PENGEMBANGAN PROBE SENSOR KELEMBABAN SERAT OPTIK DENGAN CLADDING GELATIN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KELEMBABAN TERHADAP SIFAT OPTIK FILM GELATIN

Analisis Penggunaan Gelatin Sapi dan Gelatin Babi sebagai Cladding pada Serat Optik untuk Perancangan Sensor Kelembaban

PERANCANGAN SENSOR KELEMBABAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK DENGAN CLADDING GELATIN+CoCl 2

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Absorbansi Probe Sensor terhadap Variasi Konsentrasi Gas H 2 S

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN POF (Polymer Optical Fiber)

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

Perkembangan bahan elektronik dan serat optik sudah mendukung. pengukurannya. Pengukuran kelembaban udara sangat penting di berbagai sektor

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

III. METODE PENELITIAN

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DIRECTIONAL SINGLE DAN DOUBLE COUPLER PADA BAHAN SERAT OPTIK PLASTIK STEP INDEX MULTIMODE TIPE FD

Pengembangan Spektrofotometri Menggunakan Fiber Coupler Untuk Mendeteksi Ion Kadmium Dalam Air

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

Pengembangan Sensor Napas Berbasis Serat Optik Plastik dengan Cladding Terkelupas untuk Aplikasi di Bidang Medis

Analisis Sensor Pengukuran Konsentrasi Glukosa Prinsip Macrobending Pada Serat Optik Multimode Step-Index

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya. Air

KARAKTERISASI SISTEM SENSOR SERAT OPTIK BERDASARKAN EFEK GELOMBANG EVANESCENT

PEMBUATAN SENSOR SERAT OPTIK DENGAN CLADDING DYE METHYL VIOLET UNTUK MENDETEKSI GAS HIDROGEN SULFIDA LILIANA ADIA K

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

BAB II SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) ( X Print) B-50

ANALISA RUGI DAYA MAKROBENDING SERAT OPTIK MODA TUNGGAL TERHADAP PENGARUH PEMBEBANAN DENGAN VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER LILITAN

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SISTEM KONTROL FREKUENSI GETARAN AKUSTIK BERBASIS SENSOR SERAT OPTIK

BAB III METODE PENELITIAN. mulai bulan Maret 2011 sampai bulan November Alat alat yang digunakan dalam peneletian ini adalah

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Oleh : Akbar Sujiwa Pembimbing : Endarko, M.Si., Ph.D

Fiber Optics (serat optik) Oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

Desain Sensor Serat Optik pada Uji Aspal dengan Marshall Stability Testing untuk Pengukuran Stabilitas

DAN KONSENTRASI SAMPEL

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB III METODOLOGI. 1.1 Lokasi dan Waktu. 1.2 Alat dan Bahan Alat Bahan

PENGEMBANGAN SENSOR UAP AMONIA BERBASIS SERAT OPTIK DENGAN CLADDING TERMODIFIKASI NANOSERAT POLIANILIN

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tiga jenis bahan pembuat gigi yang bersifat restorative yaitu gigi tiruan berbahan

ISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.2 Halaman 163 Oktober 2013

pembuatan sensor kristal fotonik pendeteksi gas ozon. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Transmitansi (%) Panjang gelombang (nm)

Overview Materi. Redaman/atenuasi Absorpsi Scattering. Dispersi Rugi-rugi penyambungan Tipikal karakteristik kabel serat optic

PENGARUH PERUBAHAN KONSENTRASI CLADDING TERHADAP LOSS POWER SERAT OPTIK SINGLEMODE SMF-28

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

ANALISA RUGI-RUGI PELENGKUNGAN PADA SERAT OPTIK SINGLE MODE TERHADAP PELEMAHAN INTENSITAS CAHAYA

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik

Gravitasi Vol. 15 No. 1 ISSN:

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

DESAIN FIBER SENSOR BERBASIS RUGI-RUGI KARENA BENDING UNTUK STRAIN GAUGE

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. gelombang cahaya yang terbuat dari bahan silica glass atau plastik yang

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.

Analisis Sensor Regangan dengan Teknik Pencacatan Berbasis Serat Optik Multimode Step-Index

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

PEMBAGIAN SERAT OPTIK

APLIKASI DIRECTIONAL COUPLER DAN DOUBLE COUPLER SEBAGAI SENSOR PERGESERAN BERDIMENSI MIKRO

PENENTUAN RUGI-RUGI KELENGKUNGAN FIBER OPTIK MODE TUNGGAL SECARA KOMPUTASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

SENSOR SERAT OPTIK DENGAN CLADDING POLIANILIN NANOSTRUKTUR UNTUK MENDETEKSI UAP HCl

Kabel Serat Optik. Agiska Bayudin /TTL S1 Ekstensi. Jurusan Teknik Tenaga Listrik Fakultas Teknik Universitas Jederal Ahmad Yani

STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS

4 Hasil dan Pembahasan

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Pergeseran Spektrum Pada Filamen Lampu Wolfram Spectra Displacement of Wolfram Lamp

Pengaruh Variasi Bending Sensor ph Berbasis Serat Optik Plastik Menggunakan Lapisan Silica Sol Gel Terhadap Sensitivitas

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Respon Dinamik Sensor PANI (HCl 4M) terhadap Konsentrasi Gas Amonia

PENENTUAN RUGI-RUGI BENGKOKAN SERAT OPTIK JENIS SMF-28. Syahirul Alim Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan dan manfaat dari penelitian ini. teknologi telekomunikasi, terutama dalam era moderen seperti sekarang ini.

BAB III METODE PENELITIAN. karakterisasi tegangan keluaran detektor terhadap pergeseran cermin. Selanjutnya,

Karakteristik Serat Optik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RANCANG BANGUN SISTEM PENGONTROL FREKUENSI GETARAN MENGGUNAKAN SERAT OPTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

Transkripsi:

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 10, NO. 1, APRIL 2006: 45-50 PENGEMBANGAN PROBE SENSOR KELEMBABAN SERAT OPTIK DENGAN CLADDING GELATIN Akhiruddin Maddu 1, Kun Modjahidin 1, Sar Sardy 2, dan Hamdani Zain 2 1. Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2. Program Optoelektroteknika dan Aplikasi Laser, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia E-mail: akhirmaddu@ipb.ac.id Abstrak Telah dikembangkan probe sensor kelembaban menggunakan serat optik dengan cladding gelatin. Pada probe sensor kelembaban ini, cladding asli serat optik diganti dengan lapisan gelatin sebagai cladding sensitif kelembaban. Untuk menguji respon sensor serat optik yang dibuat, dilakukan pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan pada probe serat optik untuk setiap variasi perlakuan kelembaban berbeda. Respon probe sensor serat optik ini diukur dari kelembaban 42% hingga 99% RH, hasilnya memperlihatkan kurva transmisi optik berbavariasi terhadap nilai kelembaban relatif (RH). Transmisi optik di dalam probe serat optik meningkat terhadap kenaikan nilai RH pada suatu rentang panjang gelombang spesifik, yaitu pada spektrum pita hijau hingga merah (500 nm - 700 nm), dengan variasi signifikan pada rentang 600 nm sampai 650 nm atau dalam pita spektrum kuning hingga merah. Panjang gelombang dimana intensitas maksimum transmisi optik terjadi pada panjang gelombang 610 nm. Dengan demikian, probe sensor kelembaban serat optik ini dapat merespon kelembaban dari 42 %R hingga 99%H dengan respon terbaik pada rentang kelembaban 60%RH hingga 72%R yang memiliki linieritas dan sensitifitas yang cukup baik. Abstract Development of Fiber-Optic Humidity Sensor Probe with Gelatin Cladding. Humidity sensor based on optical fiber with gelatin cladding has been developed. In this humidity sensor probe, the origin cladding of optical fiber is replaced by gelatin coating as humidity sensitive cladding. Testing of the optical fiber sensor probe was conducted by measuring of light intensity transmitted on the optical fiber probe for each variation of different humidity treatments. Response of the optical fiber sensor probe measured from 42%RH to 99%RH, the results show an optical transmission curve varied with relative humidity (RH). Optical transmission in the optical fiber probe increase with RH value at a specific wavelength range, that is from green to red spectrum bands (500 nm 700 nm), where a significant variation from 600 nm to 650 nm in yellow to red spectrum bands. Wavelength where is a maximum intensity of optical transmission occurs at 610 nm. Therefore, the optical fiber humidity sensor probe could response humidity form 42%RH to 99%RH with the best response in humidity range of 60%RH to 72%RH that is have a good linearity and sensitivity. Keywords: humidity sensor, fiber-optic sensor, gelatin, swelling 1. Pendahuluan Ukuran jumlah uap air di udara diistilahkan sebagai kelembaban udara. Jumlah uap air mempengaruhi proses-proses fisika, kimia dan biologi di alam, dengan demikian juga mempengaruhi kenyamanan manusia begitupun terhadap lingkungan [1]. Jika besarnya kandungan uap air melebihi atau kurang dari kebutuhan yang diperlukan, maka akan menimbulkan gangguan dan kerusakan. Sebagai contoh, bahan makanan dan obat-obatan yang disimpan dalam gudang penyimpanan memerlukan kondisi kelembaban tertentu agar tidak cepat rusak. Berbagai teknik dan material telah dikembangkan dan digunakan sebagai sensor kelembaban dengan kekurangan dan kelebihannya. Sensor kelembaban resistif dan kapasitif telah banyak digunakan dengan menggunakan berbagai jenis bahan yang sensitif terhadap kelembaban. Sensor resistif didasarkan pada perubahan sifat konduksi listrik material sensor terhadap kelembaban, sedangkan sensor kapasitif didasarkan pada perubahan nilai kapasitansi material terhadap kelembaban [1]. Sensor kelembaban resistif biasanya menggunakan bahan-bahan oksida keramik seperti TiO 2 [2,3], sedangkan sensor kelembaban kapasitif menggunakan bahan-bahan polimer seperti PMMA [4]. 45

46 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 10, NO. 1, APRIL 2006: 45-50 Sensor kelembaban lainnya didasarkan atas perubahan sifat optik bahan terhadap perubahan kelembaban [1], salah satunya dengan menggunakan hidrogel yang mengalami pembengkakan saat menyerap uap air. Bahan-bahan hidrogel meliputi polyvynil alchohol (PVA), polystirene (PS) dan gelatin [5,6]. Cladding Sinar masuk Inti serat optik Evanescent wave Sinar keluar Gelatin adalah salah satu bahan hidrogel dari polimer alami yang dapat mengalami pembengkakan ketika menyerap air. Gelatin merupakan protein alami yang diekstrak dari tulang dan kulit berbagai jenis binatang. Gelatin tidak berwarna (transparan), tidak berbahaya, tidak berasa, mampu menyerap air 5-10 kali bobotnya, membentuk gel pada suhu 35-40 0 C dan larut dalam air panas, membengkak (swelling) dalam air dingin, dapat berubah secara reversible dari sol ke gel dan dapat melindungi koloid [6]. Penggunaan bahan hidrogel untuk sensor kelembaban telah banyak dilakukan, baik tipe resistif atau kapasitif. Untuk sensor kelembaban optik menggunakan bahan hidrogel juga banyak dilakukan, termasuk dengan gelatin sebagai hidrogel alami. Prinsipnya, bahan hidrogel gelatin mengalami pembengkakan ketika menyerap air sehingga kerapatannya berkurang yang mengakibatkan sifat optiknya juga berubah, yaitu nilai indeks bias optiknya berkurang terhadap jumlah air yang diserap [6-8]. Polimer seperti gelatin membengkak karena air mengisi rongga-rongga pada polimer (diameter rongga membesar), akibatnya akan mengurangi indeks bias polimer, sehingga indeks bias polimer akan mendekati indeks bias air [7]. Gelatin memiliki pori yang relatif lebih besar dibandingkan polimer-polimer sintesis [6]. Perubahan sifat optik (indeks bias) polimer gelatin ketika menyerap uap air dapat dimanfaatkan sebagai material sensor kelembaban optik [7,8]. Dalam makalah ini gelatin digunakan sebagai cladding pengganti bagi serat optik untuk aplikasi probe sensor kelembaban relatif (RH). Pada penelitian ini probe kelembaban dibuat pada bagian tengah serat optik dengan mengganti cladding aslinya dengan lapisan gelatin. Ketika cahaya dilewatkan pada probe serat optik, intensitas yang ditransmisikan bergantung pada nilai indeks bias cladding lapisan gelatin yang sensitif kelembaban. Karena nilai indeks bias lapisan gelatin berubah terhadap nilai kelembaban sekelilingnya melalui fenomena swelling, maka intensitas yang ditransmisikan melalui probe serat optik akan berubah pula. Prinsip kerja sensor kelembaban serat optik ini didasarkan pada fenomena absorpsi gelombang evanescent pada antarmuka inti serat optik dan cladding gelatin. Perubahan nilai indeks bias cladding Gambar 1. Gelombang evanescent gelatin akan menentukan besarnya intensitas gelombang evanescent yang terserap, sehingga juga menentukan intensitas gelombang optik yang terpandu atau ditransmisikan melalui inti serat optik. Fenomena gelombang evanescent diperlihatkan pada Gambar 1. Pada saat sinar cahaya menjalar pada serat optik, sebagian gelombang terserap ke dalam cladding dan energi gelombang tersebut menghilang secara eksponensial, gelombang evanescent diberikan oleh persamaan [9,10] z E = z E0 exp (1) d p dimana z adalah jarak penjalaran sinar, E 0 adalah medan gelombang mula-mula dan d p disebut penetration depth yang dirumuskan sebagai d p = ( 2 π 2 ) sin 2 θ n n λ yang menyatakan kedalaman gelombang memasuki cladding dan berkurang secara eksponensial, dimana n = ( n clad n core ). Dari persamaan di atas tampak bahwa kedalaman penetrasi gelombang evanescent bergantung pada nilai indeks bias cladding relatif terhadap indeks bias inti. Semakin dalam penetrasi gelombang evanescent semakin kecil intensitas cahaya yang terpandu (ditransmisikan) melalui probe serat optik. 2. Metode Penelitian (2) Bahan-bahan yang dipergunakan adalah bubuk gelatin, serat optik multimode step index (62,5/125), ST connector, connector adapter ST-SMA, dan garamgaram (MgCl 2, NaCl, K 2 CO 3 ) serta air. Peralatan yang digunakan adalah fiber optic toolkit, gelas-gelas kimia, pemotong kaca, hot plate magnetic stirrer, termometer, Scanning Digital Monochromator (Optometric), Interface Science Workshop 750 (PASCO), High Sensitivity light Sensor (PASCO), Humidity Sensor (PACSO), PC (personal computer), sumber cahaya, wadah uji kelembaban, cutter, dan gunting.

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 10, NO. 1, APRIL 2006: 45-50 47 Sepanjang 30 cm serat optik multimode step index (62,5/125) dipotong untuk digunakan membuat probe kelembaban. Pada kedua ujung serat optik masingmasing dipasang konektor ST. Tepat pada bagian tengah serat optik, sepanjang 3 cm dibuang cladding aslinya menggunakan toolkit serat optik sehingga tertinggal intinya saja yang nantinya menjadi probe sensor. Inti serat optik ini dibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan, selanjutnya dilapisi dengan gelatin sebagai cladding pengganti yang sensitif kelembaban. Untuk pelapisan dengan gelatin, pertama-tama dibuat gel dari bubuk gelatin dengan cara memasukkan sejumlah bubuk gelatin ke dalam air pada suhu 70 0 C sambil diaduk dengan pengaduk magnetik hingga bubuk gelatin larut merata. Selanjutnya larutan gelatin didinginkan di udara terbuka hingga mencapai suhu 25 0 C dan larutan gelatin membentuk gel. Pelapisan (coating) inti serat optik dilakukan dengan teknik dip-coating yaitu dengan mencelupkan bagian inti tanpa cladding tadi ke dalam gel gelatin kemudian ditarik pelan-pelan keluar dari wadah gel. Selanjutnya probe serat optik ini dibiarkan mengering di udara terbuka selama sehari semalam. Agar pengeringannya lebih cepat, dilakukan di dalam pendingin (freezer). Set-up pengukuran dan pengambilan data ditunjukkan pada Gambar 3. Sebagai sumber cahaya digunakan lampu tungsten yang telah tersedia pada monokromator. Keluaran monokromator dihubungkan dengan bundel serat optik yang merupakan kelengkapan dari monokromator. Ujung bundel serat optik ini dihubungkan dengan probe serat optik yang telah dibuat menggunakan adapter konektor ST-SMA, adapter konektor ini digunakan karena kedua ujung serat optik memiliki konektor yang berbeda, yaitu konektor ST pada probe dan konektor SMA pada ujung bundel serat optik dari monokromator. Bagian probe sensor serat optik berada di dalam wadah uji kelembaban (humidity chamber), dan ujung lain dari probe ini diarahkan pada sensor cahaya (PASCO) yang terhubungkan dengan interface. Monokromator dan interface dihubungkan dengan komputer (PC) untuk mengontrol monokromator dan pengambilan data intensitas cahaya dengan sensor cahaya. Jadi di dalam komputer telah dimasukkan dua software, masing-masing untuk monokromator dan sensor cahaya. Pengambilan data berupa spektrum cahaya yang melewati sistem probe sensor serat optik dilakukan melalui pemindaian (scanning) panjang gelombang pada monokromator dengan program yang ada di dalam komputer. Setiap nilai panjang gelombang diukur intensitas cahaya dengan sensor cahaya. Pengambilan kedua data harus tepat antara panjang gelombang dengan intensitas yang tercatat, sehingga pengesetan program komputer serta running program harus tepat. Gambar 2. Probe sensor kelembaban serat optik Light sensor Probe sensor serat optik 3 cm monochromator Monochromator konektor Humidity sensor PC Humidity chamber Adapter connector Gambar 3. Set-up pengujian respon kelembaban Serat Optik Data yang diambil dalam pengukuran ini adalah spektrum intensitas transmisi serat optik. Pertama-tama, data transmisi diambil sebelum serat optik dilapisi gelatin untuk mendapatkan nilai transmisi acuan (referensi). Transmisi referensi ini digunakan untuk membandingkan nilai intensitas transmisi cahaya yang melewati sensor serat optik akibat adanya perlakuan kelembaban. Perlakuan kelembaban yang berbeda dilakukan dengan memberikan berbagai macam garam dan air ke dalam wadah uji. Garam-garam yang digunakan diantaranya Magnesium klorida (MgCl 2 ), Kalium karbonat (K 2 CO 3 ), dan Natrium klorida (NaCl), juga air digunakan untuk mendapatkan kondisi kelembaban maksimum. Untuk memantau kelembaban wadah uji digunakan sensor kelembaban (PASCO) yang juga terhubung ke interface PASCO yang sama.

48 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 10, NO. 1, APRIL 2006: 45-50 3. Hasil dan Pembahasan Pengkondisian kelembaban di dalam wadah diperoleh dengan menggunakan prinsip serapan uap air oleh garam-garam berbeda. Masing-masing garam menyerap jumlah uap air yang berbeda sehingga mengakibatkan variasi nilai kelembaban yang berbeda di dalam wadah uji. Di samping itu variasi nilai kelembaban yang lain diperoleh dengan pemberian air di dalam wadah yang menghasilkan kelembaban tertinggi. Sementara kelembaban dengan atmosfir udara juga diukur dan diambil sebagai satu nilai variasi kelembaban lainnya. Variasi kondisi kelembaban di dalam wadah uji dirangkum pada Tabel 1. Variasi nilai kelembaban yang diperoleh tidak menunjukkan rentang yang teratur namun sudah cukup sebagai variasi perlakuan kelembaban untuk menguji respon sensor serat optik yang dibuat. Sensor serat optik dibuat dari serat optik multimoda dengan panjang 30 cm, bagian tengah serat optik sepanjang 3 cm diganti cladding aslinya dengan cladding lapisan gelatin yang sensitif kelembaban. Panjang bagian sensitif kelembaban ini merupakan salah satu faktor yang menentukan respon probe sensor serat optik. Pada penelitian ini dibuat dua buah probe sensor dengan perbedaan pada ketebalan lapisan cladding gelatin. Pada probe A pelapisan cladding gelatin dilakukan dengan cara pencelupkan (dipping) hanya sekali, sedangkan probe B dilakukan pencelupan sebanyak dua kali. Dengan demikian probe B memiliki cladding gelatin lebih tebal dibandingkan probe A. Respon probe sensor serat optik terhadap kelembaban diamati melalui spektrum transmisi serat optik untuk setiap variasi nilai kelembaban di dalam wadah uji. Pengukuran spektrum transmisi ini dilakukan dengan menggunakan set-up pada Gambar 3. hingga merah. Sedangkan variasi signifikan pada spektrum transmisi terjadi pada rentang yang lebih sempit dari 600 nm 650 nm (spektrum merah), sebagai daerah respon maksimum probe sensor serat optik ini. Kedua probe yang dibuat mempunyai karakteristik spektrum transmisi yang sama, perbedaan hanya pada tinggi intensitas transmisinya. Intensitas transmisi A lebih tinggi dibanding probe B, hal ini karena probe A memiliki lapisan cladding gelatin lebih tipis dibanding probe B berdasarkan jumlah pencelupan (dipping) pada probe pada saat pembuatan probe, probe A sekali pencelupan sedangkan probe dua kali pencelupan. Perubahan karakteristik transmisi probe sensor serat optik disebabkan adanya perubahan indeks bias cladding gelatin akibat pengaruh perubahan nilai kelembaban. Kelembaban udara ditandai oleh jumlah (b) Gambar 4. Spektrum transmisi probe A Karakteristik spektrum transmisi probe sensor serat optik terhadap variasi kelembaban diperlihatkan pada Gambar 4 dan Gambar 5. Spektrum transmisi yang dipindai (scanning) dari 300 nm hingga 800 nm memperlihatkan daerah respon probe sensor dengan pita spektrum yang lebar dari 500 nm hingga 700 nm, dimana terjadi variasi spektrum transmisi akibat perlakuan kelembaban, yang merupakan spektrum hijau Tabel 1. Kondisi kelembaban berbeda dalam wadah uji No Bahan RH (%) Suhu ( 0 C) 1 Air 99 29 2 NaCl 72 29 3 Udara 69 29 4 K 2 CO 3 60 29 5 MgCl 2 42 29 Gambar 5. Spektrum transmisi probe B

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 10, NO. 1, APRIL 2006: 45-50 49 uap air di udara. Perubahan nilai indeks bias gelatin ditentukan oleh jumlah uap air yang diserap. Uap air yang diserap oleh lapisan gelatin akan memasuki rongga-rongga di dalam gelatin yang menyebabkan gelatin membengkak (swelling). Seiring dengan pembengkakkan gelatin, kerapatan gelatin akan berkurang yang berakibat indeks biasnya mengecil. Perubahan indeks bias gelatin terhadap konsentrasi uap air yang diserap diberikan oleh persamaan berikut [11] { n x( 1 f )} + { n xf } n ps = pu H 2O H 2O H 2 O (3) dengan f H 2O 3 3 {( d ps / d pu ) 1} ( d / d ) = (4) ps pu dimana n ps adalah indeks bias polimer saat swelling, n pu indeks bias sebelum swelling, n H2O indeks bias air, d ps diameter rongga saat swelling, d pu diamater rongga sebelum swelling, dan f H2O fraksi uap air yang diserap. Perubahan indeks bias pada cladding akibat swelling menyebabkan berubahnya sudut kritis pada pemantulan internal total di dalam inti serat optik (core), akibatnya sebagian energi cahaya terserap oleh cladding keluar dari inti serat secara eksponensial sebagai gelombang evanescent. Penyerapan cahaya yang disebabkan oleh perubahan indeks bias cladding berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya yang transmisikan, besarnya perubahan intensitas cahaya yang ditransmisikan secara tidak langsung akibat perubahan kelembaban. Besarnya energi cahaya yang terserap oleh cladding sebagai gelombang evanescent, dijadikan sebagai indikasi adanya perubahan kelembaban dan menjadi prinsip kerja dari sistem sensor serat optik dengan cladding berbasis polimer gelatin ini. Berdasarkan variasi spektrum transmisi probe sensor serat optik terhadap kelembaban (Gambar 4 dan 5), diketahui bahwa lapisan cladding gelatin pada serat optik dapat merespon kelembaban udara di sekitarnya. Untuk melihat lebih jelas respon probe sensor serat optik, maka dibuat kurva antara nilai intensitas transmisi pada panjang gelombang respon maksimum (610 nm) terhadap variasi kelembaban, diperoleh kurva seperti pada Gambar 6 dan 7. Tampak pada Gambar 6 dan 7 bahwa kenaikan nilai kelembaban (RH) mengakibatkan kenaikan nilai intensitas transmisi pada panjang gelombang 610 nm. Hal ini terjadi karena nilai indeks bias lapisan cladding gelatin menurun terhadap kenaikan kelembaban sehingga semakin sedikit gelombang cahaya (evanescent wave) yang terserap ke dalam lapisan cladding gelatin tersebut, akibatnya intensitas cahaya yang ditransmisikan meningkat. Perubahan intensitas cahaya yang ditransmisikan disebabkan oleh perubahan sudut kritis pada antarmuka cladding-core serat optik akibat perubahan indeks bias cladding gelatin. Kurva-kurva yang diperoleh tidak cukup linier untuk rentang nilai kelembaban yang diujikan, yaitu dari 42 %RH hingga 99%RH, seperti ditunjukkan pada Gambar 6 dan 7. Namun demikian, pada kurva-kurva tersebut tampak ada bagian yang cukup linier dengan variasi respon yang cukup siginifikan, yaitu pada rentang kelembaban 60%RH hingga 72%RH. Karakteristik ini mirip untuk kedua probe yang dibuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa probe sensor serat optik yang dibuat memiliki respon terbaik pada rentang 60%RH 72%RH. Intensitas trasmisi (%) pada 610 nm 3 2.5 2 1.5 1 0.5 y = 0.0291x - 0.4484 R 2 = 0.819 0 40 60 80 100 Kelembaban relatif (%) Gambar 6. Kurva intensitas transmisi vs kelembaban relatif (%RH) pada 610 nm Intensitas transmisi (%) pada 610 nm 2.2 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 y = 0.0114x + 0.8409 R 2 = 0.8313 1.0 40 60 80 100 Kelembaban relatif (%) Gambar 7. Kurva intensitas transmisi vs kelembaban relatif (%RH) pada 610 nm

50 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 10, NO. 1, APRIL 2006: 45-50 Sensitivitas pada rentang kelembaban antar 60%RH hingga 72%RH dapat dihitung menggunakan hubungan berikut T610 S = (5) % RH dengan T 610 adalah perubahan intensitas transmisi pada panjang gelombang 610 nm dan %RH adalah variasi kelembaban yang diujikan. Diperoleh nilai sensitivitas yang berbeda untuk kedua probe, yaitu sekitar 0,1 untuk probe A dan 0.03 untuk probe B. Nilai sensitivitas ini menyatakan besarnya variasi intensitas transmisi optik pada 610 nm untuk setiap kenaikan 1%RH, dalam hal ini diambil untuk rentang kelembaban dari 60 %RH hingga 72 %RH sebagai rentang respon terbaik dari probe sensor yang dibuat. Senstitivitas probe A lebih baik daripada probe B, hal ini disebabkan karena ketebalan lapisan cladding gelatin pada probe A lebih tipis dibanding pada probe A, sedemikian sehingga proses swelling cladding gelatin pada probe A lebih optimal. Dalam beberapa artikel, probe sensor serat optik dikembangkan dengan menggunakan cladding gelatin yang doping CoCl 2 untuk meningkatkan sensitivitas probe sensor terhadap kelembaban [ 7,8]. 4. Kesimpulan Berdasarkan karakteristik probe sensor kelembaban serat optik dengan cladding gelatin yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa lapisan gelatin dapat merespon perubahan kelembaban udara melalui fenomena swelling ketika menyerap uap air. Daerah respon optik gelatin diketahui pada spektrum hijau hingga merah (500 nm - 700 nm), dengan respon signifikan pada pita merah (600 nm - 650 nm). Probe sensor kelembaban serat optik ini dapat merespon kelembaban dari 42 %R hingga 99%H dengan respon terbaik pada rentang kelembaban 60%RH hingga 72%R. Sensitivitas probe sensor serat optik dipengaruhi oleh ketebalan lapisan cladding gelatin, dimana probe dengan lapisan cladding gelatin lebih tipis memiliki sensitivitas lebih baik karena proses swelling lebih optimal pada lapisan yang lebih tipis. Daftar Acuan [1] P. Gaikwad, PhD Thesis, Department of Electrical and Computer Engineering, Mississippi State Engineering, USA, 2003. [2] A. Bearzotti, A. Bianco, G. Montesperelli, E. Travesa, Sensors and Actuators B, 18-19 (1994) 525. [3] F.D. Anggraini, Skripsi Sarjana, Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Indonesia, 2002. [4] A.R.K. Ralston, J.A. Tobin, S.S. Bajikar, D.D. Denton, Sensor and Actuators B 22 (1994) 139. [5] M. Chaplin, Gelatin. www.wikipedia.org, 2003 [6] P.W.K. Anggraini, Skripsi Sarjana, Departemen Fisika, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Indonesia, 2003. [7] S. Otsuki, K. Adachi, J. of Applied Polym. Sci. 48 (1993) 1557. [8] C.M. Tay, K.M. Tan, S.C. Tjin. C.C. Chan, H. Rahardjo, Microwave and Optical Technology Letters 43 (2004) 387. [9] M. Ahmad, Larry L. Hench, Biosensors & Bioelectronics 20 (2005) 1312. [10] S.K. Khijwania, Kirthi L. Srinivasan, Jagdish P. Singh, Sensors and Actuators B 104 (2005) 217. [11] M.T.V. Rooney, W.R. Seitz, Analyt. Commun. 36 (1999) 267.