BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan asam lemak rantai panjang. Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

DEFINISI. lipids are those substances which are

LEMAK. Lemak merupakan salah satu zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

LIPID. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan tiga molekul asam lemak. Di alam,bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yaitu Kopi Robusta (Coffea canephora) dan Kopi Arabika (Coffea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak merupakan triester asam lemak dengan gliserol. Trigliserida alami

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

Penentuan Sifat Minyak dan Lemak. Angka penyabunan Angka Iod Angka Reichert-Meissl Angka ester Angka Polenske Titik cair BJ Indeks bias

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter, kloroform, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakterisasi Minyak Jarak. B. Pembuatan Faktis Gelap

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Minyak goreng berfungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih efektif dibandingkan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. bahan dasar seperti kelapa sawit, kelapa, kedelai, jagung, dan lain-lain. Meski

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN SIFAT MINYAK DAN LEMAK. ANGKA PENYABUNAN ANGKA IOD ANGKA REICHERT-MEISSL ANGKA ESTER ANGKA POLENSKE TITIK CAIR BJ INDEKS BIAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

Adelya Desi Kurniawati, STP., M.Sc., MP.

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM IBM I MINYAK dan LEMAK

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LIPIDA (BAG. DUA) Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui mutu kerupuk ikan Selais (Crytopterus bicirhis) hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

Chapter 20 ASAM KARBOKSILAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak 2.1.1. Peranan Lemak Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak, khususnya minyak nabati mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam oleat, linoleat, linolenat dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, K. Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda, tetapi minyak dan lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak dan lemak berfungsi sebagai media penghantar panas seperti minyak goreng, shortening, margarin, mentega. Disamping itu, penamabahan lemak

dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan seperti pada kembang gula, penambahan shortening pada pembuatan kue-kue, dan lain-lain. Lemak yang ditambahkan ke dalam bahan pangan atau dijadikan bahan pangan membutuhkan persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Berbagai bahan pangan seperti daging, ikan, telur, susu, kacang tanah dan beberapa jenis sayuran mengandung lemak atau minyak yang biasanya termakan bersama bahan tersebut. Lemak dan minyak tersebut dikenal sebagai lemak tersembunyi. Sedangkan lemak atau minyak yang telah diekstraksi dari ternak atau bahan nabati dan dimurnikan dikenal sebagai lemak minyak biasa atau lemak kasat mata. (Winarno, F.G, 1991) 2.1.2. Sumber Lemak Lemak dan minyak yang dapat dimakan dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Lemak atau minyak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu bersumber dari tanaman yang berupa biji-bijian palawija, kulit buah tanaman tahunan, biji-bijian dari tanaman tahunan. Dan sumber yang lain adalah dari hewani yaitu susu hewan peliharaan berupa lemak susu, daging hewan peliharaan berupa lemak sapi, dari hasil laut berupa minyak ikan sardine dan sejenisnya. Komposisi atau jenis lemak dan sifat fisiko-kimia tiap jenis minyak berbeda-beda dan hasil ini disebabkan oleh perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan. Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah lemak

hewan mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung tosterol. Perbedaan yang lain, kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati. (Ketaren, 1986) Klasifikasi lemak nabati dan hewani berdasarkan sifat fisiknya dapat dilihat pada Tabel 2.1.2. (a) dan Tabel 2.1.2 (b) Tabel 2.1.2 (a). Klasifikasi Minyak Nabati Kelompok Lemak 1. Lemak (berwujud padat) 2. Minyak (berwujud cair) a. Tidak mengering (non drying oil) b. Setengah mongering (semi drying oil) c. Mengering (drying oil) Jenis Lemak/Minyak Lemak biji coklat, inti sawit, cohune bebassu, tengkawang, mowvah butter, shea butter. Minyak zaitun, kelapa, inti zaituun, kacang tanah, almond, inti alpukat, inti plum. Minyak dari biji kapas, kapok, jagung, gandum, biji bunga matahari, urgen. Minyak kacang kedele, safflower, argemone, biji karet dan candle nut. Tabel 2.1.2 (b). Klasifikasi Lemak Hewani Kelompok Lemak 1. Lemak (berwujud padat) a. Lemak susu (butter fat) b. Hewan peliharaan 2. Minyak (berwujud cair) a. Hewan peliharaan b. Ikan (fish oil) Jenis Minyak Lemak dari susu sapi, kerbau, kambing dan domba Lemak babi, skin grease, mutton tallow, lemak tulang, lemak/gemuk wool Minyak neats foot Minyak ikan paus, salmon, sardine, herring, shark, dog fish, lumba-lumba.

2.1.3. Struktur Lemak Yang dimaksud dengan lemak disini ialah suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdri atas tiga atom karbon. Jadi tiap atom karbon mempunyai gugus OH. Satu molekul gliserol dapat mengikat satu dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester yang disebut monogliserida, digliserida atau trigliserida. HO CH2 R1 COO CH2 HO CH2 R1 COO CH2 HO CH HO CH R2 COO CH R2 COO CH HO CH2 HO CH2 R3 COO CH2 R3 COO CH2 Gliserol monogliserida digliserida trigliserida Gambar 2.1.3. molekul asam lemak dalam bentuk ester Pada lemak satu molekul gliserol mengikat tiga molekul asam lemak. Oleh karena itu lemak adalah suatu trigliserida. R1 COOH, R2 COOH, R3 COOH adalah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh sama boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam adalah asam palmitat, stearat, oleat dan linoleat.

2.2 Asam Lemak Asam-asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan asam-asam monokarboksilat dengan rantai yang tidak becabang dan mempunyai jumlah atom karbon genap. Asam-asam lemak yang ditemukan di alam dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam-asam lemak tidak jenuh berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya dan berbeda dengan asam lemak jenuh biasanya terdapat dalam bentuk cis. Oleh karena itu, molekul akan bengkok pada ikatan rangkap walaupun ada juga asam lemak tidak jenuh dalam bentuk trans. Asam-asam lemak mempunyai jumlah atom C genap dari C2 sampai C30 dan dalam bentuk bebas atau ester dengan gliserol. Asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan dalam bahan pangan adalah asam palmitat yaitu 15 50 % dari seluruh asam-asam lemak yang ada. Asam stearat terdapat dalam konsentrasi tinggi pada lemak biji-bijian tanaman tropis dan dalam lemak cadangan beberapa hewan darat yaitu 25% dari asam-asam lemak yang ada. Adanya ikatan rangkap pada asam lemak tidak jenuh menimbulkan kemungkinan terjadinya isomer yang terjadi pada posisi ikatan rangkap. Baik pada molekul yang mempunyai susunan konyugasi maupun non konyugasi. Asam-asam lemak dapat digolongkan berdasarkan berat molekul dan derajat ketidakjenuhan. Keduanya akan mempengaruhi sifat-sifat kelarutannya dalam air, kemampuan asam lemak untk meguap dan kelarutan garamgaramnya dalam alkohol air.

Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin maupun air panas. Asam lemak dari C4, C6, C8 dam C10 dapat menguap dan asam lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul rendah dan tidak jenuh lebih mudah larut dalam alkohol dari pada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul tinggi dan jenuh. (Winarno, F.G, 1991) Tabel 2.2. Beberapa Asam Lemak pada umumnya dengan jumlah atom C genap Jumlah Atom C Nama Rumus Asam Lemak Jenuh C4 Asam Butirat C3H7COOH C6 Asam Kaproat C5H11COOH C8 Asam Kaprilat C7H15COOH C10 Asam Kaprat C9H19COOH C12 Asam Laurat C11H23COOH C14 Asam Miristat C13H27COOH C16 Asam Palmitat C15H31COOH C18 Asam Stearat C17H35COOH C20 Asam Lignoserat C19H47COOH Asam Lemak Tidak Jenuh C18:1 Asam Oleat C17H33COOH C18:2 Asam Linoleat C17H31COOH C18:3 Asam Linolenat C17H29COOH C18:4 Asam Arakidonat C17H32COOH 2.3 `Sifat Lemak Lemak hewan pada umumnya berupa zat padat pada suhu ruangan sedangkan lemak yang berasal dari tumbuhan berupa zat cair. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi

mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Sebagai contoh tristearin yaitu ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat mempunyai titik lebur 71 ºC, sedangkan triolein yaitu ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat mempunyai titik lebur -17 ºC. Lemak hewan dan tumbuhan mempunyai susunan asam lemak yang berbedabeda. untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung di dalamnya diukur dengan bilangan iodium. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya banyak ikatan rangkap, makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi. Bilangan iodium adalah banyaknya gram iodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak. Jadi makin banyak ikatan rangkap, makin besar bilangan iodium. Seperti halnya lipid pada umumnya lemak atau gliserida asam lemak pendek dapat larut dalam air, sedangkan gliserida asam lemak panjang tidak larut. Semua gliserida larut dalam ester, kloroform atau benzene. Alkohol panas adalah pelarut lemak yang baik. Dengan proses hidrolisis lemak atau terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan dalam proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak. Untuk lemak dengan berat tertentu, jumlah

mol asam lemak tergantung dari panjang rantai karbon pada asam lemak tertentu. Apabila rantai karbon itu pendek, maka jumlah mol asam lemak besar, sebaliknya apabila rantai karbon itu panjang jumlah mol asam lemak kecil. Jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak disebut bilangan penyabunan. Jadi besar atau kecilnya bilangan penyabunan ini tergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul lemak tersebut. (Poedjiadi, 2006). 2.3.1. Sifat Fisika Dari tabel diatas tampak bahwa asam lemak jenuh yang mempunyai rantai karbon pendek, yaitu asam butirat dan kaproat mempunyai titik lebur yang rendah. Ini berarti bahwa kedua asam tersebut berupa zat cair pada suhu kamar. Makin panjang rantai karbon makin tinggi titik leburnya. Asam palmitat dan stearat berupa zat padat pada suhu kamar. Apabila dibandingkan dengan asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh mempunyai titik lebur lebih rendah. Asam oleat mempunyai rantai karbon sama panjang dengan asam stearat, akan tetapi suhu kamar asam oleat berupa zat cair. Disamping itu makin banyak jumlah ikatan rangkap makin rendah titik leburnya. Hal ini tampak pada pada titik lebur asam linoleat yang lebih rendah dari titik lebur asam oleat. Asam butirat larut dalam air. Kelarutan asam lemak dalam air berkurang

dengan bertambah panjangnya rantai karbon. Asam kaproat larut sedikit dalam air, sedangkan asam palmitat, stearat, oleat dan linoleat tidak larut dalam air. Asam linolenat mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil. Umumnya asam lemak larut dalam eter atau alkohol panas. Tabel 2.3.1. Sifat Fisika Asam Lemak Nama Titik Beku C Titik Didih ºC Asam Lemak Jenuh Asam Butirat -7,9 163,5 Asam Kaproat -1,5 205,8 Asam Kaprilat 16,3 239,7 Asam Kaprat 31,3 270,0 Asam Laurat 44 308,9 Asam Miristat 58,0 202,0 Asam Palmitat 62,8 221,5 Asam Stearat 69,9 240,0 Asam Lemak Tak Jenuh Asam Oleat 15,3 233 Asam Linoleat 14 230 Asam Linolenat 18 231 2.3.2. Sifat Kimia Pada umumnya asam lemak jenuh dari minyak (mempunyai rantai lurus monokarbosilat dengan jumlah atom karbon yang genap). Reaksi yang penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisa, oksidasi, dan hidrogenasi. a. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisa minyak atau lemak akan dirubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang mengakibatkan kerusakan minyak atau

lemak terjadi karna terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak tersebut. Reaksi ini akan mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik pada minyak tersebut. Persamaan reaksi diatas adalah reaksi hidrolisa dari minyak atau lemak menurut Schwitzer (1957). Proses hidrolisa ini biasanya dilakukan dengan penambahan sejumlah basa yang dikenal dengan reaksi penyabunan. (Ketaren, 1986). Gambar 2.3.2.(a) : Reaksi Hidrolisa b. Oksidasi Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil dan enzimenzim lipoksidase.

Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut teori yang sampai kini masih dianut orang, sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang letaknya di sebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam atau enzim. Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida, dan keton yang bersifat volatil dan menimbulkan bau tengik pada lemak. (Winarno, F.G, 1991) Asam Lemak Tidak jenuh Radikal Bebas Radikal bebas Gambar 2.3.2(b) : Reaksi Oksidasi

c. Hidrogenasi Molekul lemak hewani dan minyak nabati mengandung rantai hidrokarbon yang panjang. Dalam minyak nabati rantai ini tak jenuh ganda (memiliki beberapa ikatan rangkap). Sebaliknya lemak padat memiliki hanya beberapa ikatan rangkap. Suatu minyak nabati dapat diubah menjadi zat yang lebih bersifat padat oleh hidrogenai parsial ikatan-ikatan rangkapnya. Proses mengubah minyak menjadi lemak (cair menjadi padat) oleh teknik ini disebut pengerasan (hardening). Meskipun minyak tak jenuh ganda lebih menyehatkan namun umumnya produk-produk hidrogenasinya lebih gurih. Minyak kacang yang dihidrogenasi parsial yang digunakan untuk membuat mentega kacang dan minyak jagung atau minyak kelapa yang terhidrogenasi yang digunakan untuk membuat margarin. (Fessenden, 1982). O O CH2OC(CH2)14CH3 O CH2OC(CH2)14CH3 O CHCO(CH2)7CH = CH(CH2)7CH3 2H2.Pt CHCO(CH2)7CH = CH(CH2)7CH3 O O CH2OC(CH2)7CH = CHCH2CH = CH(CH2)4CH3 (Minyak) CH2OC(CH2)16CH3 (Lemak) Gambar 2.3.2.(c) : Reaksi Hidrogenasi Minyak Menjadi Lemak

2.4 Asam Lemak Bebas Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk (Anonim, 2001). Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap dengan jumlah atom C lebih besar dari 14. Faktor yang berpengaruh akibat meningkatnya asam lemak bebas yaitu sebagai berikut : a. Pengaruh Terhadap Flavor Asam lemak bebas yang dihasilkan oleh proses hidrolisa dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral dan pada konsentrasi sampai 15 persen, belum menghasilkan flavor yang tidak disenangi. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar dari 1 persen, jika dicicipi akan terasa membentuk film pada permukaan

lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap dengan jumlah atom C lebih besar dari 14. Asam lemak bebas yang menguap dengan jumlah atom karbon C4, C6, C8, dan C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak dalam bahan pangan berlemak. Asam lemak ini pada umumnya terdapat dalam lemak susu dan minyak nabati, misalnya minyak inti sawit. Asam lemak bebas juga dapat mengakibatkan karat dan warna gelap jika lemak dipanaskan dengan wajan besi. b. Bau Sabun (Soapiness) Dalam Lemak Timbulnya bau sabun yang tidak enak dengan istilah soapy flavor dalam bahan pangan berkadar lemak tinggi disebabkan oleh pembentukan sabun amonium, sebagai hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan amonia yang dihasilkan dari degradasi protein. Garam amonium dapat dihasilkan karena oksidasi garam organik secara mikrobial dan peristiwa ini terjadi dalam margarin yang ditumbuhi jamur Monilia sp dan Torulae sp. (Ketaren, 1986). Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan pada ternak atau

diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada pusat saraf dan mempersingkat umur. Kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada salah pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak produk makanan, bahkan minyak goreng diiklankan sebagai nonkolesterol. Konsumsi lemak akhir-akhir ini dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal ini berpengaruh adalah jumlah lemak dan mungkin asam lemak tidak jenuh ganda tertentu yang terdapat dalam minyak sayuran (Almatsier, 2002). 2.4.1. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Penentuan kadar asam lemak bebas biasanya dengan menggunakan titrasi penetralan. Titrasi netrralisasi atau titrasi asam-basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Jadi alkalimetri dapat diartikan sebagai penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa. Penetapan nama antara keduanya asidimetri dan alkalimetri diartikan secara umum yakni titarsi yang menyangkut asam-basa. (Harjadi.W, 1990). Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang

berubah warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya. Sebagai contoh fenolftalein (pp), mempunyai pka 9,4 (perubahan warna antara ph 8,4-10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami perataan ulang pada kisaran ph ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga ph meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna. (gambar 2.4.1) (Rohman, 2007). Tidak Berwarna Merah Lembayung Gambar 2.4.1. (a) Struktur perubahan warna fenolftalein

NaOH berlebih Merah Lembayung Tidak Berwarna Gambar 2.4.1. (b) Struktur perubahan warna fenolftalein dengan penambahan NaOH berlebih 2.5 Margarin Margarin atau oleo margarine pertama dibuat pada tahun 1813 dan dikembangkan tahun 1869 oleh Mege Moories dengan menggunakan lemak sapi. Margarin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak dengan persyaratan mengandung tidak kurang 80% lemak. Lemak yang digunakan dapat berasal dari lemak hewani atau lemak nabati. Lemak hewani yang digunakan biasanya lemak babi dan lemak sapi, sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak biji kapas. Karena minyak nabati umumnya dalam bentuk cair, maka harus dihidrogenasi lebih dahulu

menjadi lemak padat, yang berarti margarin harus bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, dan segera dapat mencair dalam mulut. Lemak yang akan digunakan dimurnikan lebih dahulu, kemudian dihidrogenasi sampai mendapat konsistensi yang diinginkan. Lemak diaduk, diemulsikan dengan susu skim yang telah dipasteurisasi dan diinokulasi dengan bakteri yang sama seperti pada pembuatan mentega. Sesudah inokulasi dibiarkan 12-24 jam sehingga terbentuk emulsi sempuna, kadang-kadang ditambahkan emulsifier seperti lesitin, gliserin, atau kuning telur. Bahan lain yang ditambahkan adalah garam, Na benzoat sebagai pengawet, dan vitamin A. 2.5.1. Proses Pembuatan Margarin Proses pembuatan margarin adalah pencampuran antar fase cair, fase minyak dan emulsifier dengan perbandingan tertentu sehingga membentuk emulsi water in oil (W/ O) Secara umum tahap-tahap pengerjaan dalam pembuatan margarin adalah : a. Seleksi dan persiapan lemak yang digunakan b. Pasteurisasi dan inokulasi susu oleh mikroorganisme c. Pembentukan emulsi antara lemak dengan fase cair (susu) d. Pendinginan, peremasan, penggilingan terhadap emulsi sehingga dihasilkan margarin dengan rupa fisik mendekati mentega

e. Penambahan garam, zat warna, bahan pengawet dan vitamin Sebagai fase cair digunakan skim milk yang murni dan masih segar. Sebelum digunakan susu tersebut dipasteurisasi pada suhu 60 ºC 65 ºC selama kurang lebih 1,5 jam. Selanjutnya difermentasi menggunakan Bacillus lactis acidi sebesar 3-6 persen. Pada suhu 180 ºC selama 18 jam. Tujuan dari penambahan susu yang di fermentasi adalah menghasilkan aroma margarin yang mendekati aroma mentega dan skim milk mengandung kasein yang berfungsi sebagai bahan pembentuk emulsi dalam margarin. Untuk menstabilkan emulsi yang terbentuk maka biasanya ditambahkan bahan yang menstabilkan emulsi, misalnya pati, gliserin, gelatin, kuning telur atau lesitin. Bahan lain yang ditambahkan adalah garam dapur (NaCl), natrium benzoate sebagai bahan pengawet, dan vitamin A. Cara pencampuran ramuan dan bahan pembentukan emulsi dalam pembuatan margarin sebagai berikut : 1) bahan yang larut dalam air seperti garam dapur dan natrium benzoate dicampur dengan skim milk, dan 2) bahan yang larut dalam minyak seperti lesitin dan vitamin A, ditambahkan kedalam lemak. Selanjutnya skim milk dan lemak dicampur dalam suatu tangki sehingga terbentuk emulsi. Pengolahan selanjutnya adalah mendinginkan emulsi, sterilisasi, pembuatan adonan, pendinginan kembali pada suhu 7-13ºC, pencetakan adonan dan pembungkusan.

2.5.2. Komposisi Margarin Komposisi kimia margarin dapat bervariasi di setiap Negara dan salah satu contoh dari komposisi margarin dapat dilihat pada Tabel 2.3.1. dibawah ini, Tabel 2.5.2. Komposisi Margarin Komponen Jumlah (%) Lemak 80-81 Skim Milk 14-16 Garam 3 Emulsifier 0,5 Vitamin A *) 15.000 USP *) Vitamin A dalam 0,0454 kg margarin Sumber : Anonymous (1960) 2.6 Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Pemanasan Perubahan kimia yang terjadi dalam molekul lemak akibat pemanasan tergantung dari 3 faktor yaitu : 1) lamanya pemanasan, 2) suhu, dan 3) komposisi campuran asam lemak serta posisi asam lemak yang terikat dalam molekul trigliserida.

a. Lamanya Pemanasan Berdasarkan penelitian terhadap minyak jagung pada pemanasan 10-12 jam pertama bilangan iod berkurang dengan kecepatan konstan, sedangkan jumlah oksigen dalam lemak bertambah dan selanjutnya menurun pada pemanasan 4 jam kedua (berikutnya). Kandungan persenyawaan karbonil bertambah dalam minyak selama proses pemanasan dan kemudian berkurang sesuai dengan berkurangnya jumlah oksigen. b. Suhu Pengaruh suhu terhadap kerusakan minyak atau lemak telah disediki dengan menggunakan sampel margarin dengan suhu 100 º, 110 ºC, 120ºC mengahsilkan asam lemak bebas yang semakin lama semakin tinggi yaitu pada waktu 2 jam, 4 jam, 6 jam, dan 8 jam. Hal ini merupakan suatu indikasi bahwa nilai asam lemak bebas bersifat tidak stabil terhadap panas c. Komposisi Campuran Asam Lemak serta Posisi Asam Lemak yang Terikat dalam Molekul Trigliserida Asam lemak jenuh yang murni dan berbagai macam trigliserida sintesis jika diserang oleh oksigen pada suhu tinggi akan mengakibatkan dehidrogenasi dan terbentuknya persenyawaan tidak jenuh. Serangan oksigen dalam suhu tinggi menghasilkan

hidroperoksida dan hasil antara yang mengandung gugus hidroksil, karbonil dan karboksil. Dalam molekul trigliserida yang mengandung asam oleat, serangan oksigen terjadi terhadap ikatan rangkap. Hidrolisa ikatan ester dari gliserol dan asam lemak juga terjadi selama proses thermal oksidasi. Hidrolisa terjadi juga pada suhu lemak jenuh rantai panjang seperti asam palmitat, asam lemak jenuh rantai pendek seperti asam laurat, atau asam lemak tidak jenuh berantai panjang misalnya asam oleat. Asam laurat dan asam oleat kemungkinan juga akan pecah menjadi fragmen rantai pendek, terbuang bersamasama dengan hasil-hasil kondensasi menguap. Sejumlah kecil asam-asam lemak rantai pendek dengan jumlah atom C11-C15 ditemukan dalam asam lemak bebas dari trigliserida teroksidasi. Asam lemak ini mungkin terbentuk dari asam palmitat bebas dengan cara melepaskan satu karbon dari molekul pada proses oksidasi. (Ketaren, 1986)..