(PSLK) 2016, KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR BERDASARKAN TOTAL KOLIFORM DI KABUPATEN TRENGGALEK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikarenakan agar mudah mengambil air untuk keperluan sehari-hari. Seiring

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sumur kurang dari 0,8 meter dari permukaan tanah didapat hasil sebagai berikut :

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Es Batu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

UJI BAKTERIOLOGIS PADA AIR SUMUR WARGA DI KELURAHAN BATUANG TABA NAN XX KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI VIROLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

UJI MPN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR SUMUR BERDASARKAN PERBEDAAN KONSTRUKSI SUMUR DI WILAYAH NAGRAK KABUPATEN CIAMIS

UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air adalah syarat utama bagi terjaminnya kesehatan (Dwidjoseputro, 1978). kuantitas maupun kualitasnya (Entjang, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM

HASRIA ALANG Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA, STKIP-PI Jl. A.P. Pettarani No. 99 B Makassar

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB V PEMBAHASAN. olahan Teh Poci dilakukan pengulangan pengujian sebanyak 4 kali, dengan

BAB III METODE PENELITIAN

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

KANDUNGAN BAKTERI AIR SUNGAI MUSI SAAT PASANG DAN SURUT DI KOTA PALEMBANG. Dewi Novianti 1 dan Dama Agustria 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001). Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dan atom H dan O.

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan

GAMBARAN KONDISI FISIK SUMUR GALI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli) Pada Air Galon Reverse Osmosis (RO) dan Non Reverse Osmosis (Non RO)

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH DI DESA SOSIAL KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data diambil dari semua unit penelitian, berupa hasil penghitungan jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Coliform adalah bakteri gram negatif berbentuk batang bersifat anaerob

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri E. Coli, Air Minum Isi Ulang

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan

Uji Kualitas Air Sumur Dengan Menggunakan Metode MPN (Most Probable Numbers)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH JARAK TPA DENGAN SUMUR TERHADAP CEMARAN BAKTERI COLIFORM PADA AIR SUMUR DI SEKITAR TPA DEGAYU KOTA PEKALONGAN

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perhitungan bakteri coliform ikan bandeng (Chanos chanos) yaitu : Hasil Tabung Reaksi Setelah Uji Pendugaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

Repository.Unimus.ac.id

Nurfitri Handayani 1 ; Yugo Susanto 2 ; Amaliyah Wahyuni 3

BAB III METODE PENELITIAN

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Eksperimental Laboratorik.

*Fakulatas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Daerah Pesisir, Sumber Air Bersih, Total Koliform, Most Probable Number

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengolahan Sampel. pada setiap Kelurahan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan

Studi Kualitas Air Tanah Dangkal Terhadap Kandungan Bakteri Escherichia Coli

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 3(1),

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

BAB V PEMBAHASAN. tanah secara keselruhan pada dasarnya telah tercemar coliform non fecal.

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia BudiALIAN SAMPAH DAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Umum Lokasi Pengambilan Sampel. observasi di lokasi peternakan, pengambilan jumlah populasi yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB V PEMBAHASAN. A. Kualitas Mikrobiologi Air Tanah di Lokasi Peternakan Babi. 1. Kualitas air tanah secara keseluruhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan lingkungan, baik pada skala global, regional, maupun lokal,

EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian pada penelitian ini adalah Deskriptif Laboratorik.

Analisis Bakteriologis Kualitas Air Sumur di Kota Pekanbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiap tingkatan kehidupan atau untuk tiap bangsa dan negara (Salim, 1986).

UJI BAKTERI COLIFORM AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALITANJUNG, KEJAKSAN, SUNYARAGI DENGAN METODE MPN TAHUN 2016

Alat dan Bahan : Cara Kerja :

PENGARUH KONSTRUKSI SUMUR TERHADAP KANDUNGAN BAKTERI ESCHERCIA COLI PADA AIR SUMUR GALI DI DESA DOPALAK KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tuladenggi Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

KUALITAS MIKROBIOLOGIK AIR SUMUR GALI TANPA POMPA DI DESA MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK SMA KELAS X SKRIPSI

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013.

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

TPA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di

ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH PADA SISTEM AIR BERSIH DI DESA LANSA KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada di Kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan Kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

UJI KUALITAS AIR SUMUR GALI PADA TOPOGRAFI TANAH MIRING dan TANAH DATAR di LIHAT dari DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JUMLAH BAKTERI COLIFORM PADA AIR BAKU DAN AIR HASIL PENGOLAHAN PDAM DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh. Mega Endahlestari NIM

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas Mikrobiologis Air Minum Isi Ulang di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

I. PENDAHULUAN. sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari

INTISARI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR BERDASARKAN TOTAL KOLIFORM DI KABUPATEN TRENGGALEK Microbiological Quality of Well Water based Total Coliforms in village Trenggalek Regency Nur Fitri Rahmawati 1), Rr Eko Susetyorini, 2), Lud Waluyo, 3) Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Tlogomas 246 Malang Telf 464318; email : Nurfitrirahmawati92@gmail.com Abstrak Bakteri koliform yang keberadaannya merupakan salah satu indikator pencemaran kualitas air. Bakteri ini bisa menular melalui air yang sudah terkontaminasi. Air sumur merupakan salah satu sumber air minum yang sering kali menjadi perantara mikroorganisme patogen berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis kualitas mikrobiologi air sumur yang dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Trenggalek berdasarkan standar PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010. Analisis kualitas air dengan metode MPN (Most Probable Number). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dimana lokasi yang dipilih berdasarkan pada pertimbangan tertentu oleh peneliti itu sendiri. Populasi dalam penelitian ini adalah 3 sumur gali yang diambil pada Kabupaten Trenggalek di daerah dekat persawahan, dekat kandang ternak, dan dekat saptic tank. Sampel yang diambil sebanyak ± 100 ml/ sampel air dengan 2 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan pada sampel persawahan, kandang ternak dan saptic tank memperoleh nilai rata-rata MPN (Most Probable Number) secara berturut-turut sedangkan (30,1), (>2400), dan (>2400), untuk total bakteri koliform. Berdasarkan data pada sampel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua air sumur gali tanpa pompa tersebut tidak layak konsumsi berdasarkan PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010. Kata kunci : Total koliform, air sumur, MPN Abstract Coliform bacteria which its indicator of water quality pollution. These bacteria can be transmitted through contaminated water. The well water is one source of drinking water is often the intermediary harmful pathogenic microorganisms. This study aims to analyze microbiological quality of well water consumed by the people in Trenggalek popularity PERMENKES standard RI / 492 / Menkes / Per / IV in 2010. Analysis of water quality by the method of MPN (Most Probable Number. This type of research used in this research is descriptive qualitative. The sampling technique used purposive sampling, where the locations are chosen based on certain considerations by the researchers themselves. The population in this study was 3 wells taken in Trenggalek in areas near rice fields, near the livestock barns, and close saptic tank. Samples taken as much as ± 100 ml / sample water with 2 replications. The results showed the samples of rice fields, cattle sheds and tank saptic obtain the value of the average MPN (Most Probable Number) respectively whereas (30.1), (> 2400), and (> 2400), for total coliform bacteria. Based on a sample of data, we can conclude that all water wells without the pump is not suitable for consumption by PERMENKES RI / 492 / Menkes / Per / IV in 2010. Key words: Total coliforms, water wells, MPN 948

PENDAHULUAN Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia karena dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari, namun Air yang digunakan penduduk tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan. Banyak faktor-faktor penyebab pencemaran diantaranya lokasi sumber air dan model kontruksi yang tidak sesuai standar dan seringkali menjadi perantara berbagai penyakit yang membahayakan kelangsungan hidup manusia. Begitu juga dengan keadaan air sumur di Wilayah Kabupaten Trenggalek, sumber air yang ada pada daerah tersebut sering kali keruh dan bau. Dari kenyataan yang ada air sumur tersebut berdekatan dengan sumber pencemar sehingga diduga tercemar bakteri koliform berbahaya. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sirait (2010), pencemaran air yang mengakibatkan masalah kesehatan manusia melalui perantara air sumur dipengharuhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi geografis, arah aliran air tanah maupun kontruksi bangunan fisik sumur. Bambang (2014), mengungkapkan syarat air minum harus aman, artinya bebas dari mikroba patogen dan zat yang berbahaya, terutama oleh kontaminasi mikroba yang berbahaya seperti bakteri koliform. Bakteri koliform adalah salah satu bakteri yang keberadaannya merupakan indikator keberadaan bakteri patogenik yang lazim digunakan, dimana keberadaan bakteri ini menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi patogen atau tidak. Letak sumber pencemar juga mempengaruhi kualitas air yang dikonsumsi, contoh sumber pencemar adalah jamban, air kotor atau comberan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak dan saluran peresapan. Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis kualitas mikrobiologi air sumur di Kabupaten Trenggalek berdasarkan standar PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang kelayakan air sumur di lingkungannya dan memberikan informasi sanitasi kontruksi yang harus diperhatikan karena sanitasi yang buruk akan berdampak negatif bagi lingkungan kesehatan sehingga dapat mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat sehingga dapat mengenali dan memahami kondisi sarana air bersihnya dalam upaya melindungi dan memanfaatkan air bersih. Kualitas mikrobiologi adalah tingkat standar keberadaan jumlah suatu organisme hidup yang berukuran mikroskopis yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti mikroorganisme, mikroba dan protista. Biasanya mikrorganisme tertentu dapat dijadikan indikator kualitas air yang kehadirannya merupakan bukti bahwa air tersebut tercemar, seperti bakteri koliform dan bakteri tinja. Bakteri koliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai salah satu indikator kualitas air adanya cemaran mikroba, biasanya bisa melalui kotoran yang kondisinya tidak baik terhadap kualitas air, makanan, maupun minuman. koliform sebagai suatu kelompok bakteri dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam yang ditandai dengan terbentuknya gas pada tabung yang telah diinkubasi pada media yang sesuai (Waluyo, 2012). Bakteri koliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri koliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara 949

langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis koliform. Bambang (2014), salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air yang telah terkontaminasi kotoran manusia atau hewan adalah Shigella sp, dan Escherichia coli yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Konsentrasi berlebihan dari mikroorganisme biasanya merupakan akibat dari kontaminasi. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius Sumur gali tanpa pompa merupakan bangunan penyadap air atau pengumpul air tanah dengan cara menggali. Kedalaman sumur bervariasi antara 5m 20 m dari permukaan tanah tergantung pada kedudukan muka air tanah setempat dan juga morfologi daerah. Air tanah dari sumur gali dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Keadaan model konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat menjadi sumber kontaminasi dan bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, misalnya sumur dengan konstruksi atau model terbuka dan pengambilan air dengan timba. Pada segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik jika airnya langsung dikonsumsi, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang disebut sebagai air minum adalah air yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan yang meliputi syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi, radioaktif dan dapat diminum apabila telah dimasak (Waluyo, 2009). METEDOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Sampling atau teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Data hasil pemeriksaan kualitas air di Labolatorium diolah secara manual disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Hasilnya dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air bersih. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan table Most Probable Number (MPN). Cara Kerja : Tahap Pengenceran Air meliputi: (a) mengambil sampel sebanyak 1 ml dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-1, (b) mengambil sampel sebanyak 1ml dari pengenceran 10-1 dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-2. (c) mengambil sampel sebanyak 1ml dari pengenceran 10-2 dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-3 (Utami, 2012). Prosedur Tes Pendugaan (presumtive test) meliputi: (a) menyiapkan 9 tabung reaksi berisi Kaldu Laktose, member kode A 1, A 2, A 3, B 1, B 2, B 3, C 1, C 2, dan C 3.Memasukkan 1 ml sampel denan pengenceran 10-1 ke dalam tabung A 1, A 2, A 3,. Memasukkan 1 ml sampel 950

denan pengenceran 10-2 ke dalam tabung B 1, B 2, B 3. Memasukkan 1 ml sampel dengan pengenceran 10-3 ke dalam tabung C 1, C 2, dan C 3. (b) menginkubasikan semua tabung reaksi pada suhu 37 0 C selama 1 X 24 jam. Jika timbul gas dalam tabung Durham pada bagian dasar, melakukan Tes Penegasan. Jika tidak ada gas, menunggu sampai 1X 24 jam berikutnya. Jika tetap tidak ada gas, maka sampel air minum isi ulang tersebut tidak perlu diperiksa lebih lanjut. Tes Penegasan (comfirmed test ) meliputi: (a) melakukan inokulasi air minum isi ulang yang menghasilkan gas pada Tes Pendugaan. Perlakuan seperti Tes Pendugaan, tetapi medium yang digunakan ialah BGLB ( Brilliant Green Lactose Bile Broth ) sebanyak 9 tabung reaksi, masing-masing diberikan 3 ml. (b) memasukkan semua tabung reaksi ini dalam inkunbator pada suhu 44 0 C selama 1 X 24 jam. Jika terdapat pada bagian dasar tabung Durham, berarti dalam sampel air minum isi ulang terdapat bakteri koliform fekal. Test Kesempurnaan (complete test) meliputi: (a) menginokulasikan 0,1 ml sampel air isi ulang pada masing masing masing tingkat pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 pada medium Mac Conkey Agar ( MCA ), kemudian menginkubasikan pada suhu 44 0 C selama 1 X 24 jam atau 2 X 24 jam, kemudian mengamati koloni bakteri yang tumbuh pada permukaan medium. Koloni yang berwarna merah merupakan koloni bakteri yang memfermentasikan lactose, sedang koloni yang tidak berwarna merah merupakan koloni bakteri yang tidak memfermentasikan lactose. Menghitung jumlah koloni kedua kelompok bakteri ini, berdasarkan tingkat pengenceran, lalu menghitung reratanya. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek, dapat diketahui melalui nilai rata-rata MPN (Most Probable Number) dan hasil penghitungan pada media MAC (Mac Conkey agar) yang mendapatkan hasil bahwa air sumur pada sampel yang ada di kabupaten Trenggalek dikatakan tercemar karena nilai total koliform melebihi ambang batas yang sudah ditentukan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa total koliform dalam air harus 0. 951

Tabel 1.Hasil olah Data Tes Pendugaan dan Tes Penegasan Bakteri Koliform berdasarkan Standar PermenkesNo.492/Menkes/Per/1V/2010. N Tempat Ulang- Kombinasi Nilai MPN Standar o. Pengam bilan sampel dekat an ke Tabung Positif Koliform Tabel Permenkes No.492/Menkes/Pe r/1v/2010 dengan sumber pencema r NF F NF F NF F NF F 1. Persawa han 2. Kandan g Ternak 1 1 1-0-0 1-0-1 0,36 0,072 0 0 2 2 0-0-0 2-3-3 <0,03 0,53 0 0 1 1 3-2-0 3-3-3 0,93 >24.00 0 0 2 2 3-3-1 1-3-1 0,46 0,20 0 0 1 1 3-3-3 3-3-3 >24,00 >24,00 0 0 2 2 3-3-3 3-3-3 >24,00 >24,00 0 0 3. Saptic tank Sumber: Data diolah Keterangan : MPN (Most Probable Number) MPN (NF) MPN (F) = Tes Pendugaan = Tes Penegasan Tabel diatas pada tahap uji pendugaan dan kepastian menunjukkan bahwa sampel air yang diamati mengandung bakteri yang mampu memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas, namun tidak semua bakteri yang dapat mampu memfermentasikan laktosa dan menghasilkana gas termasuk dalam kelompok bakteri koliform. Misalnya, bakteri Clostridium perferingens yang tidak termasuk dalam kelompok koliform tapi mampu menghasilkan gas apabila ditumbuhkan pada media LB (Dwijoseputro, 1998). Bakteri koliform total merupakan golongan bakteri yang merupakan campuran antara bakteri fekal, misalnya Escherichia coli dan bakteri non fekal misalnya Enterobacter aerogenes. Bakteri koliform termasuk dalam bakteri yang membahayakan kesehatan karena bakteri koliform bersifat toksigenik. Bakteri koliform digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran tinja dan kondisi yang tidak baik pada air dan makanan. Apabila terdapat bakteri koliform dalam makanan atau minuman, maka terdapat mikroba yang bersifat membahayakan bagi kesehatan. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri koliform pada makanan atau minuman, maka akan semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan pada makanan atau minuman tersebut sehingga, air yang digunakan untuk keperliuan sehari-hari berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit infeksius (Sirait, 2010). Kualitas air minum dapat dilihat juga dari banyak tidaknya bakteri patogen yang terkandung, karena umumnya bakteri patogen ini jika terkonsumsi maka akan menyebabkan masalah bagi kesehatan manusia seperti diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Menurut Efendi (2003), situasi dan kondisi kualitas air bersih yang 952

tidak memenuhi persyaratan akan sangat berbahaya bagi makluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Daerah sampel air dekat kandang ternak memiliki nilai rata-rata jumlah koliform total tertinggi. Hal tersebut terlihat dari keadaan sumur yang digunakan untuk mandi,minum dan mencuci. Lokasi dekat dengan kandang ternak dengan jarak ± 5 meter dari sumber pencemar dan sumur dipakai untuk umum. Kontruksi sumur yang memiliki lantai tidak kedap air dan tidak memiliki tutup sumur dengan standar dan kondisi sanitasi lingkungan sangat rendah maka, tidak heran jika banyak tercemar oleh bakteri, sehingga dengan melihat hasil penelitian dan sumber pencemarnya dapat dipastikan ada hubungan antara jarak dan kontruksi pencemar dari saluran pencernaan hewan maupun manusia sehingga keberadaanya menandakan bahwa air tersebut telah terkontaminasi feses yang mengandung patogen usus. Daerah yang berdekatan dengan saptic tank memiliki jumlah nilai bakteri koliform terbesar setelah air sumur dibawah kandang ternak. Jarak antara sumber pencemar dan sumber air 7 meter dan kondisi di sekitar sumber air tersebut memiliki lingkungan yang sedikit padat penduduk dan adanya saluran air yang tersumbat karena sampah, fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) yang tidak berfungsi secara optimal baik karena usang, salah konstruksi, tidak terawat. Adanya bakteri golongan Escherichia coli pada Dusun Karang tuo ini kemungkinan banyak disebabkan jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia (septic tank) yang letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Rahayu (2013), mengatakan kondisi perumahan dan lingkungan yang padat dengan kondisi septic tank yang tidak baik menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran air. Daerah terendah jumlah bakteri koliformnya adalah daerah dekat persawahan. Daerah ini memang memiliki kontruksi sumur yang memenuhi standar fisik yang bagus, lokasi ini memiliki lantai yang kedap air, tinggi bibir sumur kurang lebih 80 cm dari permukaan dan memiliki jenis tanah yang berbeda dari lokasi daerah yang lain. Jarak dengan sumber pencemar adalah lebih kurang dari 10,5 meter, dengan jenis tanah liat yang berbeda ini memiliki daya dukung air dan daya resap yang berbeda pula, karena jenis tanah ini dapat memfiltrasi atau menyaring limbah yang ada di sekitar sumber air sumur tersebut, meskipun bukan berarti dapat dipastikan terbebas dari kontaminasi bakteri, karena pada uji total koliform didapatkan nilai <2400/100ml air. Menurut Dwidjoseputro (1986), air tanah mengandung zat anorganik maupun zatzat organik yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Parameter mikrobiologi total koliform dapat dikatakan layak dikonsumsi apabila jumlah bakteri Escherichia coli dan total koliform adalah (0) dan memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/ Menkes/ Per/IV/2010. Faktor geologis, geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas TPA, saluran air lindi dan sumur itu sendiri dapat mempengaruhi kualitas air sumur. Sumber air apabila berdekatan dengan sumber pencemaran tinggi dan tidak memiliki sistem pengendalian pencemaran air maka, bakteri akan merembes dan berpindah secara horizontal dan vertikal ke bawah bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap. Jarak perpindahan bakteri akan sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor diantaranya porositas tanah (Bambang, 2014). 953

Model kontruksi dan cara pengambilan air sumur juga dapat menjadi sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan kontruksi atau model terbuka dan meletakkan timba di lantai sumur. Dilihat dari segi kesehatan sebenarnya sumur gali ini kurang baik jika langsung dikonsumsi karena masih mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Menurut Dwidjoseputro (1986), air tanah mengandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organik yang merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme, namun untuk mencegah hal tersebut sebaiknya air sumur dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Menurut Bambang (2014), Faktor geologis,geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas TPA, saluran air lindi dan sumur itu sendiri dapat mempengaruhi kualitas air sumur, sedangkan menurut Riza (2012), ada hubungan antara jarak sumur gali dari sumber pencemar. PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada olah data diatas didapatkan kualitas air secara mikrobiologik air sumur didapatkan nilai yang melebihi standar PERMENKES RI/492/MENKES/ Per/IV tahun 2010. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologik air sumur di Kabupaten Trenggalek rata-rata kualitasnya tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan tidak layak konsumsi. 2. Kontruksi dan jarak dari sumber pencemar pada sumber air sangat mempengaruhi banyak atau tidaknya total bakteri koliform yang ada pada air sumur. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap kualitas air sumur gali tanpa pompa dengan jenis parameter yang berbeda dan tempat dekat pencemaran yang berbeda. 2. Masyarakat dan pemerintah seharusnya ikut serta dalam menanggulangi penyakit yang dapat ditularkan melalui air melalui pola hidup sehat dan meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Bambang, adrian. G. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Escherichia coli pada Air isi Ulang dari depot di Kota Manado.Jurnal llmiah Farmasi no.3 vol 3Agustus 2014. ISSN Hal 325-334 Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta. Dwidjoseputro. D, 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta. Dwidjoseputro. D, 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta Efendi, 2003. Peranan air Bagi kehidupan. Penerbit Gramedia, jakarta. Sirait, R. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri pada Air Sumur Gali di Area Penambangan Emas Tanpa Izin di Desa Selogiri Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.Tesis, UNDIP, Semarang (Skripsi). 954

Rahayu, C. S., Setiadi, O., & Nurjazuli. (2013). Faktor Risiko Pencemaran Mikrobiologi pada AIr Minum Isi Ulang di Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 12 No. 1 Riza, Rafikhul. 2012. Hubungan Antara Kondisi Fisik Sumur Gali Dengan Keadaan Nitrit Air Sumur Gali Di Sekitar Sungai Tempat Pembuangan Limbah Cair Batik. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Semarang (Skripsi). Utami, Sri Hastuti. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. UMM Press, Malang. Waluyo, L., 2012. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang Waluyo, L., 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press, Malang 955