INTISARI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI

Transkripsi

1 INTISARI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA JAMU GENDONG JENIS BERAS KENCUR DAN SIRIH DENGAN METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN) DAN EOSYN METHYLEN BLUE (EMB) AGAR DI KECAMATAN BANJARMASIN BARAT Jamu gendong adalah jamu tradisional yang terkenal di Indonesia, salah satunya di Kota Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak ada bakteri Escherichia coli dan untuk mengetahui memenuhi syarat atau tidak sesuai SNI No Tahun 2009 dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) dan uji tambahan menggunakan Eosin Methylen Blue Agar. Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, salah satunya diare. Sampel dalam penelitian ini adalah jamu gendong jenis beras kencur dan sirih yang berada di Kecamatan Banjarmasin Barat karena berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun menunjukkan bahwa penyakit diare terbanyak berada di Puskesmas Kuin Raya yang terletak di Kelurahan Kuin Selatan, Kuin Cerucuk, dan Belitung Utara yang merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Banjarmasin Barat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel berupa aksidental. Analisis kualitatif dan kuantitatif bakteri Escherichia coli pada jamu gendong jenis beras kencur dan sirih dilakukan dengan menggunakan uji dugaan (Presumptive Test) dan uji penegasan (Confirmed Test) dengan media Lauryl Tryptose Broth (LTB) dan media Escherichia coli Broth (EC Broth), serta media Eosin Methylen Blue (EMB) Agar sebagai uji pelengkap dan penguat. Hasil dibandingkan dengan alat ukur berupa tabel Most Probable Number (MPN) dan SNI No.7388 Tahun 2009 dengan menggunakan 3 seri tabung. Penelitian sampel dilakukan di laboratorium Balai Veteriner Banjarbaru. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 16 sampel jamu gendong dengan 8 sampel beras kencur dan 8 sampel jamu sirih yang berada di Kecamatan Banjarmasin Barat, sebanyak 75 % (6 sampel beras kencur) positif mengandung bakteri Escherichia coli dan 25 % (2 sampel) beras kencur negatif mengandung bakteri Escherichia coli, serta sebanyak 50% (4 sampel) sampel jamu gendong jenis sirih positif, dan 50% (4 sampel) negatif. Berdasarkan persyaratan jamu gendong sesuai SNI No.7388 Tahun 2009 yang memenuhi persyaratan hanya jamu beras kencur dari Kelurahan Telawang. KATA KUNCI: Analisis Kualitatif, Analisis Kuantitatif, Bakteri Escherichia Coli, Jamu Gendong Jenis Beras Kencur Dan Sirih AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN, 1

2 ABSTRACT QUALITATIVE AND QUANTITATIVE ANALYSIS OF ESCHERICHIA COLI BACTERIA ON KIND OF JAMU GENDONG SUCH AS BERAS KENCUR AND SIRIH WITH MOST PROBABLE NUMBER (MPN) METHOD AND EOSIN METHYLEN BLUE (EMB) AGAR IN REGION BANJARMASIN BARAT Jamu gendong is a very popular in Indonesia, especially in Banjarmasin. This research is aimed to find out the content of Escherichia coli and to know if it is safe or not based on SNI No Tahun 2009 Most Probable Number (MPN) method and addition test with Eosin Methylen Blue Agar. Many diseases caused of Escherichia coli bacteria, such as diarrhea. This research is used beras kencur and sirih in region Banjarmasin Barat as the sample. Based on the data from Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin many people who have diarrhea in Puskesmas Kuin Raya are the most. Puskesmas Kuin Raya is at Kelurahan Kuin Selatan, Kuin Cerucuk, and Belitung Utara, and there are in region Banjarmasin Barat. This research used descriptive analysis to analyze the data. The technique of sampling used in this research is accidental technique. Qualitative and quantitative analysis of Escherichia coli bacteria is used presumptive test and confirmed test with Lauryl Tryptose Broth (LTB) and Escherichia coli Broth (EC Broth) as media, and Eosin Methylen Blue (EMB) Agar as compliment and strong test. The result is considerate with Most Probable Number (MPN) table as measurement tools and SNI No.7388 Tahun 2009 with three tubes. This research is held in Balai Veteriner Banjarbaru laboratories. Based on the finding of this research, from 16 samples of jamu gendong with 8 samples of beras kencur and 8 samples of sirih in region Banjarmasin Barat there are 75 % or 6 samples of beras kencur contain (positive) of Escherichia coli bacteria and 25 % or 2 samples not contain (negative) of Echerichia coli bacteria. And then, there are 50 % or 4 samples of sirih containing (positive) of Escherichia coli and the others are negative. In conclusion, only jamu beras kencur in Kelurahan Telawang are approprite with the regulations of SNI No Tahun KEY WORD: Qualitative Analysis, Quantitative Analysis, Escherichia Coli Bacteria, Jamu Gendong; Beras Kencur And Sirih AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN, 2

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini terdapat kecendrungan masyarakat dalam mencari alternatif pengobatan yang berdasar pada back to nature (kembali ke alam). Hal ini dikarenakan efek samping pengobatan yang memanfaatkan bahan-bahan alam relatif lebih kecil. Salah satu obat tradisional yang terkenal di Indonesia adalah jamu gendong. Jamu gendong termasuk sediaan obat tradisional berupa cairan. Masyarakat memanfaatkan jamu gendong untuk menjaga kesehatan, mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan setelah sakit. Ketersediaan bahan baku dengan harga yang relatif murah dan proses pembuatan jamu gendong yang cukup mudah, mendorong berkembangnya industri kecil jamu gendong. Hal ini dapat dilihat dari terus bertambahnya penjual jamu gendong dari tahun ke tahun (Suharmiati dan Handayani, 2006). Bahan baku jamu gendong yang terdiri dari air dan simplisia atau rimpang, merupakan media yang relatif mudah membawa penyakit tular air (water-related diseases) yaitu gastroenteritis (Sayuti dkk, 2005). Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sanitasi air merupakan salah satu sebab terjadinya penyakit tersebut. Penggunaan pupuk kandang pada budi daya empon-empon dan penanganan yang kurang baik menyebabkan kotoran hewan tetap menempel pada rimpangnya. Contoh bakteri patogen yang berasal dari tinja atau kotoran hewan adalah Escherichia coli yang dapat menimbulkan diare. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia Nomor 7388 Tahun 2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan, jamu gendong termasuk ke dalam kategori pangan sari buah dan sari sayuran untuk jenis cemaran Escherichia coli mempunyai batas maksimum Angka Paling Mungkin (APM) < 3/100 ml. 3

4 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ratih Meliana (2014) menunjukan bahwa total 15 sampel jamu gendong dengan 3 macam jenis yaitu kencur, kunyit dan sirih yang diperiksa dari 5 pasar di Banjarmasin. Hasil yang didapat pada keseluruhan sampel yang diuji didapatkan hasil yang positif menandakan adanya bakteri Coliform dan diduga adanya bakteri Escherichia coli serta tidak memenuhi syarat Departemen Kesehatan RI untuk dikonsumsi. Ini berarti bahwa jamu gendong jenis kencur, kunyit dan sirih tersebut dapat juga menjadi sumber penularan penyakit terutama penyakit diare dan gastroenteristis. Semakin banyak jumlah bakteri yang terkandung dalam jamu gendong semakin berbahaya, hal ini dikarenakan bakteri memiliki kemampuan untuk menggandakan diri secara eksponensial, dimana tiap sel membelah diri menjadi dua sel. Selang waktu yang dibutuhkan sel untuk membelah diri disebut waktu generasi. Bakteri Escherichia coli memiliki waktu generasi menit. Hal ini berarti bahwa bakteri Escherichia coli dalam waktu menit mampu menggandakan selnya menjadi dua kali lipat, sehingga dalam waktu 10 jam satu sel bakteri Escherichia coli bisa berkembang menjadi lebih dari satu triliun sel. Menurut Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin (2014) penyakit diare di Kalimantan Selatan masih termasuk dalam salah satu golongan penyakit terbesar yang angka kejadiannya relatif cukup tinggi. Di Kalimantan Selatan masih banyak ditemui kasus diare. Sebagai perbandingan kasus diare pada tahun 2008 sebanyak kasus, 2009 sebanyak kasus, tahun 2010 sebanyak kasus, serta tahun 2011 sebanyak kasus. Berdasarkan data dari dinas kesehatan pada tahun 2014, bahwa penyakit diare terbanyak berada di Puskesmas Kuin Raya yang terletak di Kelurahan Kuin Selatan, Cerucuk dan Belitung Utara, Kecamatan Banjarmasin Barat dengan jumlah penderita diare 1956 orang. Sehingga peneliti ingin melakukan penelitian di Kecamatan Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin. 4

5 Menurut data dari Puskesmas Kuin Raya, penyebab tertinggi terjadinya diare adalah pola makan masyarakat. Jamu gendong adalah salah satu minuman kesehatan yang sangat diminati masyarakat baik dewasa maupun anak-anak untuk menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit (Suharmiati dan Handayani, 2006). Namun, apabila dalam pengolahan ataupun saat menjajakan tidak memperhatikan higienitas bahan dan alat serta air yang digunakan, maka akan menimbulkan penyakit seperti diare yang disebabkan oleh bakteri golongan Coliform Fecal (Zulaikha, 2005). Berdasarkan observasi di lapangan, jumlah pedagang jamu yang berjualan di Kecamatan Banjarmasin Barat sekitar ± 6 orang. Menurut pedagang jamu gendong bernama Ibu Tinah yang berjualan di Pasar Kalindo, Banjarmasin (komunikasi pribadi, 7 Agustus, 2015) jamu gendong yang paling dicari oleh konsumen ialah beras kencur. Menurut Ibu Sri (komunikasi pribadi, 10 Agustus, 2015) pedagang jamu gendong keliling di daerah Kuin Cerucuk, jamu gendong yang sering dicari ialah sirih dan beras kencur. Begitu juga dengan penuturan Ibu Muliani dan 2 orang lainnya (komunikasi pribadi, 10 Agustus, 2015) jamu yang paling laris adalah beras kencur dan sirih. Dari observasi pendahuluan tersebut, peneliti akan mengambil 2 macam jenis jamu gendong saja untuk tiap pedagang jamu gendong yaitu jenis beras kencur dan sirih. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui apakah pada jamu gendong jenis beras kencur dan sirih yang berada di Kecamatan Banjarmasin Barat mengandung bakteri Escherichia coli dan apakah memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan SNI Nomor 7388 Tahun 2009 tentang pencemaran mikroba pada pangan. 5