Analysis Calculation of Optimum Hand Tractor Needs In Regency Bandung. Dwi Rustan Kendarto 1)

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN ANALISIS PENENTUAN LOKASI KAWASAN INDUSTRI TEMBAKAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan PROGRAM DAN KEGIATAN, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS LUAS LAHAN GARAPAN PER RUMAH TANGGA PETANI DI SELURUH KECAMATAN DAS CITARUM HULU

Jumlah penduduk Kabupatent Bandung berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 3,17 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,56 persen per tahun

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

VISI DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG RANCANGAN PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bandung, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB V PENUTUP Simpulan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

UU No.23 Tahun Indikator. 6 Dimensi 28 Aspek. Pelimpahan Kewenangan

Lampiran 1 Indikator dari Pembangunan yang Berkelanjutan (CSD 2001)

METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN DALAM PENENTUAN PUSAT PELAYANAN

pelaksanaan pencapaian ketahanan pangan dan kemandirian pangan nasional.

PENDAHULUAN Latar Belakang

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berpotensi untuk mengembangkan sektor pertanian hal ini

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

PETUNJUK TEKNIS FESTIVAL NASYID KAB. BANDUNG 2015 A. KETENTUAN PESERTA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. anggaran pemerintah yang cukup karena oil boom untuk membiayai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah, dengan

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

Gambar 2.5: Hasil uji sensitivitas 2.4. HASIL ANALISIS

Kata kunci : Kesesuaian lahan, Padi gogo, Lahan kering.

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGERANG)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

KAJIAN KERENTANAN, RISIKO, DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM PADA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BANDUNG

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEMENTERIAN PERTANIAN

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

Studi Optimasi Distribusi Pemanfaatan Air di Daerah Irigasi Pakis Menggunakan Program Linier

Transkripsi:

ANALISIS PERHITUNGAN KEBUTUHAN OPTIMUM TRAKTOR RODA DUA DI KABUPATEN BANDUNG Analysis Calculation of Optimum Hand Tractor Needs In Regency Bandung Dwi Rustan Kendarto 1) 1) Staf Dosen Teknik Pertanian dan Biosistem, FTIP, Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang Km 21, Jatinangor 40600 Email : dwirustamkendarto@gmail.com ABSTRAK Mekanisasi pertanian berperan penting dalam meningkatkan daya saing sektor pertanian. Efisiensi waktu dan biaya dapat dicapai dengan proses mekanisasi. Waktu panen juga dapat lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan tenaga kerja padat karya sehingga efisiensi biaya meningkat hingga 40%. Traktor sebagai salah satu produk mekanisasi telah banyak diaplikasikan di petani, akan tetapi kebutuhan optimum suatu daerah terhadap traktor seringkali belum diketahui. Kajian ini mencoba menghitung jumlah traktor yang dapat diserap secara optimum berdasarkan potensi lahan pertanian, perubahan lahan dan dinamika kependudukan di Kabupaten Bandung. Analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis desriptif menggunakan aplikasi analisis spasial untuk memperoleh data luasan area lahan pertanian eksisting maupun potensi berdasarkan arahan penggunaan lahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah di sekitar Kabupaten Bandung jumlah kebutuhan traktor roda dua masih kurang, namun demikian jumlah kekurangan dalam analisis proyeksi menunjukkan kecenderungan menurun. Jumlah kebutuhan traktor pada tahun 2025 adalah 2237 untuk kebutuhan traktor dengan berdasarkan pada luas lahan dan proyeksi ketersediaan traktor adalah 2393. Kata kunci: Optimasi pengembangan traktor, neraca ketersediaan dan kebutuhan traktor, karakteristik lahan ABSTRACT Mechanization of agriculture plays an important role in improving the competitiveness of the agricultural sector. Time and cost efficiency can be achieved with the process of mechanization. Harvest time can also be faster than using labor-intensive so that the cost efficiency was increased to 40%. Tractor mechanization as one of the products has been widely applied in the farmer, but the optimum needs of an area of the tractor is often unknown. This study attempted to count the number of tractors that can be optimally absorbed by the potential of agricultural land, land use change and population dynamics in Bandung regency. The analysis used in this study is the analysis desriptif using the application of spatial analysis to obtain the data size of the area of agricultural land under the direction of existing and potential land use. The analysis showed that the area around Bandung regency total demand for hand tractor is still lacking, however, the number of flaws in the analysis of projections showed a declining trend. Total tractor needs in 2025 is 2237 for the tractor needs based on land area and the projected availability of the tractor is 2393. Key word: Optimization of the development of the tractor, the balance of supply and demand for tractors, land characteristics Diterima : 27 Mei 2016; Disetujui : 22 Agustus 2016 ; Online Published : 31 Oktober 2016 68 Analisis Perhitungan Kebutuhan Optimum Traktor Roda Dua di Kabupaten Bandung

PENDAHULUAN Peningkatan produksi padi sebagai salah satu upaya untuk peningkatan ketahanan pangan telah dilakukan secara menyeluruh di Indonesia. Peningkatan penggunaan mekanisasi pertanian merupakan bagian dari rencana pembangunan pertanian, namun demikian faktor perubahan konversi lahan dan persepsi masyarakat tentang pekerjaan di bidang pertanian menjadi kendala keberhasilan program peningkatan mekanisasi di bidang pertanian. Perkembangan teknologi traktor telah memberikan banyak keuntungan. Peningkatan penggunaan traktor dalam pengolahan tanah membuat pengolahan lahan lebih efisien, namun demikian, penggunaan hewan sebagai alat pengolah tanah masih tetap dilakukan oleh petani. Persepsi petani terhadap kinerja dan hasil penggunaan traktor masih menjadi penyebab keengganan petani berpindah menggunakan traktor. Penggunaan traktor menyebabkan perubahan tenaga kerja pertanian terutama jumlah tenaga kerja yang diperlukan semakin kecil. Oleh sebab itu upaya pemerintah untuk mendorong mekanisasi pertanian melalui program-program kepemilikan traktor secara murah sangat menguntungkan bagi petani. Beberapa program pemerintah untuk peningkatan mekanisasi melalui kredit kepemilikan traktor dan bantuan traktor kepada kelompok tani Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) mulai digulirkan sebagai upaya peningkatan penerapan Alsintan (alat mesin pertanian) melalui kelembagaan (Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, 2009). Optimalisasi kerja traktor membutuhkan pengetahuhan dalam penggunaan traktor yang efisien. Perhitungan optimalisasi kerja traktor digunakan sebagai dasar dalam merencanakan kecukupan alsintan bagi petani. Data kebutuhan dan ketersediaan traktor penting bagi perencanaan dalam membuat kebijakan pemberian program bantuan, dukungan dan pembinaan terhadap unit-unit wilayah yang menjadi basis pertanian, sehingga perencanaan menjadi tepat sasaran. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi mekanisasi pertanian di Kabupaten Bandung terutama berkaitan dengan ketersediaan dan kebutuhan traktor roda dua sebagai sarana pengolahan tanah awal dengan mempertimbangkan kondisi dinamika lahan dan penduduk sebagai dasar perencanaan pemberian bantuan traktor untuk petani. Karakteristik Budidaya Pertanian di Kabupaten Bandung Kabupaten bandung merupakan bagian dari cekungan Bandung yang melingkupi seluruh wilayah Kota Bandung, namun dalam perkembangannya Kabupaten Bandung mengalami pemekaran menjadi Kota Cimahi, kemudian mengalami pemekaran kembali menjadi Kabupaten Bandung Barat, sehingga Kabupaten Bandung telah terbagi menjadi tiga kota/kabupaten yakni Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung merupakan kawasan yang mempunyai lahan pertanian sawah cukup luas, hampir semua lahan di cekungan Bandung yang sangat potensial sebagai lahan pertanian termasuk dalam Kabupaten Bandung. Penyebaran sawah di Kabupaten Bandung meliputi; Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Selokan Jeruk, Kecamatan Baleendah, Kecamatan Soreang, dan Kecamatan Pameungpeuk. Hampir semua lahan sawah tersebut merupakan sawah dengan irigasi teknis, oleh sebab itu Kabupaten Bandung merupakan lumbung padi di cekungan Bandung. Luas sawah di Kabupaten Bandung ratarata mengalami penurunan, terutama di kecamatan yang berbatasan dengan perkotaan atau kawasan hinterland. Faktor tekanan penduduk menjadi penentu terjadinya penurunan luas pertanian sawah di kawasan hinterland. Selain itu pertumbuhan industri tekstil yang sangat pesat juga menjadi penyebab konversi lahan semakin intensif. Hal ini terjadi tertama di Kecamatan Majalaya, Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Bojongsoang, namun jika dilihat dari dinamika jumlah petani, ternyata jumlah petani mengalami peningkatan walaupun hanya berkisar 0,05%. Secara rinci perubahan jumlah petani dan proyeksi sampai tahun 2025 disajikan pada Gambar 2. Analisis Perhitungan Kebutuhan Optimum Traktor Roda Dua di Kabupaten Bandung 69

Gambar 1. Posisi Kabupaten Bandung Dalam Kaitannya dengan Bandung Metropolitan Area (BMA) model analisis. Salah satu model perhitungan tekanan penduduk yakni menggunakan analisis kompartif antara kebutuhan pangan dan ketersediaan pangan, atau produksi lahan untuk melihat rentabilitas pertanian sawah (beras sebagai makanan pokok). Tekanan Penduduk Sebagai Penentu Pertanian Basis Gambar 2. Grafik Proyeksi Pertumbuhan Jumlah Petani Tekanan penduduk sangat berkaitkan dengan perubahaan jumlah penduduk disuatu wilayah. Jumlah penduduk di Kabupaten Bandung mengalami pertambahan berkisar 2,69% pertahun (BPS, 2007). Tekanan penduduk dapat dihitung dengan beberapa Analisis tekanan penduduk dilakukan untuk mengetahui kecamatan yang dapat dinyatakan sebagai kecamatan basis pertanian. Kecamatan basis pertanian adalah kecamatan-kecamatan yang masih mengandalkan pertanian dan produksi sebagai sumber penghasilan petani dan masih mencukupi kebutuhan. Analisis tekanan penduduk dimaksudkan untuk mengetahui 70 Analisis Perhitungan Kebutuhan Optimum Traktor Roda Dua di Kabupaten Bandung

kecamatan yang mempunyai basis pertanian, semakin besar nilai tekanan penduduk, menunjukkan bahwa pertanian di kecamatan tersebut masih merupakan kegiatan ekonomi utama penduduknya sehingga mempunyai potensi pengembangan pertanian dan peningkatan penyerapan mekanisasi pertanian. Nilai tekanan penduduk erat kaitannya dengan luas sawah dan jumlah penduduk petani. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di laboratorium Teknik Tanah dan Air Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknik Pertanian menggunakan data sekunder dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Penentuan kondisi mekanisasi berkaitan dengan dinamika penduduk dan lingkungan dilakukan dengan melakukan analisis data berkaitan dengan dinamika data kependudukan, kebutuhan sawah dan ketersediaan sawah. Analisis kebutuhan traktor didasarkan pada luas lahan sawah dan kapasitas kerja traktor dengan mempertimbangkan jadwal tanam dengan asumsi intensitas tanam 200%. Selain itu, analisis kebutuhan traktor juga dihitung dengan mempertimbangkan arahan penggunaan lahan. Agar perencanaan penyediaan traktor lebih optimal, faktor tekanan penduduk menjadi bahan pertimbangan. Tekanan penduduk digunakan untuk mengetahui kekuatan pertanian sebagai basis ekonomi pertanian tiap kecamatan. Pendapatan petani setara beras = 0,65*(GKG-(Benih+pakan ternak+tercecer)) GKG = Gabah Kering Giling = 0,865*GKP (Gabah Kering Panen) Benih = 0,25 *luas tanam Pakan ternak = 0,012*GKG Tercecer = 0,03*GKP Perhitungan Kebutuhan Traktor Dalam penentuan kebutuhan traktor di Kabupaten Bandung diperlukan suatu asumsi yang mendasari perhitungannya. Asumsi digunakan untuk menghindari keterbatasan data ; - Pertumbuhan petani rata-rata 0,05 (hasil analisis data kependudukan 2003-2008) - Perluasan lahan pertanian (sawah 0,05% pertahun untuk daerah hinterland mengalami penurunan 0,05% pertahun 0,1% pertahun). - Produksi padi dalam penentuan pendapatan petani adalah 5,5 ton/ha/panen. - Ternak tidak digunakan sebagai alat bantu pengolah tanah karena ke depan ternak lebih dihargai sebagai barang simpanan. - Kebutuhan operator untuk traktor adalah 2 orang per traktor - Pertumbuhan petani dihitung dengan rumus Pt= P t-1 *(1+r) t Analisis Data Spasial Penggunaan perangkat lunak sistem informasi geografis digunakan untuk memperoleh data luasan area lahan pertanian dari eksisting maupun potensi berdasarkan arahan penggunaan lahan. Penentuan Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Rumus tekanan penduduk adalah selisih antara pendapatan petani dari lahan pertanian (ton setara beras /th) dengan kebutuhan layak dari petani (650 ton/th). Penentuan pendapatan petani yaitu dilakukan melalui konversi produksi padi kering panen ke produksi setara beras dengan rumus (Litbang Pertanian, 2007): HASIL DAN PEMBAHASAN Tekanan Penduduk Sebagai Penentu Pertanian Basis Analisis tekanan penduduk dilakukan untuk mengetahui kecamatan yang dapat dinyatakan sebagai kecamatan basis pertanian. Kecamatan basis pertanian adalah kecamatan yang masih mengandalkan pertanian sebagai sumber penghasilan petani dan produksi pertanian yang diusahakan masih mencukupi kebutuhan. Analisis tekanan penduduk dimaksudkan untuk mengetahui Analisis Perhitungan Kebutuhan Optimum Traktor Roda Dua di Kabupaten Bandung 71

kecamatan yang mempunyai basis pertanian. Semakin besar nilai tekanan penduduk, menunjukkan bahwa pertanian di kecamatan tersebut merupakan kegiatan ekonomi utama penduduknya sehingga mempunyai potensi pengembangan pertanian dan peningkatan penyerapan mekanisasi pertanian. Nilai tekanan penduduk erat kaitannya dengan luas sawah dan jumlah penduduk petani. Hasil analisis penduduk menunjukkan bahwa tekanan penduduk kecamatan di Kabupaten Bandung mempunyai nilai tekanan penduduk positif. Artinya, petani masih mempunyai lahan untuk usahanya dan hasil produksinya masih mencukupi untuk kehidupan petani tersebut. Kecamatan Cilengkrang dan Kecamatan Cimenyan mempunyai nilai negatif cukup besar, hal ini disebabkan jumlah petani besar dengan luas sawah yang semakin sempit, sehingga pertanian sudah tidak mampu lagi menopang kebutuhan hidup petani itu sendiri. Distribusi tekanan penduduk di sajikan pada Gambar 3. Nilai Tekanan Penduduk 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0-5000 Tekanan Penduduk Kecamatan Gambar 3. Distribusi Tekanan Penduduk di Kabupaten Bandung Kecamatan dengan luas lahan sawah tinggi mempunyai nilai tekanan penduduk rendah. Sebaliknya kecamatan yang luas sawahnya kecil dengan jumlah penduduk besar mengalami nilai minus. Artinya, pertanian sudah tidak dapat mendukung kebutuhan penduduknya. Nilai tekanan penduduk besar biasanya berada di kawasan hinterland, kecuali Kecamatan Ibun dan Kecamatan Rancabali. Kecamatan Ibun dan Kecamatan Rancabali mempunyai nilai minus karena produktivitas lahannya rendah, sebagian besar lahan pertanian adalah lahan kering, sehingga produksi beras relatif rendah, dan dalam analisis tekanan penduduk tidak mempertimbangkan dan mengkonversi produksi lainnya ke dalam beras. Tekanan penduduk dalam bidang pertanian juga disebabkan jumlah kesempatan kerja untuk pertanian semakin sempit dan kurang menjanjikan, sehingga petani berpindah ke pekerjaan lain. Hasil analisis tekanan penduduk dapat digunakan untuk mengetahui kecamatan basis pertanian. Kecamatan yang potensial menjadi basis pertanian di Kabupaten Bandung adalah Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Kertasari, Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Pangalengan dan Kecamatan Pacet. Oleh sebab itu, kecamatan-kecamatan ini dapat didorong dalam peningkatan mekanisasi pertanian melalui model UPJA. Kecamatan yang potensial mengalami perubahan dari pertanian ke arah non pertanian adalah Kecamatan Margaasih, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Ketapang, sedangkan Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Cimaung dan Kecamatan Pasirjambu mempunyai nilai kecil karena pertanian yang dominan di kawasan ini adalah hortikultur sehingga tidak termasuk sebagai basis pertanian lahan sawah, sesuai asumsi dalam perhitungan yang hanya mendasarkan pada luas sawah. Jika dilihat berdasarkan lokasi, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Ketapang merupakan lahan yang berada di sekitar kawasan perkotaan atau sebagai daerah hinterland. Analisis Proyeksi Kebutuhan Traktor Berdasarkan Analisis Perubahan Lahan Ketersediaan lahan merupakan salah satu faktor penentu kebutuhan traktor roda dua. Perubahan penggunaan lahan terutama perubahan luas lahan sawah dan tegalan menjadi salah penyebab perubahan kebutuhan traktor. Perencanaan proyeksi kebutuhan traktor dapat menggunakan angka perubahan pengggunaan lahan sebagai dasar perhitungan tentunya dengan menggunakan 72 Analisis Perhitungan Kebutuhan Optimum Traktor Roda Dua di Kabupaten Bandung

asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi tersebut diperoleh dari data sekunder maupun hasil perhitungan. Dalam perhitungan kebutuhan traktor roda dua, perubahan penggunaan lahan diasumsikan mengalami peningkatan jumlah sawah namun untuk beberapa lokasi mengalami penurunan, terutama daerah yang berbatasan dengan Kota Bandung. Penurunan luas lahan pertanian karena konversi lahan tergantung lokasi. Dalam perhitungan perubahan luas lahan nilai konversi lahan dari pertanian menjadi non pertanian bervariasi dari 0,05 sampai 0,01%. Nilai perubahan tinggi terutama terjadi di kawasan yang berbatasan dengan Kota Bandung. Gambaran perubahan luas lahan untuk Kabupaten Bandung disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik Proyeksi Perubahan Luas Lahan Sawah di Kabupaten Bandung Gambar 4 menjelaskan bahwa jumlah luas lahan pertanian mengalami penurunan secara terutama karena sumbangan penurunan di kawasan hinterland yang cukup besar, walaupun ada peningkatan luas lahan sawah di kawasan pedesaan. Urutan pengerjaan pengolahan tanah adalah membajak dengan bajak singkal dan kemudian menggaru dengan garu sisir. Kapasitas kerja keseluruhan sekitar 0,25 ha/hari. Ongkos pengolahan tanah yang berlaku adalah Rp 750.000/ha. Luas lahan yang diolah per tahun sekitar 40 ha. Pola tanam yang dianut oleh petani sekitar adalah padi-padi-padi atau padi-ladi-palawija. Jika ditanami padi maka suatu lahan bisa ditanami 5 kali dalam 2 tahun (Astika, 2007). Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan kebutuhan traktor adalah: dalam perhitungan kebutuhan traktor adalah 40 ha/th dengan 2 kali tanam untuk padi sawah dan satu kali tanam padi untuk ladang/tegalan. Luas lahan diasumsikan mengalami peningkatan sebesar 0,05% kecuali beberapa kecamatan (Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Bojongsoang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Dayeuhkolot, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Soreang, Kecamatan Margahayu, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Rancaekek) mengalami penurunan karena konversi lahan, terutama kecamatan yang mempunyai potensi terjadi perubahan lahan. Kecamatan yang mempunyai nilai tekanan penduduk rendah tidak direkomendasikan untuk mendapatkan bantuan traktor walaupun hasil analisis kebutuhan traktor menunjukkan adanya kekurangan traktor. Kebutuhan traktor didasarkan pada luas sawah yang tersedia dan perubahan luas lahan, beberapa kecamatan mempunyai kecenderungan luas lahan sawah meningkat, namun beberpa kecamatan mempunyai luas lahan sawah yang menurun. Jika dibandingkan dengan ketersediaan traktor, tahun 2006 berjumlah 1582, dengan pertumbuhan jumlah traktor adalah 2,2% (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jabar, 2007) maka ketersediaan dan kebutuhan traktor menurut perubahan penggunaan lahan disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Gafik Kebutuhan dan Ketersediaan traktor di Kabupaten Bandung Sampai 2025 Gambar 5 menunjukkan bahwa titik kritik ketersediaan dan kebutuhan yang terjadi pada tahun 2022 ketika jumlah traktor dan Analisis Perhitungan Kebutuhan Optimum Traktor Roda Dua di Kabupaten Bandung 73

kebutuhan traktor berimbang dengan jumlah ketersediaan traktor. Analisis Kebutuhan Traktor Berdasarkan Arahan Penggunaan Lahan Penentuan kebutuhan traktor dilakukan pula dengan menghitung luas kemampuan lahan hasil tumpangsusun data curah hujan, kemiringan lereng dan jenis tanah. Data penggunaan lahan digunakan untuk menapis lahan sawah dan ladang yang kemudian digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan traktor. Hasil Tumpang susun antara ketiga jenis data spasial (Curah hujan, Kelerengan, dan Jenis tanah) menjadi data arahan penggunaan lahan dengan arahan pertanian tanaman semusim sebagai acuan untuk pengembangan lahan padi sawah. Kebutuhan traktor berdasarkan kemampuan dan kualitas lahan untuk seluruh Kabupaten Bandung pada tahun 2025 adalah 3165 buah, dengan asumsi terjadi penambahan luas lahan berkisar 0,5 %, dengan mempertimbangkan pula beberapa kecamatan yang mengalami penurunan luas sawah 0,5% karena konversi lahan. kecamatan di Kabupaten Bandung dapat melakukan padi-padi-padi. Pola tanam padipadi-padi telah dilakukan oleh petani di kawasan Kabupaten Bandung, khususnya yang mempunyai jaringan irigasi teknis. Pola tanam padi-padi-padi mempunyai keuntungan dalam efisiensi penggunaan alsin, dan peningkatan produksi padi walaupun kurang direkomendasikan. Kawasan hinterland dimodelkan mengalami konversi lahan secara keseluruhan, maka kebutuhan traktor untuk kawasan tersebut menjadi nol. Kawasan yang dimungkinkan mengalami perubahan luas lahan sawah menjadi lahan non pertanian pada tahun 2025 adalah Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Margahayu, dan Kecamatan Margaasih. Oleh sebab itu dalam perencanaan kebutuhan traktor kecamatan-kecamatan tersebut dianggap tidak membutuhkan traktor. Berdasarkan analisis basis pertanian maka total kebutuhan traktor pada tahun 2025 setelah dikurangi kecamatan-kecamatan yang akan terjadi konversi lahan adalah; 2167 untuk kebutuhan traktor dengan berdasarkan luas lahan dan 3106 traktor berdasarkan arahan penggunaan lahan. Jika tahun 2007 jumlah traktor adalah 1.532 maka kekurangan traktor pada tahun 2025 adalah; 635 buah traktor untuk kebutuhan traktor berdasarkan luas lahan dan 1.547 buah traktor. Gambar 6. Grafik Kebutuhan Traktor Berdasarkan Analisis Arahan Penggunaan Lahan Pengembangan Traktor Roda Dua Di Kabupaten Bandung Pola tanam yang di rekomendasikan kepada petani adalah padi-padi-palawija, namun jika melihat jumlah dan distribusi curah hujan (kecukupan irigasi), beberapa Gambar 7. Grafik Proyeksi Kebutuhan Traktor Menurut Arahan Penggunaan lahan, Luas lahan dan Ketersediaan Traktor Gambar 7 dapat menyatakan bahwa kebutuhan traktor berdasarkan arahan penggunaan lahan mengalami titik kritis pada 2006, sehingga dapat dinyatakan bahwa tahun 74 Analisis Perhitungan Kebutuhan Optimum Traktor Roda Dua di Kabupaten Bandung

2006 traktor di Kabupaten Bandung mulai mengalami kekurangan, sedangkan pada kebutuhan traktor berdasarkan luas lahan, titik kritis terjadi pada tahun 2020. Berdasarkan distribusi curah hujan dan pola curah hujan, wilayah Kabupaten Bandung mempunyai peluang untuk meningkatkan intensitas tanam di atas 200% terutama wilayah yang mempunyai sumber air yang stabil, dengan irigasi teknis misalnya Kecamatan Majalaya, Kecamatan Soreang, Kecamatan Solokan Jeruk, Kecamatan Banjaran dan sekitarnya. Upaya pemerintah dalam penerapan mekanisasi pertanian melalui aplikasi traktor terus dilakukan dengan memberikan bantuan traktor melalui bantuan cuma-cuma dan kredit ringan kepada kelompok tani dan memperkuat kelembagaan dengan membentuk UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alsitan) sebagai suatu kelompok tani yang menyediakan jasa alsintan. Pembentukan kelompok tani diharapkan memperkuat kelembagaan petani sehingga aplikasi alsintan menjadi lebih optimal. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis kebutuhan dan ketersediaan lahan pertanian, secara umum jumlah kebutuhan traktor roda dua masih kurang, namun demikian jumlah kekurangan traktor dalam analisis proyeksi menunjukkan kecenderungan menurun. Jumlah kebutuhan traktor pada tahun 2025 adalah 2.237 untuk kebutuhan traktor dengan berdasarkan luas lahan dan proyeksi ketersediaan traktor 2393. Pada tahun 2021 merupakan titik kritis antara kebutuhan dan ketersediaan traktor jika pertumbuhan traktor tetap. Kebutuhan traktor berdasarkan arahan penggunaan lahan mengalami titik kritis pada 2006, sehingga dapat dinyatakan bahwa tahun 2006 traktor di kabupaten bandung mulai mengalami kekurangan, sedangkan pada kebutuhan traktor berdasarkan luas lahan, titik kritis terjadi pada tahun 2020. DAFTAR PUSTAKA Astika, W. 2007. Modul e-learning ekonomi teknik (tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik, 2008, Kabupaten Bandung Dalam Angka 2008, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. Balitbagda dan PPSDAL Unpad, 2001. Penyusunan Ecological Foodprint, Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSDAL-UNPAD. Dinas Pertanain dan Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Buku Laporan Tahunan 2006. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Buku Laporan Tahunan 2007. Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Dinas Perencanaan Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat, Penyusunan Rencana Bandung Metropolitan Area, 2004. Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat. Hessie, R. 2009, Analisis proguksi dan Konsumsi Beras dalam Negeri serta Implikasinya terhadap Swasembada Beras di Indonesia, Skripsi, Institut Pertanian Bogor Leeri stari, L. 2003. Sistem Informais Geografis (SIG) Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah dan Status Ketersediaan Traktor Roda Dua Di Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Syamsudin, M.I. 1996. Analisis Perencanaan Penggunaan Traktor Tangan untuk Pengolahan Tanah Sawah Di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 75