PENANGANAN GIZI DALAM SITUASI DARURAT

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

KUESIONER PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

PEDOMAN PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK DALAM SITUASI DARURAT. Bagi Petugas Lapangan

MAKANAN SIAP SANTAP DALAM KEADAAN DARURAT

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

Bab 1.Pengenalan MP ASI

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

DBMP DBMP Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya. Yetti Wira_Gizi_2014_Poltekkes Palangka Raya

LAMPIRAN 1 FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

LAMPIRAN KUESIONER ANALISIS PENGELUARAN DAN POLA KONSUMSI PANGAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA PENERIMA BEASISWA ETOS JAWA BARAT

: saya ingin mendapatkan data antropometri BB dan TB ibu.

ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

Program Studi S1 Ilmu Gizi Reguler Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul (UEU) Jl. Arjuna Utara No.9 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

KUESIONER PENELITIAN

BAHAN UNTUK MEMPEROLEH TANDA KECAKAPAN KHUSUS KECAKAPAN KHUSUS SAKA BAKTI HUSADA. (gambar) Krida Bina Gizi KEMENTERIAN KESEHATAN RI

FORMAT PERSETUJUAN RESPONDEN

Lampiran 1. Siklus Menu 10 Hari Instalasi Gizi RSUD Kabanjahe

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian FIK

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

613.2 Ind P PANDUAN. PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN BAGI BALITA GIZI KURANG (Bantuan Operasional Kesehatan)

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian Puskesmas Putri Ayu Kecamatan Telanaipura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

Memperkenalkan Makanan pada Bayi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LembarObservasi Penelitian Pola Makan. Yang berhubungan dengan kadar gula darah pada Lansia

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DAN STATUS GIZI ANAK USIA 6 23 BULAN DI POSYANDU DURI KEPA JAKARTA BARAT TAHUN 2016

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

LAMPIRAN 1 KUESIONER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

Penyusunan Menu Bayi & Balita. Catur Saptaning W, S.Gz, MPH

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

(final draft) PEDOMAN PENANGGULANGAN MASALAH GIZI DALAM KEADAAN DARURAT

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

MAKALAH MANAGEMEN GIZI INSTITUSI SIKLUS MENU SEHAT 10 HARI CITA RASA ANAK REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BGM di Provinsi Lampung

SUSTAINABLE DIET FOR FUTURE

[DataSet1] C:\Users\user\Desktop\Panti Asuhan\DATA PANTI ASUHAN.sav Statistics. Jenis Kelamin. Frequency Percent Valid Percent

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

Transkripsi:

63.2 Ind p KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDINESIA PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGANAN GIZI DALAM SITUASI DARURAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT 200

KATA PENGANTAR Secara geografis Indonesia berada pada daerah yang rawan bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, angin topan, dan badai, serta bencana akibat gunung meletus, karena memiliki banyak sekali gunung berapi. Dampak bencana menyebabkan penduduk harus mengungsi, meninggalkan tempat tinggalnya dan hidup di pengungsian dengan segala keterbatasan. Keterbatasan karena tidak memadainya ketersediaan tempat tinggal sementara, makanan, sarana air bersih, dan obat-obatan, sehingga mengakibatkan kedaruratan dalam masalah kesehatan dan gizi. Direktorat Bina Gizi Masyarakat telah menerbitkan buku Pedoman Penanganan Gizi Dalam Situasi Darurat sejak tahun 2002. Sejalan dengan perkembangan situasi dan kejadian bencana beberapa tahun terakhir, dipandang perlu untuk dilakukan perubahan. Berdasarkan kesepakatan perwakilan lintas program, lintas sektor, dan organisasi pemberi bantuan, perubahan isi buku meliputi lamanya fase penyelamatan, serta bab tentang penyelenggaraan makanan untuk anak usia 0-24 bulan secara terpisah. Selain itu, pada buku pedoman ini juga ditambahkan contoh menu menurut golongan umur yang disesuaikan dengan bahan yang lazim tersedia pada saat bencana. Perubahan lain adalah dalam hal pengorganisasian, telah diuraikan peran masingmasing sektor dan instansi terkait dalam penanganan bencana. Buku pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelola program gizi dan petugas terkait lainnya, untuk melaksanakan secara terintegrasi penanganan gizi dalam situasi darurat. Kritik dan saran untuk perbaikan buku ini sangat kami hargai. Jakarta, November 200 Direktur Bina Gizi Masyarakat DR. Minarto, MPS i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i iii v vii BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 D. Dasar Hukum... 3 E. Definisi Operasional... 5 PENANGANAN GIZI A. Tahap Penyelamatan... 7 B. Tahap Tanggap Darurat... 2 BAB III PENANGANAN GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN A. Prinsip PMBA Pada Situasi Darurat... 7 B. Pelaksanaan PMBA Pada Situasi Darurat... 8 C. Penanganan Bantuan dan Persediaan Susu Formula/PASI... 2 D. Kriteria Bayi dan Baduta Yang Mendapat Susu Formula/PASI... 22 E. Cara Penyiapan dan Pemberian Susu Formula... 22 BAB IV PEMANTAUAN STATUS GIZI 25 BAB V PENGORGANISASIAN 27 BAB VI PENUTUP 3 Lampiran iii

DAFTAR TABEL Tabel : Fungsi dan Peran Lintas Sektor Dalam Penanganan Gizi Pada Situasi Darurat Di Dapur Umum... 28 Tabel 2 : Fungsi dan Peran Lintas Sektor Dalam Penanganan Gizi Pada Situasi Darurat Di Pengungsian Tabel 3 : Fungsi dan Peran Lintas Program Dalam Penanganan Gizi Pada Situasi Darurat... 29... 30 v

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : Proses Penanganan Gizi dalam Situasi Darurat... 33 Lampiran 2 : Contoh Ransum Tahap Penyelamatan Dan Cara Perhitungan Kebutuhan Bahan Makan Untuk Pengungsi Lampiran 3 : Menu 0 Hari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Darurat Untuk Bayi dan Anak Usia 6 bulan - 5 tahun Lampiran 4 : Menu 0 Hari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Darurat Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Lampiran 5 : Rekomendasi tentang Pemberian Makanan Bayi Pada Situasi Darurat. Pernyataan Bersama UNICEF WHO IDAI. Jakarta - Indonesia & Januari 2005 Lampiran 6 : Angka Kecukupan Gizi Tahun 2005 Lampiran 7 : Formulir Klarifikasi Informasi Gizi Darurat... 34... 39... 53... 56... 60... 6 Lampiran 8 : Formulir Registrasi Keluarga dan Ibu Hamil... 67 vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi secara geografis wilayah Indonesia memang rawan terjadinya bencana alam seperti gempa tektonik, tsunami, banjir, dan angin puting beliung serta badai laut. Akibat ulah manusia yang tidak mengelola alam dengan baik juga dapat mengakibatkan timbulnya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang, kebakaran hutan, kekeringan. Selain itu, keberagaman sosio-kultur masyarakat Indonesia juga berpotensi menimbulkan gesekan sosial yang dapat berakibat terjadi konflik antar kelompok tertentu. Dampak bencana tersebut, baik akibat bencana alam maupun konflik sosial, mengakibatkan terjadinya kedaruratan di segala bidang termasuk kedaruratan situasi masalah kesehatan dan gizi. Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penanggulangan Krisis, Kementerian Kesehatan, selama tahun 2006 sampai 2009 telah terjadi eskalasi kejadian maupun jumlah korban akibat bencana. Kejadian bencana tercatat meningkat dari 62 kali (2006), 205 kali (2007), dan 27 kali (2009). Jumlah korban yang meninggal, hilang, luka berat dan ringan tercatat 298.550 orang (2006), 353.885 orang (2007), dan 57.753 orang (2009). Dampak kerugian akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya berbagai sarana dan prasarana fisik seperti permukiman, bangunan fasilitas pelayanan umum, dan sarana transportasi. Namum demikian, dampak yang lebih mendasar adalah timbulnya permasalahan kesehatan dan gizi pada kelompok masyarakat korban bencana akibat rusaknya sarana pelayanan kesehatan, terputusnya jalur distribusi pangan, rusaknya sarana air bersih, dan sanitasi lingkungan yang buruk.

Masalah gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya ketersediaan pangan lokal. Masalah lain yang seringkali muncul adalah bantuan pangan dari dalam dan luar negeri yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa, tidak disertai label yang jelas, tidak ada keterangan halal dan melimpahnya bantuan susu formula dan botol susu. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan baduta. Dalam pelaksanaannya, upaya penanganan gizi dalam situasi darurat merupakan rangkaian kegiatan, dimulai sejak sebelum terjadinya bencana yang dilakukan melalui pembekalan tentang penanganan gizi dalam situasi darurat kepada tenaga gizi yang terlibat dalam penanganan bencana. Setelah terjadi bencana penanganan gizi dilakukan melalui 2 (dua) tahap yaitu tahap penyelamatan dan tahap tanggap darurat. Pada tahap penyelamatan dilakukan upaya agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya. Pada tahap tanggap darurat dilakukan intervensi gizi sesuai masalah gizinya. 2

B. Tujuan Umum : Meningkatkan kemampuan petugas dalam penanganan gizi pada situasi darurat secara cepat dan tepat sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan status gizi pengungsi. Khusus :. Meningkatkan kemampuan petugas di lapangan dalam mengenali dan memecahkan masalah gizi terutama pada bayi,baduta,ibu hamil, dan ibu menyusui pada situasi darurat. 2. Meningkatkan kemampuan petugas di lapangan dalam penyelenggaraan makanan kepada pengungsi pada situasi daruratkhususnya kelompok rawan gizi. 3. Meningkatkan kemampuan petugas di lapangan dalam mengelola bantuan makanan termasuk susu formula. C. Ruang Lingkup Penanganan gizi darurat dalam buku pedoman ini meliputi langkahlangkah sejak terjadinya bencana sampai dikeluarkannya pernyataan selesainya situasi darurat oleh Kepala Daerah. D. Dasar Hukum. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 999 tentang Perlindungan Konsumen 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 3

3. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 5. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 999 tentang Label dan Iklan Pangan 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing nonpemerintah Dalam Penanggulangan Bencana 9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 44/Menkes/Per/VIII/200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI 0. Kepmenkes Nomor 237/MENKES/SK/IV/997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu. Kepmenkes Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 479/Menkes/SK/X/2004 tentang Surveilans Gizi Merupakan Salah Satu Komponen Dari Surveilans Epidemiologi Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 45/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan 4

E. Definisi Operasional. Pengungsi (Internal Displaced People) adalah sekelompok orang yang karena terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya (akibat bencana, kerusuhan, perang, dll). 2. Masalah gizi darurat adalah keadaan gizi dimana jumlah kurang gizi pada sekelompok masyarakat pengungsi meningkat dan mengancam memburuknya kehidupan. 3. Surveilans Gizi Pengungsi adalah proses pengamatan keadaan gizi pengungsi secara terus menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan intervensi. 4. PMT darurat (blanket supplementary feeding program) adalah pemberian makanan tambahan kepada seluruh kelompok rentan : anak balita, wanita hamil, dan ibu meneteki (khususnya sampai 6 bulan setelah melahirkan) yang bertujuan mencegah memburuknya keadaan gizi pengungsi. 5. PMT darurat terbatas (targetted supplementary feeding program) adalah pemberian makanan tambahan kepada kelompok rentan yang menderita kekurangan gizi. 6. Keadaan gawat (serious situation) adalah keadaan yang ditandai dengan prevalensi balita kurus dan sangat kurus lebih besar atau sama dengan 5% atau 0-4,9% dan disertai faktor pemburuk. 7. Keadaan kritis (risky situation) adalah keadaan yang ditandai dengan prevalensi balita kurus dan sangat kurus lebih besar atau sama dengan 0-4,9%, atau 5-9,9% dan disertai faktor pemburuk. 5

8. Keadaan normal adalah keadaan yang ditandai dengan prevalensi balita kurus dan sangat kurus (<-2 SD BB/TB) 5-9,9% atau <5% diserta faktor pemburuk 9. Faktor pemburuk (aggravating factors) adalah terdapatnya satu atau lebih dari tanda berikut ini : Rata-rata asupan makanan pengungsi kurang dari 200 Kkal/hari. Angka kematian kasar > per 0.000/hari. Angka kematian balita > 2 per 0.000/hari. Terdapat KLB campak atau pertusis. Peningkatan kasus ISPA dan diare. 0. Ketahanan pangan keluarga (household food security) adalah situasi yang menggambarkan jumlah pangan yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan keluarga.. Prevalensi balita kurus (termasuk sangat kurus) adalah persentase anak berusia 0-59 bulan yang berdasarkan BB/PB atau BB/TB < -2 SD menurut Standar WHO. 2. Prevalensi balita sangat kurus adalah persentase anak berusia 0-59 bulan yang BB/PB atau BB/TB < -3 SD menurut Standar WHO. 3. Bumil risiko KEK (Kurang Energi Kronis) adalah ibu dengan hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 23,5 cm. 6

BAB II. PENANGANAN GIZI Penanganan gizi dalam situasi darurat terdiri dari 2 tahap yaitu tahap penyelamatan dan tahap tanggap darurat, sebagai mana digambarkan pada Lampiran. A. Tahap Penyelamatan Tahap penyelamatan terdiri dari 2 fase yaitu :. Fase pertama a. Ditandai dengan kondisi sebagai berikut : Korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian. Petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara lengkap. Bantuan pangan sudah mulai berdatangan. Adanya penyelenggaraan dapur umum. Tenaga gizi mulai terlibat sebagai penyusun menu dan mengawasi penyelenggaraan dapur umum. Pemberian makanan pada fase ini bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya. b. Merencanakan kebutuhan makanan: Melakukan pemeriksaan cepat sebagai bagian dari kegiatan Rapid Health Assessment (RHA), yang meliputi: Jumlah jiwa dan Kepala Keluarga pengungsi, bayi 0-5 bulan, 6- bulan, anak 2-24 bulan, anak 25-59 bulan, bayi piatu, bumil, busui, lansia, dll. 7

Menghitung dan menentukan kebutuhan bahan makanan pengungsi. Setiap orang diperhitungkan menerima porsi makanan senilai 2.00 Kkal, dan 50 gram protein per hari. Jenis bahan makanan dan ukurannya dapat dilihat pada lampiran 2. Menyusun menu menurut kelompok sasaran dengan mempertimbangkan jenis bahan makanan yang tersedia. Menentukan pengelolaan makanan yang meliputi: Tempat pengolahan, Sumber bahan makanan, Petugas pelaksana, Cara mengolah, Cara distribusi, Peralatan makan dan pengolahan, Pengawasan penyelenggaraan makanan. Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare, infeksi, keracunan, dan lain-lain, yang meliputi : Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah antara bahan makanan umum dan bahan makanan khusus untuk bayi dan anak. Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan dalam kemasan, susu formula dan makanan suplemen. Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus diteliti nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara penyiapan dan target konsumen. 8

Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan target konsumen. Untuk bantuan bahan makanan yang langsung berasal dari luar negeri harus diteliti bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan target konsumen. Jika tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, petugas harus mengeluarkan bahan makanan tersebut dari daftar logistik, dan segera melaporkan kepada Koordinator Pelaksana. Bayi dan anak usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok yang paling rawan sehingga memerlukan penanganan gizi secara khusus. Pemberian makanan yang tidak tepat serta kekurangan gizi pada kelompok tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi pada situasi darurat. Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anak balita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semua kelompok umur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHO-UNICEF, 200). Oleh karena itu dalam situasi darurat penanganan gizi bagi kelompok ini dalam situasi darurat menjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan tepat. Bagi anak usia 2-5 tahun, Ibu hamil, Ibu menyusui, dan Usia lanjut, ditentukan: Jenis makanan : Petugas gizi melakukan identifikasi ketersediaan bahan makanan yang diperlukan. 9

Petugas gizi menyusun menu dan porsi untuk setiap kelompok sasaran. Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang dalam penyiapannya menggunakan air, penyimpanan yang tidak higienis, karena berisiko terjadinya diare, infeksi dan keracunan. Pola pemberian makan : Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana, di bawah Koordinator dapur umum. Daftar Menu Harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana pengolahan makanan. Pemberian kapsul Vitamin A untuk balita tetap dilaksanakan sesuai siklus distribusi Bulan Februari dan Agustus. Ibu hamil tetap mendapatkan tablet Fe sesuai aturan. Bagi kelompok Dewasa ditentukan : Pola Pemberian makan : Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan yang ada. Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan di gudang. Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan dengan kemampuan tenaga pelaksana, di bawah Koordinator dapur umum. Daftar Menu Harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana pengolahan makanan. 0

Pemberian makanan/minuman/suplemen harus didasarkan kepada arahan Tim Dokter dan Ahli Gizi yang menangani agar terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan. Lamanya fase pertama tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana. 2. Fase kedua Kegiatan yang dilakukan meliputi : Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi atau panjang badan balita serta informasi faktor pemburuk (diare, ISPA, campak, malaria) untuk mengetahui besar dan luasnya masalah gizi dan kesehatan yang ada Besar sampel yang diperlukan ditentukan sebagai berikut: POPULASI KURANG DARI 0.000 RUMAH TANGGA, gunakan SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING dengan jumlah SAMPEL minimal 450 balita POPULASI sampai 3.000 jiwa, SELURUH (TOTAL) balita diukur POPULASI LEBIH DARI 0.000 RUMAH TANGGA, gunakan CLUSTER SAMPLING, yaitu minimum 30 cluster dan tiap cluster minimum 30 balita (Sumber : The management of Nutrition In Major Emergencies, Geneva, WHO, 2000 p. 45) Catatan : Penentuan Cluster ditentukan dengan Probability Proportion to Size (PPS)

Menentukan klasifikasi kedaruratan sebagai berikut : jika tingkat kedaruratan adalah gawat atau kritis, dilakukan skrining pada semua balita dan bumil dengan melakukan pengukuran LiLA. Skrining dimaksudkan untuk mengetahui balita gizi kurang dan gizi buruk serta bumil risiko kek. merencanakan kebutuhan suplementasi gizi, khususnya bagi kelompok sasaran yang membutuhkan. menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup dan mudah di konsumsi oleh semua golongan umur dengan standar minimal sebagai berikut : Untuk mencapai standar ransum senilai 2.00 Kkal, dan 50 gram protein per hari, terlampir contoh-contoh bahan makanan ransum Perhitungan kebutuhan gizi berdasarkan data pengungsi menurut kelompok sasaran. Diusahakan menu makanan dapat sesuai dengan kebiasaan makan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan serta memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral. B. Tahap Tanggap Darurat Tahap ini dimulai setelah selesai tahap penyelamatan. Tujuan Menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai tingkat kedaruratan. 2

Kegiatan dalam tahap tanggap darurat meliputi :. Menghitung prevalensi status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB-PB dan menganalisis adanya faktor pemburuk seperti kejadian diare, campak, demam berdarah, dan lain-lain. Cara menghitung prevalensi status gizi balita : Data berat badan dan panjang/tinggi badan yang telah dikumpulkan diolah untuk mendapatkan nilai Z-score dari indeks BB/TB dan BB/PB. Perhitungan nilai Z-score dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan komputer. Bila tidak tersedia fasilitas komputer, dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan ìtabel Baku Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) usia 0-60 bulanî. Dalam penilaian status gizi ini masing-masing anak dikategorikan ke dalam status gizi sebagai berikut : a. Sangat kurus (< -3 SD) b. Kurus (-3 SD s/d > -2 SD) c. Normal (-2 SD s/d 2 SD) d. Gemuk (> 2 SD) Setelah masing-masing anak dikategorikan menurut status gizi tersebut di atas, kemudian dihitung persentase dari jumlah balita kurus dan sangat kurus terhadap jumlah anak yang diukur dan ditimbang. Untuk selanjutnya persentase ini disebut sebagai Prevalensi < -2,0 SD BB/PB-TB. Setelah diperoleh angka prevalensi, dibuat pembagian kelompok berikut : a. Prevalensi > 5,0%, b. Prevalensi 0,0% - 4,9% c. Prevalensi 5,0% - 9,9% d. Prevalensi < 5,0% 3

Informasi tentang prevalensi dari hasil surveilans gizi ini selanjutnya digunakan untuk penentuan jenis intervensi yang sesuai dengan mempertimbangkan pula hasil dari surveilans penyakit. 2. Melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan perubahan tingkat kedaruratan : a. Jika prevalensi Balita Kurus > 5% atau 0-4,9% dengan faktor pemburuk, maka tindakan yang diperlukan adalah pemberian Ransum ditambah PMT darurat kepada semua kelompok rawan khususnya balita, ibu hamil, dan ibu menyusui (blanket supplementary feeding program) dengan ketentuan kecukupan gizi pada lampiran 2. Untuk balita gizi buruk tingkat berat ditangani sesuai dengan tatalaksana gizi buruk. b. Jika prevalensi Balita Kurus 0-4,9% atau 5-9,9% dengan faktor pemburuk maka tindakan yang diperlukan adalah PMT darurat terbatas (targetted supplementary feeding program) hanya kepada balita kurus dan sagat kurus. Untuk balita gizi buruk tingkat berat ditangani sesuai dengan tatalaksana gizi buruk. c. Jika prevalensi Balita Kurus 5-9,9% atau < 5% dengan faktor pemburuk maka tindakan yang dilakukan melalui pelayanan kesehatan rutin. 3. Melaksanakan pemberian makanan sesuai dengan perkembangan kondisi kedaruratan : a. Usia 0-24 bulan (Baduta) dilakukan pemberian makanan sesuai prinsip Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) pada situasi darurat, seperti kebutuhan zat gizi balita. 4

b. Usia 2-5 tahun, makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari makanan keluarga, yang tinggi energi, vitamin dan mineral. Makanan pokok yang dapat diberikan seperti nasi, ubi, singkong, jagung, lauk pauk, sayur dan buah. Bantuan pangan yang dapat diberikan berupa makanan pokok, kacang-kacangan dan minyak sayur, seperti kebutuhan zat gizi balita. Pembagian porsi dan menu 0 hari untuk bayi dan anak usia 6 bulan - 5 tahun dapat dilihat pada lampiran 3. c. Ibu Hamil, perlu penambahan energi sebanyak 300 Kkal dan protein 7 gram, sedangkan ibu menyusui perlu penambahan energi 500 Kkal dan protein 7 gram, seperti pada lampiran 4. d. Usia Lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan mudah dicerna. Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harus memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis agar makanan yang disajikan dapat dihabiskan. Dalam situasi tertentu, kelompok usia lanjut dapat diberikan bubur atau biskuit. Perhitungan kebutuhan zat gizi pengungsi disusun dengan mengacu pada Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang dianjurkan seperti pada lampiran 6 4. Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplementasi gizi. a. Khusus anak yang menderita kekurangan gizi perlu diberikan makanan tambahan disamping makanan keluarga, seperti kudapan/jajanan, dengan nilai energi 350 Kkal dan protein 5 g per hari. 5

b. Ibu hamil perlu diberikan tablet Fe setiap hari, selama 90 hari. c. Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU ( kapsul pada hari pertama dan kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal 24 jam). 5. Melakukan penyuluhan kelompok dan konseling perorangan dengan materi sesuai dengan kondisi saat itu. 6. Memantau perkembangan status gizi balita melalui surveilans. 6

BAB III. PENANGANAN GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN Anak usia 0-24 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba. Oleh karena itu, dari aspek penanganan gizi perlu perhatian khusus dan mengikuti Prinsip Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA). A. Prinsip PMBA Pada Situasi Darurat Prinsip penyelenggaraan PMBA dalam situasi darurat sebagai berikut :. Pemberian ASI pada bayi dan baduta sangat penting tetap diberikan pada situasi darurat 2. PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalam situasi darurat 3. PMBA dalam situasi darurat harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu 4. Institusi penyelenggara PMBA adalah Kepala Wilayah yang dibantu oleh Dinas Kesehatan setempat yang mempunyai tenaga terlatih penyelenggara PMBA dalam situasi darurat 5. Bagi Dinas Kesehatan setempat, yang belum memiliki atau keterbatasan tenaga pelaksana PMBA dalam situasi darurat, dapat meminta bantuan tenaga dari Dinas Kesehatan lainnya 6. PMBA harus di integrasikan dengan pelayanan kesehatan ibu, bayi dan anak 7

7. Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian cepat untuk mengidentifikasi keadaan ibu, bayi dan anak termasuk bayi dan anak piatu 8. Ransum darurat harus memenuhi kebutuhan makanan yang tepat dan aman dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan anak 9. Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak termasuk dalam pengadaan ransum darurat. B. Pelaksanaan PMBA Pada Situasi Darurat. Penilaian cepat a. Penilaian cepat dilakukan untuk mendapatkan data tentang jumlah dan keadaan ibu menyusui, bayi dan anak termasuk bayi dan anak piatu. b. Penilaian cepat dilakukan pada tahap penyelamatan fase sebagai bagian dari menghitung kebutuhan gizi. c. Penilaian cepat dilakukan oleh tenaga gizi atau Nutrisionis yang terlibat dalam penanganan bencana. d. Penilaian cepat dilakukan dengan mencatat, mengolah dan melaporkan data tentang jumlah dan keadaan ibu menyusui, bayi dan anak termasuk bayi dan anak piatu. e. Instrumen Penilaian cepat meliputi : Profil penduduk terutama kelompok rawan (ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, termasuk bayi dan anak piatu) Kebiasaan penduduk dalam PMBA, termasuk pemberian ASI eksklusif dan bayi piatu Keberadaan susu formula, botol dan dot Data ASI eksklusif dan MP-ASI sebelum bencana 8

Risiko keamanan pada ibu dan anak Jika hasil penilaian cepat memerlukan tambahan informasi, lakukan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif sebagai bagian dari analisis faktor risiko penyebab masalah gizi dalam situasi darurat. a. Data kualitatif meliputi : Akses ketersediaan pangan terutama bagi bayi dan anak Kondisi lingkungan misalnya sumber dan kualitas air bersih, bahan bakar, sanitasi, MCK, perumahan, fasilitas penyelenggaraan makanan Dukungan pertolongan persalinan, pelayanan postnatal (ibu nifas dan bayi neonatus) serta perawatan bayi dan anak Faktor-faktor penghambat menyusui bayi dan PMBA Kapasitas dukungan potensial pemberian ASI eksklusif (kelompok Busui, Nakes terlatih, konselor menyusui, LSM perempuan yang berpengalaman) Kebiasaan PMBA termasuk cara pemberiannya (cangkir atau botol), kebiasaan PMBA sebelum situasi darurat dan perubahannya. b. Data kuantitatif meliputi : Jumlah bayi dan anak baduta dengan atau tanpa keluarga menurut kelompok umur, 0-<6 bulan, 6- bulan, 2-23 bulan 9

2. Intervensi Gizi a. Bayi b. Baduta Jumlah ibu menyusui yang sudah tidak menyusui lagi Angka kesakitan, kematian bayi dan anak di pengungsian. Bayi tetap diberi ASI. Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan. Baduta tetap diberi ASI. Pemberian MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi mikro, pabrikan atau makanan lokal pada anak usia 6-23 bulan. Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum umum yang mempunyai nilai gizi tinggi. Pemberian kapsul vitamin A warna biru pada bayi usia 6- bulan dan kapsul vitamin A warna merah pada anak usia 2-59 bulan, bila kejadian bencana terjadi pada bulan Februari dan Agustus. 20

Dapur umum wajib menyediakan makanan untuk anak usia 6-24 bulan (dapat dilihat pada Lampiran 3 Pemberian Porsi Makanan dan menu). Air minum dalam kemasan di upayakan selalu tersedia di tempat pengungsian. 3. Dukungan Untuk Keberhasilan PMBA a. Penyediaan tenaga konselor menyusui di pengungsian. b. Tenaga kesehatan, relawan kesehatan dan LSM, NGO kesehatan memberikan perlindungan, promosi dan dukungan kepada ibu-ibu untuk keberhasilan menyusui termasuk relaktasi. c. Memberikan konseling menyusui dan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) di pengungsian, Rumah Sakit lapangan dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang ada dilokasi bencana. d. Pembentukan pos pemeliharaan dan pemulihan gizi bayi dan baduta. e. Melakukan pendampingan kepada keluarga yang memiliki bayi atau anak yang menderita masalah gizi. C. Penanganan Bantuan dan Persediaan Susu Formula Pengganti Air Susu Ibu (PASI). Memberikan informasi kepada donor dan media massa bahwa bantuan berupa susu formula (PASI), botol dan dot pada bayi 0-6 bulan tidak diperlukan. 2. Bantuan berupa susu formula (PASI) harus mendapat izin dari Kepala Dinas Kesehatan setempat. 2

3. Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula (PASI) diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan, Puskesmas maupun Dinas Kesehatan setempat. D. Kriteria Bayi Dan Baduta Yang Mendapat Susu Formula/PASI. Bayi dan baduta yang benar-benar membutuhkan sesuai pertimbangan profesional tenaga kesehatan yang berkompeten (indikasi medis). 2. Bayi dan baduta yang sudah menggunakan susu formula sebelum situasi darurat. 3. Bayi dan baduta yang terpisah dari ibunya (tidak ada donor ASI). 4. Bayi dan baduta yang ibunya meninggal, ibu sakit keras, ibu sedang menjalani relaktasi, ibu menderita HIV+ dan memilih tidak menyusui bayinya serta ibu korban perkosaan yang tidak mau menyusui bayinya. E. Cara Penyiapan dan Pemberian Susu Formula. Gunakan cangkir atau gelas yang mudah dibersihkan, diberikan sabun untuk mencuci alat yang digunakan. 2. Gunakan selalu alat yang bersih untuk membuat susu dan menyimpannya dengan benar. 3. Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk (jangan menakar menggunakan botol susu). 4. Sediakan bahan bakar untuk memasak air dan gunakan air bersih, jika memungkinkan gunakan air minum dalam kemasan. 22

5. Lakukan pendampingan untuk memberikan konseling menyusui. Rekomendasi tentang Pemberian Makan Bayi Pada Situasi Darurat yang merupakan Pernyataan bersama UNICEF, WHO, IDAI dapat dilihat pada lampiran 5. 23

BAB IV. PEMANTAUAN STATUS GIZI Pemantauan status gizi diperlukan untuk mengetahui perkembangan status gizi korban bencana. Pemantauan kejadian kasus gizi buruk terhadap korban bencana dilakukan setiap saat, sedangkan pemantauan status gizi dilanjutkan secara berkala satu bulan sekali sampai keadaan darurat dinyatakan berakhir oleh Pemerintah Daerah setempat. Pemantauan status gizi dilakukan oleh tenaga gizi atau nutrisionis yang terlibat dalam penanganan bencana. Untuk penggalian informasi yang berkaitan dengan kasus gizi buruk di lokasi bencana, dilakukan dengan menggunakan formulir lampiran 7. Indikator yang digunakan dalam pemantauan status gizi pengungsi adalah BB/TB-PB untuk bayi dan balita serta LiLA untuk ibu hamil. 25

BAB V. PENGORGANISASIAN Pengorganisasian penanganan gizi dalam situasi darurat merupakan bagian dari sistem penanggulangan bencana secara keseluruhan. Pengorganisasian penting dilakukan agar penanganan gizi berjalan efektif dan efisien serta terkoordinasi dengan baik. Masing-masing instansi termasuk LSM mempunyai peranan yang jelas dalam penanganan gizi sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan, dan tidak ada kegiatan yang tidak ditangani. Koordinasi dalam penyelenggaraan penanganan gizi dimulai sejak tahap penyelamatan fase pertama sampai keadaan darurat dinyatakan berakhir oleh Pemerintah Daerah setempat. Koordinator dalam penyelenggaraan penanganan gizi ini adalah kepala wilayah administratif mulai dari kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota dan gubernur. Instansi lain, baik pemerintah maupun non-pemerintah bekerja dibawah koordinasi sesuai dengan bidang tugas, kewenangan dan kompetensi masing-masing. Uraian tentang fungsi dan peran lintas sektor dalam penanganan gizi pada situasi darurat dapat dilihat pada tabel berikut : 27

Tabel Fungsi Dan Peran Lintas Sektor Dalam Penanganan Gizi Pada Situasi Darurat di Dapur Umum Koordinator Umum : Kepala Wilayah Koordinator Pelaksana Dapur Umum : Aparat Dinas Sosial setempat INSTITUSI Sektor Kesehatan Sektor PU/Kimpraswil Sektor Sosial TNI/POLRI PKK Gerakan Pramuka PMI Donor Agencies (WHO, Unicef, WFP) NGO TUGAS DAN FUNGSI. Menyediakan tenaga gizi 2. Menyusun menu 200 Kkal dan 50 g protein 3. Menyusun menu untuk kelompok rawan 4. Mengawasi penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai distribusi 5. Mendistribusikan dan mengawasi bantuan bahan makanan Menyediakan air bersih dan air minum Menyediakan ransum, fasilitas masak, tenda Menyediakan fasilitas tenda, pengamanan Menyediakan tenaga pemasak dan membantu distribusi Menyediakan tenaga pemasak dan membantu distribusi, serta membantu pengumpulan data sasaran Penyediaan fasilitas dapur umum dan perlengkapan makan, serta pelayanan pengobatan darurat Membantu pelaksanaan rapid nutritional assessment, mengkoordinasikan NGO asing Penyediaan fasilitas dapur umum dan perlengkapan makan 28

Tabel 2 Fungsi Dan Peran Lintas Sektor Dalam Penanganan Gizi Pada Situasi Darurat di Pengungsian Koordinator Pelaksana Pengungsian : Dinas Sosial setempat INSTITUSI Sektor Kesehatan BPOM/BBPOM PU/Kimpraswil Kemensos TNI/POLRI PKK PMI Gerakan Pramuka Donor Agencies (WHO, Unicef, WFP) NGO TUGAS DAN FUNGSI. Menyediakan tenaga gizi 2. Menyusun menu 200 Kkal dan 50 g protein 3. Menyusun menu untuk kelompok rawan 4. Mengawasi penyelenggaraan makanan dimulai dari persiapan sampai distribusi 5. Mendistribusikan dan mengawasi bantuan bahan makanan 6. Melaksanakan konseling gizi dan menyusui Mengawasi label makanan yang akan didistribusikan kepada korban bencana Menyediakan air bersih Menyediakan ransum, fasilitas masak, tenda Menyediakan fasilitas tenda, pengamanan Menyediakan tenaga pemasak dan distribusi Penyediaan fasilitas dapur umum dan perlengkapan makan, serta tenda Menyediakan tenaga pemasak dan membantu distribusi, serta membantu pengumpulan data sasaran Membantu pelaksanaan surveilans gizi, pelatihan tenaga konselor laktasi, dan bantuan food aid Menyediakan fasilitas dapur umum dan perlengkapan makan 29

Tabel 3 Fungsi Dan Peran Lintas Program Dalam Penanganan Gizi Pada Situasi Darurat Pengorganisasian Lintas Program INSTITUSI Pusat Penanggulangan Krisis Dit. Bina Kesehatan Ibu Dit. Bina Kesehatan Anak Dit. Pelayanan Medik Dasar Dit. Kesehatan Komunitas Subdit Surveilans Dit. Penyehatan Lingkungan Subdit Penanggulangan Diare Subdit Imunisasi Subdit Pemberantasan Vektor Badan Litbangkes TUGAS DAN FUNGSI Koordinator Sektor Kesehatan Mendukung pelaksanaan dan evaluasi penanganan gizi untuk kelompok Bumil dan Busui Mendukung pelaksanaan dan evaluasi penanganan gizi untuk kelompok bayi dan anak Mendukung pelaksanaan dan evaluasi perawatan balita gizi buruk Mendukung pelaksanaan dan evaluasi Pos Pemulihan Gizi dan Pendamping Kader Mendukung pelaksanaan dan evaluasi surveilans gizi darurat Mendukung dalam meningkatkan hygiene sanitasi perorangan Mendukung dalam penurunan angka faktor-faktor pemburuk Mendukung dalam penurunan angka faktor-faktor pemburuk Mendukung dalam penurunan angka faktor-faktor pemburuk Mendukung pelaksanaan dan evaluasi surveilans gizi darurat serta dampak bencana terhadap status gizi masyarakat 30

BAB VI. PENUTUP Dampak bencana berupa kerugian material maupun kehilangan anggota keluarga dirasakan oleh semua pihak. Disamping itu risiko kesakitan dan kematian bayi dan baduta akibat pemberian makanan yang tidak tepat dapat memperburuk situasi yang sudah dalam keadaan darurat. Oleh karena itu Pedoman Penanganan Gizi dalam mempertahankan status gizi pengungsi khususnya bayi dan ibu. Pedoman ini ditujukan kepada para pengelola gizi dalam situasi darurat, agar dapat merencanakan dan melaksanakan penanganan gizi secara efektif dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas perlu dukungan semua pihak terkait, masyarakat, pemerintah dan swasta. Diharapkan pedoman ini merupakan acuan yang akan diaplikasikan di lapangan oleh semua pihak terkait dalam penanganan gizi dalam situasi darurat. 3

Lampiran PROSES PENANGANAN GIZI DALAM SITUASI DARURAT FASE I TAHAP PENYELAMATAN: PENGUNGSI TIBA DILOKASI REGISTRASI PENGUNGSI DAN RAPID HEALTH ASSESSMENT DAPUR UMUM DIDIRIKAN BILA PERLU FASE I TAHAP PENYELAMATAN... FASE II TAHAP PENYELAMATAN: PENGUMPULAN DATA DASAR GIZI (BB DAN PB/TB Balita, LILA Bumil) DAPUR UMUM DIGANTI RANSUM... TAHAP TANGGAP DARURAT: ANALISIS HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN FAKTOR PEMBURUK FASE I TAHAP PENYELAMATAN TAHAP TANGGAP DARURAT Situasi Gawat (Serious Situation): Persentase balita kurus (<-2 SD BB/TB) >= 5% atau 0-4,9% disertai Faktor Pemburuk Situasi Kritis (Risky Situation): Persentase balita kurus (<-2 SD BB/TB) 0-4,9% atau 5-9,9% disertai Faktor Pemburuk Situasi Normal: Persentase balita kurus (<-2 SD BB/TB) 5-9,9% atau <5% disertai Faktor Pemburuk Penapisan (Screening) Balita Kurang Gizi (LiLA <2,5 cm) Penapisan (Screening) Balita Kurang Gizi (LiLA <2,5 cm) Penanganan: - Ransum - PMT Darurat - PMT Terapi Penanganan: - PMT Darurat Terbatas - PMT Terapi Penanganan: Tidak Perlu Intervansi Khusus (Pelayanan Rutin) SURVEILANS: PEMANTAUAN DAN EVALUASI... 33

Lampiran 2 CONTOH RANSUM TAHAP PENYELAMATAN DAN CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN MAKAN UNTUK PENGUNGSI Contoh Standar Ransum Tahap Penyelamatan Fase I BAHAN MAKANAN Kebutuhan per org per hari (gr) Ukuran Rumah Tangga (URT) Biskuit 00 0-2 bh Mie Instan 320 3 gls (4 bks) Sereal (instan) 50 5 sdm (2 sachet) Blended Food 50 0 sdm Susu untuk anak Balita 40 8 sdm Energi (Kkal) 2.38 Protein ( g ) 53 Lemak ( g ) 40 Catatan :. Contoh standar ransum diatas hanya merupakan perencanaan secara keseluruhan, sedangkan pembagian anggota keluarga tergantung dari kebutuhan. 2. Perkiraan balita di pengungsian sebesar 0%, sehingga perlu ada blended food dan susu untuk anak umur -5 tahun di dalam standar perencanaan ransum. 3. Pendistribusian harus terpusatkan melalui dapur umum. 4. Setiap perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 0% untuk hal tak terduga atau kehilangan. 34

Contoh perhitungan bahan makanan mentah Jika jumlah pengungsi sebesar.500 orang, maka perhitungan kebutuhan bahan makanan pada fase (selama 5 hari) adalah sebagai berikut : BAHAN MAKANAN Biskuit Mie Instan Sereal (instan) Blended Food Susu untuk Balita Cara perhitungan : Kebutuhan per org/hari (gr) 00 320 50 50 40 Kebutuhan bhn makanan 500 pengungsi/hari (kg) 50 48 7.5 7.5 6.0 Kebutuhan bhn makanan 500 pengungsi (5 hari) dlm kg 750 240 37.5 37.5 30 Kebutuhan per orang/hari X jumlah pengungsi X jangka waktu penyelamatan + 0% (faktor tidak terduga) Penambahan kebutuhan bahan makanan 0% (Kg) 825 264 4,25 4,25 33 Contoh Standar Ransum Tahap Penyelamatan Fase II Bahan makanan Tipe. Sereal (beras, terigu, jagung, bulgur) 400 Kacang-kacangan 60 Minyak goreng 25 Ikan/Daging kaleng - Gula 5 Garam beryodium 5 Buah2an dan Sayuran - Blended Food (MP-ASI) 50 Bumbu - Energi (Kkal) Protein (g ; % Kkal) Lemak (g ; % Kkal) 23 58 g; % 43 g; 8% Sumber : UNHCR, Handbook for Emergencies Jumlah per orang per hari (gram) Tipe.2 420 50 25 20-5 - 40-206 60 g; % 47 g; 20% Tipe.3 350 00 25-20 5-50 - 2087 72 g; 4% 43 g; 8% Tipe.4 420 60 30 30 20 5 - - - 2092 45 g; 9% 38 g; 6% Tipe.5 450 50 25-20 5 00-5 26 5 g; 0% 4 g; 7% 35

Catatan : Contoh ransum type, 2, 3, 4, dan 5 merupakan alternatif apabila ada faktor-faktor kebiasaan serta ketersediaan pangan setempat. Contoh Standar Ransum Tipe BAHAN MAKANAN Sereal (beras, terigu, jagung, bulgur) Kacang-kacangan Minyak goreng Ikan/Daging kaleng Gula Garam beryodium Buah2an dan Sayuran Blended Food (MP-ASI) Energi (Kkal) Protein (g ; % Kkal) Lemak (g ; % Kkal) Kebutuhan per org per hari (gr) 400 60 25-5 5-50 23 58 g ; % 43 g ; 8% Ukuran Rumah Tangga (URT) 2 gls 6-9 sdm 2-3 sdm -2 sdm sdm 0 sdm 36

Jika jumlah pengungsi sebesar.500 orang; selama 0 hari, maka perhitungan bahan makanan sebagai berikut : BAHAN MAKANAN Kebutuhan per org/hari (gr) Kebutuhan bhn makanan 500 pengungsi/hari (kg) Kebutuhan bhn makanan 500 pengungsi (0 hari) dlm kg Penambahan kebutuhan bahan makanan 0% (Kg) Sereal (beras, terigu, jagung, bulgur) Kacang-kacangan Minyak goreng Ikan/Daging kaleng Gula Garam beryodium Buah dan sayur Blended Food (MP-ASI) Energi (Kkal) Protein (g ; % Kkal) Lemak (g ; % Kkal) 400 60 25-5 5-50 23 58 g ; % 43 g ; 8% 60 90 37.5 22.5 7.5 75 600 900 375 225 75 750 660 990 42.5 247.5 82.5 825 Contoh standar bantuan pangan terbatas untuk dibawa pulang (dry ration) Bahan makanan Ransum Ransum 2 Blended Food Fortified Sereal Biskuit tinggi energi Minyak yg sdh difortifikasi dng vit A Biji-bijian Gula Garam, beryodium Energi (Kkal) Protein Lemak % (Kkal) 250 25 20 250 45 30 200 20 5 000 36 30 37

Contoh standar bantuan pangan terbatas untuk dimakan ditempat (wet ration)/ dapur umum Bahan makanan R Blended Food Fortified 00 Sereal Biskuit tinggi energi Minyak yg sdh difortifikasi dng vit A 5 Biji-bijian 30 Gula Garam, beryodium Energi (Kkal) 620 Protein 25 Lemak % (Kkal) 30 R 2 R 3 R 4 R 5 25 560 5 30 25 20 30 5 700 20 28 25 0 0 605 23 26 00 0 0 50 8 29 38

Lampiran 3 MENU 0 HARI PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) DARURAT UNTUK BAYI DAN ANAK USIA 6 BULAN - 5 TAHUN - Kebutuhan Gizi : Bayi 6-2 bulan, 00-20 Kal/kg BB, makanan terdiri dari ASI + MPASI Anak > 2-24 bulan, 80-90 Kal/kg BB, makanan terdiri dari ASI + MPASI/ Makanan Keluarga Anak 2-5 tahun, 80-00 Kal/kg BB, makanan terdiri dari Makanan Keluarga - Menu MPASI & Makanan Keluarga dibawah ini terdiri dari 2 bagian. Bagian satu adalah menu 5 hari pertama setelah keadaan darurat terjadi dimana bantuan bahan makanan masih terbatas dan 5 hari berikutnya diharapkan keadaan sudah mulai teratasi dan bantuan bahan makanan segar sudah ada, sehingga menu dapat ditambah bahan makanan segar berupa lauk, sayur dan buah sesuai kebutuhannya. - Bila dari awal keadaan darurat sudah tersedia bahan makanan segar seperti daging/ikan/telur, sayur dan buah, maka harus diutamakan untuk diberikan pada bayi dan balita. - Perlu diperhatikan jenis bantuan yang diberikan hendaknya juga meliputi bumbu dapur, baik yang segar maupun yang sudah diproses atau siap pakai (dalam kemasan). 39

Tabel Lampiran PEMBAGIAN PORSI (p) MAKANAN SEHARI UNTUK MENU BAYI 6-8 BULAN (650 Kal) BAHAN MAKANAN ASI Nasi/penukar Lauk/penukar Buah (bila tersedia) Susu Minyak MP-ASI siap pakai Taburia JUMLAH PORSI 3 4 2 5 - PAGI º 3 SELINGAN PAGI Sekehendak SIANG SELINGAN SORE SORE - - - - - sachet -2 sachet º 3 5 º 3 5 WAKTU MAKAN Setiap Waktu Pagi ASI Tabel Lampiran 2 MENU HARI KE SAMPAI HARI KE 5 UNTUK BAYI 6-8 BULAN (650 Kal) MENU 2 3 4 5 ASI ASI ASI ASI Bubur siap saji rasa pisang Bubur siap saji rasa apel Bubur siap saji rasa jeruk Bubur siap saji rasa pisang Bubur siap saji rasa jeruk Siang Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Sore Bubur siap saji rasa ikan Bubur siap saji rasa ayam Catatan : - ASI diteruskan sekehendak bayi Bubur siap saji rasa kacang hijau Bubur siap saji rasa daging sapi Bubur siap saji rasa kacang merah - Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh 40

Tabel Lampiran 3 MENU HARI KE 6 SD HARI KE 0 UNTUK BAYI 6-8 BULAN (650 Kal) WAKTU MAKAN Setiap Waktu Pagi Siang Sore ASI MENU 6 7 8 9 0 ASI ASI ASI ASI Bubur siap saji rasa pisang Buah pisang dan biskuit Bubur tim saring isi ikan dan bayam Bubur siap saji rasa kacang hijau Buah pisang dan biskuit Bubur tim saring isi kacang hijau dan wortel Bubur siap saji rasa jeruk buah pisang dan biskuit Bubur tim saring isi daging dan labu siam Bubur siap saji rasa pisang Buah pisang dan biskuit Bubur tim saring isi ikan dan tomat Bubur siap saji rasa apel Buah pisang dan biskuit Bubur tim saring isi ayam dan wortel Catatan : - ASI diteruskan sekehendak bayi - Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar, sehingga menu lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan sore dilengkapi dengan lauk pauk dan sayuran segar - Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada - Lauk hewani dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan makanan segar yang tersedia, seperti ayam, ikan, daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan - Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya - Tambahkan taburia sachet setiap dua hari sekali dalam salah satu makanan pagi 4

Tabel Lampiran 4 PEMBAGIAN PORSI (p) MAKANAN SEHARI UNTUK MENU BAYI 9- BULAN (900 Kal) BAHAN MAKANAN ASI Nasi Lauk Buah Susu Minyak Taburia JUMLAH PORSI 2 PAGI 3 SELINGAN PAGI Sekehendak SIANG 3 3 sachet SELINGAN SORE SORE º º 3 3 º 3 º WAKTU MAKAN Setiap Waktu Pagi Siang ASI Tabel Lampiran 5 MENU HARI KE SD HARI KE 5 UNTUK BAYI 9- BULAN (900 Kal) MENU 2 3 4 5 ASI ASI ASI ASI Bubur siap saji rasa pisang Bubur sumsum Bubur siap saji rasa apel Bubur sumsum Bubur siap saji rasa jeruk Bubur sumsum Bubur siap saji rasa pisang Bubur sumsum Bubur siap saji rasa jeruk Selingan Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Bubur sumsum Selingan Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Sore Bubur siap saji rasa ikan Bubur siap saji rasa ayam Bubur siap saji rasa kacang hijau Bubur siap saji rasa daging sapi Bubur siap saji rasa kacang merah Catatan : - ASI diteruskan sekehendak bayi - Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh - Bubur sumsum dapat dibuat bila tersedia tepung beras, santan/ susu dan gula merah/ putih 42

Tabel Lampiran 6 MENU HARI KE 6 SD HARI KE 0 UNTUK BAYI 9- BULAN (900 Kal) WAKTU MAKAN Setiap Waktu Pagi Selingan Siang Selingan Sore ASI MENU 6 7 8 9 0 ASI ASI ASI ASI Bubur siap saji rasa pisang Buah pepaya dan biskuit Bubur sumsum Buah pisang dan biskuit Bubur tim isi ikan dan bayam Bubur siap saji rasa kacang hijau Buah pisang dan biskuit Bubur sumsum Buah jeruk dan biskuit Bubur tim isi kacang hijau dan wortel Bubur siap saji rasa jeruk Buah jeruk dan biskuit Bubur sumsum Buah pepaya dan biskuit Bubur tim isi daging dan labu siam Bubur siap saji rasa pisang Buah pepaya dan biskuit Bubur sumsum Buah pisang dan biskuit Bubur tim isi ikan dan tomat Bubur siap saji rasa apel Buah pisang dan biskuit Bubur sumsum Buah jeruk dan biskuit Bubur tim isi ayam dan wortel Catatan : - ASI diteruskan sekehendak bayi - Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar - Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/ sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar - Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada - Lauk hewani untuk tim saring dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan makanan segar yang tersedia, seperti ayam, ikan, daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan - Sayuran untuk tim saring dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya - Tambahkan taburia sachet setiap dua hari sekali pada salah satu makanan pagi 43

Tabel Lampiran 7 PEMBAGIAN PORSI (p) MAKANAN SEHARI UNTUK ANAK 2-24 BULAN (250 Kal) BAHAN MAKANAN ASI Nasi Lauk Buah Susu Minyak Gula Taburia JUMLAH PORSI 2 3 2 PAGI 3 4 sachet SELINGAN PAGI Sekehendak º 3 4 SIANG SELINGAN SORE º SORE 3 4 44

Tabel Lampiran 8 MENU HARI KE SD HARI KE 5 UNTUK ANAK 2-24 BULAN (250 Kal) WAKTU MAKAN Setiap Waktu Pagi Selingan Siang Selingan Sore ASI MENU 2 3 4 5 ASI ASI ASI ASI - Bubur beras - Abon - Ikan kaleng saus tomat Mie goreng campur daging kaleng goreng - Abon Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng Biskuit - Ikan tuna kaleng tumis bawang - Daging kaleng bumbu santan uduk - Abon ikan - Sup jamur kaleng dan teri uduk - Pergedel daging kaleng - Tumis dendeng manis Buah kaleng Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng - Sup jamur kaleng dan teri - Tumis dendeng manis - Sup daging kaleng - Ikan sarden sambal goreng - Tim teri bumbu tomat Catatan : - ASI diteruskan sekehendak bayi - Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh - Tambahkan Taburia dalam makanan anak sachet per hari 45

Tabel Lampiran 9 MENU HARI KE 6 SD HARI KE 0 UNTUK ANAK 2-24 BULAN (250 Kal) WAKTU MAKAN Setiap Waktu Pagi Selingan Siang Selingan Sore ASI Mie rebus ikan teri - Pisang - Perkedel kukus daging - Sayur santan labu siem - Jeruk MENU 6 7 8 9 0 ASI ASI ASI ASI - Teri goreng - Sup sayuran gurih - Abon - Jeruk - Ikan tuna tumis bawang - Cah wortel - Pepaya - Dendeng manis - Tumis jagung muda dan sawi hijau Bihun goreng campur daging kaleng - Pepaya - Abon ikan - Cah sawi putih dan wortel - Pisang - Sup daging kaleng dan sayuran Nasi goreng campur ikan kaleng - Pisang - Teri goreng - Tumis labu siem - Jeruk - ikan sarden goreng tepung - Sayur lodeh kacang panjang uduk - Semur daging kaleng - Jeruk - Dendeng goreng - Cah kacang panjang - Pepaya - Tim teri bumbu tomat - Tumis sayur campur Catatan : - ASI diteruskan sekehendak bayi - Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar - Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk pauk dan sayuran segar - Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada - Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperi ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan - Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya - Tambahkan taburia sachet/hari dalam salah satu makanan anak 46

Tabel Lampiran 0 PEMBAGIAN PORSI (p) MAKANAN SEHARI UNTUK ANAK 2-3 TAHUN (300 Kal) BAHAN MAKANAN Nasi Tempe Buah Susu Minyak Gula Taburia JUMLAH PORSI 3º 3 2 2 2 PAGI 3 4 sachet SELINGAN PAGI SIANG SELINGAN SORE SORE 3 4 3 4 MALAM 47

Tabel Lampiran MENU HARI KE SAMPAI HARI KE 5 UNTUK ANAK 2-3 TAHUN (250 Kal) WAKTU MENU MAKAN 2 3 4 5 Pagi - Bubur beras goreng - Abon - Abon - Susu - Susu Selingan Siang Selingan Sore - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Ikan tuna kaleng tumis bawang - Buah kaleng - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Sup jamur kaleng dan teri - Susu - Ikan kaleng saus tomat - Susu - Buah kaleng - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Daging kaleng bumbu santan - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Tumis dendeng manis - Susu - Mie goreng campur daging kaleng - Susu - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) uduk - Abon ikan - Buah kaleng - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Sup daging kaleng - Susu Catatan : - Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh - Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih - Buah kaleng - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Sup jamur kaleng dan teri - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Ikan sarden bumbu sambal goreng - Susu - Menu sama dengan makanan usia 2-24 bulan, hanya porsi lebih besar uduk - Perkedel daging kaleng - Susu - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Tumis dendeng manis - Buah kaleng - Minuman manis (teh, sirup, jus dll) - Tim teri bumbu tomat - Susu 48

Selingan Siang Selingan Sore Tabel Lampiran 2 MENU HARI KE 6 SAMPAI HARI KE 0 UNTUK ANAK 2-3 TAHUN (250 Kal) WAKTU MENU MAKAN 6 7 8 9 0 Pagi - Mie rebus gurih ikan teri - Abon - Susu - Susu - Pisang - Ikan tuna tumis bawang - Cah wortel - Jeruk - Teri goreng - Sup sayuran - Susu - Jeruk - Perkedel kukus daging - Sayur santan labu siem - Pepaya - Dendeng manis - Tumis jagung muda dan sawi hijau - Susu - Bihun goreng campur daging kaleng - Susu - Pepaya - Abon ikan - Cah sawi putih dan wortel - Pisang - Sup daging kaleng dan sayuran - Susu goreng campur ikan kaleng - Susu - Pisang - Teri goreng - Tumis labu siem - Jeruk - Ikan sarden goreng tepung - Sayur lodeh kacang panjang - Susu uduk - Semur daging kaleng - Susu - Jeruk - Dendeng goreng - Sambal goreng buncis - Pepaya - Tim teri bumbu tomat - Tumis sayur campur - Susu Catatan : - Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar - Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar - Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada - Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan - Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya - Tambahkan taburia sachet/ hari dalam salah satu makanan anak 49