PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)



dokumen-dokumen yang mirip
Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

Kebijakan BI dalam Menjaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah. Solikin M. Juhro Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perekonomian negara emerging marketseperti Indonesia dan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMILIH INVESTASI REKSA DANA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

MARKET UPDATE UTANG JUNI 2011

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Modal memegang peranan penting dalam perusahaan untuk pembiayaan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Monthly Market Update

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

Diskusi Terbuka INFID

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Surat Berharga Syariah Negara

PERENCANAAN INVESTASI

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

CARLISYA PRO SAFE Dana Investasi Syariah Pasar Uang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

1. Tinjauan Umum

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Februari 2017 RESEARCH TEAM

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

FREQUENTLY ASKED QUESTION

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BELI. Kang Iman cari. Perbankan Tresuri dan Internasional. Tinjauan Bisnis. 01 Ikhtisar Data Keuangan. 03 Profil Perusahaan. 05 Tata Kelola Perusahaan

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

CARLISYA PRO FIXED Dana Investasi Syariah Pendapatan Tetap

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

KREDIT PERBANKAN MASIH SEPERTI LINGKARAN SETAN EKO B SUPRIYANTO/INFOBANK INSTITUTE

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh melalui pasar uang dan pasar modal. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

Transkripsi:

1. SBI 3 bulan PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi moneter. Langkah ini dilakukan Bank Indonesia guna menjaga stabilitas moneter, yaitu untuk memelihara jumlah peredaran uang di masyarakat pada tingkat yang dapat dikendalikan oleh Bank Indonesia selaku otoritas moneter. Pada bulan November 2010 Bank Indonesia menghentikan sementara lelang SBI tenor 3 bulan seiring dengan penguatan operasi moneter. Penonaktifan ini mengakibatkan hilangnya referensi Surat Utang Negara (SUN) seri variable rate yang selama ini mengacu kepada SBI 3 bulan. 183/KMK.017/1999 tanggal 28 Mei 1999 menyatakan bahwa: Apabila selama 6 (enam) bulan kalender berturut-turut tidak terdapat suatu hasil lelang atas Sertifikat Bank Indonesia Jangka Waktu Tiga Bulan, maka penentuan Tingkat Bunga Obligasi didasarkan pada hasil lelang Surat Utang lain dari Pemerintah dengan jangka waktu tiga bulan Oleh karena dihentikannya lelang SBI 3 bulan ini, Pemerintah melaksanakan lelang SPN 3 bulan sebagai reference rate untuk SUN seri Variable Rate, dengan yield sekitar 5%. Pada Grafik 1 dapat dilihat yield SUN SPN 3 bulan untuk waktu lelang Maret Mei 2011. Tabel 1. Yield SUN SPN 3 Bulan (%) 5.2 5 5.2 4.9 Mar-11 Apr-11 May-11 Apr Jun-11 May -11 Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 10

Selain digunakannya SPN 3 bulan sebagai referensi rate untuk SUN seri Variable Rate, mulai tahun 2011 suku bunga yang dipakai dalam acuan asumsi makro untuk penetapan APBN adalah suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, bukan lagi SBI 3 bulan. 2. Dasar Penggunaan SPN 3 bulan sebagai Asumsi Dasar dalam APBN a. Aliran Dana Masuk, Inflasi dan Kebijakan Moneter Adanya krisis yang terjadi di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang sejak tahun 2010 mendorong arus dana global ke Negara-negara Emerging Market termasuk Indonesia. Aliran dana yang masuk ke Indonesia ini menyebabkan nilai tukar Rupiah terapresiasi terhadap Dolar AS, dari rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.172 pada Januari-Juli Juli 2010 menjadi sekitar Rp. 8550 per dolar AS pada Agustus 2011. Derasnya aliran dana asing (capital inflows) dan tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) 2011 dan 2012 yang diperkirakan masih cukup tinggi menyebabkan dilemma kebijakan moneter. Pada gambar 1 dapat dilihat hubungan trinity dan policy mix dari Bank Indonesia 1 Gambar 1. Hubungan trinity dan policy mix dari Bank Indonesia Capital inflows mendorong apresiasi rupiah dan apresiasi ini akan membuat capital inflows lebih deras lagi. Sementara itu seiring dengan tekanan inflasi yang masih tinggi, pemerintah tidak dapat menurunkan suku bunga, karena kalau pemerintah menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi, capital inflows akan lebih deras lagi. Kondisi ini menyebabkab BI harus menerapkan bauran 1 Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 11

kebijakan moneter dan makroprudensial dengan dosis, timing dan sequencing yang tepat. b. Tantangan capital inflows dan ekses likuiditas 2 Aliran dana asing yang masuk ke Indonesia memiliki beberapa tantangan sebagai berikut: Derasnya aliran dana asing yang masuk ke Indonesia menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah, karena dolar AS masuk, ditukar dengan rupiah, sehingga rupiah terapresiasi. Kondisi ini menyebabkan daya saing rupiah menurun, sehingga dapat mempengaruhi ekspor Indonesia. Selain itu capital inflows dapat memberikan gangguan stabilitas sistem keuangan terutama disebabkan instrumen yang berjangka pendek dari Surat Berharga Negara (SBN), sehingga dapat menyebabkan terjadinya sudden reversal. Derasnya arus modal asing juga menambah ekses likuiditas perbankan, di mana ketika aliran dana masuk ke Indonesia, ditukar ke dalam rupiah. Derasnya capital inflows diperkirakan semakin berlanjut terlebih dengan rating Indonesia yang menuju ke investment grade. Tantangan pada ekses likuiditas: Ekses likuiditas diperkirakan cenderung meningkat dan kalau dibiarkan beredar di masyarakat akan menyebabkan tekanan inflasi dan spekulasi, akan tetapi kalau ekses likuiditas ini diserap menggunakan suku bunga 3 bulan, maka setelah 3 bulan, ekses likuiditas akan naik lagi dengan adanya bunga. Sehingga ekses likuiditas ini berpotensi mengurangi efektivitas kebijakan moneter. Pilihannya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu bagaimana ekses likuiditas bisa diserap oleh sektor-sektor produktif. c. Penguatan operasi moneter menghadapi capital inflows 3 Dalam menyikapi derasnya capital inflows, Bank Indonesia merasa perlu untuk melakukan penguatan operasi moneter sebagai berikut: 1. BI akan lebih berkonsentrasi pada instrumen yang berjangka waktu lebih panjang. Dahulu BI mengeluarkan SBI tenor 1 dan 3 bulan, akan tetapi 2 Sumber: Bank Indonesia 3 Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 12

dirasakan kondisi ini tidak bagus untuk perkembangan pasar uang Indonesia, karena banyak pelaku pasar yang memasukkan dananya pada SBI 1 bulan, dimana jatuh temponya tiap minggu, sehingga tidak ada instrumen lain yg berkembang di pasar uang. Oleh karena itu BI memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan SBI 1 dan 3 bulan dan diganti dengan penerbitan SBI 9 bulan dan 1 tahun untuk memberikan kesempatan pada bank dan korporasi menerbitkan obligasi sendiri. 2. Selain itu Bank Indonesia juga membatasi akses asing ke SBI dengan cara mengurangi penerbitan SBI dan menggantinya dengan instrumen yang bernama term deposit. Hal ini dilakukan untuk menghadapi capital inflows yang kebanyakan tertarik hanya pada instrumen berjangka pendek. Term deposit ini sama dengan SBI, perbedaannya adalah tidak adanya surat berharga pada term deposit, sehingga tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder, yang menyebabkan hanya perbankan yg bisa membeli term deposit tersebut. Sedangkan investor asing diarahkan kepada instumen yg jangka waktunya lebih panjang, yaitu bond, baik bond pemerintah dan korporasi, sehingga dana asing masuk ke sektor riil. 3. Penerapan six months holding period mulai 13 Mei 2011. Penerapan ini dimaksudkan supaya investor asing (non resident) tidak begitu saja cepat melepaskan instrumennya, dimana mereka wajib memegang instrumen tersebut selama 6 bulan. Hal ini dilakukan untuk mencegah capital outflows dalam jumlah besar yang mendadak, yang dapat berdampak ke nilai tukar dan pasar keuangan. Sebagai informasi, kepemilikan asing di SBI per Juni 2011 adalah sebesar Rp. 70 triliun. d. Perbedaan SBI dan SPN 4 SBI dan SPN agak berbeda dari sisi supply dan demand, dimana SBI berfungsi sebagai instrumen moneter dan Bank Indonesia (BI) memiliki komitmen dan berkepentingan untuk menjaga instrumen moneternya di sekitar BI Rate. Sebagai contoh: ketika ada demand SBI sebesar Rp. 100 triliun, utk menjaga suku bunga instrumen moneternya di sekitar BI Rate, BI akan menerbitkan SBI sekitar 100 triliun jg spy terjadi keseimbangan demand dan supply. 4 Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 13

Berbeda dgn pemerintah, dgn capital inflow yang begitu deras dan permintaan SPN 3 bln diasumsikan 40-50 triliun, pemerintah tidak dalam porsi menerbitkan SPN sebesar Rp. 40 triliun. Fokus pemerintah dalam Surat Berharga Negara (SBN), adalah obligasi Negara, bukan SPN karena obligasi Negara memberikan keleluasaan dari sisi pembayaran pokoknya yg bersifat jangka panjang. SPN merupakan bagian kecil dari struktur SBN dan hanya dijadikan sebagai Benchmarking. Tabel 1 Komposisi besaran dan kepemilikan instrumen moneter per Juni 2011 Komposisi besaran instrumen Moneter SPN 3 bulan: Rp. 24,6 triliun Obligasi Negara seri variable rate: Rp. 138 triliun Sumber: Bank Indonesia Komposisi kepemilikan instrumen Moneter SPN 3 bulan: 70% nya adalah asing SBI: 30% adalah asing Obligasi Negara: 30% adalah asing. Berbicara mengenai asumsi SPN 3 bulan di dalam APBN adalah menyangkut berapa biaya yg harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk membayar kupon Obligasi Negara seri variable rate yang jumlahnya Rp. 138 triliun per Juni 2011. Bank Indonesia mengantisipasi adanya dana asing yang sewaktu-waktu keluar dengan cara menyediakan cadangan devisa yg setara dengan kebutuhan dana yg keluar. SPN 3 bulan sebesar Rp. 25 triliun jumlahnya relatif lebih sedikit dari cadangan devisa Rp. 118 triliun (Per Juni 2011), sehingga jika capital outflows dari SPN 3 bulan secara mendadak, Bank Indonesia masih dapat menghadapi hal tersebut. Yang sangat perlu diwaspadai adalah adanya capital outflows dari Obligasi Negara yang mencapai Rp. 200 triliun dan Rp. 70 triliun di SBI. Jika terjadi penarikan sewaktu-waktu pada SBI yang sebesar Rp. 70 triliun, diharapkan dapat diantisipasi dengan adanya kebijakan 6 months holding period, sedangkan Obligasi Rp. 200 triliun, karena sifatnya yg jangka panjang (5-15 tahun), tidak akan mudah utk keluar, sehingga kalaupun ingin menarik obligasinya, harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. 3. Asumsi makro SPN 3 bulan pada RAPBN Tahun 2012 Untuk RAPBN tahun 2012 suku bunga SPN ditetapkan pada 6,4%. Suku bunga SPN 3 bulan tergantung pada pergerakan capital inflows. Jika aliran dana asing masih deras, suku bunga SPN bisa berkisar 5% dan kalau diasumsikan tidak ada capital inflows, maka diperkirakan suku bunga SPN 3 bulan mencapai 6% - 7% 5. 5 Sumber: Bank Indonesia Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 14

Lampiran : Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 15

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 16