TINJAUAN PUSTAKA. setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Kota Medan mempunyai 805 sekolah dasar dengan perincian 401 buah

TINJAUAN PUSTAKA. Keberadaan sekolah-sekolah sekarang ini dianggap masih kurang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

Rayap, Serangannya, dan Cara Pengendalian

I. PENDAHULUAN. tiap tahunnya (Rachmawati, 1996), sedangkan menurut Wahyuni (2000), di Kabupaten

Rayap Sebagai Serangga Perusak Bangunan & Pengendaliannya (Implementasi SNI 2404:2015 dan SNI 2405: 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika hama rayap (Coptotermes curvinagthus Holmgren) menurut

BIOLOGI DAN PENGENDALIAN RAYAP HAMA BANGUNAN DI INDONESIA

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

Rayap Sebagai Serangga Perusak Kayu Dan Metode Penanggulangannya

TINJAUAN PUSTAKA. terhadap serangan jamur dan serangga dalam lingkungan yang serasi bagi

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

TINJAUAN PUSTAKA. (C curvinagthus Holmgren) adalah sebagai berikut : Gambar 1 : Siklus hidup rayap Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup perkembangan rayap adalah melalui metamorfosa. pertumbuhan) telur, nimfa, dewasa. Walau stadium dewasa pada serangga

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat gamabar dibawah ini: Gambar 1. Siklus hidup rayap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

IDENTIFIKASI DAMPAK DAN TINGKAT SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

SNI 2404:2015 dan SNI 2405:2015 SEBAGAI WUJUD IPTEK YANG BERKELANJUTAN UNTUK MENDUKUNG INFRASTRUKTUR BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG HANDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Keawetan alami kayu adalah suatu ketahanan kayu secara alamiah

Lampiran 1.Karakteristik Bangunan Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Medan. : Jl. Garu I No 28 Medan

II. TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Keanekaragaman Jenis Rayap Tanah dan Dampak Serangan Pada Bangunan Rumah di Perumahan Kawasan Mijen Kota Semarang

Identifikasi Rayap Di Bangunan Cagar Budaya Lawang Sewu Kota Semarang. Identification Of Termites In Lawang Sewu Heritage Building Semarang City

KAJIAN EKONOMIS SERANGAN RAYAP DAN URGENSI TINDAKAN PENGAWETAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI BEBERAPA PERUMAHAN KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

TINJAUAN PUSTAKA. bujur Timur dan Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Tanaman ini dapat tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI JENIS RAYAP DI KAWASAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh: M. HENDRIANSYAH JUMARI NIM:

TINJAUAN PUSTAKA. Papan Partikel. Sorghum (Shorgum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

II. TINJAUAN PUSTAKA. bekerjasama. Rayap dalam biologi adalah sekelompok hewan dalam salah satu

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan siklus hidup rayap dapat dilihat pada gambar:

Oleh: Tarsoen Waryono **)

Lampiran 1. Karakteristik-Karakteristik Bangunan Sekolah Dasar Swasta. Asal-usul Areal Bangunan : Perladangan dan perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Koloni Trigona sp

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 a) Tumbuhan tuba yang tumbuh di perladangan masyarakat; b) Batang tumbuhan tuba.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

KERAGAMAN JENIS RAYAP DAN INTENSITAS KERUSAKAN BANGUNAN DI PERUMAHAN ALAM SINARSARI, CIBEUREUM, DARMAGA, BOGOR CUCU SETIAWATI

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

TINJAUAN PUSTAKA. Paimin (1997) menyatakan berdasarkan penggolongan jenis tumbuhtumbuhan. (taksonomi), tanaman kemiri termasuk famili Euphorbiaceae.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Uji Suspensi Kitosan untuk Mengendalikan Rayap (Coptotermes curvignathus Holmgren) pada Tanaman Karet di Lapangan

ORGANISME PERUSAK KAYU. 1. Jamur atau Cendawan

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

Jojon Soesatrijo. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tribolium castaneum Herbst.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

BAB II TINJAUAN PROYEK

Nama Responden Jabatan Pekerjaan Jenis Kelamin (P/L) Alamat JOSEPTIAN PURBA Direktur L Jl. Gaperta Ujung Perumahan Tosiro Indah No.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Papan unting merupakan panel kayu yang tersusun atas strand/unting

Uji Daya Hidup Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) (Isoptera : Rhinotermitidae) dalam Berbagai Media Kayu di Laboratorium

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Bangunan Sekolah Menengah Pertama Kota Medan memiliki 350 sekolah menengah pertama dengan perincian 45 buah milik pemerintah dan 305 buah milik pihak swasta. Rincian sebaran SMP di setiap kecamatan di Kota Medan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data jumlah sekolah menengah pertama di setiap kecamatan No Kecamatan SD Negeri SD Swasta 1 Medan Amplas 2 13 2 Medan Area 1 15 3 Medan Barat 3 10 4 Medan Baru 1 13 5 Medan Belawan 1 12 6 Medan Deli 4 16 7 Medan Denai 1 23 8 Medan Helvetia 2 27 9 Medan Johor 2 17 10 Medan Kota 5 21 11 Medan Labuhan 4 10 12 Medan Maimun 2 8 13 Medan Marelan 4 10 14 Medan Perjuangan 0 14 15 Medan Petisah 1 12 16 Medan Polonia 0 8 17 Medan Selayang 2 11 18 Medan Sunggal 1 20 19 Medan Tembung 4 21 20 Medan Timur 2 15 21 Medan Tuntungan 3 9 Jumlah 45 305 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Medan,2008. Rayap Rayap menurut Tarumingkeng (1992) dalam Rakhmawati (1996) adalah sekelompok hewan dalam salah satu ordo, yaitu ordo Isoptera dari kelas

Arthropoda. Ordo Isoptera beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia sampai tahun 1970 telah tercatat lebih kurang 200 spesies. Menurut Nandika (2003), ada sekitar 200 jenis rayap di Indonesia dan lima persen diantaranya menjadi musuh manusia. Rayap termasuk binatang purba karena sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu. Nandika dkk (2003) menyatakan setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masing-masing, yaitu kasta prajurit, kasta pekerja dan kasta reproduksi. Kasta prajurit dapat dengan mudah dikenali dari bentuk kepalanya yang besar dan mengalami penebalan yang nyata. Tugasnya adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar, khususnya semut dan vertebrata predator. Kasta pekerja umumnya berwarna pucat dengan kutikula hanya sedikit mengalami penebalan sehingga tampak menyerupai nimfa. Populasinya mencapai 80-90% dalam satu koloni rayap. Kasta ini bertugas memberi makan dan memelihara ratu, mencari sumber makanan, membuat sarang, liang-liang kembara, menumbuhkan jamur dan memeliharanya. Sedangkan kasta reproduksi terdiri atas betina (ratu) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Ukuran ratu pada rayap tingkat tinggi bisa mencapai panjang ukuran lima sampai sembilan cm atau lebih. Kemampuan rayap melakukan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan menyebabkan penyebaran rayap di dunia menjadi sangat luas. Di daerah tropika, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut. Penyebaran ke daerah temperate telah berlangsung, sehingga mencapai batas 50 LU dan 50 LS. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban,

ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika dkk 2003). Kelembaban optimum bagi rayap subteran berkisar antara 97,5% - 100%, dan rayap kayu mampu bertahan hidup selama 11 jam pada kondisi kering dengan kelembaban udara relatif 10%. Dalam kondisi lembab dengan tingkat kelembaban udara 100%, rayap ini mampu hidup selama 86,5 jam tanpa persediaan makanan (Suranto, 2002). Prasetyo dan Yusuf (2004) menyatakan rayap memiliki habitat yang unik dalam suatu ekosistem. Keberadaan koloni rayap berperan penting dalam siklus biogeochemical (dekomposer bahan organik) seperti siklus nitrogen, karbon, sulfur, oksigen dan fosfor. Mudahnya rayap beradaptasi dengan lingkungannya mengakibatkan mereka bisa ditemui di hampir semua bentuk ekosistem. Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahan-bahan konstruksi kayu yang diduga sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang (Siregar dan batubara, 2007). Taksonomi Rayap Taksonomi atau penggolongan jenis-jenis rayap merupakan salah satu misteri dunia insekta karena tingginya tingkat kemiripan antar jenis rayap dalam

masing-masing famili. Kiranya kita tak perlu sangat memusingkan jenis-jenis (spesies) rayap ini. Hal yang penting adalah dapat mengenal tipe-tipe seperti telah disebut di muka. Pada umumnya rayap yang terdapat dalam satu kategori memiliki kemiripan dalam hampir semua segi perilakunya, sehingga metoda pengendalianya pun dapat disamakan. Taksonomi Rayap adalah sebagai berikut : Kingdom Fillum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda : Insekta : Isoptera : Rhinotermitidae, Termitidae : Macrotermes, Coptotermes : Macrotermes sp, Coptotermes curvignatus Sistem Kasta Nandika dkk (2003), mengemukakan bahwa setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang memiliki bentuk yang berbeda sesuai dengan fungsinya masingmasing, yaitu : Kasta Pekerja, kasta pekerja berfungsi sebagai pencari makanan, merawat telur serta membuat dan memelihara sarang. Kasta Prajurit, kasta prajurit mudah dikenal karena bentuk kepalanya yang besar dan dengan sklerotisasi yang nyata. Anggota-anggota dari pada kasta ini mempunyai mandible atau restrum yang besar dan kuat. Kasta prajurit berfungsi melindungi koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta Reproduktif, kasta reproduktif (ratu) berfungsi untuk menghasilkan telur, sedangkan makanannya dilayani oleh para pekerja. Borror

dkk (1996) menambahkan apabila terjadi bahwa raja dan ratu mati atau bagian dari koloni dipisahkan dari koloni induk, kasta reproduktif tambahan terbentuk di dalam sarang dan mengambil alih fungsi raja dan ratu. Rayap Perusak Gedung Hakim dkk (2006), menyebutkan bahwa rayap yang menyerang gedung di Medan ada 3 (tiga) jenis yaitu Coptotermes curvignatus, Microtermes inspiratus, dan Cryptotermes cynocepalus. a) Coptotermes curvignatus Holmgren Coptotermes curvignatus termasuk dalam keluarga Rhinotermitidae. Jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling ganas. Rayap penyerang bangunan ini memerlukan kelembaban yang cukup tinggi untuk mempertahankan hidupnya. b) Microtermes inspiratus Kemner Microtermes inspiratus termasuk dalam keluarga Termitidae. Rayap ini banyak beradaptasi di daerah dataran rendah. Sarangnya terdapat dekat permukaan tanah pada pohon-pohon atau bangunan-bangunan dan mengandung dengan beberapa ruang yang berisi sisiran jamur, telur, nimpa dan tingkatan lain. c) Cryptotermes cynocepalus Light Cryptotermes cynocepalus termasuk dalam keluarga Kalotermitidae. Rayap jenis ini bersarang di dalam kayu mati yang kering hawa. Serangan rayap ini sulit dideteksi karena hidupnya terisolir dalam kayu. Kayu yang terserang rayap ini secara kasat mata masih utuh dan kuat serta mulus. Namun, jika permukaannya ditekan atau ditekuk akan terjadi kerusakan pada kayu dan terlihat keropos.

Identifikasi Jenis Rayap Rayap telah menghuni bumi ini sejak zaman Mesozoic. Jenis rayap beraneka ragam karena tingginya tingkat kemiripan antar jenis dalam masingmasing family. Membedakan rayap dengan serangga lain dapat dilakukan dengan pendalaman akan bentuk tubuh dan morfologinya. Secara morfologi tubuh rayap seperti halnya serangga lain terdiri dari tiga bagianyang disebut tagmata, yaitu tagmata kepala, thorak, dan abdomen. Pada tubuh rayap bagian antara bagian dada tempat melekatnya organ-organ gerak (kaki dan sayap) dengan bagian perut bergabung dengan ukuran yang hampir sama, rayap memiliki antena lurus dan berbentuk manik-manik. Cara Penyerangan Sistem organisasi, spesialisasi dan komunikasi yang efektif dalam dunia kehidupan rayap menempatkan rayap sebagai organisme perusak kayu di garda depan. Menurut Nandika dkk (2003), rayap tanah mampu menyerang bangunan dengan berbagai cara antara lain: menyerang melalui kayu yang berhubungan dengan tanah. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi. Memperoleh akses masuk ke dalam bangunan rumah adalah permulaan serangan rayap. Pada rumah permanen, rayap tanah menyerang melalui retakan tembok, rongga lantai, dan pondasi. Rayap juga sering ditemukan melalui intalasi listrik dan intalasi air yang dapat langsung menuju objek sasaran (Rismayadi dan Arinana, 2007).

Teknik Pengendalian Rayap Strategi yang digunakan untuk perlindungan bangunan dari serangan rayap meliputi tindakan pencegahan dan pembasmian serangan. Pada pencegahan serangan rayap dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi yang tidak disukai rayap, penggunaan kayu awet atau diawetkan, membentuk penghalang kimia dan penghalang fisik. Pada pengendalian merupakan tindakan kuratif untuk menghilangkan dan melindungi bangunan yang telah terserang rayap. Pemilihan tindakan pengendalian memerlukan pemahaman yang baik terhadap karakteristik rayap yang menyerang bangunan, kondisi lingkungan, maupun kondisi bangunan yang terserang rayap itu sendiri (Nandika dkk, 2003) Pra konstruksi Menurut Lippsmeier (1994), Tindakan ini dikatakan sebagai tindakan pencegahan, selain lebih murah juga lebih mudah dilakukan. Dengan upaya pencegahan, umur suatu bangunan akan lebih lama dan tahan terhadap serangan rayap. Berbeda dengan upaya pengendalian di mana komponen yang sudah rusak harus diganti dan kemungkinan untuk diserang kembali lebih besar. Ada beberapa kemungkinan tindakan pencegahan gangguan rayap tanah menurut Lippsmeier (1994), antara lain: a. Memperhitungkan bahaya rayap mulai tahap perancangan hingga detail pekerjaan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan pada perancangan, pemilihan lokasi, drainase efektif, pemisahan bangunan dari tanah dan yang paling efektif adalah dengan memasang merintang mekanis. b. Memakai bahan pelindung kimiawi

c. Melakukan tindakan pencegahan pada waktu pembangunan. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, lokasi bangunan harus bersih dari sarang rayap, sisa-sisa akar, potongan kayu, kertas dan lain-lain. d. Menggunakan bahan bangunan yang tahan rayap. Antara lain dengan menggunakan kayu awet atau yang diawetkan. Kayu awet sangat sedikit jumlahnya. Menurut Nandika (2003) kayu ulin, merbau, sengon laut, kayu jati atau jati merupakan jenis kayu yang tahan terhadap serangan rayap. Menurut Nandika (2003) ancaman rayap bisa dicegah dengan teknologi anti rayap. Untuk memusnahkan rayap, dapat digunakan produk anti rayap yang menggunakan 0,5 gram Hexaflumuron. Dimana jika dikonsumsi (dimakan) rayap, saat 8 minggu kemudian terjadi penggantian kulit, namun kulit baru tidak terbentuk sehingga rayap mengalami dehidrasi. Tindakan yang umum dilakukan di Indonesia adalah tindakan pemberian bahan pengawet. Tindakan ini bertujuan untuk memperpanjang umur pakai kayu. Pengawetan kayu untuk perumahan dan gedung menurut SNI 03-5010.1-1999 adalah suatu proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Kayu dalam kontruksi bangunan memiliki peranan besar dan banyak digunakan sebagai komponen utama. Penentuan mutu kayu bangunan ditentukan oleh beberapa faktor yaitu umur pakai kayu, serangan rayap, serangan bubuk kayu dan kumbang, diameter kayu, barat jenis kayu, dan kemirinagn serat (Nuryawan dan Prasetyo, 2005).

Bahan-bahan pengawet kayu terdiri dari campuran dari bahan non-organik, tiosianat, arganofosfat, pyretroid dan campuran lain. Disamping bahan pengawet tersebut, formulasi baru sekarang ini diadopsi dari beberapa negara lain. Melalui Komisi Pengawas Pestisida (KOMPES) antara lain CCB, CCF, FCAP, BFCA (Rudi, 2002). Menurut Duljafar (1995), pengaplikasian bahan pengawet pada kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengawetan kayu tanpa tekanan (non pressure process) dan pengawetan kayu dengan tekanan (pressure process). Pengawetan kayu tanpa tekanan seperti pelaburan atau penyemprotan, pencelupan, perendaman dingin, dan perendaman panas-dingin. Sedangkan pengawetan dengan tekanan seperti proses vakum-tekan. Dengan vakum tekan retensi dan penetrasi bahan pengawet lebih dalam dan merata. Pasca konstruksi Prasetyo dan Yusuf (2004) menyatakan tindakan pasca konstruksi merupakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan setelah terjadi serangan rayap pada suatu bangunan untuk meminimalkan kerusakan dan membatasi ruang geraknya. Upaya pengendalian serangan rayap perlu memperhatikan karakteristik rayap yang menyerang, kondisi objek yang diserang, dan kondisi lingkungan sekitarnya. Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain: 1. Pemeriksaan areal, untuk mengetahui jenis rayap perusaknya dan cara menyerang sehingga diketahui lokasi dan teknik pengendalian yang tepat. 2. Perlakuan tanah (soil treatment), dengan memasukkan larutan termisida yang berdaya residual tinggi dengan injektor.

3. Perlakuan pada pondasi bangunan. 4. Fumigasi, sangat efektif untuk membasmi jenis rayap kayu kering. 5. Perubahan struktur bangunan untuk menghilangkan sumber kelembaban. 6. Mengganti atau membakar kayu yang sudah rusak parah. Sedangkan teknologi pengendalian yang lain adalah dengan penekanan populasi (pengumpanan). Nandika dkk., (2003) menyatakan bahwa penekanan populasi rayap merupakan teknologi pengendalian rayap yang populer saat ini. Metode pengumpanan pada prinsipnya memanfaatkan sifat biologis rayap yaitu sifat tropolaksis (saling menjilat) dan grooming (berkumpul) dalam mendistribusikan racun kepada seluruh anggota koloninya. Bahan aktif yang digunakan harus bersifat slow action. Dengan menggunakan termisida yang berefek lambat (slow action), rayap pekerja memakan dan memberi makan sekaligus meracuni koloninya tanpa sadar. Racun ini dapat menghentikan proses ganti kulit rayap yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan sifatnya, teknik ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik pengendalian lain, diantaranya lebih ramah lingkungan karena bahannya tidak mencemari tanah, memiliki sasaran yang spesifik, mudah dalam penggunaannya dan mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi koloni secara total. Selain itu, teknik ini juga tidak menyebabkan kerusakan pada bangunan karena tidak adanya pengeboran lantai seperti pada sistem injeksi (Nandika dkk, 2003). Teknik perlindungan investasi konstruksi terhadap serangan organisme perusak yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama pada kayu bangunan yang digunakan adalah dengan pengawetan kayu yang menggunakan bahan pengawet. Pengawetan kayu merupakan suatu proses memasukkan bahan

pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kayu terhadap serangan organisme perusak, sehingga dapat memperpanjang masa pakai kayu. Cara pengawetan kayu bangunan yang umum digunakan adalah vakumtekan, rendaman dingin dan rendaman panas dingin. Pengawetan secara vakumtekan dilakukan dengan pemberian vakum dan tekanan salama proses memasukkan bahan pengawet ke dalam kayu bangunan. Pengawetan secara rendaman dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawet. Sedangkan pengawetan secara rendaman panas-dingin adalah dengan merendam kayu bangunan ke dalam larutan bahan pengawetan yang dilakukan secara panas-dingin. Bahan pengawet adalah suatu bahan kimia yang bila dimasukkan ke dalam kayu dapat meningkatkan ketahanan kayu dari serangan organisme perusak seperti jamur, serangga dan makhluk perusak kayu lainnya. Selain dengan cara pengawetan kayu bangunan, teknik perlindungan bangunan dapat juga dilakukan dengan cara injeksi/penyuntikan bahan pengawet pada tapak bangunan (Aini, 2005). Kerusakan Bangunan Kerugian ekonomis akibat kerusakan kayu oleh faktor perusak kayu pada bangunan di Indonesia telah mencapai milyaran rupiah tiap tahunnya. Survei di beberapa lokasi bangunan yang terserang di Kota Medan menunjukkan bahwa umumnya bangunan sangat rentan diserang oleh organisme perusak kayu. Nasution (2006), melaporkan bahwa serangan rayap pada perumahan di Kotamadya Medan terdapat 5 (lima) jenis yaitu : S. javanicus Kemner, M. inspiratus Kemner, C. curvignatus Kemner, M. givus Hagen, Macrotermes sp.

Pada gedung bertingkat di Kota Medan Hakim, dkk (2006) menyatakan 73% gedung bertingkat di Medan terinfeksi oleh serangan rayap. Untuk 15 (lima belas) bangunan bersejarah di Kota Medan, Oki (2006) menghitung kerugian yang diakibatkan oleh rayap kayu kering sebesar Rp 9.865.926,37,- dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh rayap tanah adalah sebesar Rp 22.634.466,86,-. Berdasarkan penelitian Pusat Studi Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor (IPB), kerugian rata-rata per tahun yang disebabkan oleh rayap terhadap bangunan publik di Indonesia sekitar Rp 2,8 triliun per tahun. Dari nilai tersebut kerugian terbesar terjadi di Jakarta Rp 2,6 triliun (Tarumingkeng, 2003). Pemetaan GIS Menurut Nuarsa (2005), GIS merupakan singkatan dari geographic information system atau sistem sinformasi geografis. GIS merupakan suatu alat yang dapat di gunakan untuk mengelola data yang bereferensi geografis. Data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan jalan suatu kota dan lain sebagainya. Dengan banyak kemudahan metode pendekatan GIS dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran jenis rayap.