IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. daging yang beredar di masyarakat harus diperhatikan. Akhir-akhir ini sering

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mengalami pemisahan bagian-bagian dari karkas hewan utuh sehingga jenis

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-

BAB. I PENDAHULUAN. bakso menggunakan daging sapi dan daging ayam. campuran bakso, dendeng, abon dan produk berbasis bakso lainnya.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2009; Martin dkk., 2009; Koppel dkk., 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

SKRIPSI DETEKSI CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

BAB III METODE PENELITIAN

DETEKSI SPESIES PADA PRODUK OLAHAN BAKSO DENGAN MULTIPLEX-PCR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. dan menyebabkan keprihatinan bagi pelanggan. Daging babi (Sus scrofa

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

III. MATERI DAN METODE A.

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. Bahan dan Metode

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang terbuat dari gelatin sapi (Sahilah dkk., 2012). Produsen akan memilih

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. METODE PENELITIAN. Wajwalku Wildlife Laboratory, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Kasetsart

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

DETEKSI MOLEKULER CEMARAN DAGING BABI PADA BAKSO SAPI DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG MENGGUNAKAN PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 Agustus Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan pendekatan cross sectional,

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

Pengujian DNA, Prinsip Umum

TINJAUAN PUSTAKA Tikus ( Rattus norvegicus Gen Sitokrom b

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

METODE Waktu dan Tempat Materi Sampel DNA Primer

OPTIMASI PCR : KONSENTRASI PRIMER DAN VOLUME TEMPLAT DNA PADA AMPLIFIKASI mtdna IKAN MEDAKA Oryzias spp. DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MAROS

BAB III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini, pelaksanaan sistem jaminan halal menjadi isu global.

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

3. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menidentifikasi gen angiotensin converting enzyme (ACE)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

MATERI DAN METODE. Materi

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

DETEKSI FRAGMEN DNA RENDAH PENGKODE GEN SITOKROM B (cyt b) BABI PADA SAMPEL MIE INSTAN MENGGUNAKAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Majalah Farmasetika, Vol. 2 No.1, 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

Transkripsi:

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) Srihanto, E.A, Setiaji, G, Rumpaka, R dan Firwantoni Balai Veteriner Lampung Jalan Untung Suropati No.2 Labuhan Ratu, Bandar Lampung ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk identifikasi daging tikus di produk asal hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi pencampuran daging tikus pada produk asal hewan atau makanan. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan teknik polimerase chain reaction (PCR). Ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan DNA dari sampel dan dilanjutkan dengan proses amplifikasi DNA. Uji spesifisitas dan sensitifitas primer dilakukan terhadap daging dari multi spesies dan pada produk asal hewan. Hasil amplifikasi DNA dihasilkan amplikon 188 bp dan tidak mengamplifikasi spesies lain selain tikus. Primer yang digunakan mempunyai spesifisitas dan sensitifitas hanya terhadap DNA tikus. Kata kunci : tikus, PCR, produk asal hewan ABSTRACT The purpose of this research was for the identification of rat meat in products of animal origin. This study aims to detect mixing rat meat products or food of animal origin. The identification was done by using polymerase chain reaction (PCR). Extraction is done to get DNA from the samples and proceed with the process of DNA amplification. Primer specificity and sensitivity test conducted on meat from multiple species and products of animal origin. DNA amplification product generated 188 bp amplicon and not amplify species other than mice. Primers used have the specificity and sensitivity only to mouse DNA. Keywords: mice, PCR, products of animal origin PENDAHULUAN Kebutuhan pangan asal hewan dari hari ke hari terus bertambah seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap manfaat gizi bagi kehidupan manusia. Daging, telur dan susu merupakan bahan pangan hewani berkualitas tinggi karena mengandung protein yang tersusun dari asam amino essensial yaitu asam amino yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh ataupun digantikan oleh sumber makanan lain. Seiring dengan perkembangan kebutuhan tersebut, keamanan pangan asal hewan juga tidak lepas dari perhatian 509

konsumen. Keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk pencegahan pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan bahan lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Anonim, 2004). Pemerintah dalam merealisasikan penyediaan daging yang aman menetapkan sebagai daging ASUH, yakni aman, sehat, utuh dan halal. Pangan halal didefinisikan sebagai bahan pangan yang tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam serta pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam (Anonim, 2001). Pemerintah telah berupaya melindungi konsumen dengan berbagai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah, namun sampai saat ini pemalsuan produk pangan khususnya daging olahan masih sering terjadi. Pencampuran daging lain pada produk daging olahan biasanya bertujuan untuk menekan biaya produksi. Banyak kasus penipuan dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak layak konsumsi dan tidak halal. Pencampuran dengan daging lain pada produk daging olahan biasanya bertujuan untuk menekan biaya produksi. Permasalahan yang muncul adalah apabila pencampuran tersebut menggunakan jenis daging yang tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat tertentu terkait dengan agama dan budaya. Contoh kasus tersebut adalah telah beredarnya isu bakso sapi yang dicampur daging tikus di beberapa daerah akhir-akhir ini mengakibatkan kekhawatiran dan keresahan masyarakat terkait dengan cemaran biologis dan bahan lain sesuai dengan definisi keamanan pangan menurut PP no. 28 Tahun 2004 serta keutuhan daging dan produk olahannya. Teknik deteksi dan identifikasi spesies hewan menjadi sangat penting dalam daging dan produk olahan untuk mengetahui keaslian produk guna menjamin keamanan dan kehalalan pangan serta melindungi konsumen dari pemalsuan informasi. Metode analisis yang akurat dengan prosedur sederhana dan cepat sangat diperlukan untuk pelabelan produk daging. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi percampuran daging tikus pada produk asal hewan secara molekuler. 510

METODOLOGI Materi Materi untuk penelitian digunakan daging tikus putih, tikus got, tikus rumah, mencit, marmut, kelinci, ayam, sapi, babi dan bakso yang didalamnya terdapat daging tikus. Sampel yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Daging dari berbagai sampel dan produk asal hewan (bakso) tersebut diekstraksi untuk mendapatkan DNAnya. Gambar 1. Sampel daging segar dan bakso Materi untuk uji molekuler digunakan bahan antara lain Purelink viral DNA/RNA minikit (Invitrogen; cat no. 1361246), primer forward dan reverse untuk tikus, Platinum blue supermix (Invitrogen; cat no. 1466597), alkohol absolut (Merck), agarose, 100bp DNA ladder, sybrsafe (Invitrogen) dan TBE 1x. Amplifikasi DNA menggunakan mesin icycler (Biorad). Primer yang digunakan untuk amplifikasi DNA didesain spesifik untuk tikus dengan target gen CytB. Sekuens primer yang digunakan dapat dilihat di Tabel 1. Tabel 1. Sekuens primer yang digunakan Primer Sekuens Forward 5 -CATGTGGGACGAGGACTATACTATG-3 Reverse 5 -GTAGTCCCAATGTAAGGGATAGCTG-3 (Primer didesain oleh Eko AS, 2013) Metode Ekstraksi DNA dilakukan dengan menggunakan Purelink Viral RNA/DNA minikit. Prosedur yang digunakan sesuai dengan petunjuk pabrik (Invitrogen). Sebanyak 200 µl suspensi sampel ditambah dengan 200 µl lysis buffer dan 25 µl Proteinase K dan dicampurkan dalam tube 1,5 ml. Suspensi 511

divortex dan diinkubasikan pada suhu 56 0 C selama 15 menit. Suspensi ditambah 250 µl alcohol absolute dan diinkubasikan pada suhu ruang selama 5 menit. Suspensi ditransfer ke dalam spin column dan disentrifus dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Collection tube diganti dan ditambahkan 500 µl Wash Buffer pada spin column. Collection tube disentrifus dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Cairan pada colection tube dibuang. Collection tube ditambahkan lagi 500 µl Wash Buffer, kemudian disentrifus dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Collection tube diganti dan disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit. Collection tube diganti dengan recovery tube ukuran 1,5 ml dan ditambahkan 50 µl nuclease free water (NFW). Recovery tube yang berisi NFW diinkubasikan dalam suhu ruang selama 1 menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 12.000 rpm selama 1 menit. Dioxynucleic acid (DNA) yang diperoleh dapat langsung segera diamplifikasi atau disimpan dalam freezer bersuhu -20 0 C/-80 0 C. Amplifikasi DNA digunakan tehnik PCR. Volume total reaction mix dalam tube PCR adalah 25 µl yang terdiri atas 21 µl Platinum Blue Supermix, primer forward dan reverse masing-masing 1 µl dengan konsentrasi 20 pmol dan 2 µl template DNA. Thermocycler disiapkan dengan program sebagai berikut: pre denaturasi (suhu 95 0 C selama 5 menit); denaturasi (suhu 95 0 C selama 30 detik); annealing (suhu 60 0 C selama 45 detik); ekstensi (suhu 72 0 C selama 1 menit) sebanyak 35 siklus. Elektroforesis DNA dilakukan pada gel agarose 1,5 % dengan pewarnaan sybrsafe dalam larutan TBE buffer 1 x. Gel produk amplifikasi PCR divisualisasikan di atas UV transiluminator dan hasilnya didokumentasikan dengan kamera. Analisis hasil amplifikasi berdasarkan ukuran dari masingmasing fragmen atau pita DNA dibandingkan dengan posisi pita dari marker. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi dilakukan terhadap DNA berbagai macam spesies diantaranya sapi, babi, ayam, kelinci, mencit, marmut, tikus putih dan tikus got. Dari hasil amplifikasi DNA dihasilkan hasil positip pada DNA tikus got dan tikus putih. Spesies lainnya tidak terdeteksi menggunakan primer yang didesain tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa primer tersebut spesifik dan sensitif hanya pada 512

DNA tikus. Hasil amplifikasi dan tabulasi hasil deteksi antar spesies ditampilkan di Gambar 2 dan Tabel 2. Gambar 2. Hasil amplifikasi DNA antar spesies (tanda panah putih menunjukkan hasil positip mengandung DNA tikus) menunjukkan panjang amplikon 188bp Keterangan : M : marker; 1 : sapi; 2 : babi; 3 : ayam; 4 : tikus putih; 5 : kelinci; 6 : tikus got; 7 : mencit; 8 : marmut; 9 : kontrol negatif; 10 : kontrol internal Tabel 2. Tabulasi hasil deteksi DNA antar spesies Sampel Sapi - Babi - Ayam - Tikus got + Kelinci - Tikus putih + Mencit - Marmut - Keterangan : + : positif, : negatif Hasil Amplifikasi DNA juga dilakukan pada sampel produk asal hewan. Hasil amplifikasi dihasilkan hasil positip pada produk asal hewan. Hasil amplifikasi pada produk asal hewan ditampilkan di Gambar 3. Amplikon menunjukkan produk sebesar 188 bp. 513

Gambar 3. Hasil amplifikasi DNA produk asal hewan menunjukkan hasil positip mengandung DNA tikus) Keterangan : M : marker; Spl : sampel : K+ : kontrol positif; K- : kontrol negatif Identifikasi daging dari berbagai spesies dapat dilakukan secara fisik dengan melihat bentuk dari daging tersebut. Tetapi masih banyak ditemukan berbagai kelemahan karena membutuhkan keahlian dalam membedakan daging antar spesies. Tehnik identifikasi jenis daging di dalam produk asal hewan yang cepat, murah dan cepat diperlukan untuk mengetahui adanya pencampuran daging yang ilegal. Pemalsuan daging pada produk asal hewan yang mungkin terjadi dengan cara penambahan daging lain, substitusi dengan daging lain atau perlakuan pada saat pengolahan (Ballin, 2010). Menurut Kesmen (2004), kebanyakan metode diagnosis pencampuran atau pemalsuan daging antar spesies seperti ELISA (enzyme linked imuno sorbent assay), GC (gas chromatography), rapid test atau HPLC (high performance liquid chromatography) dibutuhkan sampel yang banyak dan dalam kondisi segar. Selain itu tingkat sensitivitas uji juga rendah. Perkembangan teknologi molekuler digunakan dalam mendeteksi DNA berbagai spesies. Teknik PCR digunakan karena mampu mendeteksi DNA dalam jumlah sedikit di dalam sampel. Selain itu waktu pengujian yang dibutuhkan cepat dan hasilnya akurat walaupun protein sudah mengalami degradasi (sampel dalam keadaan matang atau sudah dalam dalam olahan). Hal ini dibuktikan oleh penelitian Matsunaga (1999) yang masih bisa mengekstrak DNA dari sampel walaupun sudah mengalami pemanasan 100 0 C dan 120 0 C. Nuraini (2004) juga mampu mengekstraksi dan mengamplifikasi DNA yang berasal dari produk asal hewan seperti bakso, sosis dan dendeng sehingga 514

makin menguatkan bahwa DNA tidak rusak walau mengalami pemanasan dan pengolahan. Identifikasi asal daging pada produk asal hewan sangat berguna bagi konsumen karena beberapa alasan yaitu kemungkinan adanya kerugian ekonomi akibat substitusi daging akibat penipuan produk, kesehatan individu konsumen akibat alergi karena mengkonsumsi daging tertentu dan alasan keagamaan (Miguel et al., 2004). Deteksi dan identifikasi juga diperlukan dalam pelabelan produk untuk menjamin keamanan konsumen. Dengan adanya jaminan keamanan dan kehalalan produk maka pemerintah telah menghindarkan konsumen akan adanya tindak kriminalitas dan meningkatkan rasa keyakinan dalam mengkonsumsi suatu produk asal hewan. KESIMPULAN DAN SARAN Primer yang digunakan mempunyai spesifisitas dan sensitifitas hanya terhadap DNA tikus. Hasil amplifikasi DNA dihasilkan amplikon 188 bp dan tidak mengamplifikasi spesies lain selain tikus. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran perlu adanya monitoring yang intensif terhadap produk asal hewan dan turunannya terhadap kemungkinan adanya kasus-kasus pencampuran daging yang tidak lazim dikonsumsi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001. Departemen Agama Republik Indonesia. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia tentang Pedoman dan Tata cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal. Jakarta : DEPAG RI Anonim. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta Ballin, NZ. 2010. Authentication of meat and meat product. Meat sci. 86: 577-567 Kesmen, Z., Sahin, F. and Yetim, H. 2007. PCR assay for the identification of animal spesies in cooked sausage. Meat sci. 77 : 649-653 Matsunaga, T. 1999. A quick and simple method for the identification of meat spesies. Meat sci. 51 : 143-148 515

Miguel, A.R. 2004. PCR identification of beef, sheep, goat and pork in raw and heat treated meat mixtures, J Food Protect 67 : 172-177 Nuaraini, H. 2004. Pengembangan sekuens Porcine Repetitive Element (RPE-1) sebagai penanda molekuler untuk mendeteksi material babi pada produk daging olahan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 516