Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan



dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Identifikasi Desa di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan 2009

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

BADAN PUSAT STATISTIK

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

DEPARTEMEN KEHUTANAN November, 2009

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

Antar Kerja Antar Lokal (AKAL)

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

Jumlah usaha pertanian di Indonesia tahun 2013 sebanyak 26,1 juta usaha. Jumlah sapi dan kerbau di Indonesia tahun 2013 sebanyak 14,2 juta ekor

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BADAN PUSAT STATISTIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Agustus 2017

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 TUMBUH 5,07 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

2013, No.1531

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2016 TUMBUH 5,26 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN III-2015

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

Transkripsi:

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 2007 Kerja sama Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan dengan Direktorat Statistik Pertanian, Badan Pusat Statistik Jakarta, 2007

KATA PENGANTAR Publikasi ini merupakan laporan kegiatan identifikasi desa dalam kawasan hutan kerjasama antara Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan dengan Direktorat Statistik Pertanian, Badan Pusat Statistik. Data yang disajikan adalah hasil identifikasi desa dalam kawasan hutan berdasarkan 2 (dua) sumber informasi utama yaitu data Potensi Desa Sensus Ekonomi 2006 (PODES SE06) dan peta kawasan hutan Departemen Kehutanan. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam penyusunan berbagai rencana kegiatan selanjutnya terutama yang berhubungan dengan desa desa di dalam kawasan hutan. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan publikasi yang akan datang. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya pemerintah dalam mengevaluasi dan membuat kebijakan di sektor kehutanan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah berperan demi terwujudnya publikasi ini disampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya. Semoga publikasi ini bermanfaat. Jakarta, Desember 2007 Kepala Badan Planologi Kehutanan Departemen Kehutanan Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc NIP. 080 037 523 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI.. i iii BAB. PENDAHULUAN.. Latar Belakang.2. Maksud dan Tujuan.. 2.3. Ruang Lingkup dan Cakupan Kegiatan... 2.4. Konsep dan Definisi 2 BAB 2. METODOLOGI 2.. Sumber Data... 7 2.2. Prosedur Identifikasi Desa dalam Kawasan Hutan... 8 2.3. Verifikasi Data Hasil Matching... 2.4. Analisis Data dan Peta Hasil Matching... 2 2.5. Penyajian hasil Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan...... 2 BAB 3. HASIL KEGIATAN IDENTIFIKASI DESA DAN BEBERAPA INDIKATOR PENTING 3.. Jumlah wilayah yang diidentifikasi... 3 3.2. Jumlah dan Penyebaran desa berdasarkan data PODES SE06... 4 3.3. Jumlah dan Penyebaran Desa dalam Kawasan Hutan... 33 3.4. Hasil Matching... 42 3.5. Beberapa Indikator Sosial Ekonomi Masyarakat Dalam Kawasan Hutan 44 BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.. Kesimpulan... 47 4.2. Saran Saran... 48 LAMPIRAN Lampiran. Kuesioner PODES SE06 Lampiran 2. Contoh Tabel Keterangan Desa Dalam Kawasan Hutan Lampiran 3. Contoh Tabel Hasil Matching Letak Desa Dalam Kawasan Hutan Lampiran 4. Contoh Peta Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan iii

PENDAHULUAN.. Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 456/ Menhut VII/ 2004, salah satu dari lima kebijakan prioritas pembangunan kehutanan 2005 2009 ialah Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan. Kebijakan ini telah ditindaklanjuti dengan penetapan beberapa kegiatan pokoknya pada Rencana Strategis Departemen Kehutanan 2005 2009 (Penyempurnaan), yaitu antara lain Pengembangan Hutan Rakyat dan Hutan Tanaman Rakyat serta Pengembangan Hutan Kemasyarakatan. Untuk melaksanakan kegiatan kegiatan pokok tersebut di atas secara efektif, mutlak diperlukan berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan jumlah dan penyebaran desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan, serta data kependudukan dari desa desa tersebut, khususnya yang berkaitan dengan sumberdaya hutan. Badan Pusat Statistik (BPS) telah memperoleh data spasial dan numerik mengenai desa yang terletak baik di dalam, di tepi dan di luar kawasan hutan melalui data Potensi Desa (Podes) tahun 2005 yang diperoleh pada pelaksanaan Sensus Ekonomi tahun 2006 (SE06). Namun demikian pada pelaksanaannya data BPS tersebut hanya didasarkan pada jarak desa dengan lokasi tegakan hutan sehingga data desa pada Podes 2005 tidak selalu sesuai dengan data desa di dalam dan di sekitar kawasan hutan yang dibutuhkan oleh Departemen Kehutanan. Untuk memperoleh data/informasi yang lengkap dan akurat mengenai jumlah dan penyebaran desa dalam kawasan hutan serta data kependudukan lainnya, maka perlu dilaksanakan kegiatan Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan dengan memanfaatkan data kawasan hutan (spasial dan numerik), data wilayah administrasi desa (spasial dan numerik) dan data Podes SE06. Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

.2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari kegiatan identifikasi desa kawasan hutan adalah untuk memperoleh data/informasi (spasial dan numerik) yang mutakhir mengenai jumlah dan penyebaran desa serta data kependudukan lainnya dalam kawasan hutan..3. Ruang Lingkup dan Cakupan Kegiatan Kegiatan ini mencakup semua desa, baik yang seluruh maupun sebagian wilayahnya berada di dalam kawasan hutan, yang terletak di 5 (lima belas) provinsi di Indonesia (Sumatera Utara tidak termasuk Kepulauan Nias, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara dan Maluku). Penentuan ke 5 provinsi tersebut di atas antara lain dengan mempertimbangkan provinsi provinsi yang direncanakan akan menjadi lokasi pembangunan hutan tanaman rakyat. Data yang akan dikumpulkan dan diolah, antara lain jumlah dan penyebaran desa dalam kawasan hutan sesuai fungsi pokoknya, jumlah penduduk/ keluarga, mata pencaharian utama, luas desa, dll..4. Konsep dan Definisi. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan 2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan dibagi ke dalam kelompok Hutan Konservasi, Hutan Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : ). Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan 2 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

satwa serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari : Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Darat, Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Perairan serta Taman Buru. 2). Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. 3). Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK). 3. Desa/Kelurahan adalah kesatuan masyarakat yang secara hukum memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional. Secara administratif, desa merupakan bagian dari wilayah kabupaten. 4. Berdasarkan konsep yang digunakan dalam pelaksanaan PODES SE06, menurut letaknya terhadap kawasan hutan, desa/ kelurahan terdiri dari : - Desa/ Kelurahan di dalam kawasan hutan adalah desa/ kelurahan yang letaknya di tengah atau di kelilingi kawasan hutan baik desa yang sudah dienclave maupun yang belum. - Desa/ Kelurahan di tepi kawasan hutan adalah desa/ kelurahan yang letaknya di tepi, atau di pinggir kawasan hutan, atau berbatasan dengan kawasan hutan. - Desa/ Kelurahan di luar kawasan hutan adalah desa/ kelurahan yang letaknya jauh dari kawasan hutan. Dalam kegiatan ini, kategori desa/kelurahan baik yang berada di dalam kawasan hutan maupun di tepi kawasan hutan dianggap berada dalam/sekitar kawasan hutan. Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 3

5. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di desa selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. 6. Keluarga adalah sekelompok orang yang mempunyai hubungan darah terdiri dari bapak, ibu dan atau anak atau mempunyai kartu keluarga sendiri. 7. Sumber Penghasilan Utama sebagian besar penduduk adalah sektor atau bidang usaha dimana sebagian besar penduduknya memperoleh penghasilan/ pendapatan, terdiri dari 6 sektor yaitu: ). Pertanian, meliputi kegiatan pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, perikanan, jasa pertanian, kehutanan dan jasa kehutanan, perburuan/penangkapan dan pembiakan satwa liar. 2). Pertambangan dan Penggalian adalah lapangan usaha di bidang pertambangan dan penggalian, seperti pertambangan batubara, minyak dan gas bumi, biji logam, penggalian batu batuan, tanah liat, pasir, penambangana dan penggalian garam, pertambangan mineral bahan kimia,dan bahan pupuk, penambangan gips, aspal dan lain lain. 3). Industri Pengolahan adalah kegiatan pengubahan bahan dasar menjadi bahan jadi/ setengah jadi, dari kurang nilainya menjadi barang lebih tinggi nilainya. 4). Perdagangan Besar/ Eceran, Rumah Makan dan Akomodasi adalah kegiatan jual beli barang, usaha restoran/ rumah makan dan minuman, katering, restorasi di kereta api, kafetaria, kantin, warung, penginapan. 5). Jasa adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan jasa dengan tujuan untuk dijual baik seluruhnya atau sebagian, meliputi : a. Real estat, jasa persewaan, dan jasa perusahaan. b. Jasa pendidikan c. Jasa kesehatan dan kebersihan d. Jasa kegiatan sosial 4 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

e. Jasa rekreasi, kebudayaan dan olah raga f. Jasa perusahaan dan rumah tangga 6). Sektor Lainnya adalah kegiatan ekonomi lainnya seperti Listrik, Gas, Air, Konstruksi, Transportasi, Komunikasi, Lembaga Keuangan. 8. Sumber Penghasilan Utama Penduduk pada sektor pertanian, terdiri dari 7 (tujuh) subsektor yaitu Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Perikanan Darat, Perikanan Laut, Kehutanan, dan Lainnya. 9. Matching adalah kegiatan mencocokkan antara data letak desa terhadap kawasan hutan (PODES SE06) dengan data hasil tumpangsusun peta wilayah administrasi desa dan peta kawasan hutan. Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 5

2 METODOLOGI Kegiatan identifikasi desa dalam kawasan hutan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu mulai dari tahap persiapan kegiatan sampai dengan hasil yang berupa jumlah dan penyebaran desa desa dalam kawasan hutan, baik berupa tabulasi maupun dalam bentuk peta. 2.. Sumber Data Beberapa sumber data yang digunakan pada kegiatan identifkasi desa dalam kawasan hutan adalah :. Data PODES SE06. PODES SE06 yang dilaksanakan pada tahun 2005 merupakan rangkaian kegiatan Sensus Ekonomi 2006. Beberapa variabel PODES SE06 yang diperlukan dalam kegiatan ini, adalah : ) Identitas Desa 2) Luas Wilayah Desa 3) Jumlah Penduduk Desa 4) Jumlah Keluarga 5) Lokasi Desa 6) Sumber Penghasilan Utama Sebagian Besar Penduduk Desa 7) Sub Sektor Sumber Penghasilan Utama pada Sektor Pertanian Kuesioner PODES SE06 dapat dilihat pada Lampiran. 2. Sketsa Peta Wilayah Administrasi Sketsa peta wilayah administrasi yang digunakan terdiri dari : ) Sketsa Peta Kabupaten per Desa (peta lokasi/penyebaran desa pada tiap provinsi) merupakan peta yang membagi habis wilayah Kabupaten/Kota menurut kecamatan dan desa Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 7

2) Sketsa Peta Provinsi per Desa (peta lokasi/penyebaran desa pada tiap provinsi) merupakan peta yang membagi habis wilayah provinsi menurut kabupaten/kota, kecamatan dan desa. Mengingat PODES SE06 dilaksanakan beberapa bulan sebelum pembuatan sketsa peta wilayah administrasi desa, sangat dimungkinkan adanya desa desa yang tergambar dalam sketsa peta wilayah administrasi desa tidak memiliki data PODES SE06. 3. Peta Kawasan Hutan Peta Kawasan Hutan yang digunakan dalam kegiatan ini sebagian besar adalah Peta Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan, kecuali untuk Provinsi Riau dan Kalimantan Tengah digunakan Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). 2.2. Prosedur Identifikasi Desa dalam Kawasan Hutan Dari beberapa sumber data di atas, prosedur kegiatan identifikasi desa dalam kawasan hutan meliputi beberapa tahap proses pengolahan, sebagai berikut :. Penggabungan Data Podes SE06 dengan Sketsa Peta Wilayah Admininstrasi Desa, diawali dengan mengidentifikasi kabupaten yang memiliki desa terhadap lokasi hutan (Di dalam Kawasan, Di Tepi Kawasan Hutan, dan Di Luar Kawasan Hutan). Output dari proses penggabungan ini adalah sketsa peta wilayah administrasi desa yang memuat data Podes SE06. 2. Tumpangsusun/ Overlay sketsa peta wilayah administrasi desa dengan peta kawasan hutan. Peta administrasi tidak berubah tetapi hanya menyesuaikan dengan peta kawasan hutan. Proses ini menghasilkan tempat kedudukan sketsa peta desa menurut informasi PODES SE06 di kawasan hutan. Output proses ini akan dilakukan proses matching data. Skala peta administrasi yang digunakan mengikuti skala untuk masing masing provinsi. 8 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

3. Matching data Podes SE06 dengan hasil overlay. Output proses ini adalah dapat mengidentifikasi letak suatu desa. Keterangan letak desa yang didapatkan yaitu ada yang cocok (match) dan ada pula yang tidak cocok (tidak match). Keterangan letak desa yang dianggap sesuai cocok (match) terdiri dari beberapa kriteria, yaitu : ). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada di dalam kawasan hutan (kode ), dan hasil tumpangsusun peta kawasan hutan dengan peta wilayah admiinstrasi desa menunjukkan desa tersebut terletak di salah satu atau lebih fungsi pokok kawasan hutan. 2). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada di tepi kawasan hutan (kode 2), dan hasil tumpangsusun peta kawasan hutan dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa tersebut terletak di salah satu atau lebih fungsi pokok kawasan hutan. 3). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada di luar kawasan hutan (kode 3), dan hasil tumpangsusun peta kawasan hutan dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa tersebut tidak terletak di salah satu fungsi pokok kawasan hutan termasuk yang hanya berada di Areal Penggunaan Lain (APL) yang berkode 007, tetapi jika ada salah satu kode kawasan hutan dianggap tidak match. Sedangkan keterangan letak desa yang dianggap tidak sesuai (tidak match) terdiri dari beberapa kondisi, yaitu : ). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada di dalam kawasan hutan (kode ), sedangkan hasil tumpangususn peta kawasan hutan dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan bahwa Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 9

desa tersebut tidak terletak di salah satu fungsi pokok kawasan hutan. termasuk yang berada di Areal Penggunaan Lain (APL) yang berkode 007. 2). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada di tepi kawasan hutan (kode 2), sedangkan hasil tumpangsusun peta kawasan hutan dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa tersebut tidak terletak di salah satu fungsi pokok kawasan hutan yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan termasuk yang berada di Areal Penggunaan Lain (APL) yang berkode 007. 3). Letak desa pada data PODES SE06 menunjukkan bahwa desa tersebut berada di luar kawasan hutan (kode 3), sedangkan hasil tumpangsusun peta kawasan hutan dengan peta wilayah administrasi desa menunjukkan desa tersebut terletak di salah satu atau lebih fungsi pokok kawasan hutan yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan. 4. Pembuatan Peta Tematik Identifikasi Desa dalam Kawasan hutan Proses ini menghasilkan peta tematik identifikasi desa kawasan hutan dilengkapi dengan legenda informasi kawasan hutan yang ada. Melalui proses dengan piranti lunak Arcview, setiap kabupaten ditampilkan secara terpisah dengan luas wilayah terkecil adalah desa Adapun secara garis besar gambaran prosedur identifikasi desa dalam kawasan hutan dapat dilihat pada diagram alir berikut ini : 0 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

2.3. Verifikasi Data Hasil Matching Untuk memperkuat hasil matching perlu dilakukan verifikasi data hasil matching, yang dilakukan pada setiap desa yang memiliki polygon fungsi kawasan hutan. Proses verifikasi untuk melihat kesesuaian tabulasi data hasil matching dengan peta hasil matching. Jika di dalam rinciannya terjadi kesalahan selanjutnya dilakukan koreksi koreksi. Pada awalnya direncanakan akan dilakukan verifikasi untuk setiap desa di tingkat kabupaten, namun karena waktu sangat terbatas, verifikasi hanya dilakukan di tingkat pusat sepanjang informasi yang dibutuhkan tersedia. Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

Pada pelaksanaan pendataan PODES SE06 di lapangan, dimungkinkan terjadi kesalahan persepsi petugas/ nara sumber/ responden dalam mendefinisikan kawasan hutan, sehingga informasi yang dihasilkan mengenai penentuan lokasi desa terhadap kawasan hutan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini antara lain dapat disebabkan karena petugas di lapangan tidak dibekali dengan peta kawasan hutan dan GPS. Tetapi kondisi tersebut diharapkan tidak terlalu banyak terjadi mengingat data yang dikumpulkan pada PODES SE06 sudah disempurnakan dari PODES ST03. 2.4. Analisis Data dan Peta Hasil Matching Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang disajikan secara absolut dan persentase. Ulasan disertai dengan analisis data pendukung yang tersedia, seperti luas wilayah, jumlah penduduk dan lain sebagainya. 2.5. Penyajian hasil Identifikasi Desa Hasil Identifikasi Desa dalam kawasan Hutan disajikan dalam bentuk :. Buku utama yang berjudul Identifikasi Desa dalam Kawasan Hutan 2007 merupakan publikasi yang berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, konsep dan definisi, metodologi dan hasil identifikasi desa dalam kawasan hutan yang dilengkapi dengan CD. 2. Peta Tematik 5 propinsi yang merupakan hasil Overlay Peta kawasan hutan dan Sketsa Peta Wilayah Administarsi Desa 3. Buku Lampiran yang berisi data / atribut peta butir 2 tersebut di atas. 2 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

3 HASIL KEGIATAN IDENTIFIKASI DESA DAN BEBERAPA INDIKATOR PENTING 3.. Jumlah wilayah yang diidentifikasi Wilayah kabupaten yang diidentifikasi dalam kegiatan identifikasi desa dalam kawasan hutan tersebar di 5 (lima belas) provinsi seperti terlihat pada Tabel 3.. di bawah ini. Tabel 3.. Jumlah Wilayah yang Diidentifikasi Jumlah Kabupaten Provinsi PODES Peta SE06 Kawasan Hutan () (2) (3) Sumatera Utara 23 23 2 Sumatera Barat 9 9 3 Riau 4 Sumatera Selatan 4 4 5 Kepulauan Bangka Belitung 7 7 6 Jawa Tengah 35 35 7 Bali 9 9 8 Nusa Tenggara Barat 9 9 9 Nusa Tenggara Timur 6 6 0 Kalimantan Barat 2 2 Kalimantan Tengah 4 4 2 Kalimantan Selatan 3 3 3 Kalimantan Timur 3 3 4 Sulawesi Tenggara 0 0 5 Maluku 8 8 Jumlah 23 23 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 3

Jumlah wilayah kabupaten yang diidentifikasi dalam kegiatan ini baik berdasarkan data PODES SE06 maupun peta kawasan hutan adalah sebanyak 23 kabupaten. 3.2. Jumlah dan Penyebaran desa berdasarkan data PODES SE06 Banyaknya desa yang dicakup dalam kegiatan identifikasi desa di kawasan hutan berdasarkan data PODES SE06 adalah 3.957 desa yang tersebar di 5 provinsi. Untuk informasi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Compact Disc (CD). 3.2.. Jumlah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Berdasarkan data PODES SE06, dapat diidentifikasi lokasi desa di kawasan hutan seperti terlihat pada tabel 3.2. di bawah ini : Tabel 3.2.. Jumlah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Dalam Tepi Luar Provinsi Jumlah Kawasan Kawasan Kawasan Desa Hutan Hutan Hutan Absolut % Absolut % Absolut % () (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Sumatera Utara 4 95 65 3,36 073 2,83 3 677 74,8 2 Sumatera Barat 90 29 3,22 263 29,9 609 67,59 3 Riau 477 7 4,8 36 24,44 045 70,75 4 Sumatera Selatan 2 778 02 3,67 46 6,59 2 25 79,73 5 Kep. Bangka Belitung 32 0,3 43 44,55 77 55,4 6 Jawa Tengah 8 564 88 2,20 58 8,46 6 795 79,34 7 Bali 70 2 0,29 84,98 65 87,73 8 Nusa Tenggara Barat 820 34 4,5 222 27,07 564 68,78 9 Nusa Tenggara Timur 2 738 73 2,67 769 28,09 896 69,25 0 Kalimantan Barat 530 9 7,78 524 34,25 887 57,97 Kalimantan Tengah 35 208 5,40 677 50, 466 34,49 2 Kalimantan Selatan 959 46 2,35 233,89 680 85,76 3 Kalimantan Timur 344 94 4,43 567 42,9 583 43,38 4 Sulawesi Tenggara 685 47 2,79 645 38,28 993 58,93 5 Maluku 873 26 2,98 340 38,95 507 58,08 Jumlah 3 957 305 4,08 7 943 24,86 22 709 7,06 4 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

Grafik 3.2.. Jumlah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan 25000 22709 20000 5000 0000 7943 5000 305 0 Dalam Kawasan Hutan Tepi Kawasan Hutan Luar Kawasan Hutan Berdasarkan tabel di atas, dari 3.957 desa di 5 provinsi sebagian besar (7,06 persen) desa terletak di luar kawasan hutan. Selanjutnya jumlah desa yang terletak di tepi kawasan hutan adalah sebesar 7.943 desa atau 24,86 persen dan sisanya sebesar 4,08 persen desa terletak di dalam kawasan hutan. Jika diamati per provinsi, Kalimantan Tengah mempunyai proporsi desa yang terletak di dalam kawasan hutan paling besar, yaitu sebanyak 208 desa atau 5,40 persen. Sedangkan proporsi desa di dalam kawasan hutan yang terkecil berada di provinsi Bali yaitu sebanyak 2 desa atau 0,29 persen. Demikian pula dengan proporsi desa yang terletak di tepi kawasan hutan yang paling tinggi adalah di provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 50, persen. Sedangkan provinsi yang mempunyai proporsi desa di tepi kawasan hutan paling rendah adalah provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar,89 persen, tidak berbeda jauh dengan provinsi Bali yaitu sebesar,98 persen. Karena provinsi Kalimantan Tengah mempunyai proporsi desa tertinggi di dalam dan di tepi kawasan hutan, maka di provinsi tersebut mempunyai proporsi desa yang terletak di luar kawasan hutan paling rendah yaitu sebesar 34,49 persen. Provinsi Bali mempunyai proporsi desa yang berada di luar kawasan hutan paling besar yaitu sebesar 87,73 persen. 3.2.2. Luas Wilayah Desa Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Luas wilayah desa di kawasan hutan menurut provinsi dapat dilihat pada tabel 3.2.2 berikut ini : Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 5

Tabel 3.2.2. Luas Wilayah Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Provinsi Dalam Tepi Luar Luas Kawasan Kawasan Kawasan Wilayah (Ha) Hutan Hutan Hutan Absolut % Absolut % Absolut % () (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Sumatera Utara 6 635 529 277 227 4,8 748 977 26,36 4 609 325 69,46 2 Sumatera Barat 4 35 46 32 582 7,78 2 054 58 49,68 759 36 42,54 3 Riau 9 245 42 434 233 4,70 3 246 553 35,2 5 564 356 60,9 4 Sumatera Selatan 4 54 23 589 367 4,05 3 029 535 20,83 0 922 3 75, 5 Kep. Bangka Belitung 2 496 738 73 0,05 2 729 48,53 283 836 5,42 6 Jawa Tengah 3 46 689 475 30 3,9 808 6 23,65 2 33 28 62,44 7 Bali 46 090 3 442 0,75 89 580 9,43 368 068 79,83 8 Nusa Tenggara Barat 472 243 7 065 4,83 69 56 42,08 78 662 53,09 9 Nusa Tenggara Timur 7 430 508 238 572 3,2 2 08 25 27,6 5 73 72 69,63 0 Kalimantan Barat 4 28 230 2 38 080 5,04 5 26 763 37,0 6 88 387 47,96 Kalimantan Tengah 3 26 064 2 33 757 7,63 6 89 834 47,6 4 622 473 35,22 2 Kalimantan Selatan 4 34 353 369 654 8,5 248 53 28,75 2 723 546 62,73 3 Kalimantan Timur 5 484 84 3 903 353 25,2 7 704 972 49,76 3 876 489 25,03 4 Sulawesi Tenggara 3 605 554 00 494 2,79 395 003 38,69 2 0 057 58,52 5 Maluku 5 75 529 62 9 2,82 325 448 23,05 4 263 890 74,3 Jumlah 06 362 2 399 500 0,72 37 95 957 35,68 57 00 655 53,60 Tabel 3.2.2 memperlihatkan bahwa dari 5 provinsi terpilih di Indonesia, secara umum ada 53,60 persen atau 57.00.655 ha wilayah berada di luar kawasan hutan dari 06.362.2 ha luas wilayah provinsi terpilih. Luas wilayah yang berada di dalam kawasan hutan sangat kecil yaitu 0,72 persen atau.399.500 ha, sedangkan luas wilayah yang berada di tepi kawasan hutan sebesar 35,68 persen. Bila dilihat dari masing masing provinsi, persentase terbesar untuk luas wilayah yang terletak di dalam kawasan hutan adalah provinsi Kalimantan Timur yaitu 25,2 persen atau 3.903.353 ha dari 5.484.84 ha wilayah yang ada di provinsi tersebut, kemudian diikuti oleh provinsi Kalimantan Tengah sebesar 7,63 persen atau 2.33.757 ha dari 3.26.064 ha luas wilayah provinsi tersebut. 6 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

Provinsi yang luas wilayahnya berada di tepi kawasan hutan dengan persentase terbesar adalah Provinsi Kalimantan Timur yaitu 49,76 persen, sedang luas wilayah dengan persentase terkecil adalah Provinsi Bali yaitu 9,43 persen. Sementara untuk wilayah yang berada di luar kawasan hutan, yang memiliki persentase terluas adalah provinsi Bali yaitu 368.068 ha atau 79,83 persen dari 46.090 ha luas wilayah yang ada di provinsi tersebut. Karena Provinsi Kalimantan Timur mempunyai luas wilayah terbesar di dalam kawasan hutan dan di tepi kawasan hutan, maka provinsi tersebut merupakan provinsi dengan persentase terkecil untuk luas wilayah yang berada di luar kawasan hutan. 3.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Jumlah penduduk desa di kawasan hutan menurut provinsi dapat dilihat pada tabel 3.2.3 berikut ini : Tabel 3.2.3. Jumlah Penduduk Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Provinsi Dalam Tepi Luar Jumlah Kawasan Kawasan Kawasan Penduduk Hutan Hutan Hutan (orang/jiwa) Absolut % Absolut % Absolut % () (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Sumatera Utara 356 087 5 596,02 03 768 9,72 0 36 723 89,26 2 Sumatera Barat 4 607 749 78 795,7 398 635 30,35 3 30 39 67,94 3 Riau 4 670 90 87 75,87 99 957 9,70 3 663 769 78,44 4 Sumatera Selatan 6 942 997 65 727 2,39 72 29 0,26 6 064 979 87,35 5 Kep Bangka Belitung 026 963 2 73 0,2 368 656 35,90 656 34 63,89 6 Jawa Tengah 32 803 274 69 587,89 5 482 96 6,7 26 700 77 8,40 7 Bali 3 27 583 7 752 0,24 340 794 0,42 2 923 037 89,35 8 Nusa Tenggara Barat 4 23 280 84 432 2,00 79 483 8,7 3 355 365 79,30 9 Nusa Tenggara Timur 4 297 482 85 276,98 38 747 26,50 3 073 459 7,52 0 Kalimantan Barat 4 062 554 84 874 4,55 052 386 25,90 2 825 294 69,54 Kalimantan Tengah 926 769 52 787 7,93 797 439 4,39 976 543 50,68 2 Kalimantan Selatan 3 236 003 39 937,23 294 07 9,09 2 90 995 89,68 3 Kalimantan Timur 2 932 90 8 328 4,04 643 85 2,96 2 70 0 74,0 4 Sulawesi Tenggara 993 554 32 335,62 662 00 33,2 299 28 65,7 5 Maluku 350 36 20 427,5 43 627 3,97 898 082 66,52 Jumlah 88 709 522 795 20 2,02 6 38 622 8,9 70 775 699 79,78 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 7

Dari tabel 3.2.3 dapat dilihat, persentase jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Tengah yang tinggal di dalam kawasan hutan sebesar 7,93 persen dari jumlah seluruh penduduknya. Angka ini merupakan persentase tertinggi dari 5 provinsi yang dilakukan identifikasi, yang diikuti oleh provinsi Kalimantan Barat sebagai provinsi dengan persentase tertinggi kedua yaitu sebesar 4,55 persen dari jumlah seluruh penduduknya. Persentase terendah diduduki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, karena dari seluruh penduduknya hanya 0,2 persen yang tinggal dalam kawasan hutan. Kalimantan Tengah juga merupakan provinsi dengan persentase tertinggi penduduk bertempat tinggal di tepi kawasan hutan, yaitu 4,39 persen, sedangkan persentase tertinggi berikutnya adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan persentase sebesar 35,9 persen. Berbeda dengan persentase penduduk yang berada dalam kawasan hutan, maka persentase terendah penduduk yang bertempat tinggal di tepi kawasan hutan adalah Provinsi Kalimantan Selatan. Hampir separuh dari jumlah penduduk provinsi Kalimantan Tengah berdomisili di dalam kawasan hutan atau di tepi kawasan hutan, oleh karena itu persentase penduduk Kalimantan Tengah yang berdomisili di luar kawasan hutan hanya 50,68 persen. Angka ini merupakan persentase terendah dibandingkan 4 provinsi lainnya. 3.2.4. Jumlah Keluarga Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Jumlah keluarga di kawasan hutan menurut provinsi dapat dilihat pada tabel 3.2.4. berikut ini : 8 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

Tabel 3.2.4. Jumlah Keluarga Menurut Letak Terhadap Kawasan Hutan Dalam Tepi Luar Provinsi Jumlah Kawasan Kawasan Kawasan Keluarga Hutan Hutan Hutan Absolut % Absolut % Absolut % () (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Sumatera Utara 2 480 890 26 59,07 248 439 0,0 2 205 932 88,92 2 Sumatera Barat 066 287 7 952,68 320 848 30,09 727 487 68,23 3 Riau 07 22 2 755 2,03 206 08 9,24 843 376 78,73 4 Sumatera Selatan 633 648 4 395 2,53 65 823 0,5 426 430 87,32 5 Kep Bangka Belitung 256 633 450 0,8 90 93 35,43 65 252 64,39 6 Jawa Tengah 8 382 490 62 383,94 44 286 7,9 6 778 82 80,87 7 Bali 795 735 2 065 0,26 89 368,23 704 302 88,5 8 Nusa Tenggara Barat 52 459 2 987,9 26 545 8,79 93 927 79,30 9 Nusa Tenggara Timur 95 260 9 600 2,06 249 862 26,27 68 798 7,67 0 Kalimantan Barat 940 89 42 639 4,54 245 452 26, 652 098 69,36 Kalimantan Tengah 482 884 38 70 8,02 96 607 40,72 247 567 5,27 2 Kalimantan Selatan 853 86 345,33 78 048 9,4 764 468 89,53 3 Kalimantan Timur 749 338 28 8 3,84 62 480 2,68 558 047 74,47 4 Sulawesi Tenggara 458 97 8 38,8 52 830 33,30 297 769 64,89 5 Maluku 287 644 4 70,63 92 48 32,04 90 795 66,33 Jumlah 2 563 447 448 630 2,08 3 956 748 8,35 7 58 069 79,57 Tabel 3.2.4 memperlihatkan persebaran jumlah keluarga pada 5 provinsi menurut lokasi kawasan hutan. Berdasarkan tabel tersebut, provinsi dengan jumlah keluarga terbesar adalah Jawa Tengah yaitu sebanyak 8.382.490 keluarga, diikuti oleh Provinsi Sumatera Utara sebanyak 2.480.890 keluarga. Sementara itu provinsi dengan jumlah keluarga terkecil adalah Kepulauan Bangka Belitung, sebanyak 256.633 keluarga. Secara umum, sebagian besar keluarga (79,57 persen) berada di luar kawasan hutan. Keluarga yang berada di tepi kawasan hutan dan dalam kawasan hutan berturut turut sebanyak 8,35 persen dan 2,08 persen. Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 9

Bila ditinjau dari jumlah keluarga yang terletak di dalam kawasan hutan, persentase tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (8,02 persen). Sementara itu persentase terendah ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (0,8 persen). Jika dilihat dari jumlah keluarga yang terletak di tepi kawasan hutan, persentase tertinggi juga terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (40,72 persen) dan yang terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan (9,4 persen). Selanjutnya bila dilihat dari persentase jumlah keluarga yang tinggal di luar kawasan hutan, persentase terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan (89,53 persen) dan yang terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah (5,27 persen). 3.2.5. Jumlah Desa Menurut Sumber Penghasilan Utama Jumlah Desa dalam kawasan hutan menurut sumber penghasilan utama per provinsi dapat dilihat pada tabel 3.2.5.a. berikut ini : Tabel 3.2.5.a. Jumlah Desa Di Dalam Kawasan Hutan Menurut Sumber Penghasilan Utama Sumber Penghasilan Utama Provinsi Jumlah Pertanian Pertambangan Industri Desa dan Penggalian Pengolahan Absolut % Absolut % Absolut % () (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Sumatera Utara 65 65 00,00 0 0,00 0 0,00 2 Sumatera Barat 29 29 00,00 0 0,00 0 0,00 3 Riau 7 70 98,59 0 0,00 0 0,00 4 Sumatera Selatan 02 02 00,00 0 0,00 0 0,00 5 Kep Bangka Belitung 0 0,00 00,00 0 0,00 6 Jawa Tengah 88 87 99,47 0 0,00 0 0,00 7 Bali 2 2 00,00 0 0,00 0 0,00 8 Nusa Tenggara Barat 34 33 97,06 0 0,00 0 0,00 9 Nusa Tenggara Timur 73 72 98,63 0 0,00 0 0,00 0 Kalimantan Barat 9 8 99,6 0 0,00 0 0,00 Kalimantan Tengah 208 206 99,04 0,48 0 0,00 2 Kalimantan Selatan 46 45 97,83 2,7 0 0,00 3 Kalimantan Timur 94 92 98,97 0 0,00 0 0,00 4 Sulawesi Tenggara 47 46 97,87 2,3 0 0,00 5 Maluku 26 26 00,00 0 0,00 0 0,00 Jumlah 305 293 99,08 4 0,3 0 0,00 20 Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan