STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 5 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

KIAT GURU KINERJA DAN AKUNTABILITAS GURU

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGANTAR. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Ir. SYAIFUL BAKHRI.

LAPORAN PENCAPAIAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH (LP2KD)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

SINERGI PUSAT-DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

SEBAGAI UPAYA PENURUNAN AKI & AKB PROVINSI NTT

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

Penanggulangan Kemiskinan

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

Sumatera Barat. Jam Gadang

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan. Disampaikan dalam Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK

BAB V PENUTUP Kesimpulan

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan

ISU STRATEGIS PROVINSI DALAM PENYUSUNAN RKP 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA MALANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

KATA PENGANTAR Bagian I :

PERAN DAERAH DALAM PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PRIORITAS

penerapan penganggaran program/kegiatan lebih pro-rakyat demi terwujudnya kesejahteraan rakyat. Program Desa Mandiri Anggur Merah sebagai program

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

RILIS HASIL PSPK2011

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya


Transkripsi:

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) JAKARTA, FEBRUARI 2011

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Dasar Hukum: Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Kebijakan presiden dikeluarkan untuk mendukung pencapaian visi dan misi SBY- Boediono untuk menurunkan kemiskinan hingga 8-10% pada akhir tahun 2014. 2

SASARAN TINGKAT KEMISKINAN TERCAPAI 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 15.97 17.75 16.58 15.42 13.33 14.15 13.50 12.50 12.00 11.50 10.50 11.50 10.50 9.50 10.00 8.00 4.00 2.00 0.00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tingkat Kemiskinan Target RPJM (Skenario Optimis) Target RPJM (Skenario Moderat) 3

TNP2K Bertugas: TUGAS TNP2K a. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; b. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga; c. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan. 4

KEANGGOTAAN TNP2K Susunan keanggotaan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan: Ketua : Wakil Presiden Wakil Ketua I : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Wakil Ketua II : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sekretaris Eksekutif : Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan Rakyat 5

ANGGOTA TNP2K: 1. Menteri Dalam Negeri 2. Menteri Keuangan 3. Menteri Sosial 4. Menteri Kesehatan 5. Menteri Pendidikan Nasional 6. Menteri Pekerjaan Umum 7. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 8. Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal 9. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas 10. Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (Kepala UKP4) 11. Sekretaris Kabinet 12. Kepala Badan Pusat Statistik 13. Masyarakat, Dunia Usaha, dan Pemangku Kepentingan yang Ditetapkan oleh Ketua 6

7

8

9

PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Periode maret 2009 maret 2010: 14,7 juta orang keluar dari kemiskinan, 13.2 juta masuk kembali ke bawah garis kemiskinan, net 1,5 juta orang keluar dari kemiskinan I. MENYEMPURNAKAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL Bantuan Sosial Berbasis Keluarga Bantuan Kesehatan bagi Keluarga Miskin Bantuan Pendidikan bagi Masyarakat Miskin II. MENINGKATKAN AKSES RUMAH TANGGA MISKIN TERHADAP PELAYANAN DASAR: PENDIDIKAN, KESEHATAN DASAR SEPERTI SANITASI DAN AIR BERSIH III. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT IV. Menyempurnakan Pelaksanaan PNPM Mandiri PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS: Inclusive Growth UMKM KUR dan Bantuan kpd Usaha Mikro Industri Manufaktur Padat Pekerja Konektivitas Ekonomi Infrastruktur Iklim Usaha Pasar Kerja yg Luwes Infrastruktur Pembangunan Perdesaan Pembangunan Pertanian 10

INSTRUMEN UTAMA 1. Program Penanggulangan Kemiskinan yang Sasarannya Individu atau Rumah Tangga (Klaster I). 2. Program Penanggulangan Kemiskinan yang Sasarannya Komunitas (Klaster II). 3. Program Penanggulangan Kemiskinan yang Sasarannya Usaha Mikro dan Kecil (Klaster III). 11

PRIORITAS JANGKA PENDEK - MENENGAH 1. Unifikasi Sistem Penargetan Nasional 2. Menyempurnakan Pelaksanaan Bantuan Sosial Kesehatan untuk Keluarga Miskin 3. Menyempurnakan Pelaksanaan dan Memperluas Cakupan Program Keluarga Harapan 4. Integrasi Program Pemberdayaan Masyarakat Lainnya ke dalam PNPM DIMONITOR MELALUI INPRES NO. 1 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010 DAN INPRES NO. 3 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN 12

DASAR HUKUM TKPK DAERAH Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota 13

KELEMBAGAAN TKPK PROVINSI Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Ketua TKPK Provinsi: Wakil Gubernur yang ditetapkan oleh Gubernur. Sekretaris TKPK Provinsi: Kepala Bappeda Provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur. Keanggotaan TKPK Provinsi terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan kemiskinan. Penetapan tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat, dan pendanaan TKPK Provinsi diatur dengan Surat Keputusan Gubernur dengan memperhatikan Perpres 15/2010. 14

STRUKTUR ORGANISASI TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) PROVINSI 15

KELEMBAGAAN TKPK KABUPATEN/KOTA Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. Ketua TKPK Kabupaten/Kota: Wakil Bupati/Wakil Walikota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Sekretaris TKPK Kabupaten/Kota: Kepala Bappeda Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Keanggotaan TKPK Kabupaten/Kota terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan kemiskinan. Penetapan tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat, dan pendanaan TKPK Kabupaten/Kota diatur dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota dengan memperhatikan Perpres 15/2010. 16

STRUKTUR ORGANISASI TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) KABUPATEN/KOTA 17

APA YANG DIHARAPKAN DARI TKPK DAERAH? 1. TKPKD mampu mendorong proses perencanaan dan penganggaran sehingga menghasilkan anggaran yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan. 2. Mampu melakukan koordinasi dan pemantauan program penanggulangan kemiskinan di daerah. 18

TUGAS TIM TEKNIS TKPK DAERAH Menyiapkan Agenda Rapat TKPK Daerah yang terdiri dari: 1. Memantau situasi dan kondisi kemiskinan di daerah. 2. Menganalisis besaran pengeluaran pemerintah daerah sehingga efektif untuk penanggulangan kemiskinan (APBN dan APBD). 3. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan di daerah. 19

MEMANTAU SITUASI DAN KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH 20

PENENTUAN INDIKATOR Bidang Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Kesehatan Pendidikan Infrastruktur Dasar Ketahanan Pangan Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Indikator Utama Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu Melahirkan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Melek Huruf Angka Putus Sekolah Akses Sanitasi Layak Akses Air Minum Layak Rasio Elektrifikasi Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama 21

ANGKA KEMATIAN BAYI DAN INDIKATOR PENDUKUNGNYA Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup Kurang dari 30 Jiwa 30-40 Jiwa 40-50 Jiwa Lebih dari 50 Jiw a Proporsi Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Lebih dari 80 Persen 70-80 Persen 50-60 Persen Kurang dari 50 Persen Data Tidak Tersedia Angka Kematian Bayi Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Lebih dari 60 Orang 40-60 Orang 20-40 Orang Kurang dari 20 Orang Rasio Dokter Jarak Puskesmas Terdekat Kurang dari 5 Kilometer 5-10 Kilometer 10-15 Kilometer Lebih dari 15 Kilometer Jarak Puskesmas Terdekat 22

Sumba Barat Sumba Timur Kupang TTS TTU Belu Alor Lembata Flotim Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat SBD Sumba Tengah Nagekeo Manggarai Timur Sabu Raijua Kota Kupang Persen ANALISIS PERBANDINGAN ANTAR WILAYAH Contoh Kasus Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00-1.48 10.71 2.50 0.34 0.36 0.47 0.45 11.00 3.58 1.19 12.05 0.25 0.63 1.97 5.49 1.87 0.17 0.99 11.34 1.64 3.49 0.47 Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Kab./Kota Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Provinsi Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Nasional Masih terdapat kesenjangan (disparitas) angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI)antar wilayah di Provinsi NTT. Beberapa wilayah, perlu memperoleh perhatian dan intevensi untuk mengurangi angka putus sekolah. Wilayah-wilayah tersebut di antaranya: Kabupaten Sumba Timur, Lembata, Ende, Manggarai Barat dan Manggarai Timur. 23

Persen ANALISIS RELEVANSI Contoh Kasus Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur 6.00 5.00 5.26 5.59 4.00 3.00 4.45 2.97 2.96 2.97 3.17 2.41 3.53 2.00 1.00 1.50 2.01 1.81-2003 2004 2005 2006 2007 2008 Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Nasional Pada tahun 2006 2008, kecenderungan angka putus sekolah SD/MI Provinsi NTT tidak sejalan dengan kecenderungan angka putus sekolah SD/MI tingkat nasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada periode tersebut upaya penuruna angka putus sekolah di Provinsi NTT tidak sejalan untuk mendukung tujuan nasional. 24

Jiwa ANALISIS EFEKTIVITAS Contoh Kasus Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008 60 55 50 45 40 35 30 25 20 51.0 48.7 Pada periode tahun 2002-2008, AKB Provinsi NTT menurun dari 51 jiwa/1000 kelahiran hidup menjadi 40,1 jiwa/1000 kelahiran hidup. Dengan demikian, program-program yang mendukung penurunan angka kamtian bayi (AKB) di Provinsi NTT efektif dan berdampak positif terhadap kualitas kesehatan penduduk, khususnya kesehatan bayi. 40.1 2002 2006 2008 Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi Linear (Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi) 25

Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan ANALISIS PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS Contoh Kasus Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi Di Bidang Kesehatan Provinsi NTT 100 90 80 PRIORITAS Sikka Ngada PRIORITAS Kota Kupang Lembata 70 4 2 TTU Flotim Nagekeo 60 50 BeluSumba Ende Barat 40 Manggarai Barat Sumba Sumba Tengah Timur 30 Rote Ndao Kupang Manggarai TTS Sumba Barat Daya 20 Alor 10PRIORITAS PRIORITAS 0 3 1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Angka Kematian Bayi Series2 Dengan menggunakan angka kematian bayi sebagai indikator utama dan kelahiran ditolong tenaga kesehatan sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Terdapat 5 wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk dilakukannya intervensi dengan meningkatkan kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, dan Kupang. 26

ANALISIS BESARAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH 27

ANALISIS ANGGARAN MELIHAT KESESUAIAN ALOKASI DENGAN PRIORITAS Contoh Kasus Distribusi Belanja Sektor Terhadap Total Anggaran Kota Surakarta Urusan otda, PUM, adm keu Rp314.9M (27.3%) Urusan Kelautan Dan Perikanan Rp 19.2M (1.7%) Urusan Pertanian Rp 21.8M (1.9%) Urusan Lain-lain Rp134.5M (11.6%) Urusan Kesehatan Rp54.8M (4.7%) Urusan Pek.Umum Rp215.5M (18.7%) Urusan Pendidikan Rp 394.1M (34.1%) Alokasi anggaran sektor pendidikan paling besar dibandingkan dengan anggaran untuk urusan lainnya. Anggaran yang dialokasikan untuk sektor pendidikan sebesar Rp 394,1 miliar, setara 34.1 persen APBD. Alokasi anggaran tersebut mencerminkan alokasi yang efektif bagi penanggulangan kemiskinan apabila sektor pendidikan merupakan prioritas di Surakarta. 28

Sumba Barat Sumba Timur Kupang TTS TTU Belu Alor Lembata Flotim Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai SBD Sumba Nagekeo Manggarai Sabu Raijua Kota Kupang Rp (Juta) Persen ANALISIS ANGGARAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SATU TINGKAT DI ATASNYA UNTUK MELIHAT DISTRIBUSI ANGGARAN Contoh Kasus Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni, Provinsi Nusa Tenggara Timur 120 3,000 APM SD/MI Kab-Kota Total Anggaran Pendidikan APM SD/MI Provinsi 100 2,500 80 2,000 60 1,500 40 20 0 1,000 500 0 Pengalokasian anggaran tahun 2010 belum sepenuhnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh: Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan merupakan daerah dengan APM relatif tinggi namun anggaran bidang pendidikannya lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendidikan untuk daerah-daerah yang memiliki APM rendah. 29

CONTOH KASUS ANALISIS SUMBER PEMBIAYAAN: BIDANG KESEHATAN Contoh Kasus Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten Ende 2008 SUMBER PEMBIAYAAN TOTAL PERKAPITA/TH PERSEN (RP) (USD) Pemerintah 60,015,708,501 84.62% 23.99 SB.1.1 Pemerintah Pusat/Depkes 6,589,237,322 9.29% SB.1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes 310,995,673 0.44% SB.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota 41,737,846,401 58.85% SB.1.4.2 Hibah 10,889,507,505 15.35% SB.1.5.4 Subsidi Premi PNS 488,121,600 0.69% Non Pemerintah 10,906,505,727 15.38% SB.2.4 Rumah Tangga 10,906,505,727 15.38% Grand Total 70,922,214,228 100.00% 28.35 Sumber: Ascobat Gani, 2010 Sumber pembiayaan bidang kesehatan terbesar di Kabupaten Ende pada tahun 2008 adalah dari pemerintah, yaitu sebesar Rp. 60,0 miliar atau hampir 84,62 persen dari total sumber pembiayaan. Sementara pembiayaan dari sektor non pemerintah adalah Rp. 10,9 miliar atau hanya sekitar 15,38 persen.sementara itu, sumber pembiyaaan terbesar berasal dari pemerintah kabupaten, yaitu Rp. 41,7 miliar atau 58,85 persen dari total pembiayaan bidang kesehatan di Kabupaten Ende. 30

CONTOH KASUS ANALISIS DISTRIBUSI ANGGARAN: BIDANG KESEHATAN Contoh Kasus Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende, Tahun 2009 PROGRAM TOTAL (RP) PERSEN Program Kesehatan Masyarakat 14,997,017,108 21.15% PR 1.1 KIA 1,789,936,829 2.52% PR 1.2 Gizi 529,165,600 0.75% PR 1.3 Immunisasi 250,209,538 0.35% PR 1.5 Malaria 7,147,062 0.01% PR 1.6 HIV/AIDS 107,281,285 0.15% PR 1.7 Penyakit Menular Lain 532,680,000 0.75% PR 1.9 KB 248,927,050 0.35% PR 1.10 Usaha Kesehatan Sekolah 38,465,000 0.05% PR 1.12 Kesehatan Lingkungan 10,649,674,005 15.02% PR 1.13 Promosi Kesehatan 769,817,416 1.09% PR 1.14 Penanggulangan Bencana 28,219,238 0.04% PR 1.15 Surveilans 42,994,085 0.06% PR 1.16 Program Kesehatan Masyarakat Lainnya 2,500,000 0.00% 31

PROGRAM TOTAL (RP) PERSEN Program Kesehatan Perorangan 25,069,669,749 35.35% PR 2.1 Pelayanan Rajal 927,859,101 1.31% PR 2.2 Pelayanan Ranap 2,159,795,759 3.05% PR 2.3 Pelayanan Rujukan 4,444,890,100 6.27% PR 2.4 Pengobatan Umum (tidak jelas masuk PR 2.1-2.3) 17,537,124,790 24.73% Program yang Menyangkut Capacity Building/Penunjang 30,855,527,371 43.51% PR 3.1 Administrasi & Manajemen 15,854,286,995 22.35% PR 3.3 Capacity Building 1,401,968,343 1.98% PR 3.4 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur 8,486,541,583 11.97% PR 3.5 Pengawasan (Monitoring dan Supervisi) 81,240,000 0.11% PR 3.6 Obat dan Perbekalan Kesehatan 5,014,666,210 7.07% PR 3.8 Program Capacity Building/Penunjang Lainnya 16,824,240 0.02% Grand Total 70,922,214,228 100.00% Sumber: Ascobat Gani, 2010 Distribusi anggaran program kesehatan masyarakat lebih kecil dibandingkan dengan anggaran program penunjang dan program kesehatan perorangan. Dari keseluruhan anggaran sektor kesehatan, hanya 21,15 persen yang digunakan untuk program kesehatan masyarakat. Anggaran program kesehatan masyarakat yang relatif lebih kecil berpotensi memperlambat pencapaian sasaran pembangunan dan sasaran pencapaian MDGs, khususnya pada bidang kesehatan. 32

CONTOH KASUS ANALISIS GAP: BIDANG PENDIDIKAN Contoh Kasus Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) Kota Surakarta 100,000 30,000 APBD 2 - BPMKS KOTA 530,000 400,000 APBD 1 - BOS- P APBN - BOS BOSP Pembiayaan Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010 Hasil perhitungan BOSP untuk SD/MI dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 530,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 400.000 per siswa. Sisanya sebesar Rp. 130,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 30.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 100,000 per siswa. 33

CONTOH KASUS ANALISIS GAP: BIDANG PENDIDIKAN Contoh Kasus Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta 24,000 50,000 APBD 2 - BPMKS KOTA 649,000 575,000 APBD 1 - BOS- P APBN - BOS BOSP Pembiayaan Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010 Hasil perhitungan BOSP untuk SMP/MTS dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 649,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 575.000 per siswa.sisanya sebesar Rp. 74,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 50.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 24,000 per siswa. 34

ANALISIS PERBANDINGAN PROPORSI BELANJA OPERASIONAL SEKOLAH Contoh Kasus Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah Gaji pendidik Rp 245.4 M (67%) Kota Surakarta Gaji bukan pendidik Rp 18.8 (5%) Operasional non-sekolah Rp 30.2 M(8%) Operasional sekolah Rp 18 (5%) Modal non sekolah Rp3.1 M (1%) Modal Sekolah- PBM Rp13.2 M (4%) Modal sekolah infrastruktur Rp39.6M (11%) Belanja oprasional gaji pendidik mengambil porsi terbesar dalam belanja sektor pendidikan, sehingga alokasi belanja modal sekolah dan belanja operasional non-gaji menjadi terbatas. Belanja modal sekolah untuk infrastruktur masih relatif kecil mengakibatkan terbatasnya upaya perbaikan infrastruktur sekolah. 35

ANALISIS SUMBER DAYA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Contoh Kasus Rasio Siswa/ Guru dan Rasio Rombel/Guru tingkat SD/MI Provinsi Sumatera Barat,Tahun 2009/2010 Rasio Jumlah Jumlah Jumlah Kabupaten Siswa / Siswa Rombel Guru Guru Rasio Rombel / Guru KEPULAUAN MENTAWAI 12.311 691 505 24,38 0,73 PESISIR SELATAN 61.593 2.007 3.820 16,12 1,90 SOLOK 50.754 2.275 3.739 13,57 1,64 SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG 53.406 1.306 1.872 28,53 1,43 TANAH DATAR 43.094 1.962 2.965 14,53 1,51 PADANG PARIAMAN 61.520 2.691 3.653 16,84 1,36 AGAM 50.657 2.658 3.904 12,98 1,47 LIMA PULUH KOTO 45.536 2.362 3.577 12,73 1,51 PASAMAN 38.921 1.636 2.271 17,14 1,39 SOLOK SELATAN 21.166 959 1.706 12,41 1,78 DHARMASRAYA 24.274 1.066 1.726 14,06 1,62 PASAMAN BARAT 53.423 2.033 3.742 14,28 1,84 KOTA PADANG 97.211 3.126 5.713 17,02 1,83 KOTA SOLOK 7.210 291 600 12,02 2,06 36

Kabupaten Jumlah Siswa Jumlah Rombel Jumlah Guru Rasio Siswa / Guru Rasio Rombel / Guru KOTA PADANG PANJANG 6.123 219 807 7,59 3,68 KOTA BUKITTINGGI 14.331 600 849 16,88 1,42 KOTA PAYAKUMBUH 14.932 529 904 16,52 1,71 KOTA PARIAMAN 11.037 440 471 23,43 1,07 SUMATERA BARAT 674.306 27.203 43.516 15,50 2,07 Rasio siswa/ guru di Provinsi Sumatera Barat rata-rata adalah 15 orang siswa/guru, lebih rendah dari Standar Nasional Pendidikan sebesar 28 orang siswa/guru maupun Standar Pelayanan Minimum Pendidikan sebesar 32 siswa/guru. Rendahnya rasio siswa/guru menunjukkan adanya kelebihan jumlah guru di Provinsi Sumatera Barat. Rata-rata rasio rombel/guru di Sumatera Barat adalah 2,07. Sementara itu, rasio ideal rombel/guru adalah 1. Tingginya rasio rombel/guru menunjukkan adanya kelebihan guru. 37

KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 38

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN NASIONAL DAN SASARANNYA No Program Sasaran 1 Program Keluarga Harapan (PKH) Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin 2 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Rumah Tangga Hampir Miskin, Miskin dan (Jamkesmas) Sangat Miskin 3 Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin 4 Program Beasiswa Pendidikan untuk Keluarga Miskin Siswa dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin a. Sekolah Dasar (SD/MI) Siswa SD dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin b. Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Siswa SMP/MTs dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin c. Sekolah menengah Atas (SMA/MA/SMK) Siswa SMA/MA/SMK dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin d. Pendidikan Tinggi (Diploma dan Sarjana) Mahasiswa dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin 39

No Program Sasaran 5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelompok Masyarakat Umum a. PNPM Mandiri Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan b. PNPM Mandiri Perkotaan Kelompok MasyarakatPerkotaan c. PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus Kelompok Masyarakat Pedalaman, Tertinggal dan Khusus (Bencana, Konflik dll) d. PNPM Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Kelompok Masyarakat Perdesaan d. PNPM Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah (PISEW) Kelompok Masyarakat Perdesaan f. PNPM Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP) Kelompok Masyarakat Pertanian Perdesaan g. PNPM Kelautan dan Perikanan (KP) Kelompok Masyarakat Pesisir dan Pelaut h. PNPM Pariwisata Kelompok Masyarakat Perdesaan Potensial i. PNPM Generasi Kelompok Masyarakat Perdesaan j. PNPM Green Kecamatan Development Program (G- KDP) Kelompok Masyarakat Perdesaan k. PNPM Neigbourhood Development (ND) Kelompok Masyarakat Perkotaan 6 Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 40

NAD SUMUT SUMBAR DKI Jakarta JABAR DIY JATIM BANTEN NTB NTT KALSEL SULUT GORONTALO Persentase Perbandingan Pencapaian Proses Verifikasi Program Keluarga Harapan (PKH) Menurut Provinsi 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 PRESENTASE BUMIL PRESENTASE BALITA PRESENTASE SD PRESENTASE SMP 41

Persentase Anak Berumur 10-17 Tahun Menurut Jenis Kegiatan, 2009 Mengurus Rumah Tangga 3% Lainnya 4% Bekerja 10% Pengangguran 3% Sekolah 80% 42

JUMLAH KREDIT YANG TELAH TERSERAP MENURUT PROVINSI PER DESEMBER 2010 43

TERIMA KASIH 44