JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

dokumen-dokumen yang mirip
Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANYA DARI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DI KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN SIDOARJO TAHUN SKRIPSI

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial

Model Perkembangan Perumahan di Wilayah Peri Urban Kota Surabaya (Studi Kasus : Kabupaten Sidoarjo)

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Geografi dan Demografi Kabupaten Sidoarjo

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: C-27

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO 2019

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 101 TAHUN 2016 TENTANG

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SIDOARJO

URUSAN DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo adalah kabupaten sekaligus kota yang terletak di Propinsi Jawa

NASKAH PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN SIDOARJO PEMILU 2019

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

BAB 4 ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PBB DAN TINJAUAN PERANAN PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tanggal 29 Mei 2006 di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN RANGKING PENGGUNAAN LAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG (Studi Kasus Seluruh Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo)

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten

PENDAHULUAN Latar Belakang

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

SISTEM INFORMASI PROFIL DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BERBASIS WEB

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci : jumlah alumni KKD, opini audit BPK, kinerja pembangunan daerah.

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

5 DISPARITAS REGIONAL DAN KONSENTRASI INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA BARAT

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 55 TAHUN 2013

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

S K R I P S I. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : RIZATUL FAZRIYAH NPM :

BAB 3 GAMBARAN UMUM PENDAPATAN ASLI DAERAH, PAJAK DAERAH DAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN SIDOARJO

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi telah menjadi kekuatan utama (driving force) di balik

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan distribusi pendapatan memang dapat terjadi di

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

BUPATI SIDOARJO KEPUTUSAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 188/ / /2012 TENTANG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) KABUPATEN SIDOARJO

Petunjuk Pelaksanaan Pemutakhiran Data Kemiskinan Daerah (DKD) Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

Identifikasi Kemampuan Pelayanan Ekonomi dan Aksesibilitas Pusat Kegiatan Lokal Ngasem di Kabupaten Kediri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN I.1.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

Perencanaan dan Penataan Menara Telekomunikasi Seluler Bersama di Kabupaten Sidoarjo Menggunakan MapInfo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Penentuan Kesenjangan Ekonomi Wilayah Berdasarkan Tipologi Peri Urban di Kabupaten Sidoarjo Vely Kukinul Siswanto, Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: eko_budi@urplan.its.ac.id Abstrak Salah satu wilayah yang terkena dampak adanya urban sprawl dari Kota Surabaya adalah Kabupaten Sidoarjo. Adanya pergeseran perkembangan kawasan perkotaan ke arah pinggiran akan dapat merubah karakteristik diwilayah urban maupun peri urban yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya disparitas perkotaan dalam hal ekonomi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penelitian untuk dapat melihat karakteristik kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi peri urban yang ada, apakah semakin urban suatu wilayah maka semakin tinggi kesenjangan ekonominya ataukah malah sebaliknya. Penelitian kali ini menggunakan empat alat analisis. yaitu analisis cluster untuk mentipologikan wilayah, indeks theil untuk menghitung nilai kesenjangan dan terakhir menggunakan multivariate correlation. Hasil dari analisis tersebut menunjukkan bahwa tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo selalu berubah setiap tahun dengan kesenjangan ekonomi tertinggi dimiliki oleh wilayah semi urban dan faktor penyebab terjadinya disparitas ekonomi antar tipologi antara lain perbedaan pada panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia. Kata Kunci Wilayah Kesenjangan Ekonomi., Peri urban, Tipologi I. PENDAHULUAN Menurut Webster dalam Desrainy (2010) menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki kombinasi karakteristik perdesaan dan karakteristik perkotaan. Fenomena timbulnya area ini dikenal dengan Peri- Urbanisasi. Kawasan Gerbangkertasusila merupakan suatu kawasan yang secara administratif terpisah tetapi secara fisik, ekonomi dan sosial menyatu akibat adanya dampak resiprokal perekonomian kota Surabaya terhadap Kabupaten Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan (Meiriya: 2010). Penyatuan kegiatan baik ekonomi maupun sosial di wilayah ini dapat mengindikasikan adanya peristiwa urban sprawl dengan Kota Surabaya sebagai Kota Intinya dan Kabupaten Sidoarjo menjadi salah satu wilayah peri urbannya. Peristiwa ini menyebabkan adanya pengalih fungsian lahan yang ada di sekitar kota (urban periphery) mengingat terbatasnya lahan yang ada di pusat kota (Rosul; 2008). Hal ini dapat terlihat dari perubahan guna lahan dari lahan tidak terbangun menjadi terbangun. Peristiwa ini hampir terjadi diseluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan prosentase rata-rata konversi perubahan guna lahan pertanian menjadi non pertanian pada tahun 2006-2009 mencapai 8,38% di seluruh kecamatan di Kabupaten Sidoarjo, dan konversi lahan yang terjadi secara drastis terjadi di Kecamatan Taman, Waru dan Buduran yang secara dministrasi berbatasan langsung dengan Kota Surabaya (Hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012). Menurut Koesparmadi (2005), salah satu ciri khas permasalahan di Kawasan pinggiran adalah pada wilayah ini memiliki kesenjangan hampir pada setiap aspek, hal ini dikarenakan terdapat kawasan lama dan kawasan Baru. Kesenjangan, terutama kesenjangan ekonomi di wilayah peri urban Kota Sidoarjo dapat terlihat dari kontribusi setiap kecamatan dalam menyumbang PDRB Kabupaten Sidoarjo disetiap tahunnya terdapat banyak sekali kecamatan yang prosentase PDRB-nya hanya menyumbang kurang dari 5% setiap tahunnya, kecamatan ini antara lain kecamatan Buduran, Porong, Krembung,Tulangan, Jabon, Balongbendo,Wonoayu, Tarik,Prambon dan Sukodono. Sedangkan terdapat juga beberapa kecamatan yang prosentase PDRB-nya menyumbang lebih dari 10% setiap tahunnya, antara lain Kecamatan Sidoarjo, Taman dan Sedati (hasil analisis data Sidoarjo Dalam Angka; 2012). Berdasarkan penjabaran permasalahan yang sedang terjadi dalam Kabupaten Sidoarjo inilah maka perlu adanya suatu studi untuk mengetahui gambaran tentang karakteristik, pola dan struktur kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Karakteristik pola maupun struktur dari daerah peri urban inilah yang nanti akan diteliti lebih lanjut, apakah daerah yang semakin menuju ke karakteristik urban menunjukkan tingkat kesenjangan semakin tinggi, ataukah malah semakin menjadi urban suatu daerah maka semakin kecil nilai kesenjangannya. A. Tipologi Peri Urban II. URAIAN PENELITIAN a. Pengertian Tipologi Peri Urban Menurut Webster dalam Desrainy (2010) menyatakan bahwa area peri-urban merupakan area yang memiliki

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2 kombinasi karakteristik perdesaan dan karakteristik perkotaan. Fenomena timbulnya area ini dikenal dengan Peri-Urbanisasi. Wehrwein dan Balk dalam Koesparmadi (2005), mengatakan bahwa rural-urban fringe secara geografis adalah suatu no mans lands. Suburbia atau dalam bahasa latinnya suburbis (di bawah tembok kota) hingga sekarang secara spatial berlokasi di agricultural hinterland, tetapi pola tata guna lahannya terus mengalami perubahan. Densitas penduduk terus meningkat dan harga tanah naik terus. Adapun secara ekologis suburbia adalah kawasan dimana terjadi invasi (menyerbu masuknya orang baru). b. Penyebab Tumbuhnya Tipologi Peri Urban Perluasan kota dan masuknya penduduk kota ke daerah pinggiran telah banyak mengubah tata guna lahan di daerah pinggiran terutama yang langsung berbatasan dengan kota. Banyak daerah hijau yang telah berubah menjadi permukiman dan bangunan lainnya (Bintarto, 1983). Hal ini menyebabkan terjadinya proses densifikasi permukiman di daerah pinggiran kota. Whynne Hammond dalam Koesparmadi (2005) mengemukakan lima alasan tumbuhnya pinggiran kota, sebagai berikut : Peningkatan pelayanan transportasi kota. Pertumbuhan penduduk. Meningkatnya taraf hidup masyarakat. Gerakan pendirian bangunan pada masyarakat. Dorongan dari hakikat manusia sendiri. c. Karakteristik Wilayah Peri Urban Dirjen Penataan Ruang, (2006), mengklasifikasikan wilayah Peri urban berdasarkan penggunaan lahan serta fungsi kegiatan ekonominya menjadi tiga tipologi antara lain: Predominantly Urban = kawasan yang didominasi kondisi dan kegiatan berciri perkotaan. Semi Urban = kawasan ini adalah wilayah transisi dari perdesaan ke perkotaan. Potential Urban = adalah kawasan yang pada saat ini ciri utamanya masih rural. Berikut ini akan ditunjukkan tabel kriteria kawasan pinggiran kota berdasarkan Dirjen Penataan Ruang. Tipologi Predominantly Urban Tabel 2.1. Kriteria Kawasan Pinggiran kota Karakteristik Pinggiran 1. Perumahan berkepadatan tinggi 2. Lahan untuk perdagangan dan jasa 3. Industri ringan/ manufaktur 4. Kegiatannya lebih berciri urban 5. Akses ke kota inti relative baik 6. Tercipta karena telah ada kota-kota atau permukiman sebelumnya di kawasan ini Semi Urban 1. Perumahan hunian berkepadatan campuran tinggi dan rendah 2. Terdapat perukiman berskala kecil maupuun besar dengan kepadatan campuran antara kepadatan tinggi dan rendah Tipologi Potential Urban Karakteristik Pinggiran 3. Kegiatannya masih rural 4. Sebagian besar penggunaan lahan masih berupa pertanian dan ladang 5. Industri berorientasi pada tenaga kerja 6. Guna lahan campuran antara rural dan urban 7. Akses ke kota inti terbatas 1. Ciri utamanya masih berkarakteristik rural tetapi memiliki peluang untuk menjadi urban 2. Tidak berbatasan langsung dengan kota inti 3. Tersedia aksesibilitas berupa jaringan jalan atau kereta api melalui kawasan 4. Harga lahan masih cenderung rendah 5. Kepadatan masih rendah, kegiatan cenderung ke pertanian dan perkebunan serta masih banyak lahan belum terbangun 6. Akses ke kota inti terbatas dan hampir tidak ada Sumber : Metropolitan di Indonesia (Dirjen Penataan Ruang, 2006) B. Kesenjangan Wilayah a. Pengertian Kesenjangan Wilayah Menurut Mudrajad Kuncoro dalam Damarjati (2010) kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat. Sebab kesenjangan antar wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment faktor). Perbedaan inilah yang menyebabkan tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut. Ketimpangan pembangunan antar daerah dengan pusat dan antar daerah dengan daerah lain adalah merupakan suatu yang wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal pelaksanaan pembangunan antar daerah (Williamson, 1997). b. Faktor Penyebab Kesenjangan Wilayah Menurut Anwar dalam Faisal (2011), beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan yang menyebabkan ketimpangan (kesenjangan), diantaranya adalah: Perbedaan karakteristik limpahan sumber daya alam. Perbedaan demografi. Perbedaan kemampuan sumber daya manusia. Perbedaan potensi lokasi. Perbedaan dari aspek aksesibilitas dan kekuasaan dalam pengambilan keputusan. Perbedaan dari aspek potensi pasar. Di Indonesia faktor-faktor penyebab terjadinya ketipangan ekonomi antar provinsi atau wilayah. menurut Tambunan dalam Faisal (2011), diantaranya adalah: Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah. Alokasi invetasi. Tingkat mobolitas faktor produksi yang rendah antar daerah. Perbedaan sumber daya alam antar provinsi. Pembangunan ekonomi didaerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingakan dengan daerah yang miskin sumber daya alam. Perbedaan kondisi demografis antar wilayah. Kurang lancarnya perdagangan antar provinsi.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3 c. Macam-macam Kesenjangan Wilayah Kesenjangan wilayah atau yang biasa disebut dengan ketimpangan wilayah memliki berbagai jenis dan bentuk yang berbeda-beda disetiap wilayah. Menurut Handayani (2006), berbagai ketimpangan suatu wilayah dapat dibedakan menjadi lima bentuk, antara lain: Ketimpangan Ekonomi Ketimpangan Pengeluaran Konsumsi Ketimpangan Investasi Kesenjangan Sosial Ketidakmerataan dan Kemiskinan III. HASIL DAN DISKUSI Dalam penelitian kali ini dilakukan dengan menggunakan tiga alat analisis untuk dapat menentukan kesenjangan ekonomi berdasarkan tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Berikut hasil dan pembahasan dari setiap analisis: A. Penentuan Tipologi Peri Urban Analisis yang digunakan untuk dapat mentipologikan 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo menjadi tipologi peri urban antara lain predominantly urban,semi urban dan potential urban adalah dengan menggunakan analisis Cluster. Hasil analisis cluster pada 18 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo terjadi perbedaan anggota tiap kelompok disetiap tahun penelitiannya. Pengelompokan ini dilakukan dengan menggunakan variabel kepadatan terbangun, proporsi guna lahan permukiman dan industri, jarak tempuh ke pusat kota (Surabaya), proporsi penyediaan fasilitas pendidikan, air dan listrik, kepadatan penduduk, proporsi tenaga kerja pertanian dan non pertanian, PDRB perkapita, pertumbuhan PDRB dan proporsi keluarga prasejahtera. Variabel ini didapatkan dari penelaahan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu dan dengan menggunakan analisis uji asumsi klasik dalam analisis cluster. Berikut akan ditunjukkan tabel keanggotaan kelompok disetiap tahun perencanaan di Kabupaten Sidoarjo. Tabel 3.1. Keanggotaan cluster di Tahun 2006, 2007 dan 2009 di Kabupaten Sidoarjo Cluster Tahun 2006 Sidoarjo Taman Waru Gedangan 2007 Sidoarjo Krian Taman Waru Gedangan Sukodono Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Buduran Candi Tanggulangin Krian Porong Krembung Tulangan Balongbendo Wonoayu Tarik Prambon Sukodono Buduran Candi Krembung Tulangan Tanggulangin Balongbendo Jabon Sedati Porong Jabon 2009 Sidoarjo Taman Waru Gedangan Sumber : Hasil Analisis, 2012 Wonoayu Tarik Prambon Sedati Krian Balongbendo Buduran Candi Tanggulangin Sukodono Porong Krembung Tulangan Wonoayu Tarik Prambon Jabon Sedati Karakteristik setiap kluster yang telah ditemukan adalah sebagai berikut : Predominantly Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun tinggi, prosentase untuk lahan permukiman dan industri cenderung tinggi. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini sangatlah dekat. Prosentase pekerja disektor non pertanian sangat besar jika dibandingkan dengan pekerja pada sekor pertanian. PDRB perkapita sangat tinggi dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sangat sedikit. Jumlah migrasi masuk semakin tahun semakin meningkat. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air sangat baik dan mudah untuk ditemukan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi ditahun. Semi Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun sedang, prosentase untuk lahan permukiman dan industri sedang. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini cukup dekat. Prosentase pekerja disektor non pertanian dan pertanian hampir seimbang. PDRB perkapita sedang dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sedang. Jumlah migrasi masuk sedang. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air cukup mudah untuk ditemukan dalam kluster ini. Serta pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Potential Urban : Merupakan suatu kecamatan yang memiliki karakteristik kepadatan penduduk dan terbangun rendah, prosentase untuk lahan permukiman dan industri sangat sedikit. Jarak tempuh dari kota inti (Surabaya) dengan kelompok ini cukup jauh. Prosentase pekerja disektor non pertanian lebih sedikit jika dibandingkan dengan prosentase pekerja disektor pertanian. PDRB perkapita cukup rendah dengan prosentase keluarga pra sejahtera yang sangat tinggi. Jumlah migrasi masuk sangat sedikit. Ketersediaan sarana pendidikan, prasarana listrik dan air cukup sulit untuk ditemukan dalam kluster ini. Dengan pertumbuhan ekonomi yang kurang pesat. B. Penilaian Kesenjangan Ekonomi berdasarkan tipologi peri urban Untuk menganalisis nilai kesenjangan berdasarkan karakteristik ekonomi di Kabupaten Sidoarjo tipologi peri

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4 urban yang telah terbentuk dilakukan dengan menggunakan Indeks Entropi Theil. Adapun rumus perhitungan sebagai berikut: 18 I ( y) yj / Y Log yj / Y / xj / X Grafik 3.2. Nilai Kesenjangan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo 2006, 2007 dan 2009 1.3269 1.330 (2) 1.3211 1.3176 1.320 i 1 1.3175 1.3125 Dimana : I(y) = Indeks Ketimpangan Entropi Theil yj = PDRB per kapita kecamatan i Y = rata-rata PDRB per kapita di Kabupaten Sidoarjo xj = jumlah penduduk Kecamatan - i X = jumlah penduduk Kabupaten Sidoarjo Berikut akan ditunjukkan hasil perhitungan nilai kesenjangan ekonomi disetiap tipologi di Kabupaten Sidoarjo Grafik 3.1. Nilai Kesenjangan Ekonomi di Kabupaten Sidoarjo Berdasarkan Tipologi Peri Urban Tahun 2006, 2007 dan 2009 1.50 1.10 1.11 1.09 1.00 0.80 0.64 0.50 0.63 0.34 0.32 0.33 0.00 2006 Predominantly Urban 2007 Semi Urban 2009 Potential Urban Sumber :Hasil Analisis, 2012 Dari hasil perhitungan nilai kesenjangan dengan menggunakan indeks Entropi Theil terlihat bahwa dari tahun 2006 hingga tahun 2009 terlihat karektersitik kesenjangan ekonomi dimasing-masing tipologi. Tipologi semi urban memiliki kesenjangan ekonomi yang lebih tinggi dari pada tipologi lainnya. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang sangat mencolok antar wilayah dalam satu tipologi tersebut. Terdapat beberapa kecamatan yang karakteristik ruralnya masih sangat tinggi, tetapi beberapa kecamatan lainnya memiliki karakteristik urban yang lebih besar. Hal ini dapat mempengaruhi besarnya PDRB perkapita yang notabenenya merupakan salah satu variabel utama dalam penilaian kesenjangan perekonomian. Untuk lebih memperkuat penilaian kesenjangan ekonomi antar tipologi wilayah peri urban dilakukanlah perhitungan kesenjangan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo secara keseluruhan dengan menggunakan indeks enthropi theil. 1.310 1.300 2006 Indeks Theil 2007 2008 2009 2010 Sumber :Hasil Analisis, 2012 Nilai kesenjangan ekonomi di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2006 hingga tahun 2010 sekitar 1,3. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan ekonomi untuk kabupaten Sidoarjo yang merupakan daerah heterogen lebih besar dari pada nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi yang memiliki nilai tertinggi 1,11. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil analisis nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi masih dapat ditoleransi. Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa wilayah yang semikin cenderung berkarakteristik Semi Urban atau suatu wilayah yang memiliki karakteristik urban dan rural cenderung memiliki kesenjangan ekonomi yang semakin besar. Sedangkan untuk wilayah yang memiliki kecenderungan berkarakteristik rural memiliki nilai kesenjangan ekonomi yang semakin kecil. C. Penetuan Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Ekonomi Analisis yang akan digunakan untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kesenjangan ekonomi antar Kecamatan di Kabupaten Sidoarjo adalah dengan menggunakan teknik analisis Multivariate Correlation. Variable yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi berdasarkan hasil analisis Multivariate Correlation adalah variable yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05, Variable yang mempengaruhi nilai kesenjnagan ekonomi antar tipologi di Kabupaten Sidoarjo antara lain : Produktivitas Primer : memiliki hubungan positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,784. Hal ini berarti, peningkatan produktivitas primer disuatu wilayah dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi penurunan produktivitas primer akan dapat menurunkan nilai kesenjangan ekonomi. Lulusan SD, SMP, SMA dan SMK : memiliki hubungan positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,677 ; 0,877; 0,676 dan 0,786. Hal ini berarti, peningkatan jumlah lulusan SD dalam hal ini yang berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia juga diiringi dengan peningkatan nilai kesenjangan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Panjang Jalan dengan Kondisi Baik dan rusak :memiliki hubungan korelasi yang positif dengan tingkat korelasi sebesar 0,712 dan 0,91. Hal ini berarti, semakin banyak

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5 panjang jalan yang dalam kondisi baik dan rusak di suatu wilayah akan dapat meningkatkan kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penjelasan diatas dapat terlihat bahwa terdapat beberapa variable yang dapat mempengaruhi besar kecilnya nilai kesenjangan antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan tingkat korelasi antara variabel dengan nilai kesenjangan dapat terlihat bahwa variabel yang sangat mempegaruhi nilai kesenjangan ekonomi antar tipologi peri urban di Kabupaten Sidoarjo adalah variabel panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu Predominantly Urban, Semi Urban dan Potential Urban. Tetapi, tipologi dari peri urban ini setiap tahun selalu mengalami perubahan, antara lain : Predominantly Urban : kecamatan Sidoarjo, Taman, Waru dan Gedangan Semi Urban : Kecamatan Porong, Krembung, Tulangan, Balongbendo, Wonoayu, Tarik, Prambon, Sukodono, Buduran, Candi, Tanggulangin dan Kecamatan Krian. Potential Urban : Kecamatan Jabon dan Sedati. DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistika Sidoarjo (BPS) (2009) Kabupaten Sidoarjo dalam angka 2010, Sidoarjo [2] Bintarto, R, (1983), Interaksi Kota Desa dan Permasalahannya, Toko Buku Ghalia Indonesia, Yogyakarta [3] Damarjati, Annisa Ganis, (2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesenjangan Pendapatan di Proponsi Jawa Tengah, S,T tugas akhir, Universitas Diponegoro [4] Desrainy, L, (2011), Karakteristik Wilayah Peri- Urban pada Metropolitan Jabodetabekpunjur, S,T tugas akhir, Institut Teknologi Bandung [5] Dirjen Penataan Ruang (2006) Metropolitan di Indonesia, Indonesia [6] Faisal, B, (2011), Analisis Disparitas Pembangunan Antar Wilayah Di Provinsi Sumatera Selatan, M,T thesis, Institut Pertanian Bogor [7] Handayani, Fitri Ami, (2006), Analisis Kesenjangan Wilayah di GERBANGKERTASUSILA ditinjau dari aspek ekonomi, sosial dan lingkungan, S,T tugas akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember [8] Koesparmadi, dkk, (2005), Peri Urban Sebagai Perhatian Kualitas Hidup: Jurnal DinamikaPeriurban, Vol,I, Halaman 2 [9] Meiriya, N, (2011), Pola Pengendalian Perkembangan Kawasan Mega- Urbanisasi Gerbangkertasusila Plus, S,T tugas akhir Institut Teknologi Sepuluh Nopember [10] Rosul, M (2008): Urban Sprawl (Pemekaran Kota) http://mrosul,edublogs,org diakses tanggal 6 Oktober 2011, [11] Williamson, J.G. (1997) Industrialization, Inequality and Economic Growth. Edward Elgar Publishing Limited, Cheltenham, Glos, UK. Berdasarkan hasil analisis kesenjangan ekonomi dengan menggunakan metode analisis indeks Entropi Theil dapat terlihat bawa wilayah semi Urban cenderung memiliki kesenjangan perekonomian yang tinggi untuk setiap tahun penelitian. Dari sini dapat terlihat bahwa wilayah yang menunjukkan karakteristik urban dan rural maka kesenjangan perekonomian antar wilayah pun semakin tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan perekonomian antar tipologi wilayah peri urban di Kabupaten Sidoarjo adalah panjang jalan dengan kondisi baik dan rusak, besarnya produktivitas disektor primer serta penambahan kualitas sumber daya manusia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis Vely Kukinul Siswanto mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah tugas akhir, Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer.Reg. dosen pembimbing mata kuliah thesis, Ibu Dr.Ir.Rima Dewi, M.I.P dan Bapak Putu Gde Ariastita ST. MT. yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, masukan dan nasehat selama penyusunan penelitian ini.