Analisis Kualitas Larutan Mol (Mikoorganisme Lokal) Berbasis Daun Gamal (Gliricidia Sepium)

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kualitas Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

Analisis Kualitas Larutan Mol (Mikroorganisme Lokal) Berbasis Ampas Tahu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

Analisis Kualitas Larutan Mikroorganisme Lokal Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Beberapa Waktu Inkubasi

Analisis Kualitas Kompos Limbah Persawahan dengan Mol Sebagai Dekomposer

ANALISIS KUALITAS LARUTAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

Pengaruh Populasi Cacing Tanah dan Jenis Media Terhadap Kualitas Pupuk Organik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN AKHIR MATA KULIAH TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA MIRPROB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

Kualitas Kompos Berbahan Baku Lokal Yang Diaplikasikan Dengan Substrat Mikro Organisme Lokal (MOL) SYAHDI MASTAR, 1 HERI KUSNAYADI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk. pertanian yang dapat memberikan unsur hara dalam tanah.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

Kata kunci: jerami padi, kotoran ayam, pengomposan, kualitas kompos.

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

9/26/2013. TRANSFORMASI SENYAWA C (Bahan Organik) TRANSFORMASI SENYAWA C (Bahan Organik) PEROMBAK BAHAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI TERNAK SAPI POTONG YANG DIBERI PAKAN LIMBAH ORGANIK PASAR. St. Chadijah

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

Pengaruh Pemberian Biourine dan Dosis Pupuk Anorganik (N,P,K) Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah Pegok dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus sp.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BUAH PISANG DAN PEPAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN UBI JALAR (Ipomea batatas L)

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Fisik. dapat digunakan sebagai tolak ukur kinerja dekomposisi, disamping itu juga untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Perubahan Fisik. mengetahui bagaimana proses dekomposisi berjalan. Temperatur juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PEMANFAATAN KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L. ) DENGAN PENAMBAHAN DAUN BAMBU (EMB) DAN EM-4 SEBAGAI PUPUK CAIR NASKAH PUBLIKASI

Made Deviani Duaja 1), Nelyati 1) and Hisar Tindaon 2) Fakultas Pertanian, Universitas Jamabi

Transkripsi:

Analisis Kualitas Larutan Mol (Mikoorganisme Lokal) Berbasis Daun Gamal (Gliricidia Sepium) IDA AYU YADNYA SENI I WAYAN DANA ATMAJA *) NI WAYAN SRI SUTARI 1 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar 80362 Bali *) Email: atmaja.dana@yahoo.com ABSTRACT Quality Analysis of MOL (Local Microorganism) Solution Based on Gamal (Gliricidia sepium) Leaves. The purpose of this research was to find out the effects of gamal (Gliricidia sepium) leaves concentration and term of fermentation to the quality of MOL (local microorganism) solution. The research was held on September 2012 until November 2012, at Soil Laboratory, Faculty of Agriculture, Udayana University. Randomizing block design with two factors, including gamal leaves concentration (K) and fermentation term (F). The observation parameters of this research were total population of bacteria, total population of fungi, N-total, C-organic, C/N ratio. The analysis of gamal leaves concentration and the fermentation term was highly significant (P<0,01) affect. The total high population of bacteria in the K 1 treatment be found the treatment F 3, 4,30 x 10 8 cfu ml -1, the total high population of bacteria in the K 2 treatment can be found in the F 3 treatment is 6,37 x 10 8 cfu ml -1, the total high of population of bacteria in the K 3 treatment can be found in the F 3 treatment is 8,63 x 10 8 cfu ml -1, the total population of bacteria in the K 4 can be found in the F 3 treatment is 9,07 x 10 8 cfu ml -1. The total population of fungi in the K 1 treatment can be found in the F 3 is 8,23 x 10 5 cfu ml -1, the total population of fungi in the K 2 treatment can be found in the F 3 is 8,27 x 10 5 cfu ml -1, the total population of fungi in the K 3 treatment can be found in the F 3 is treatment is 8,67 x 10 5 cfu ml -1, the total population of fungi in the K 4 treatment can be found F 3 treatment is 10,20 x 10 5 cfu ml -1. Concentration of 600 g/l gamal leaves on three weeks of fermentation have the best quality of mol solution. Keywords: Local Microorganisms (MOL), gamal leaves, fermentation term 1. Pendahuluan Penggunaan pupuk anorganik di Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian, namun tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus berdampak tidak baik bagi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, hal ini menyebabkan kemampuan tanah mendukung ketersediaan hara dan kehidupan mikroorganisme dalam tanah menurun, oleh karena itu jika tidak segera diatasi maka dalam jangka waktu tidak terlalu lama lahan-lahan tersebut tidak mampu lagi berproduksi secara http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 135

optimal dan berkelanjutan (Parnata, 2004). Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menerapkan sistem pertanian organik. Pertanian organik bila diusahakan secara intensif dapat mengembalikan kesuburan tanah walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai tingkat kesuburan tanah seperti pada saat sebelum penggunaan pupuk dan pestisida anorganik yang berlebihan (Sutanto, 2002). Pupuk organik mempunyai kelebihan antara lain meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk cair dengan memanfaatkan jenis mikroorganisme lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah.larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik (Purwasasmita, 2009). Faktorfaktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, ph, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL (Suriawiria,1996; Hidayat, 2006). Penelitian Muriani (2011) menyimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi 300 g daun gamal dan fermentasi tiga minggu memberikan kualitas larutan MOL yang terbaik sebagai pupuk cair dan konsentrasi 300 g daun gamal dengan lama fermentasi dua minggu memberikan kualitas yang terbaik sebagai aktivator. Pemanfaatan daun gamal sebagai bahan baku pembuatan MOL dalam penelitian ini karena tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan salah satu jenis tanaman leguminosa dengan kandungan unsur hara yang tinggi. Gamal yang berumur satu tahun mengandung 3-6% N; 0,31 % P; 0,77% K; 15-30% serat kasar; dan 10% abu K (Purwanto, 2007). 2. Metode Penelitian 2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratoriun Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana, berlangsung pada bulan September 2012 sampai dengan bulan November 2012. 2.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat : stoples plastik, cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, pipet, labu Kjeldahl, timbangan digital, erlenmeyer dan laminar air flow cabinet, ph meter, beaker glass. Bahan : daun gamal (daun gamal tua dan daun gamal muda), gula merah, air kelapa, media PDA, media NA, dan aqudest. 136 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

2.3 Perlakuan dan Rancangan Metode penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor yaitu, konsentrasi daun gamal yang terdiri dari : a. K 1 ( 150 g daun gamal + 1 L air kelapa + 100 g gula merah) b. K 2 ( 300 g daun gamal + 1 L air kelapa + 100 g gula merah) c. K 3 ( 450 g daun gamal + 1 L air kelapa + 100 g gula merah) d. K 4 ( 600 g daun gamal + 1 L air kelapa + 100 g gula merah) Sedangkan faktor kedua yaitu lama fermentasi yang terdiri dari : a. F 1 (fermentasi 1 minggu) b. F 3 (fermentasi 3 minggu) c. F 5 (fermentasi 5 minggu) Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 36 perlakuan kombinasi. 2.4 Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan setelah fermentasi satu minggu, tiga minggu, lima minggu dan parameter yang diamati yaitu : total populasi bakteri dan total populasi jamur dengan menggunakan metode cawan tuang (Anas, 1989 dalam Dewi, 2012), C-organik dengan menggunkan metode Walkley dan Black, N-total dengan menggunkan metode Kjeldhal (Sudjadi dkk., 1971) dan Rasio C/N. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian berdasarkan analisis statistika menunjukkan, faktor konsentrasi daun gamal, faktor lama fermentasi dan interaksinya berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap semua variabel yang diamati (Tabel 1). Tabel 1. Signifikasi Faktor Konsentrasi Daun Gamal (K ), Lama Fermentasi (F), dan Interaksinya (KxF) terhadap Parameter Pengamatan No Parameter pengamatan Signifikasi K F KxF 1. Total Populasi Bakteri Larutan MOL ** ** ** 2. Total Populasi Jamur Larutan MOL ** ** ** 3. C-organik larutan MOL ** ** ** 4. N-total larutan MOL ** ** ** 5. Rasio C/N larutan MOL ** ** ** Keterangan : ** : berpengaruh sangat nyata (p<0,01), K : konsentrasi daun gamal F : lama fermentasi, KxF : interaksi konsentrasi daun gamal dengan lama fermentasi. 3.1 Total Populasi Bakteri Total populasi bakteri tertinggi pada perlakuan K 1 terdapat pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) yaitu 4,30 x 10 8 spk ml -1 dan mengalami penurunan berbeda nyata pada fermentasi lima minggu (F 5 ) yaitu 1,93 x 10 8 spk ml -1 serta terendah berbeda http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 137

nyata pada fermentasi satu minggu (F 1 ) yaitu 1,87 x 10 8 spk ml -1. Pengaruh yang sama juga terjadi pada perlakuan K 2, K 3, dan K 4 (Gambar 1). Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dan penurunan total populasi bakteri. Perlakuan minggu pertama sampai ketiga terjadi peningkatan dikarenakan bakteri mulai membelah diri, pada saat ini metabolisme meningkat dan sintesis bahan sel berjalan cepat. Minggu ketiga sampai kelima mengalami penurunan karena kecepatan bakteri membelah diri semakin berkurang dan tidak sebanding dengan bakteri yang mati. Hal ini disebabkan kandungan C-organik pada larutan MOL yang merupakan sumber energi bagi bakteri menurun. Menurut Hidayat (2006), mikrooganisme yang dimasukan ke dalan media pada umumnya tidak segera membelah diri, tetapi akan memerlukan waktu untuk penyesuaian diri dalam media tersebut, peningkatan aktivitas membelah diri terjadi pada minggu pertama sampai ketiga dan kemudian akan mengalami penurunan. Total Populasi Bakteri spk ml -1 x 10 8 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 Waktu Fermentasi (Minggu) K1 K2 K3 K4 Gambar 1. Grafik Total Populasi Bakteri (spk ml -1 x 10 8 ) Total populasi bakteri tertinggi pada perlakuan fermentasi satu minggu (F 1 ) terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 3,27 x 10 8 spk ml -1 dan mengalami penurunan berbeda nyata pada perlakuan K 3 yaitu 2,67 x 10 8 serta terendah berbeda nyata pada perlakuan K 1 yaitu 1,87 x 10 8 spk ml -1. Total populasi bakteri tertinggi pada perlakuan fermentasi tiga minggu (F 3 ) terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 9,07 x 10 8 spk ml -1 dan mengalami penurunan yang berbeda nyata dengan K 3, K 2 dan K 1. Pengaruh yang sama dengan perlakuan fermentasi tiga minggu juga terjadi pada fermentasi lima minggu (F 5 ). Total populasi bakteri tertinggi pada perlakuan K 4 mengalami penurunan pada perlakuan K 3, K 2, dan K 1 (Gambar 1). Hal ini disebabkan perbedaan komposisi sumber makan atau nutrisi terutama kandungan C-organik. Mikrobia menggunakan nutrien pertumbuhan melalui serangkaian biosintesis sehingga dihasilkan bahan sel baru atau biomass. Menurut Hidayat (2006), mikroba menggunakan nutrien pertumbuhan melalui serangkaian biosintesis sehingga dihasilkan bahan sel baru atau biomassa. Hal tersebut akan menyebabkan terjadi 138 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

peningkatan dalam hal ukuran sel setelah periode waktu tertentu. Laju peningkatan biomassa dan jumlah individu dalam populasi tergantung pada komposisi dan kondisi fisik lingkungan pertumbuhan yang mampu mendukung mikroorganisme untuk melakukan sintesis biomassa baru. 3.2 Total Populasi Jamur Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dan penurunan total populasi jamur. Awal fermentasi, pertumbuhan jamur belum berkembang karena jamur masih berada pada fase adaptasi. dengan bertambahnya waktu fermentasi pertumbuhan jamur akan bertambah sampai pada titik tumbuh maksimum, setelah sel jamur mencapai titik tumbuh maksimum maka akan terjadi penurunan jumlah sel. Total populasi jamur tertinggi pada fermentasi satu minggu (F 1 ) terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 7,83 x 10 5 spk ml -1 dan mengalami penurunan berbeda tidak nyata pada perlakuan K 3 yaitu 7,60 x 10 5 spk ml -1 serta terendah berbeda nyata pada perlakuan K 1 yaitu 4,33 x 10 5 spk ml -1 ). Total populasi jamur tertinggi pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 10,20 x 10 5 spk ml -1 mengalami penurunan berbeda nyata pada perlakuan K 3 serta terendah berbeda nyata pada perlakuan K 1. Pengaruh yang sama dengan fermentasi tiga minggu (F 2 ) juga terjadi pada perlakuan lima minggu (F 5 ). Total populasi jamur tertinggi pada fermentasi satu minggu (F 1 ), tiga minggu (F 3 ) dan lima minggu (F 5 ) terdapat pada perlakuan K 4 dan mengalami penurunan berturut-turut pada perlakuan K 3, K 2, dan K 1 (Gambar 2). Hal ini disebabkan sumber energi yang berasal dari C-organik dan jumlah mikroorganisme pada perlakuan K 4 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sumber energi Mikroorganisme adalah bahan organik yang diuraikan menjadi bahan bahan yang lebih sederhana. Menurut Darwis dkk. (1995), beberapa jamur dapat mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat, sumber nitrogen dan mineral dari substrat bahan organik atau anorganik. Total Populasi Jamur spk ml -1 x 10 5 12 10 8 6 4 2 0 0 1 2 3 4 5 6 Waktu Fermentasi (Minggu) K1 K2 K3 K4 Gambar 2. Grafik Total Populasi Jamur (spk ml -1 x 10 5 ) http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 139

3.3. Kandungan C-Organik Larutam MOL Kandungan C-organik tertinggi pada perlakuan K 1 terdapat pada fermentasi satu minggu (F 1 ) yaitu 1,65% dan mengalami penurunan berbeda nyata pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) yaitu 1,05% serta terendah berbeda nyata pada fermentasi lima minggu (F 5 ) yaitu 0,65%. Pengaruh yang sama dengan perlakuan K 1 juga terjadi pada perlakuan K 3 dan K 4. Kandungan C-organik pada perlakuan K 2 terdapat fermentasi satu minggu (F 1 ) yaitu 1,70% dan mengalami penurunan berbeda nyata pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) yaitu 1,10% serta terendah berbeda tidak nyata nyata pada fermentasi lima minggu ( F 5 ) yaitu 0,65% (Tabel 2). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi maka kandungan C-organik pada larutan MOL semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh kandungan C-organik telah dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh mikroorganisme yang terdapat dalam larutan MOL. Senyawa organik akan berkurang sedangkan senyawa anorganik akan terbentuk semakin banyak. Menurut Adianto (1993) dalam Harizena (2012), sumber energi mikroorganisme adalah bahan organik yang diuraikan menjadi bahan bahan yang lebih sederhana. Energi yang dihasilkan berupa energi kimia yang diperlukan untuk aktivitas sel misalnya untuk perkembangbiakan, pembentukan spora, dan biosintesis. Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Daun Gamal dan Lama Fermentasi terhadap Kandungan C-organik larutan MOL (%) Perlakuan F 1 F 3 F 5 K 1 1,65 c 1,05 b 0,65 b A B C K 2 1,70 c 1,10 b 0,65 b A B C K 3 2,00 b 1,25 a 0,90 a A B C K 4 2,30 a 1,35 a 0,96 a A B C BNT 5% : 0,22 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris dan kolom menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf besar dibaca horizontal dan huruf kecil dibaca vertikal. Kandungan C-organik larutan MOL tertinggi pada fermentasi satu minggu (F 1 ) yang terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 2,30% mengalami penurunan berbeda nyata pada perlakuan K 3 yaitu 2,00% dan terendah berbeda nyata dengan perlakuan K 1 yaitu 1,65%. Kandungan C-organik tertinggi pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 1,35% dan mengalami penurunan berbeda tidak nyata pada K 3 yaitu 1,25%, serta terendah pada perlakuan K 1 yaitu 1,05%. Pengaruh yang sama dengan fermentasi tiga minggu (F 1 ) terjadi pada fermentasi lima minggu (F 5 ). Kandungan C-organik larutan MOL tertinggi terdapat pada perlakuan K 4 dan mengalami penurunan berturut-turut pada perlakuan K 3, K 2, dan K 1. Hal ini 140 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

disebabkan karena perbedaan komposisi bahan organik pada setiap perlakuan. Aktivitas perombakan oleh mikroorganisme tergantung dari jumlah komposisi bahan organik yang diberikan. Mikroorganisme memerlukan sumber karbon sebagai sumber energi dan perkembangbiakanya (Hidayat, 2006). 3.4 N-total Larutan MOL Kandungan N-total tertinggi pada perlakuan K 1 terdapat pada fermentasi lima minggu (F 5 ) yaitu 0,46% mengalami penurunan berbeda tidak nyata pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) yaitu 0,38% dan terendah berbeda nyata pada fermentasi satu minggu (F 1 ) yaitu 0,12%. Kandungan N-total tertinggi pada perlakuan K 2 terdapat pada fermentasi lima minggu yaitu 0,72% mengalami penurunan berbeda nyata pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) yaitu 0,38% serta terndah berebeda nyata pada fermentasi satu minggu yaitu 0,16% Pengaruh yang sama dengan perlakuan K 2 juga terjadi pada perlakuan K 3. Kandungan N-total tertinggi pada perlakuan K 4 terdapat pada fermentasi lima minggu (F 5 ) yaitu 0,84% mengalami penurunan berbeda nyata pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) yaitu 0681% dan terendah berbeda tidak nyata pada fermentasi satu minggu (F 1 ) yaitu 0,59% ( Tabel 3). Kandungan N-total larutan MOL tertinggi pada fermentasi satu minggu (F 1 ) terdapat pada perlakuan K 4 yaitu 0,59% mengalami penurunan berbeda nyata pada perlakuan K 3 yaitu 0,40% dan terendah berbeda nyata terdapat pada perlakuan K 1 yaitu 0,12%. Pengaruh yang sama dengan ferementasi satu inggu (F 1 ) juga terjadi pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) dan fermentasi lima minggu (F 5 ) (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi Daun Gamal dan Lama Fermentasi terhadap Kandungan N-total larutan MOL (%) Perlakuan F 1 F 3 F 5 K 1 0,12 c 0,38 c 0,46 c B A A K 2 0,16 c 0,38 c 0,72 b C B A K 3 0,40 b 0,51 b 0,73 b C B A K 4 0,59 a 0,68 a 0,84 a B B A BNT 5% : 0,098 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris dan kolom menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf besar dibaca horizontal dan huruf kecil dibaca vertikal. Hasil pengamatan kandungan N-total larutan menunjukkan bahwa semakin lama fermentasi maka kandungan N-total pada larutan MOL semakin meningkat. Bakteri dan jamur akan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi yang http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 141

menyebabkan terjadinya proses mineralisasi. Kandungan N-total tertinggi terdapat pada perlakuan K 4. Hal ini disebabkan pada perlakuan K 4 memiliki bahan organik yang lebih banyak. Semakin banyak bahan organik yang dapat dirombak maka semakin banyak N yang dilepaskan dalam larutan MOL. Menurut Purwasasmita, 2009 bahan dasar yang diberikan juga mempengaruhi peningkatan kandungan N- total. 3.5 Rasio C/N Larutan MOL Rasio C/N tertinggi pada perlakuan K 1 terdapat pada fermentasi satu (F 1 ) minggu yaitu 14,56 mengalami penurunan berbeda nyata pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) yaitu 2,51 dan terendah berbeda tidak nyata pada fermentasi lima minggu (F 5 ), pengaruh yang sama dengan perlakuan K 1 juga terjadi pada perlakuan K 2. Rasio C/N tertinggi pada perlakuan K 3 terdapat pada fermentasi satu minggu (F 1 ) yaitu 2,90 mengalami penurunan berbeda tidak nyata berturut-turut pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) dan fermentasi lima (F 5 ). Pengaruh yang sama dengan perlakuan K 3 terjadi pada perlakuan K 4 (Tabel 4). Rasio C/N tertinggi pada fermentasi satu minggu (F 1 ) terdapat pada perlakuan K 1 yaitu 15,56 mengalami penurunan berbeda nyata pada perlakuan K 2 yaitu 5,41 dan terendah berbeda nyata pada perlakuan K 4 yaitu 2,73. Rasio C/N tertinggi pada fermentasi tiga minggu (F 3 ) pada perlakuan K 1 yaitu 2,51 mengalami penurunan berbeda tidak nyata berturut-turut pada perlakuan K 2, K 3, dan K 4 yaitu 2,51, 2,49, dan 1,89. Pengaruh yang sama dengan fermentasi tiga minggu (F 2 ) terjadi pada fermentasi lima minggu (F 5 ) (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Daun Gamal dan Lama Fermentasi terhadap rasio C/N Larutan MOL Perlakuan F 1 F 3 F 5 K 1 14,56 a 2,51 a 2,28 a A B B K 2 5,41 b 2,51 a 1,89 a A B B K 3 2,90 c 2,49 a 1.66 a A A A K 4 2,73 c 1,89 a 1,45 a A A A BNT 5% : 1,850 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang sama ke arah baris dan kolom menunjukkan pengaruh yang tidak nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf besar dibaca horizontal dan huruf kecil dibaca vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi penurunan rasio C/N dengan meningkatnya lama fermentasi pada seluruh faktor konsentrasi daun gamal. Rasio 142 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat

C/N tertinggi pada fermentasi satu minggu terdapat pada perlakuan K 1 dan mengalami penurunan berturut-turut pada perlakuan K 2, K 3, dan K 4. Tingginya rasio C/N pada perlakuan K 1 disebabkan karena pada perlakuan K 1 memiliki kandungan N-total yang rendah, sedangkan perlakuan K 4 memiliki kandungan N-total yang tinggi. Semakin tinggi kandungan N-total yang terbentuk akan menyebabkan terjadinya penurunan rasio C/N. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis kualitas larutan MOL berbasis daun gamal, dapat disimpulkan bahwa: 1. Konsentrasi daun gamal dan lama fermentasi berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas larutan MOL. 2. Perlakuan konsentrasi daun gamal 600 g/l dengan lama fermentasi tiga minggu memilki kualitas larutan MOL yang terbaik. 4.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis kadar hara kualitas larutan MOL dan identifikasi mikroorganisme yang terdapat dalam larutan MOL. Daftar Pustaka Darwis; Judoamidjoo, M.; Hartoto, L. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali Press, Jakarta. Dewi, K.A.C.J. 2012. Sifat Biologi Tanah dan Mineralisasi Hara, N, P, K, pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Skripsi. Konsentrasi Ilmu Tanah dan Linggkungan, Jurusan/PS Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Harizena, I N. D. 2012. Pengaruh Jenis Dan Dosis Mol Terhadap Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga. Skripsi. Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan, Jurusan/Ps Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Hidayat, N. 2006. Mikrobiologi industri. Andi offset, Yogyakarta. Lukitaningsih, D. 2010. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. http:// luki2blog.wordpress.com/. Tanggal akses 29 Desember 2012. Muriani, N. W. 2011. Pengaruh Konsentrasi Daun Gamal (Gliricidia sepium) dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Larutan MOL. Skripsi. Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Parnata, A.S. 2004, Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta. Purwasasmita, M. 2009. Pemanfaatan Larutan MOL. http://riefarm.blogspot.com/. Tanggal aksess 2 Juli 2012. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat 143

Purwanto. 2007. Pemanfaatan Daun Gamal Sebagai Larutan MOL. http://riefarm.blogspot.com/. Tanggal aksess 2 Juli 2012. Sudjadi, M., I.M Widjik & M. Soleh. 1971. Penuntun Analisis Tanah. Lembaga Penelitian Tanah Bogor, Bogor. Suriawiria, U.1996. Mikrobiologi Air. Penerbit alumni, Bandung. Sutanto. 2002. Tingkat Kesuburan Tanah. http://.wordpress-kesuburan-tanah/. Tanggal Akses 15 Januari 2013. 144 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jat