BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak 1.384.155 kasus baru (38,9%) dengan angka mortalitas sebesar 458.503 (12,4%). Globocan 2008 mencatat kanker payudara berada pada posisi kelima penyebab kematian wanita akibat kanker tersering di dunia. Di Indonesia, insidensi kanker payudara menduduki peringkat pertama, dengan angka kejadian 39.831 orang atau 25,5% dari seluruh kasus kanker di Indonesia. Dengan angka mortalitas sebesar 20.052 atau 19,2%, kanker payudara merupakan kanker penyebab kematian wanita tersering di Indonesia (IARC, 2008). Berbagai upaya telah digalakkan untuk menurunkan tingkat kejadian dan kematian akibat kanker payudara, salah satunya dengan metode mamografi. Metode mamografi saat ini dikenal luas sebagai salah satu metode diagnosis dan deteksi dini kanker payudara. Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika pada tahun 2009 menunjukkan bahwa deteksi dini mamografi meningkatkan 1
2 keuntungan live-saving pada wanita seiring dengan peningkatan usia (Keen dan Keen, 2009). Wanita dengan densitas atau kepadatan payudara yang lebih tinggi pada mamografi, memiliki lebih banyak jaringan glandular dibandingkan dengan jaringan lemak, dan berisiko lebih besar untuk terkena kanker payudara. Densitas payudara yang tinggi dapat menunjukkan tingginya kecepatan proliferasi sel pada jaringan glandular payudara, yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara (American Cancer Society, 2010). Deteksi dini mamografi digunakan untuk mencari kelainan payudara pada wanita tanpa gejala atau pada wanita yang tidak memiliki masalah pada payudara (American Cancer Society, 2010). Mamografi dapat menunjukkan adanya mikrokalsifikasi yang berukuran kurang dari 100µm sehingga dapat mendeteksi kanker payudara sedini mungkin, bahkan sebelum terjadi berubahan signifikan pada penampakan luar payudara. Densitas payudara bukan merupakan satu-satunya faktor risiko kanker payudara, masih ada 3 faktor utama lain, yaitu faktor genetik, hormonal, serta kondisi pathologis sel payudara proliferatif jinak (Cuzick, 2003). Faktor hormonal, terutama hormon steroid diduga dapat meningkatkan faktor risiko kanker payudara. Hal
3 ini disebabkan oleh efek dari hormon steroid yang dapat meningkatkan proliferasi stroma dan epitelial payudara, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan densitas mamografi seseorang (Greendale et al, 2005). Studi yang dilakukan oleh Tamimi et al pada tahun 2007 membuktikan adanya hubungan secara independen antara kadar steroid (estradiol, estradiol bebas, testosteron, dan testosteron bebas) dengan densitas mamografi pada wanita postmenopause terhadap risiko kanker payudara (Tamimi et al, 2007). Terdapat tiga bentuk estrogen yang diketahui, estron (E1), estradiol (E2), dan estriol (E3). Estradiol dianggap sebagai estrogen utama karena memiliki tingkat aktivitas yang lebih tinggi dibanding estron dan estriol (E2:E1:E3 = 10:5:1). Pada jaringan payudara, estrogen akan menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi epitelium, menginduksi aktivitas mitotik sel, menstimulasi pertumbuhan jaringan ikat dan deposit lemak pada payudara. Densitas reseptor estrogen pada payudara akan sangat tinggi pada fase folikuler dan menurun setelah ovulasi. Level estrogen yang tinggi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kanker pada payudara seseorang (Guyton dan Hall, 2008).
4 Pada studi ini akan dilakukan pengamatan densitas mamografi dan kadar estradiol darah pada wanita sehat yang belum pernah terdiagnosis kelainan payudara ganas baik premenopause maupun postmenopause untuk mengamati hubungan diantara kedua faktor risiko tersebut serta hubungan dengan faktor risiko lain kanker payudara. 1.2 Perumusan Masalah Beberapa studi terdahulu mengindikasikan adanya peranan hormon steroid dalam peningkatan densitas mamografi pada wanita postmenopause serta menunjukkan bahwa baik kadar estradiol maupun densitas mamografi memilki hubungan independen dengan kejadian kanker payudara dan dapat dipengaruhi oleh faktor risiko lain, namun masih belum diketahui apakah terdapat hubungan langsung antara kadar estradiol dengan densitas mamografi serta hubungan kedua faktor tersebut dengan faktor risiko kanker payudara yang lain. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana korelasi antara densitas mamografi dan kadar estradiol dalam darah pada wanita sehat?
5 2. Bagaimana hubungan antara densitas mamografi serta kadar estradiol dengan faktor risiko lain kanker payudara? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Utama Mengetahui korelasi antara densitas mamografi dengan kadar estradiol dalam darah pada wanita sehat. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran kadar estradiol pada wanita sehat dan hubungannya dengan faktor risiko lain kanker payudara. 2. Mengetahui gambaran densitas mamografi pada wanita sehat dan hubungannya dengan faktor risiko lain kanker payudara. 3. Mengetahui perbedaan korelasi antara densitas mamografi dan kadar estradiol dalam darah pada wanita sehat sesuai status menopause. 1.5 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan judul penelitian ini :
Tabel 1. Penelitian terkait densitas mamografi dan kadar estradiol No Peneliti Tahun Topik Metodologi Hasil 1 N.A. Nejad, M. Guty, M. Faharani, S. Farzane, M. Shaldba, A.H. Jalal 2 G.A. Greendale, B.A. Reboussim, S. Slone, C. Wasilauskas, M.C. Pike, G. Ursin 2005 Perubahan densitas mamografi selama terapi estrogen dan estrogenprogestrone pada wanita postmenopause 2003 Pengaruh terapi hormonal terhadap densitas mamografi pada wanita postmenopause Penelitian deskriptif dilakukan dengan desain cohort terhadap wanita postmenopause sehat berusia 45-55 tahun di Rumah Sakit Imam Khomeini, Iran. Didapatkan 97 subyek pada tahun 2000-2001 yang kemudian diberi terapi estradiol (38) dan kombinasi estradiol-progestrone (59) selama 12 bulan. Densitas mamografi sebelum dan sesudah terapi dideskripsikan dan dibandingkan sesuai kategori BIRADS. Penelitian lanjutan dengan desain randomized controlled trial terhadap 571 dari 875 wanita postmenopause usia 45-64 tahun di 8 fasilitas kesehatan di Washington DC, Amerika Serikat yang telah mengikuti penelitian Postmenopausal Estrogen/Progestin Interventions Trial pada tahun 1989-1991. Subyek diacak dan dibagi kedalan kelompok plasebo (112), CEE (113), CEE+MPA-siklus (109), CEE+MPAkontinyu (121), dan CEE+MP (141). Densitas mamografi payudara kiri pada proyeksi craniocaudal diolah dengan metode kuantitatif secara terkomputerisasi. Peningkatan densitas mamografi signifikan dengan penggunaan terapi hormonal pada wanita postmenopause. Terdapat asosiasi antara kenaikan densitas dengan usia pertama kali melahirkan dan memulai terapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa densitas mamografi cenderung lebih tinggi pada wanita yang menggunakan terapi hormon kombinasi estrogenprogestron, mengindikasikan bahwa terdapat hubungan antara kenaikan densitas dan kadar hormon. 6
3 Endogenous Hormones and Breast Cancer Collaborative Group 4 L. Titus- Ernstoff, A.N.A. Tosteson, C. Kasales, J. Weiss, M. Goodrich, E.E. Hatch, P.A. Carney 2011 Hubungan hormon seks dan faktor risiko kanker payudara pada wanita postmenopause 2006 Hubungan densitas mamografi dan faktor risiko kanker payudara Penelitian potong-lintang terhadap 13 studi prospektif yang melibatkan 6291 wanita postmenopause. Data kadar hormon didapatkan dari sampel serum (9 penelitian) atau plasma (4 penelitian). Kadar estradiol diukur dengan metode radioimmunoassay (11), electrochemiluminescence immunoassay (1), dan immunoassay (1). Faktor risiko yang dinilai dalam penelitian ini meliputi usia, BMI, tipe dan usia menopause, serta riwayat penggunaan kontrasepsi oral. Penelitian potong-lintang dilakukan terhadap 144.018 wanita di New Hampshire, Amerika Serikat. Densitas mamografi dicatat sesuasi penilaian klinis terstandarisasi dengan klasifikasi BIRADS. Data faktor risiko kanker payudara dikumpulkan dari kuesioner yang meliputi usia, BMI, usia menarke, status paritas, dan usia pertama kali melahirkan. Kadar estradiol dipengaruhi oleh usia, BMI, usia menarche, usia menopause, serta penggunaan kontrasepsi oral. Densitas payudara memediasi risiko kanker payudara dan dipengaruhi oleh usia, BMI, usia menarke, serta usia pertama melahirkan. 7
8 Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa penelitian mengenai hubungan antara densitas mamografi dengan kadar estradiol belum pernah dilakukan sebelumnya pada wanita sehat, baik premenopause maupun postmenopause yang tidak menggunakan terapi hormonal, di wilayah Indonesia, terutama di Yogyakarta. 1.6 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian penelitian selanjutnya terkait pengembangan metode deteksi dini kanker payudara sehingga masyarakat memperoleh lebih banyak kesempatan untuk melakukan deteksi dini agar angka kejadian serta kematian akibat kanker payudara dapat diturunkan.