BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2014 BPS PROVINSI JAWA TIMUR REVIU KEEMPAT

RENCANA KINERJA TAHUNAN BPS KABUPATEN MURUNG RAYA TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai sistem tertutup (closed-system) tetapi organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Statistik dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang. sama dalam menyelenggarakan kegiatan statistik dengan instansi

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Rancangan Teknokratik RENSTRA BAB I. Kondisi Umum dan Permasalahan Satker

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Palu, Maret 2017 BPS Kota Palu Kepala, Ir. I Nyoman Dwinda, M.Si

LAPORAN KINER JA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KUPANG 2016

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

Analisis Hasil Survei Kebutuhan Data 2016

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum

KATA PENGANTAR. Denpasar, 24 Februari 2016 BPS Provinsi Bali Kepala, Ir. Adi Nugroho, MM NIP

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. fisik dan motivasi terhadap kepuasan kerja, maka dapat ditarik kesimpulan

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAMBI TAHUN ANGGARAN 2012

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Katalog BPS:

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. ada didalam suatu organisasi. Sumber daya manusia (SDM) harus dikelola

BAB I PENDAHULUAN. pandang manajemen ada beberapa persyaratan agar suatu tujuan perusahan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

PERJANJIAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia adalah mendapatkan orang-orang terbaik dan. mempertahankannya. Pemilik atau pemimpin perusahaan akan mudah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KAIMANA

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

PENGARUH KEPUASAN KOMUNIKASI BAWAHAN DAN KOMPETENSI KOMUNIKASI ATASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi Pada BPS Provinsi Jawa Tengah) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi baik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dunia maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO TAHUN ANGGARAN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO

1.1.2 Visi dan Misi a. Visi Terwujudnya masyarakat informasi Jawa Barat melalui penyelenggaran komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien

VI. SIMPULAN DAN SARAN. adalah sub variabel inisiatif individu, dengan indikator-indikatornya

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari sumber daya alam, sumber

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. penting oleh organisasi, sebab berhasil atau tidaknya menghadapi era tersebut

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PUSAT STATISTIK

PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. SURYA SEGARA SURABAYA SKRIPSI

PENGARUH KUALITAS KOMUNIKASI UPWARD TERHADAP KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN DI PT. GRAHA FARMA SOLO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM STATISTIK NASIONAL

Pedoman Pencacahan dan Pemeriksaan Survei Kebutuhan Data 2014

L A K I P BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SANGGAU TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN AKUNTABLITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Katalog BPS:

Lampiran 1. Panduan Pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

KATA PENGANTAR. Muara Beliti, Maret 2017 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MUSI RAWAS Kepala, AIDIL ADHA, SE, ME

BAB I PENDAHULUAN. karyawan perusahaan yang perlu sekali diperhatikan agar pencapaian tujuan

KUESIONER PENELITIAN

Analisis Hasil Survei Kebutuhan Data 2015

I. PENDAHULUAN. Protokol Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Lampung adalah Pegawai

BAB I PENDAHULUAN. terbuka (openedsystem) yang harus dapat merespon dan. untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup (survive) dan mencapai

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA / INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia ini merupakan penggerak utama atas kelancaran jalannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan faktor yang menentukan berhasil dan tidaknya suatu

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ringkasan Survei Kebutuhan Data


BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting saat ini bahkan dimasa yang akan datang, karena perusahaan tidak akan

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. cenderung hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. memberikan sumbangan yang optimal bagi perusahaan. Dan salah satu faktor

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah, kendala, dan keterbatasan yang menyebabkan gagal, kurang berhasil atau

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan yang sangat dominan dalam aktifitas organisasi, karena

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan bagian yang sangat penting dalam

L A K I N LAPORAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tingginya tingkat persaingan, memberi kesadaran kepada semua pihak bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia yang semakin maju dan moderen saat ini

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN ANGGARAN 2017 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BUTON UTARA

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ada pada perusahaan tersebut. Sumber daya

LAPORAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2015

Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Utara PENETAPAN KINERJA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN ANGGARAN 2012

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAGELANG

BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENMUSIRAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat pola pikir seorang manajer

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya. memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok masyarakat untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah lepas dari kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Pusat Statistik (BPS) memiliki tugas dan tanggung jawab bukan hanya sebagai penyedia data atau informasi, melainkan juga sebagai koordinator kegiatan perstatistikan di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Undang Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik. Koordinasi dan kerja sama penyelenggaraan statistik dilakukan oleh BPS dengan instansi pemerintah, lembaga penelitian, atau masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pemanfaatan data statistik yang dihasilkan oleh BPS sebagai penyelenggara kegiatan statistik bersifat luas, baik bagi pemerintah dalam negeri, luar negeri, maupun masyarakat serta memiliki ciri ciri lintas sektoral, berskala nasional atau regional, dan bersifat makro. Data statistik tersebut dapat digunakan oleh instansi pemerintah sebagai data pendukung dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Sementara itu, masyarakat biasanya menggunakan data statistik sebagai data pendukung perencanaan, penelitian, skripsi, tesis, dll. Oleh karena itu, BPS selalu berupaya merencanakan strategi pemasaran data statistik yang berkualitas, ditinjau dari sisi penyajian,akurasi, dan kemutakhiran data. Dalam memproduksi dan menyajikan data statistik, BPS selalu berupaya memberikan pelayanan maksimal kepada pengguna data. Hal tersebut merupakan suatu keharusan sebagai lembaga publik penyedia data dan informasi statistik sekaligus sebagai wujud tanggung jawab dan amanat pemerintah yang diemban BPS. Sebagai wujud evaluasi atas kinerja, BPS mulai tahun 2013 telah melakukan survei kepuasan konsumen. Survei kepuasan konsumen yang terakhir dilakukan adalah Survei Kepuasan Konsumen Badan Pusat Statistik 2014 (SKK-BPS 2014) yang merupakan evaluasi kinerja organisasi sepanjang tahun 2014. SKK-BPS 2014 merupakan bentuk evaluasi agar BPS terus menerus berupaya meningkatkan dan menyempurnakan kualitas pelayanan terhadap konsumen, sehingga dapat memenuhi harapan konsumen terhadap kualitas pelayanan BPS. 1

SKK-BPS 2014 merupakan rujukan utama yang dilakukan terhadap survei serupa yang dilakukan oleh pihak internal BPS. SKK-BPS 2014 dilakukan oleh pihak luar yang memenuhi sejumlah kriteria yang dipersyaratkan sebelumnya. Survei yang dilakukan BPS yaitu Survei Kebutuhan Data (SKD) dianggap kurang bisa memberikan gambaran yang obyektif dalam hal evaluasi kinerja. SKD diutamakan sebagai kontrol dan pengawasan terhadap kinerja yang dihasilkan secara berkelanjutan. Output SKK-BPS 2014 berupak Indeks Kepuasan Konsumen. Analisis terhadap indeks kepuasan konsumen diharapkan dapat memperoleh gambaran secara aktual dan faktual tentang indikator mutu pelayanan BPS yang diterima oleh konsumen pengguna data BPS selama ini. Hasil analisis perbandingan antara harapan konsumen dan kenyataan pelayanan yang diberikan BPS (gap analysis) tersaji pada tabel berikut ini: Tabel 1.1. Rata rata Gap Analysis Kepuasan Konsumen Badan Pusat Statistik No. Indikator Kinerja Kepentingan Kinerja Gap I Kualitas Data 86,55 76,28 10,27 II Kualitas Pelayanan 87,12 76,75 10,38 III Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pelayanan 88,79 79,27 9,52 IV Jaminan Pelayanan 86,93 77,98 8,95 V Sikap Empati Petugas 89,21 79,43 9,78 Sumber : Laporan Akhir SKK-BPS 2014, diolah Gap analysis atau analisis kesenjangan merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Secara singkat, gap analysis bermanfaat untuk: 1. Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu standar kinerja yang diharapkan, 2. Mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut, 3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan. Bappenas merekomendasikan toleransi gap yang masih dapat diterima di bawah 10 poin (Bappenas, 2009:26). Hasil SKK-BPS 2014 pada tabel 1.1 menunjukkan terdapat kesenjangan antara kepentingan dan kinerja, terdapat gap (kesenjangan yang lebih dari 10 poin) sehingga direkomendasikan bahwa BPS masih perlu meningkatkan kinerja organisasi secara 2

3 menyeluruh. Dalam laporan akhir hasil survei kepuasan konsumen 2014 juga terdapat saran perbaikan kinerja terkait indikator I dan II. Selain menggunakan hasil survei pihak eksternal, indikator kinerja BPS juga tertuang dalam Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 58 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 21 Tahun 2010 tentang Indikator kinerja Utama BPS. Setiap tahun indikator kinerja utama tersebut dinilai dan dituangkan dalam Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik. Laporan Kinerja terakhir yang telah disusun adalah tahun 2014. Terdapat empat tujuan BPS yang hendak dicapai pada tahun 2014, keempat tujuan tersebut yakni: 1. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik yang berkualitas, 2. Meningkatkan pelayanan prima dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, efektif, dan efisien, 3. Penguatan teknologi informasi dan komunikasi serta sarana kerja, 4. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penataan kelembagaan. Pencapaian kinerja tujuan pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.2. Hasil Capaian Kinerja Tujuan BPS Tahun 2014 No. Tujuan Indikator Satuan Target Realisasi 1 Tujuan 1 Persentase konsumen yang merasa puas dengan kualitas data BPS Persen 90,00 80,11 2 Tujuan 2 Persentase konsumen yang merasa puas dengan Layanan Data BPS Persen 95,00 88,08 3 Tujuan 3 Jumlah satker mempunyai situs web yang terhubung secara online Satker 513,00 513,00 4 Tujuan 4 Persentase pegawai berpendidikan minimal Diploma IV atau Strata 1 Persen 58,46 59,30 Sumber : Laporan Kinerja BPS 2014 Dari data pada tebel 1.2, terlihat bahwa realisasi kinerja tujuan 1 dan tujuan 2 masih di bawah target yang telah ditetapkan. BPS telah berupaya untuk mencapai tujuan pertama, diantaranya dengan menyusun Kerangka Jaminan Kualitas Statistik (Statistics Quality Assurance Framework/Stat-QAF), serta menjalin hubungan yang baik dengan responden sebagai sumber data. Upaya yang telah dilakukan BPS untuk mencapai tujuan kedua adalah melalui peningkatan pelayanan terhadap pengguna data melalui Pelayanan Statistik Terpadu (PST). PST merupakan pelayanan yang bersifat one gate services dan one stop services. Di dalam PST terdapat unit pelayanan perpustakaan tercetak,

4 perpustakaan digital, data mikro, konsultansi statistik, penjualan publikasi softcopy/ hardcopy dan pelayanan rekomendasi/bantuan survei. Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi, dan kebijakan, maka untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mampu mempengaruhi sebuah kinerja organisasi. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan pengukuran kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum. Kinerja organisasi yang luas dan lebih abstrak sifatnya dapat didekati pengukurannya dengan kinerja pegawai yang lebih jelas indikatornya. Gibson (1996) dalam Brahmasari dan Suprayetno (2009), mengemukakan bahwa kinerja organisasi tergantung dari kinerja individu atau dengan kata lain kinerja individu akan memberikan kontribusi pada kinerja organisasi. Senada dengan hal tersebut, Mahmudi (2005:22-23) juga menyatakan bahwa kinerja organisasi pada dasarnya merupakan tanggung jawab setiap individu yang bekerja dalam organisasi. Apabila dalam organisasi setiap individu bekerja dengan baik, berprestasi, bersemangat, dan memberikan kontribusi terbaik terhadap organisasi, maka kinerja organisasi secara keseluruhan akan baik. Widyasari (2004) sebagaimana dikutip Edwardin (2006:1) menjelaskan bahwa banyak aspek yang mempengaruhi keberhasilan suatu kinerja pegawai seperti kejelasan peran, keadaan lingkungan, dan faktor lainnya seperti nilai dan budaya, imbalan, penghargaan dan tingkat kompetensi. Salah satu aspek pribadi yang merupakan kompetensi adalah komunikasi, menurut Robbins (2002:307) dengan komunikasi, organisasi dapat memelihara motivasi karyawan dengan memberikan penjelasan kepada karyawan tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan karyawan untuk meningkatkan kinerjanya jika sedang berada di bawah standar. Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja. Hal ini mudah dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai dampak yang luas

5 terhadap kehidupan organisasi, misalnya konflik antar pegawai, dan sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama dan juga kepuasan kerja. Mengingat yang bekerjasama dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan merupakan sekelompok sumber daya manusia dengan berbagai karakter, maka komunikasi yang terbuka harus dikembangkan dengan baik. Dengan demikian masing-masing pegawai dalam organisasi mengetahui tanggung jawab dan wewenang masing-masing. Pegawai yang mempunyai kompetensi komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya, sehingga tingkat kinerja pegawai menjadi semakin baik. Komunikasi memegang peranan penting di dalam menunjang kelancaran aktivitas pegawai dalam organisasi. Untuk meningkatkan kinerja pegawai, kemampuan komunikasi yang efektif sangat diperlukan oleh semua anggota organisasi. Kompetensi komunikasi atasan yang baik akan memudahkan apa yang ingin dilakukan oleh bawahan dan bawahan akan memberikan respon kepada ide ide yang dikemukakan, apa kekurangannya dan bagaimana cara memperbaikinya. Hal tersebut dapat terwujud manakala pesan pesan yang disampaikan dalam berkomunikasi sangat efisien dan langsung menyentuh inti persoalannya. Komunikasi yang efektif dapat mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan. (Verma, 2013:4) Namun demikian, hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan juga tidak bisa dilepaskan dari budaya paternalistik yaitu atasan jarang sekali atau tidak pernah memberikan kepada bawahannya untuk bertindak sendiri, untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan. Hal ini disebabkan karena komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan bersifat formal dimana adanya struktur organisasi yang jauh antara atasan dengan bawahan. Sehingga konsekuensi dari perilaku ini bahwa para bawahannya tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide, dan saran. Padahal Sianipar dalam Damastuti (2010:33) mengungkapkan bahwa agar komunikasi dalam organisasi dapat berlangsung efektif dan memberikan kepuasan komunikasi bagi pihak-pihak yang berkomunikasi terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu bersifat terbuka dan komunikasi dua arah yang sering dilakukan, dan terdapat adanya proses mendengarkan dengan baik, mekanisme umpan balik, dan diskusi mengenai penyelenggaraan aktivitas organisasi itu sendiri.

6 Adanya penelitian empiris yang menghubungkan antara kompetensi komunikasi dengan berbagai hasil organisasi termasuk mobilitas pekerjaan, tingkat pekerjaan, gaji, kemampuan memimpin dan kemampuan mental umum serta kinerja pegawai (Ferris et al 2001). Sejumlah penelitian-penelitian tersebut menekankan pentingnya kompetensi komunikasi terhadap kinerja pegawai, namun hanya sedikit penelitian yang membahas dampak dari kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja bawahan. Penelitian lain yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah kepuasan komunikasi (Irwanto:2015; Arifin:2005). Pace dan Faules (2006: 165) menambahkan bahwa kepuasan adalah suatu konsep yang lebih berkenaan dengan tingkat kenyamanan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepuasan dalam komunikasi adalah kondisi ketika muncul keberadaan rasa nyaman dengan pesan-pesan, media, dan hubunganhubungan yang timbul dalam organisasi. Kepuasan komunikasi ini menyoroti tingkat individu dan pribadi. Kepuasan komunikasi yang diperoleh pegawai dalam organisasi tentu tidak hanya didapat dari kenyamanan komunikasi pegawai dalam berkomunikasi dengan teman kerja, namun juga kenyaman yang diperoleh ketika berkomunikasi dengan atasannya. Dalam komunikasi yang berlangsung diantara bawahan dengan atasan, kecakapan komunikasi atasan yang baik dalam merespon segala bentuk informasi dari karyawan tentunya juga dapat memberikan kepuasan komunikasi tersendiri bagi karyawan, karena ketika atasan memiliki kecakapan komunikasi yang baik, komunikasi dapat mencapai tujuan dan memberikan hasil yang diinginkan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi (Hardjana, 2003:91) Selain kedua variabel yang telah dipaparkan di atas yaitu kompetensi komunikasi atasan dan kepuasan komunikasi, penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui elemen komunikasi yang mempengaruhi kinerja organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Hilman dan Siam (2004) telah meneliti bahwa struktur organisasi dan budaya organisasi secara signifikan terkait dengan kinerja organisasi. Mulyadi (2012) menyimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan bahwa iklim komunikasi dan motivasi kerja berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan. Penelitian lain yang telah dilakukan juga menghasilkan kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan, komunikasi internal, dan motivasi kerja mempengaruhi kinerja pegawai secara nyata. (dalam Chairunnisa, 2012)

7 Berdasarkan pengalaman peneliti ketika bekerja dan sejumlah wawancara awal yang tidak terstruktur dengan beberapa rekan pegawai terdapat sejumlah hambatan komunikasi yang terjadi di BPS terkait kompetensi komunikasi dan kepuasan komunikasi. Atasan ketika menyampaikan pesan yang berupa perintah melalui media tulisan seringkali menimbulkan berbagai penafsiran sehingga bawahan merasa tidak yakin akan pekerjaan yang dilakukannya. Terkadang terjadi penyimpangan komunikasi dari atas ke bawah ketika menyampaikan hasil rapat pimpinan yang berisi kebijakan organisasi yang bersifat sensitif. Bawahan tidak merasa puas akan informasi yang didapatnya tetapi takut atau segan untuk merespon informasi tersebut dengan bertanya kepada atasan. Hal tersebut dikarenakan telah terbentuk komunikasi yang cenderung tertutup. Komunikasi yang bersifat tertutup akan menyebabkan iklim komunikasi yang tidak baik sehingga menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan. Dalam upaya untuk mengisi kesenjangan informasi, kurangnya komunikasi pada karyawan lebih rentan terhadap desas-desus, cenderung lebih curiga terhadap para atasan mereka, dan sering menjadi sinis atau apatis terhadap kebijakan yang diambil. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah. Pendekatan SEM dipilih karena memiliki kemampuan untuk meningkatkan pemahaman dengan menggabungkan teori dan data empiris yang tidak dapat dilakukan oleh alat analisis multivariate lainnya. Selain itu, analisis SEM memungkinkan penilaian simultan item pengukuran setiap variabel dalam model dan pada saat yang sama juga dapat memperkirakan hubungan antara variabel. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, ditemukan masalah sebagai berikut: 1. Apakah kepuasan komunikasi bawahan berpengaruh terhadap kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah? 2. Apakah kompetensi komunikasi atasan berpengaruh terhadap kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah?

8 3. Apakah kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan secara bersama bersama berpengaruh terhadap kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah? 4. Faktor dominan apakah yang membentuk kepuasan komunikasi bawahan, kompetensi komunikasi atasan serta kinerja pegawai? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh kepuasan komunikasi bawahan terhadap kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah, 2. Menganalisis pengaruh kompetensi komunikasi atasan terhadap kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah, 3. Menganalisis pengaruh kepuasan komunikasi bawahan dan kompetensi komunikasi atasan secara bersama sama terhadap kinerja pegawai BPS Provinsi Jawa Tengah, 4. Mengidentifikasi faktor pembentuk yang paling dominan dari kepuasan komunikasi bawahan, kompetensi komunikasi atasan, dan kinerja pegawai. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis maupun akademis, penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu komunikasi, terutama dalam bidang kajian komunikasi organisasi, 2. Dalam tataran praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi sebagai salah satu dasar penentuan kebijakan bagi organisasi tentang faktor faktor dominan kepuasan komunikasi dan kompetensi komunikasi sehingga menjadikan pegawai yang berkualitas dengan kinerja yang tinggi.