LAKIP TA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA PEMERINTAH KOTA PASURUAN P E M E R I N T A H K O T A P A S U R U A N

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

Rencana Kerja (Renja) Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. LKjIP Dinas, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Tahun

Jalan Rasuna Said No. 74 Padang Sumatera Barat Telp Fax Kode Pos : 25114

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN TULANG BAWANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KKBPK SEMESTER I-TAHUN 2016

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL TAHUN 2013

B A B P E N D A H U L U A N

BAB. I TARGET SASARAN KINERJA PELAKSANAAN KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

PROFIL BPPKB KABUPATEN KARANGASEM

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

DAFTAR ISI B. PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA C. PROGRAM KETEHANAN DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA D. PROGRAM PENGUATAN PELEMBAGAAN KELUARGA KECIL

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA AKSI TAHUN 2018 DP2KBP3A KABUPATEN KEDIRI

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB VI INDIKATOR KINERJA BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

DAFTAR ISI. 1. Rencana Program Dan Kegiatan SKPD Kabupaten Sijunjung Tahun 2015 Pembiayaan APBD Kabupaten Sijunjung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Grafik 1. Cakupan Laporan JANUARI 45,67 39,75 FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA

User [Pick the date]

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Plt Kepala, Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

KATA PENGANTAR KEPALA BKKBD KAB.MINAHASA TENGGARA. Dr.SAUL E ARIKALANG,M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA NIP

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

M ISI V ISI.HOXDUJD %HUNXDOLWDV RENCANA STRATEGIS B K K B N N ILA I-N ILA I

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Maksud & Tujuan Penyusunan Lakip

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat kota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 65 TAHUN 2016

LKIP LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BPPKB KOTA BANDUNG TAHUN Jalan Maskumambang No. 4 Bandung Telp

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

Grafik 1. Cakupan Laporan Kaltim FEBRUARI 24,86 FKB FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA PEMERINTAH. Grafik 2. Cakupan Laporan Kaltara FEBRUARI

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

Oleh; Drs. Ipin.Z.A Husni, MPA Kepala Biro Perencanaan BKKBN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

Grafik 1. Cakupan Laporan Kaltim MARET 64,96 57,01 28,49 FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA. Grafik 2. Cakupan Laporan Kaltara MARET 46,30

KATA PENGANTAR. Wonogiri, Februari 2016 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 53 TAHUN 2008 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN KABUPATEN JOMBANG

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Realisasi KKP Kota Denpasar sampai dengan Bulan Desember 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT KOTA BLITAR TAHUN 2015

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 45 TAHUN 2008 T E N T A N G

NAMA SKPD : BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, PERLINDUNGAN ANAK DAN KELUARGA BERENCANA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019

TAHUN RENJA 2015 Created by Tim Penyusun

ANALISIS DAN EVALUASI HASIL PELAKSANAAN PROGRAM KEPENDUDUKAN & KB NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR SAMPAI DENGAN BULAN DESEMBER

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI...i. KATA PENGANTAR...ii. RINGKASAN EKSEKUTIF...iii BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG...1

SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

Transkripsi:

PEMERINTAH KOTA PASURUAN LAKIP TA. 2015 P E M E R I N T A H K O T A P A S U R U A N J l. P a n g l i m a S u d i r m a n N o. 1 1 9 A T e l p / F a x. ( 0 3 4 3 ) 4 2 4 6 1 4 P A S U R U A N BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA Laporan ini merupakan gambaran dan penjelasan dari kegiatan yang ada pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan selama melaksanakan progam dan kegiatan penggunaan anggaran belanja tahun 2015

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmah dan hidayahnya Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun Anggaran 2015. Laporan ini merupakan gambaran dan penjelasan dari kegiatan yang ada pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan selama melaksanakan progam dan kegiatan penggunaan anggaran belanja tahun 2015. Bahwa pelaporan ini telah disesuaikan dengan format pelaporan pola baru sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara nomor : 239 / IX / 6 / 8 / 2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Semoga dengan terselesaikannya laporan ini, dapat bermanfaat bagi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana pada khususnya dan Pemerintah Kota Pasuruan pada umumnya serta para penggunanya lainnya. Selanjutnya untuk ke depan laporan ini dapat dijadikan pedoman dan acuan usulan kegiatan pada tahun anggaran berikutnya. Pasuruan, 25 Januari 2016 Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan, Dra. ENDANG KUNTARIATI, Apt Pembina Utama Muda NIP. 19590115.199003.2.001 ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... iv BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan... 1 1.3 Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.4 Sistematika Penyusunan... 3 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA... 4 2.1 Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan... 4 2.2 Tujuan, Sasaran dan Kebijakan Pembangunan... 4 2.3 Rencana Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan... 6 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA... 13 3.1 Capaian Kinerja Organisasi... 13 3.2 Realisasi Anggaran... 23 BAB IV. PENUTUP... 25 LAMPIRAN : 4.1 Kesimpulan... 25 4.2 Permasalahan... 25 4.2 Saran Tindak Lanjut... 25 1. Perjanjian Kinerja 2. Rencana Kinerja Tahunan 3. Rencana Kinerja Kegiatan 4. Pengukuran Kinerja Kegiatan 5. Pengukuran Kinerja Tahunan 6. Lain-lain yang dianggap perlu iii

RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 merupakan Laporan tahun ke-5 dari siklus lima tahunan Rencana Strategik Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Pasuruan tahun 2011 2015. LAKIP Tahun 2015 disusun berdasarkan Renstra BPPKB yang merupakan Break Down dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011 2015 dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015. Sehingga kegiatan-kegiatan yang termuat dalam LAKIP BPPKB Tahun 2015 ini, hanya memuat kegiatan yang pendanaannya bersumber dari APBD Pemerintah Kota Pasuruan. Sebagai salah satu lembaga teknis daerah yang berada di lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan, maka semua materi dan substansi dalam Renstra dan LAKIP tahun 2015 yang memuat keberhasilan maupun kegagalan pencapaian kinerja BPPKB merupakan kontribusi bagi cerminan keberhasilan Pemerintah Kota Pasuruan dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Penyusunan LAKIP tahun 2015 ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN RB) nomor 53 tahun 2014 lampiran II tentang Petunjuk Tekhnis Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Berdasarkan Pedoman sebagaimana dimaksud diatas, maka pada LAKIP Tahun 2015 penilaian Capaian Kinerja di tekankan pada Pencapaian Kinerja Sasaran. Hal ini sesuai dengan semangat akuntabilitas yaitu Akuntabilitas Instansi Pemerintah adalah Kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran yang telah di tetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. Oleh karena itu, LAKIP tahun 2015 menyajikan penjelasan tentang Deviasi antara target atau rencana dalam rencana kerja, baik sasaran maupun kegiatan selama tahun 2015 dengan realisasinya, serta memuat keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah di tetapkan. Untuk penilaian capaian kinerja kegiatan dilakukan dengan membandingkan antara target dengan realisasi dari indikator kinerja input, output, dan outcome, yang akan di selaraskan dengan pencapaian kinerja sasarannya. Pada periode tahun 2015 ini BPPKB Kota Pasuruan melaksanakan 14 Program yang terdiri dari 3 Program umum dan 11 Program teknis untuk memenuhi 4 Sasaran Strategik yang diukur dengan 18 (delapan belas) Indikator Kinerja Utama (IKU). Untuk melaksanakan semua aktivitas ini disediakan anggaran sebesar Rp. 7.170.168.400,- ( Tujuh Miliar Seratus Tujuh Puluh Juta Seratus Enam Puluh Delapan Ribu Empat Ratus Rupiah ) dengan realisasi sebesar Rp. 6.393.001.867,- ( Enam Miliar Tiga Ratus Sembilan Puluh Tiga Juta Seribu Delapan Ratus Enam Puluh Tujuh Rupiah atau sebesar 89,16%. Capaian kinerja selama tahun 2015 menunjukkan bahwa BPPKB kurang berhasil memenuhi 11 Program dari 4 Sasaran Strategik yang ditargetkan, dengan rata rata capaian kinerja sasaran hanya sebesar 50%. Sasaran strategik yang berhasil dicapai pada tahun 2015 adalah : 1) Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG) sebesar 87,94%; 2) Meningkatnya kesertaan KB sebesar 108,69%; 3) Meningkatnya fasilitasi pemberdayaan keluarga sebesar 92,55%; iv

Sedangkan sasaran strategik yang tidak berhasil dicapai pada tahun 2015 adalah 1) Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak sebesar -196%. Hasil capaian ini ada 2 kemungkinan ketidak berhasilannya yaitu : - Kemungkinan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat karena sudah dilaksanakannya sosialisasi dan sudah adanya PPT KDRT Tingkat Kota dan sebagian kelurahan. - Walaupun terjadi kenaikan jumlah kasus tetapi sudah tertangani semuanya. Sebagai salah satu lembaga teknis daerah di bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana yang berada di lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan, maka capaian kinerja sasaran dan kegiatan yang termuat dalam LAKIP tahun 2015 ini merupakan ukuran keberhasilan maupun kegagalan pencapaian kinerja BPPKB. Kalaupun masih adanya sasaran strategis yang belum tercapai bukan semata-mata menunjukkan kegagalan program secara keseluruhan dan perlu ditindaklanjuti di masa yang akan datang. Pada akhirnya diharapkan dengan tersusunnya LAKIP Tahun 2015 ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan alat pembanding dalam pelaksanaan kegiatan dan kinerja BPPKB untuk tahun mendatang dengan lebih baik. Namun demikian kami menyadari bahwa penyusunan ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi suatu perbaikan yang terus menerus. Pasuruan, 25 Januari 2016 Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan, Dra. ENDANG KUNTARIATI, Apt Pembina Utama Muda NIP. 19590115.199003.2.001 v

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan perlu disusun Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Disamping itu untuk mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengarah pada prinsip pelayanan kepada masyarakat. Masyarakat menuntut agar pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan masing-masing, menekan dan menghindari kesalahan dan penyimpangan agar mampu memberikan pelayan kepada masyarakat dengan maksimal. Sejalan dengan itu telah ditetapkan TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelengaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi kolusi dan nepotisme dan sebagai pelaksanaannya telah ditetapkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999. Sebagai tindak lanjut dari ketentuan tersebut diatas, telah diterbitkan Instruksi presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Pasuruan sebagai instansi pemerintah mempunyai kewajiban untuk merumuskan kebijaksanaan dalam pelayanan kepada masyarakat di bidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana. Hal ini sesuai dengan tugas pokok fungsi BPPKB Kota Pasuruan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 67 Tahun 2011. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya BPPKB Kota Pasuruan berupaya memberdayakan segala sumberdaya yang ada, maka ditetapkannya Rencana Strategis BPPKB yang dituangkan dalam bentuk visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan. Program Strategis BPPKB Kota Pasuruan merupakan langkah awal dalam penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan akan dipertanggungjawabkan pada setiap akhir tahun sebagai tolok ukur untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan pelaksanaan seluruh program dan kegiatan yang dituangkan dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.2.1 MAKSUD Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dimaksudkan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi BPPKB Kota Pasuruan tahun 2015 serta sebagai bahan evaluasi pelaksanaan tugas dan fungsi pada tahun-tahun yang akan datang, oleh karena itu dalam laporan ini disajikan pula hasil pencapaian BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 pelaksanaan sasaran dan kegiatan dengan menggunakan indikator yang telah ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja. 1.2.2 TUJUAN Memperhatikan maksud di atas, maka diuraikan tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menyampaikan informasi mengenai kinerja BPPKB Kota Pasuruan, sebagai konsekuensi pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) ini diharapkan dapat menghasilkan masukan dari berbagai pihak dalam rangka memperbaiki kinerja BPPKB Kota Pasuruan. 1.3 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera; 4. Undang undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 5. Undang undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok pokok Kepegawaian; 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga; 8. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 9. Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 10. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan ; 11. Undang Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Pembangunan Keluarga Sejahtera; 15. Instruksi Presiden R I Nomor 9 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pendayagunaan Aparatur Negara; 16. Instruksi Presiden R I Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 17. Keputusan Kepala LAN Nomor : 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 19. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2012 dan Nomor 20 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 20. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 2

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 21. Peraturan Daerah Kota Pasuruan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Lembaga Tehnis Daerah Kota Pasuruan; 1.4 SISTEMATIKA PENYUSUNAN Sistematika penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPPKB Kota Pasuruan Tahun 2015 adalah sebagai berikut : I. BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Dasar Hukum Penyusunan 1.4 Sistematika Penulisan II. BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan 2.2 Tujuan, Sasaran dan Kebijakan Pembangunan 2.3 Rencana Kinerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan III. BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi 3.2 Realisasi Anggaran IV. BAB IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Permasalahan 4.3 Saran Tindak Lanjut BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 3

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 VISI DAN MISI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA PASURUAN Kerangka Rencana Strategis BPPKB Kota Pasuruan yang direncanakan pada periode 2011 2015 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011 2025. Dengan demikian pernyataan Visi dan Misi yang termuat dalam Perencanaan Strategis BPPKB merupakan pengejawantahan operasional dari Visi dan Misi Renstra Kota Pasuruan tersebut. Pernyataan Visi dan Misi BPPKB diarahkan pada upaya untuk pencapaian Visi dan Perwujudan Misi Pemerintah Kota Pasuruan. Visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kota Pasuruan adalah : Tewujudnya Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera Yang Berkesetaraan Dan Berkeadilan Gender Bagi Masyarakat Kota Pasuruan Untuk mewujudkan Visi BPPKB dimaksud, diperlukan Misi yang merupakan penjabaran dan sekaligus sebagai nilai pendorong dalam pencapaian visi tersebut. Misi menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih abstrak terlihat pada visi akan lebih nyata pada misi tersebut. Lebih jauh, misi BPPKB memperlihatkan kebutuhan apa yang hendak dipenuhi oleh organisasi, siapa yang memiliki kebutuhan tersebut dan bagaimana organisasi memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas maka Misi BPPKB Kota Pasuruan dirumuskan sebagai berikut : 1) Terwujudnya perlindungan perempuan dan anak; 2) Terwujudnya keadilan, kesetaraan dan pengarusutamaan gender (PUG); 3) Terwujudnya keluarga berencana yang berkualitas; 4) Terwujudnya pemberdayaan keluarga. 2.2 TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 2.2.1 TUJUAN Tujuan strategis merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan Misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Dengan diformulasikannya tujuan strategis ini maka dapat secara tepat di ketahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi Visi Misinya untuk kurun waktu satu sampai lima tahun ke depan dengan mempertimbangkan sumber dana dan kemampuan yang dimiliki. Lebih dari itu, perumusan tujuan strategis dirumuskan berdasarkan Visi dan Misi organisasi. Adapun tujuan strategis yang ingin dicapai oleh BPPKB Kota Pasuruan dalam kurun waktu 2011 2015 adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan pelayanan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak; 2) Meningkatkan kualitas upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG); 3) Mewujudkan pelayanan KB yang prima; BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 4

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 4) Meningkatkan peran serta anggota keluarga dalam membangun keluarga. 2.2.2 SASARAN Sasaran strategis BPPKB Kota Pasuruan merupakan penjabaran dari misi dan tujuan yang telah ditetapkan, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana kinerja (Performance Plan). Sasaran strategis diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, terukur dan dapat dicapai. Berdasarkan hal tersebut, maka BPPKB Kota Pasuruan menetapkan sasaran tahun 2015 sebagai berikut : 1) Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak; 2) Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG); 3) Meningkatnya kesertaan KB; 4) Meningkatnya fasilitasi pemberdayaan keluarga. Tabel 2.1 Review Penyesuaian Tujuan Strategis dan Sasaran Strategis Tahun 2015 Sebelum Penyesuaian Sesudah Penyesuain Tujuan Strategis Sasaran Strategis Tujuan Strategis Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas pelayanan KB Meningkatnya kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber KB Meningkatnya kelembagaan dan jaringan KB Meningkatnya peran serta masyarakat dalam program ketahanan dan pemberdayaan keluarga Optimalnya bantuan kepada keluarga miskin Menurunnya angka TFR (Total Fertility Rate/Tingkat Kelahiran Total) dan unmetneed Meningkatnya kesertaan PUS ber KB, Usia Perkawinan Pertama, dan kesertaan Pria ber KB Meningkatnya penguatan kelembagaan dan jaringan KB Meningkatnya keberdayaan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas Meningkatnya fasilitasi bantuan kepada keluarga miskin Meningkatkan pelayanan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak Meningkatkan kualitas upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG) Mewujudkan pelayanan KB yang prima Meningkatkan peran serta anggota keluarga dalam membangun keluarga Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG) Meningkatnya kesertaan KB Meningkatnya fasilitasi pemberdayaan keluarga Meningkatnya keberdayaan keluarga dalam peningkatan ekonomi keluarga Meningkatnya perlindungan dan pemberdayaan perempuan dan anak Meningkatnya pemberdayaan ekonomi keluarga Meningkatnya upaya perlindungan dan pemberdayaan perempuan dan anak BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 5

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 2.2.3 KEBIJAKAN Kebijakan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Pasuruan adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan pemantapan mekanisme operasional lapangan; 2) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB khususnya di daerah unmetneed tinggi; 3) Meningkatkan KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) khususnya untuk MOP, MOW, dan IUD; 4) Mengembangkan jejaring pelayanan KB dengan LSOM (Organisasi Keagamaan dan organisasi masyarakat), organisasi profesi, perusahaan dan instansi/dinas terkait; 5) Meningkatkan pelayanan bagi keluarga miskin/rentan; 6) Meningkatkan pemberdayaan Penyuluh KB (PKB/PLKB) dan Institusi Masyarakat Perkotaan (IMP) untuk menjaga keberlangsungan program KB; 7) Meningkatkan pengetahuan dan perilaku positif remaja dalam program kesehatan reproduksi; 8) Pembinaan ketahanan Keluarga Balita, Remaja, dan Lansia; 9) Memberikan peluang kepada mitra kerja untuk berperan serta dalam program ketahanan dan pemberdayaan keluarga; 10) Memperkuat peran kelembagaan untuk mewujudkan Kota Layak Anak (KLA); 11) Merumuskan kebijakan pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG) dan peningkatan kualitas hidup perempuan (PKHP). 2.3 RENCANA KINERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA PASURUAN Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja suatu instansi pemerintah, maka ditetapkan sistem pengukuran kinerja dalam bentuk Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur yang dapat menginformasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan secara obyektif dan terukur dari pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD. Target yang sudah ditetapkan kemudian ditetapkan ke dalam dokumen perjanjian kinerja yang disebut Perjanjian Kinerja (PK). Perjanjian kinerja merupakan bentuk komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur. Perjanjian kinerja disusun oleh Kepala SKPD kemudian ditandatangani oleh Walikota dan Pimpinan SKPD. Berikut adalah Indikator Kinerja Utama dan target BPPKB Kota Pasuruan Tahun 2015 yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2015. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan seberapa banyak kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak yang tertangani sebagai wujud upaya perlindungan perempuan dan anak.sasaran ini diukur melalui IKU yaitu - IKU 1 : Persentase pengaduan korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) yang tertangani - IKU 2 : Persentase penurunan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak (trafficking) - IKU 3 : Perolehan Kota Pasuruan mendapat predikat Kota Layak Anak BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 6

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 Tabel 2.2 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 1 Indikator Kinerja Satuan Target Persentase pengaduan korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) yang tertangani % 85 Persentase penurunan kasus KDRT dan % 2 perdagangan perempuan dan anak (trafficking) Perolehan Kota Pasuruan mendapat predikat Kota Layak Anak Penghargaan 1 Penjelasan masing-masing IKU tersebut adalah sebagai berikut : IKU 1 : Persentase pengaduan korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) yang tertangani KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sebagai lembaga yang menangani Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, BPPKB Kota Pasuruan harus memberi perhatian yang serius terhadap banyaknya kasus KDRT di Kota Pasuruan dan membantu memfasilitasi kebutuhan korban KDRT sampai selesai. Selain KDRT, isu perdagangan manusia atau trafficking khususnya perempuan dan anak beberapa waktu terakhir cukup mendapat soroton di berbagai media massa. Pengertian trafficking dapat mencakup kegiatan pengiriman tenaga kerja, yaitu kegiatan memindahkan atau mengeluarkan seseorang dari lingkungan tempat tinggalnya/keluarganya. Tujuan trafficking adalah eksploitasi, terutama tenaga kerja (dengan menguras habis tenaga yang dipekerjakan) dan eksploitasi seksual (dengan memanfaatkan kemudaan, kemolekan tubuh, serta daya tarik seks yang dimiliki tenaga kerja yang yang bersangkutan dalam transaksi seks). Dalam setiap tindakan trafficking, perempuan dan anak adalah korban yang paling banyak dan mudah. Menjadi kewajiban BPPKB Kota Pasuruan sebagai lembaga yang menangani Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberi perhatian yang khusus untuk kasus trafficking Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah pengaduan korban KDRT dan trafficking yang tertangani oleh BPPKB Kota Pasuruan selama kurun waktu tertentu dibandingkan dengan Jumlah korban KDRT dan trafficking. IKU 2 : Persentase penurunan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak (trafficking) Jumlah laporan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak terus meningkat setiap tahunnya. BPPKB Kota Pasuruan sebagai leading sektor dalam perlindungan perempuan dan anak maka diharapkan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak jumlahnya semakin menurun setiap tahunnya. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan selisih jumlah kasus KDRT dan trafficking perempuan dan anak tahun (n-1) tahun n dibandingkan dengan jumlah kasus KDRT dan trafficking perempuan dan anak. IKU 3 : Perolehan Kota Pasuruan mendapat predikat Kota Layak Anak Program Kota Layak Anak adalah sebagai upaya pemerintah dalam pemenuhan hak-hak anak. Pemenuhan hak-hak anak itu adalah hak untuk hidup, hak untuk tumbuh kembang, hak BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 7

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 mendapatkan perlindungan, dan hak partisipasi. Untuk mendapatkan predikat Kota Layak Anak tidaklah mudah karena harus memenuhi 31 indikator wajib. Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG) Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan seberapa banyak perempuan yang berperan aktif ikut serta dalam pembangunan sebagai wujud upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG). Sasaran ini diukur melalui IKU yaitu : - IKU 4 : Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan - IKU 5 : Persentase partisipasi angkatan kerja perempuan - IKU 6 : Persentase SKPD yang Menyusun ARG Tabel 2.3 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 2 Indikator Kinerja Satuan Target Persentase partisipasi perempuan di lembaga % 6 pemerintahan Persentase partisipasi angkatan kerja perempuan % 70 Persentase SKPD yang Menyusun Anggaran Responsif Gender (ARG) % 100 Penjelasan masing-masing IKU tersebut adalah sebagai berikut : IKU 4 : Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan Dalam proses pembangunan, semua rakyat pada hakekatnya mempunyai hak dan kewajiban yang sama, baik mereka yang berjenis kelamin perempuan maupun mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Dalam rangka pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diperlukan akses yang seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan perempuan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta. Persentase perempuan di lembaga pemerintahan adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintahan terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan. Maka pengukuran IKU ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah perempuan yang bekerja di lembaga pemerintahan dengan total perempuan usia 15 tahun keatas yang bekerja. IKU 5 : Persentase partisipasi angkatan kerja perempuan Persoalan gender yang menyangkut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bukan semata-mata persoalan fungsional, namun juga persoalan etis, yakni bahwa kebebasan, kesehatan, pendidikan, perlindungan hidup berbagai hak untuk eksis adalah suatu keharusan dan intern dalam hidup itu sendiri antar laki-laki dan perempuan. Dalam bidang ketenagakerjaan, partisipasi angkatan kerja perempuan merupakan ukuran yang dapat menggambarkan tingginya jumlah perempuan yang bekerja. Pengukuran IKU ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah perempuan usia 15 tahun keatas yang bekerja dengan total perempuan usia 15 tahun keatas. IKU 6 : Persentase SKPD yang Menyusun ARG Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menyusun Anggaran Responsif Gender (ARG) adalah lembaga pemerintahan yang menyusun anggaran yang responsif gender. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 8

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 Pengukuran IKU ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah SKPD yang menyusun ARG dengan total SKPD. Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya kesertaan KB Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan seberapa banyak kesertaan Pasangan Usia Subur di Kota Pasuruan menjadi peserta KB dan seberapa paham masyarakat khususnya remaja mengenai Pendewasaan Usia Perkawinan. Sasaran ini diukur melalui IKU yaitu - IKU 7 : TFR - IKU 8 : Unmetneed - IKU 9 : Prevalensi KB (CPR/Contraceptive Prevalence Rate) - IKU 10 : Median Usia Kawin Pertama Perempuan - IKU 11 : Persentase PUS yang Usia Istri dibawah 20 tahun - IKU 12 : Presentasi Peserta KB Aktif Pria - IKU 13 : Persentase PUS anggota kelompok BKB yang ber-kb Tabel 2.4 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 3 Indikator Kinerja Satuan Target TFR (Total Fertility Rate) 2,1 Unmetneed % 10 Prevalensi KB (CPR / Contraceptive Prevalence % 77 Rate) Median Usia Kawin Pertama Perempuan Tahun 22 Persentase PUS yang Usia Istri dibawah 20 tahun % 3,5 Persentase Peserta KB Aktif Pria % 5 Persentase PUS anggota kelompok BKB yang ber- KB % 75 Penjelasan masing-masing IKU tersebut adalah sebagai berikut : IKU 7 - Tingkat Kelahiran Total (TFR/Total Fertility Rate) TFR adalah jumlah anak yang akan dipunyai seorang wanita selama masa reproduksinya per 1000 wanita. TFR menjadi salah satu alat ukur penentu keberhasilan program KB karena penurunan tingkat kelahiran total (TFR) dipengaruhi oleh salah satu faktornya adalah peningkatan pemakaian alat kontrasepsi, walaupun TFR merupakan penentu keberhasilan program KB tetapi pada dasarnya TFR sangat dipengaruhi banyak faktor. Pengukuran TFR dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan data yang diperloleh melalui Sensus Penduduk yang dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali. IKU 8 - Persentase kebutuhan KB tidak terlayani (Unmetneed) Unmetneed didefinisikan sebagai kelompok wanita yang sebenarnya sudah tidak ingin mempunyai anak lagi, ingin anak tapi ditunda atau ingin menjarangkan kehamilannya sampai dengan 24 bulan namun masih belum terlayani penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilannya. Unmetneed ini merupakan segmen sasaran program yang perlu ditangani oleh program KB. Ukuran tentang pelayanan KB yang tidak terlayani digunakan untuk menilai sejauh mana program KB telah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Apabila program telah berhasil mengatasi kelompok unmetneed KB antara lain dengan pemberian layanan KIE dan layanan KB yang sesuai maka diharapkan pencapaian kesertaan ber-kb akan meningkat dan kelompok unmetneed KB akan menurun. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 9

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 Pengukuran IKU persentase kebutuhan KB tidak terlayani (unmet need) dilakukan dengan cara membandingkan jumlah perempuan yang kebutuhan ber-kb nya tidak terpenuhi dengan Jumlah PUS (Pasangan Usia Subur). IKU 9 - Prevalensi KB (CPR/Contraceptive Prevalence Rate) Prevalensi KB (CPR/Contraceptive Prevalence Rate) adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yaitu pasangan suami istri (berstatus kawin), istrinya berusia 15-49 tahun, yang sedang menggunakan alat/cara KB modern berupa sterilisasi wanita (MOW), sterilisasi pria (MOP), Pil, IUD, Suntik, Susuk KB (Implant) dan kondom. Pengukuran IKU Prevalensi KB ini dilakukan dengan membandingkan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB modern dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS). IKU 10 - Median Usia Kawin Pertama Perempuan Usia kawin pertama adalah usia seseorang pada saat pertama kali menikah. Usia kawin pertama merupakan salah satu indikator demografi yang penting, karena berkaitan dengan permulaan wanita kumpul pertama, yang memungkinkan wanita dapat hamil dan melahirkan. Umumnya wanita yang menikah pada usia muda mempunyai waktu reproduksi yang lebih panjang, yang dapat berakibat pada angka kelahiran yang lebih tinggi dibanding wanita yang menikah pada usia lebih tua. Di Indonesia perkawinan mempunyai hubungan yang kuat dengan fertilitas yaitu semakin muda umur kawin pertama, maka semakin tinggi fertilitasnya sehingga peningkatan usia kawin pertama perempuan sangat berperan dalam menurunkan tingkat kelahiran. Usia Kawin Pertama Perempuan (UKP) menjadi penting karena menandakan saat dimana seseorang memasuki masa reproduksi untuk yang pertama kali sedangkan median umur kawin pertama didefinisikan sebagai umur dimana 50 persen wanita atau pria dalam kelompok umur sudah melakukan perkawinan. Median lebih banyak digunakan daripada nilai rata-rata sebagai salah satu pengukuran nilai tengah, karena tidak seperti nilai rata-rata, angka median dapat diperkirakan untuk semua kohor dimana setidaknya setengah dari wanita atau pria berstatus kawin pada saat survei. Pengukuran IKU ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Median Umur = N Lb ( Fx) i 2 Fxi Keterangan : N = Jumlah Pernikahan Perempuan Pertama N Lb = Batas Bawah Kelas i yang memuat jumlah 2 Fx = Kumulatif jumlah pernikahan perempuan pertama sampai dengan kelas i dimana terdapat nilai 2 N i = interval umum Fxi = jumlah pernikahan perempuan pertama pada kelas i dimana terdapat nilai 2 N BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 10

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 IKU 11 - Persentase PUS yang Usia Istri dibawah 20 tahun Pengukuran IKU Pasangan Usia Subur yang usia istrinya dibawah 20 tahun dilakukan dengan cara membandingkan jumlah PUS yang usia istrinya dibawah 20 tahun dengan total PUS. IKU 12 : Presentasi Peserta KB Aktif Pria Peserta KB aktif Pria adalah peserta KB aktif dari pria yang menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi. Secara umum penerapan program KB dimasyarakat dalam menggunakan alat kontrasepsi dapat dikatakan telah berhasil, akan tetapi dalam pelaksanaannya ditemukan kendala. Permasalahan utama dalam menyelenggarakan program KB terjadi pada partisipasi masyarakat khususnya pria. Partisipasi pria diperlukan dalam penerapan program KB khususnya dalam penggunaan alat kontrasepsi, hal ini dikarenakan pria sebagai anggota dalam keluarga juga merupakan aktor KB. Dengan kata lain orang yang ikut berperan dalam KB sehingga program KB berhasil tidak hanya ditentukan oleh wanita tetapi juga oleh pria. Pengukuran IKU ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah peserta KB Aktif Pria yang menggunakan kondom atau vasektomi dengan total PA (Peserta KB Aktif). IKU 13 : Persentase PUS anggota kelompok BKB yang ber-kb PUS anggota kelompok BKB yang ber-kb merupakan pasangan usia subur (PUS) anggota kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) yang menjadi peserta KB. Persentase PUS anggota kelompok BKB yang ber- KB diukur dengan cara membandingkan Jumlah PUS anggota kelompok kegiatan BKB yang menjadi Peserta KB dengan Jumlah anggota kelompok kegiatan BKB yang berstatus PUS. Sasaran Strategis 4 : Meningkatnya fasilitasi pemberdayaan keluarga Sasaran ini dimaksudkan untuk menggambarkan seberapa banyak kelompok yang ingin meningkatkan dan mengembangkan kualitas keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Sasaran ini diukur melalui IKU yaitu : - IKU 14 : Jumlah Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) Aktif - IKU 15 : Jumlah Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) Aktif - IKU 16 : Jumlah Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) Aktif - IKU 17 : Jumlah Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) Aktif - IKU 18 : Jumlah Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Aktif Tabel 2.5 Indikator Kinerja Sasaran Strategis 4 Indikator Kinerja Satuan Target Jumlah Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) Aktif Kelompok 82 Jumlah Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) Kelompok 20 Aktif Jumlah Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) Aktif Kelompok 40 Jumlah Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) Aktif Kelompok 27 Jumlah Kelompok Usaha Peningkatan Kelompok 135 Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Aktif Penjelasan masing-masing IKU tersebut adalah sebagai berikut : BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 11

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 IKU 14 : Jumlah Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) Aktif Bina Keluarga Balita (BKB) adalah wadah kegiatan keluarga yang mempunyai balita-anak, bertujuan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan orangtua (ayah ibu) dan anggota keluarga lain untuk mengasuh dan membina tumbuh kembang anak. Keluarga mempunyai peranan sangat penting dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak, mengingat keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi kehidupan anak. Potensi yang dimiliki seseorang akan mencapai kondisi optimal apabila mendapat pengasuhan yang tepat sesuai dengan tahapan usianya. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah kelompok BKB yang aktif. IKU 15 : Jumlah Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) Aktif Dalam upaya menyiapkan SDM yang berkualitas dalam lingkungan masyarakat maka perlu pengetahuan, sikap dan ketrampilan orang tua dan anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang anak dan remaja secara seimbang melalui komunikasi efektif antara orang tua dan anak remaja. Bina Keluarga Remaja merupakan wadah untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai pengetahuan orang tua dalam mendidik anak remaja yang benar. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah kelompok BKR yang aktif. IKU 16 : Jumlah Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) Aktif Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah upaya untuk peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga yang lansia melalui kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lansia yang sehat, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, produktif dan bermartabat bagi keluarga dan masyarakat. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah kelompok BKL yang aktif. IKU 17 : Jumlah Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) Aktif Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) adalah suatu wadah kegiatan Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja, guna memberikan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta perencanaan kehidupan berkeluarga. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah kelompok PIK Remaja yang aktif. IKU 18 : Jumlah Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Aktif Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) adalah kegiatan usaha ekonomi produktif keluarga, terutama kaum ibu para peserta KB dari Keluarga Pra Sejahtera dan KS I, serta keluarga tahapan lainnya, dalam rangka meningkatkan meningkatkan derajat kesejahteraan keluarga. Pengukuran IKU dihitung berdasarkan jumlah kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang aktif. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 12

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, BPPKB Kota Pasuruan berkewajiban menyusun laporan kinerja yang merupakan bentuk akuntabilitas tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Adapun hasil pengukuran kinerja BPPKB Kota Pasuruan tahun 2015 adalah sebagai berikut : 3.1.1 Tujuan Strategis 1 : Meningkatkan pelayanan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak Ketercapaian tujuan ini dipengaruhi oleh capaian Sasaran Strategis 1. 3.1.1.1 Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dan anak IKU dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.1 Capaian IKU 1, 2 dan 3 Tahun 2015 Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%) Persentase pengaduan korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) yang tertangani Persentase penurunan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak (trafficking) Perolehan Kota Pasuruan mendapat predikat Kota Layak Anak % 85 100 118 % 2-16,1-805 Pengharga an 1 1 100 Dari tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa capaian IKU 1 dan 3 telah memenuhi target bahkan pencapaiannya lebih dari 100%, sedangkan capaian IKU 2 tidak bisa memenuhi target sama sekali bahkan hasilnya sampai minus. Maka jika dirata-rata capaian IKU 1, 2 dan 3 adalah sebesar -196%. Hasil capaian ini diluar dari perkiraan, hal ini disebabkan karena sulitnya menurunkan jumlah kasus KDRT. Pada tabel 3.1 menunjukkan jumlah kasus KDRT yang terjadi di Kota Pasuruan selama tahun 2011-2015 cenderung naik tiap tahunnya. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 13

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 Grafik 3.1 Jumlah Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Kota Pasuruan Tahun 2011-2015 80 60 62 72 40 20 24 26 38-2011 2012 2013 2014 2015 Capaian kinerja dari sasaran ini selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut. Tabel 3.2 Perbandingan Realisasi IKU 1, 2 dan 3 Tahun 2011 s.d 2015 Indikator Kinerja Utama Satuan Realisasi 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase pengaduan % - - - 60 100 korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) yang tertangani Persentase penurunan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak (trafficking) % - 118,2-8,3-46,2-63,2-16,1 Perolehan Kota Pasuruan mendapat predikat Kota Layak Anak Penghargaan Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : - - - - 1 IKU 1 - Persentase pengaduan korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) yang tertangani Semua pengaduan korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) yang terlaporkan semua tertangani, namun karena terbatas anggaran yang tersedia di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana untuk memfasilitasi korban KDRT dan kasus perdagangan perempuan dan anak (trafficking) maka tidak semua kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak yang terlapor dapat dibiayai fasilitasinya. IKU 2 - Persentase penurunan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak (trafficking) Jumlah kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 semakin naik setiap tahunnya. Maka jika dihitung persentase penurunan kasus KDRT dan perdagangan perempuan dan anak menunjukkan hasil negatif (-) karena tidak bisa menurunkan kasus KDRT dan BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 14

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 perdagangan perempuan dan anak malah sebaliknya jumlah kasusnya naik tiap tahunnya. Hasil capaian ini ada beberapa kemungkinan penyebab ketidakberhasilannya yaitu antara lain kemungkinan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melaporkan tindakan KDRT karena sudah dilaksanakannya sosialisasi dan sudah adanya PPT KDRT Tingkat Kota dan sebagian kelurahan di Kota Pasuruan. Walaupun terjadi kenaikan jumlah kasus KDRT tetapi sudah tertangani semuanya sehingga meskipun capaian ini belum tercapai namun bukan sematamata menunjukkan kegagalan program dan perlu ditindaklanjuti di masa yang akan datang. Untuk kedepannya akan lebih ditingkatkan lagi sosialisasi-sosialisasi, pembinaan-pembinaan, mendekatkan akses pelayanan melalui pembentukan pos PPT KDRT di seluruh kelurahan di Kota Pasuruan, meningkatkan koordinasi pada jejaring (Polres, Kejaksaan Negeri, LBH, Pengadilan, Kecamatan, Toga dan Toma), perbaikan Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan kasus KDRT, serta dilakukan penyusunan Anggaran Dasar Rumah Tangga (ADRT) untuk PPT KDRT. IKU 3 - Perolehan Kota Pasuruan mendapat predikat Kota Layak Anak Pada tahun 2015 Kota Pasuruan mendapatkan penghargaan sebagai Kota Ramah Anak atau biasa disebut Kota Layak Anak (KLA) kategori Pratama. Sulitnya mendapatkan predikat sebagai Kota Layak Anak maka dari itu Kota Pasuruan harus terus berbenah untuk dapat terus meraih penghargaan Kota Layak Anak (KLA) di tahun berikutnya. 3.1.2 Tujuan Strategis 2 : Meningkatkan kualitas upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG) Ketercapaian tujuan ini dipengaruhi oleh capaian Sasaran Strategis 2. 3.1.2.1 Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya peran serta lembaga dan masyarakat dalam upaya Pengarus Utamaan Gender (PUG) IKU dan capaian kinerja dari sasaran ini dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3.3 Capaian IKU 4, 5, dan 6 Tahun 2015 Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%) Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan Persentase partisipasi angkatan kerja perempuan Persentase SKPD yang Menyusun ARG % 6 5,23 87,17 % 70 53,65 76,64 % 100 100 100 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa capaian IKU 4,5 dan 6 sudah baik mencapai lebih dari 75% bahkan IKU 6 mencapai 100% dari target kinerjanya. Jika dirata-rata maka capaian sasaran ini adalah sebesar 87,94%. Capaian kinerja dari sasaran ini selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.4. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 15

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 Tabel 3.4 Perbandingan Realisasi IKU 4, 5 dan 6 Tahun 2011 s.d 2015 Indikator Kinerja Utama Satuan Realisasi 2011 2012 2013 2014 2015 Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan % 12,26 13,98 18,87 12,74 5,23 Persentase partisipasi angkatan kerja perempuan Persentase SKPD yang Menyusun ARG % 39,46 47,16 31,35 31,01 53,65 % - - - 100 100 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : IKU 4 : Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan Persentase capaian kinerja sasaran dengan indikator persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan tahun 2015 sudah baik yaitu 87,17% dari target kinerja sebesar 6%. Namun jika dibandingkan dengan capaian kinerjanya dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 cenderung naik turun. Pencapaian paling besar selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 sebesar 18,87%, kemudian tahun 2014 dan 2015 menurun. Capaiannya pada tahun 2015 adalah yang paling rendah selama 5 (lima) tahun terakhir. Banyaknya pegawai perempuan yang pensiun, mutasi ke luar daerah dan kebijakan moratorium penerimaan CPNS adalah beberapa alasan penyebab menurunnya persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan tahun 2015. IKU 5 : Persentase partisipasi angkatan kerja perempuan Persentase capaian kinerja sasaran dengan indikator persentase partisipasi angkatan kerja perempuan tahun 2015 sudah baik yaitu sebesar 76,64% dari target kinerja 70%. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya maka persentase partisipasi angkatan kerja perempuan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 cenderung naik turun. Tahun 2012 persentasenya naik sampai 47,16%, namun kemudian turun lagi di tahun 2013 dan 2014, kemudian tahun 2015 naik lagi menjadi 53,65%. Capaian kinerja sasaran dengan indikator persentase partisipasi angkatan kerja perempuan tahun 2015 adalah capaian terbaik selama 5 (lima) tahun terakhir. IKU 6 : Persentase SKPD yang Menyusun ARG Penyusunan anggaran responsif gender (ARG) baru dilaksanakan tahun 2014. Capaian Persentase SKPD yang menyusun Anggaran Responsif Gender (ARG) tahun 2014 dan 2015 adalah 100%. Hal ini menunjukkan bahwa semua SKPD telah menyusun ARG. 3.1.3 Tujuan Strategis 3 : Mewujudkan pelayanan KB yang prima Ketercapaian tujuan ini dipengaruhi oleh capaian Sasaran Strategis 3. 3.1.3.1 Sasaran Strategis 3 : Meningkatnya kualitas pelayanan KB IKU dan capaian kinerja tahun 2015 dari sasaran ini dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Capaian IKU 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 Tahun 2015 BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 16

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TA. 2015 Indikator Kinerja Utama Satuan Target Realisasi Capaian (%) TFR 2,1 2,11 99,52 Unmetneed % 10 8,75 112,5 Prevalensi KB (CPR/Contraceptive Prevalence Rate) Median Usia Kawin Pertama Perempuan Persentase PUS yang Usia Istri dibawah 20 tahun Persentase Peserta KB Aktif Pria Persentase PUS anggota kelompok BKB yang ber-kb % 77 79,77 103,6 Tahun 22 23,29 105,86 % 3,5 1,12 168 % 5 2,8 56 % 75 86,51 115,35 Dari 7 (tujuh) indikator kinerja sasaran di atas yang capaiannya paling tinggi adalah capaian dari IKU 11 yaitu persentase PUS yang usia istri dibawah 20 tahun sebesar 168%. Faktor keberhasilan capaian IKU 11 antara lain adalah salah satunya tingkat pendidikan makin tinggi. Sedangkan capaian yang paling rendah adalah capaian dari IKU 12 yaitu persentase peserta KB aktif pria sebesar 56%. Faktor dari kegagalan pencapaian IKU 12 yaitu karena kontrasepsi untuk KB pria terdiri dari kondom dan MOP (Metoda Operasi Pria) yang mana kontrasepsi kondom merupakan metode kontrasepsi bukan jangka panjang (non MKJP) sehingga rawan putus. Dari 7 (tujuh) indikator kinerja sasaran ini jika dirata-rata maka capaian sasaran ini adalah sebesar 108,69%. Tabel 3.6 Perbandingan Realisasi IKU 7, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13 Tahun 2011 s.d 2015 Indikator Kinerja Utama Satuan Realisasi 2011 2012 2013 2014 2015 TFR Indeks 2,210 2,210 2,156 2,156 2,11 Unmetneed % 10,13 10,44 10,20 8,44 8,75 Prevalensi KB (CPR/Contraceptive Prevalence Rate) Median Usia Kawin Pertama Perempuan Persentase PUS yang Usia Istri dibawah 20 tahun Persentase Peserta KB Aktif Pria Persentase PUS anggota kelompok BKB yang ber-kb % 77,98 78,50 76,62 78,75 79,77 Tahun 20,87 20,87 22,98 23,79 23,29 % 1,34 1,20 1,07 1,12 1,12 % 2,76 2,86 2,64 3,28 2,8 % 99,82 91,79 87,87 80,09 86,51 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : IKU 7 : Tingkat Kelahiran Total (TFR/Total Fertility Rate) Realisasi Tingkat Kelahiran Total (TFR/Total Fertility Rate) pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 cenderung mengalami penurunan yaitu dari 2,21 anak per wanita menjadi 2,11 anak per wanita, itu artinya program Keluarga Berencana telah berhasil menurunkan angka kelahiran di Kota Pasuruan sebanyak 4,52% selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Demikian dengan target BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA 17