahman Mulia Trisno1 1 Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 fadlurrhmn@students.tekomuniversity.ac.id
Lebih terperinciTopologi Jaringan Transport Optik
KARYA ILMIAH Topologi Jaringan Transport Optik OLEH : NAEMAH MUBARAKAH, ST UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK 2007 Topologi Jaringan Transport Optik A. Pendahuluan Perkembangan dan trend trafik
Lebih terperinciEVALUASI PENERAPAN PENGUAT OPTIK EDFA RAMAN PADA SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK
EVALUASI PENERAPAN PENGUAT OPTIK EDFA RAMAN PADA SISTEM KOMUNIKASI FIBER OPTIK Baharuddin Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unand ABSTRACT The evaluation purpose is to study fiber optic
Lebih terperinciANALISIS PANJANG GELOMBANG DOWNSTREAM DAN UPSTREAM PADA SISTEM JARINGAN NG-PON 2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM
ANALISIS PANJANG GELOMBANG DOWNSTREAM DAN UPSTREAM PADA SISTEM JARINGAN NG-PON 2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM ANALYSIS OF DOWNSTREAM AND UPSTREAM WAVELENGTH ON NG-PON 2 NETWORK BY USING TWDM TECHNOLOGY
Lebih terperinciOptimalisasi Jaringan Komunikasi Serat Optik Melalui Analisa Power Budget (Studi Kasus PT. Telkom di STO Padang)
JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017 28 Optimalisasi Jaringan Komunikasi Serat Optik Melalui Analisa Power Budget (Studi Kasus PT. Telkom di STO Padang) Kartiria Institut Teknologi Padang,
Lebih terperinciKata kunci: radio over fiber, optical add drop multiplexer, wavelength division multiplexing, komunikasi jarak jauh
ANALISIS SISTEM KOMUNIKASI RoF (RADIO OVER FIBER) BERBASIS WDM (WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING) DENGAN OADM (OPTICAL ADD DROP MULTIPLEXING) UNTUK JARAK JAUH ANALYSIS OF ROF (RADIO OVER FIBER )COMMUNICATION
Lebih terperinciDASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206
DASAR SISTEM KOMUNIKASI (DSK) TE 1206 Pengajar : Gede Sukadarmika, ST.MSc Tujuan : Mahasiswa dapat memahami dan menganalisa karakteristik dari sistem komunikasi Analog dan Digital serta berbagai contoh
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM)
1 ANALISIS PENERAPAN OPTICAL ADD-DROP MULTIPLEXER (OADM) MENGGUNAKAN FIBER BRAGG GRATING (FBG) PADA TEKNIK DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING (DWDM) Edita Rosana Widasari. 1, Dr. Ir. Sholeh Hadi Pramono,
Lebih terperinciSIMULASI KINERJA PENGUAT OPTIS TIPEERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIERS (EDFA) BERDASARKAN TEKNIK PEMOMPAAN
SIMULASI KINERJA PENGUAT OPTIS TIPEERBIUM DOPED FIBER AMPLIFIERS (EDFA) BERDASARKAN TEKNIK PEMOMPAAN Moh. Yanuar Siddiq *), Imam Santoso, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK
ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK Puti Mayangsari Fhatony (1), Naemah Mubarakah (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Lebih terperinciKata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)
Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS KEKUATAN DAYA RECEIVE SIGNAL LEVEL(RSL) MENGGUNAKAN PIRANTI SAGEM LINK TERMINAL DI PT PERTAMINA EP REGION JAWA Oleh : Hanief Tegar Pambudhi L2F006045 Jurusan Teknik
Lebih terperinciLAPORAN SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA MODULASI EKSTERNAL OPTIS DALAM MODEL DETEKSI KOHEREN PADA SISTEM BASEBAND OVER FIBER
LAPORAN SKRIPSI ANALISIS UNJUK KERJA MODULASI EKSTERNAL OPTIS DALAM MODEL DETEKSI KOHEREN PADA SISTEM BASEBAND OVER FIBER Performance Analysis of Optical External Modulation with Coherent Detection on
Lebih terperinci