DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

Nama SKPD Alamat Status

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

D A F T A R I S I Halaman

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

LAMPIRAN INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

DAFTAR ISI. RPJMD Kabupaten Bantul HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

20. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI RPJMD KABUPATEN PONOROGO TAHUN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN... I-1

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

Lampiran Meningkatnya cakupan

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2013

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BINTAN TAHUN

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3)

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA,

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DATA PUAP / LKMA KABUPATEN BANTUL

1.1. LATAR BELAKANG...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

RKPD KOTA SURABAYA TAHUN 2018 DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

Transkripsi:

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii vi xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-2 1.3. Hubungan RPJMD Kabupaten Bantul Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I-5 1.4. Sistematika Penulisan... I-7 1.5. Maksud dan Tujuan... I-9 BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi... II-1 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah... II-1 2.1.1.1. Letak dan Batas Wilayah Administrasi... II-1 2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis... II-3 2.1.1.3. Kondisi Topografi... II-3 2.1.1.4. Kondisi Geologi... II-6 2.1.1.5. Kondisi Hidrologi... II-7 2.1.1.6. Kondisi Klimatologi... II-9 2.1.1.7. Penggunaan Lahan... II-9 2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah... II-12 2.1.3. Wilayah Rawan Bencana... II-12 2.1.4. Demografi... II-14 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II-18 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... II-18 2.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... II-18 2.2.1.2. PDRB Perkapita... II-24 2.2.1.3. Laju Inflasi... II-25 2.2.1.4. Koefisien Gini... II-25 2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial... II-26 2.2.2.1. Pendidikan... II-26 2.2.2.2. Kesehatan... II-28 2.2.2.3. Kemiskinan... II-32 2.2.2.4. Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk Yang Bekerja)... II-34 2.2.2.5. Kriminalitas (Angka Kriminalitas Yang Tertangani)... II-37 2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga... II-37 2.3. Aspek Pelayanan Umum... II-41 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib... II-42 ii

2.3.1.1. Pendidikan... II-42 2.3.1.2. Kesehatan... II-47 2.3.1.3. Pekerjaan Umum... II-55 2.3.1.4. Perumahan... II-60 2.3.1.5. Penataan Ruang... II-62 2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan... II-64 2.3.1.7. Perhubungan... II-65 2.3.1.8. Lingkungan Hidup... II-73 2.3.1.9. Pertanahan... II-77 2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil... II-79 2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak... II-81 2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera... II-84 2.3.1.13. Sosial... II-87 2.3.1.14. Ketenagakerjaan... II-89 2.3.1.15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah... II-92 2.3.1.16. Penanaman Modal... II-94 2.3.1.17. Kebudayaan... II-96 2.3.1.18. Kepemudaan dan Olah Raga... II-97 2.3.1.19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri... II-100 2.3.1.20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian... II-100 2.3.1.21. Ketahanan Pangan... II-107 2.3.1.22. Pemberdayaan Masyarakat... II-108 2.3.1.23. Statistik... II-112 2.3.1.24. Kearsipan... II-113 2.3.1.25. Komunikasi dan Informatika... II-115 2.3.1.26. Perpustakaan... II-117 2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan... II-118 2.3.2.1. Pertanian... II-118 2.3.2.2. Kehutanan... II-121 2.3.2.3. Energi dan Sumberdaya Mineral... II-122 2.3.2.4. Pariwisata... II-122 2.3.2.5. Kelautan dan Perikanan... II-123 2.3.2.6. Perdagangan... II-125 2.3.2.7. Perindustrian... II-126 2.3.2.8. Ketransmigrasian... II-126 2.4. Aspek daya Saing Daerah... II-127 2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... II-127 2.4.1.1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Derah, Kepegawaian dan Persandian... II-127 2.4.1.2. Pertanian... II-129 2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur... II-130 2.4.2.1. Perhubungan... II-130 2.4.2.2. Penataan Ruang (Penataan Wilayah)... II-130 iii

2.4.2.3. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Kepegawaian dan Persandian... II-131 2.4.2.4. Komunikasi dan Informatika (Fasilitas Listrik dan Telepon)... II-132 2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi... II-133 2.4.3.1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian (Keamanan dan Ketertiban)... II-134 2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia... II-137 2.4.4.1. Ketenaga Kerjaan... II-137 BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Keuangan Masa Lalu... III-1 3.1.1. Pelaksanaan APBD... III-1 3.1.2. Neraca Daerah... III-5 3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu... III-7 3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran... III-8 3.2.2. Analisis Pembiayaan... III-12 3.3. Kerangka pendanaan... III-14 3.3.1. Analisis Proyeksi Pendapatan Daerah... III-14 3.3.2. Analisis Proyeksi Pembiayaan Daerah... III-15 3.3.3. Proyeksi Pengeluaran Periodik dan Mengikat serta Prioritas Utama... III-16 3.3.4. Penghitungan Kerangka Pendanaan... III-17 BAB IV. ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1. Permasalahan Pembangunan... IV-1 4.1.1. Permasalahan Pembangunan Urusan Wajib... IV-1 4.1.2. Permasalahan Pembangunan Urusan Pilihan... IV-9 4.2. Isu-Isu Strategis... IV-12 4.2.1. Isu strategis Pembangunan di Luar Kabupaten Bantul... IV-13 4.2.1.1. Lingkungan Internasional... IV-13 4.2.1.2. Lingkungan Nasional... IV-14 4.2.1.3. Kondisi Lingkungan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta... IV-17 4.2.2. Telahaan RPJPD Kabupaten Bantul... IV-20 4.2.3. Isu strategis Pembangunan Kabupaten Bantul... IV-23 BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi... V-1 5.2. Misi... V-3 5.3. Tujuan dan Sasaran... V-3 5.4. Hubungan Prioritas Pembangunan Kabupaten Bantul Dengan Provinsi dan Nasional... V-21 5.5. Tema Pembangunan Kabupaten Bantul... V-22 iv

BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... VI-1 BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH... VII-1 BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN... VIII-1 BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH... IX-1 BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisi... X-1 10.2. Kaidah Pelaksanaan... X-2 v

DAFTAR TABEL NO HALAMAN 2.1. Jumlah Desa, Dukuh, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul Tahun 2013... II-2 2.2. Kelas Ketinggian dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2013... II-4 2.3. Luas Wilayah Kabupaten Bantul Menurut Ketinggian dari Permukaan Laut Kabupaten Bantul Tahun 2013... II-5 2.4. Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Tanah di Kabupaten Bantul Tahun 2013... II-5 2.5. Hubungan Formasi Geologi Dengan Luas Penyebarannya Dikabupaten Bantul... II-6 2.6. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-8 2.7. Data Curah Hujan 2008-2012 di Kabupaten Bantul... II-9 2.8. Kawasa rawan bencana di Kabupaten Bantul Menurut Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2010 2030 II-13 2.9. Kepadatan Penduduk Agraris per Kecamatan di Kabupaten Bantul Tahun 2011-2012... II-16 2.10. Total Population / Proyeksi Jumlah Penduduk Pada Skenario Rendah, Sedang, Tinggi... II-17 2.11. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bantul... II-19 2.12. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 2012 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bantul... II-20 2.13. Perkembangan PDRB Per-Kapita Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... II-24 2.14. Angka Melek Huruf di Kabupaten Bantul Tahun 2008 2012... II-27 2.15. Angka Rata Rata Lama Sekolah Kabupaten Bantul 2008 2012... II-27 2.16. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-27 2.17. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-28 2.18. Perkembangan Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-29 2.19. Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-30 2.20. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah DIY, dan Nasional... II-30 2.21. Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-31 2.22. Persentase KK Miskin dan Jiwa Miskin Tahun 2010 2012 Kabupaten Bantul... II-32 2.23. Persentase Jiwa dan Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-33 2.24. Rasio Penduduk Yang Bekerja Dengan Angkatan Kerja Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-35 2.25. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bantul Tahun 2011 2012... II-36 2.26. Jumlah Angkatan kerja Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Bantul Tahun 2011-2012... II-37 vi

2.27. Angka Kriminalitas Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-37 2.28. Capaian Pembangunan Seni, Budaya, dan Olahraga Tahun 2012... II-38 2.29. Lembaga Budaya di Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-38 2.30. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)... II-42 2.31. Ketersediaan Sekolah Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-43 2.32. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul... II-43 2.33. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2008 sd 2012 Kabupaten Bantul... II-44 2.34. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS)... II-44 2.35. Ketersediaan Sekolah Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-44 2.36. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul... II-45 2.37. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Tahun 2008 sd 2012 Kabupaten Bantul... II-45 2.38. Banyaknya sekolah Kabupaten Bantul... II-46 2.39. Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-47 2.40. Jumlah Posyandu dan Balita per Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul... II-48 2.41. Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Kabupaten Bantul... II-49 2.42. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2009-2012... II-49 2.43. Jumlah Dokter Kabupaten Bantul Tahun 2011-2012... II-50 2.44. Jumlah Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pemerintah Tahun 2011 2012... II-50 2.45. Jumlah dan Persentase Komplikasi Kebidanan yang ditangani Tahun 2009 2012... II-51 2.46. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Tahun 2009 2011... II-52 2.47. Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)... II-52 2.48. Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2008 s/d 2012 Kabupaten Bantul... II-55 2.49. Target dan Capaian DI yang Terlayani Air Irigasi Tahun 2008-2012... II-56 2.50. Target dan Capaian Saluran Irigasi dalam Kondisi Baik Tahun 2008-2012... II-56 2.51. Rasio Tempat Ibadah Tahun 2010-2012 Kabupaten Bantul... II-57 2.52. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Tahun 2011-2012 Kabupaten Bantul... II-57 2.53. Tempat Pemakaman Umum Per-Satuan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul... II-58 2.54. Rasio TPS per Satuan Penduduk Tahun 2010-2012... II-58 2.55. Rasio Rumah Layak Huni Tahun 2011-2012... II-59 2.56. Data Banjir Genangan Akibat Curah Hujan Tinggi tahun 2008-2012... II-60 2.57. Persentase Penduduk Berakses Air Bersih di Kabupaten Bantul... II-60 2.58. Jumlah KK Yang Belum Berlistrik Tahun 2012... II-61 2.59. Banyaknya Pelanggan Listrik dan Daya Terpasang di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012... II-61 2.60. Jumlah Rumah Layak Huni Tahun 2011-2012... II-62 2.61. Produk Perencanaan Tata Ruang... II-63 2.62. Jumlah Penumpang Angkutan Umum Kabupaten Bantul... II-65 vii

2.63. Jumlah Penumpang Angkutan Umum Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul... II-66 2.64. Jumlah Ijin Trayek Tahun 2008 s.d 2012 Kabupaten Bantul... II-67 2.65. Jumlah Ijin Trayek Menurut Kecamatan Tahun 2012... II-67 2.66. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Tahun 2008 s.d 2012... II-68 2.67. Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul... II-68 2.68. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus Kabupaten Bantul... II-69 2.69. Jumlah angkutan umum yang beroperasi di Kabupaten Bantul Tahun 2008 s.d 2012... II-70 2.70. Kepemilikan KIR Angkutan Umum di Kabupaten Bantul Tahun 2008 s.d 2012... II-70 2.71. Fasilitas Perhubungan Terpasang di Kabupaten Bantul... II-73 2.72. Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah Tahun 2011-2012 Kabupaten Bantul... II-74 2.73. Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapat Air Minum PDAM di Kabupaten Bantul... II-74 2.74. Luas Lahan Bersertifikat Tahun Tahun 2010 2012 Kabupaten Bantul... II-77 2.75. Persentase Jumlah Izin lokasi tahun 2010-2012 di Kabupaten Bantul... II-78 2.76. Estimasi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2012 per Kelompok Umur... II-80 2.77. Kepadatan Penduduk Geografis per Kecamatan Tahun 2012... II-81 2.78. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2009 2011 Kabupaten Bantul... II-82 2.79. Data Pilah PNS Kabupaten Bantul Tahun 2009 2012... II-82 2.80. Rasio KDRT Tahun 2010 2012 Kabupaten Bantul... II-82 2.81. Perkembangan Indeks Pemberdayaan Gender Kabupaten Bantul... II-83 2.82. Jumlah dan Rasio Pekerja Anak di Kabupaten Bantul Menurut Kabupaten 2011... II-83 2.83. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Kabupaten Bantul... II-84 2.84. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Kabupaten Bantul... II-84 2.85. Rasio Akseptor KB Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-85 2.86. Rasio Akseptor KB Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul... II-86 2.87. Realisasi Pencapaian Sasaran SPM Cakupan Sasaran PUS Peserta KB Aktif... II-86 2.88. Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Bantul 2010 2012... II-87 2.89. Sarana Sosial Panti Asuhan dan Panti Jompo Kabupaten Bantul Tahun 2009 2011... II-88 2.90. Jenis PMKS di Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-88 2.91. Penduduk Yang bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012... II-92 2.92. Persentase Koperasi Aktif Tahun 2008 sd 2012 Kabupaten Bantul... II-93 2.93. Jumlah UKM Non BPR/LKM Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul... II-94 2.94. Nilai Investasi Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-95 2.95. Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... II-95 2.96. Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya... II-96 2.97. Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya... II-96 2.98. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya Yang dilestarikan... II-97 2.99. Jumlah Organisasi Pemuda Tahun 2009 s.d. 2012 Kabupaten Bantul... II-97 2.100. Jumlah Organisasi Olahraga Tahun 2009 s.d. 2012 Kabupaten Bantul... II-98 2.101. Jumlah Kegiatan Kepemudaan Tahun 2011 s.d. 2012 Kabupaten Bantul... II-98 2.102. Jumlah Kegiatan Olahraga Tahun 2009 Sampai 2012 Kabupaten Bantul... II-99 viii

2.103. Daftar OKP dan Kegiatan Kepemudaan... II-100 2.104. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-101 2.105. Data Kepala Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Berdasarkan Jenis KelaminTahun 2012... II-102 2.106. Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2007-2011... II-102 2.107. Persentase KK Miskin dan Jiwa Miskin Tahun 2011 2012 Kabupaten Bantul... II-103 2.108. Kegiatan Penegakan PERDA Di Kabupaten Bantul... II-104 2.109. Persentase Penegakan PERDA Kabupaten Bantul... II-105 2.110. Rasio Petugas Satpol PP terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul... II-105 2.111. Penyelesaian Pelanggaran K3 Kabupaten Bantul... II-105 2.112. Jumlah Petugas Linmas Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-106 2.113. Ketersediaan Energi dan Protein (KEP) untuk Dikonsumsi di Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... II-107 2.114. Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat di Kabupaten Bantul Tahun 2005-2009... II-107 2.115. Perkembangan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... II-108 2.116. Kelompok Binaan LPM Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-108 2.117. Kelompok Binaan PKK Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-109 2.118. Jumlah LSM Aktif Tahun 2009 sd 2012 Kabupaten Bantul... II-111 2.119. LPM Berprestasi Kabupaten Bantul Tahun 2011 2012... II-111 2.120. Persentase PKK Aktif Menurut Kabupaten Bantul Tahun 2011... II-111 2.121. Jumlah Posyandu Kabupaten Bantul Tahun 2011... II-112 2.122. Persentase Posyandu Aktif Kabupaten Bantul Tahun 2010-2011... II-112 2.123. Jumlah dan Jabatan Fungsional Arsiparis 2012... II-114 2.124. Jumlah Jaringan Komunikasi 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-115 2.125. Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-116 2.126. Jumlah Penyiaran Radio/TV Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-116 2.127. Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-118 2.128. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung, Kacang Tanah, Kedelai Tahun 2008-2012... II-118 2.129. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah, Cabai Merah, Cabai Rawit, Kacang Panjang dan Jamur Tahun 2008-2012... II-119 2.130. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau, Mete, Tebu, dan Kelapa Tahun 2008-2012... II-120 2.131. Produksi Daging, Telur, dan Susu Tahun 2008-2012... II-120 2.132. Luas Lahan Kritis Tahun 2011-2012... II-121 2.133. Pengadaan Bibit Jati dan Buah Tahun 2012... II-121 2.134. Target dan Capaian Reklamasi Lahan Bekas Tambang... II-122 2.135. Tingkat Kerusakan Akibat Penggalian dan Penambangan... II-122 2.136. Jumlah Kunjungan Wisatawan dan PAD Sektor Pariwisata Tahun 2008-2012... II-123 2.137. Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Tahun 2008 2012... II-123 2.138. Produksi Perikanan Budidaya menurut Jenis Ikan tahun 2008-2012... II-124 2.139. Produksi Benih Ikan dari UPR dan BBI Tahun 2008-2012... II-124 2.140. Produksi Perikanan Tangkap, Jumlah Nelayan dan KUB, dan Sarpras Lainnya Tahun 2008-2012... II-125 2.141. Perkembangan Ekspor Tahun 2018-2012... II-126 ix

2.142. Perkembangan Industri Kecil Menengah Tahun 2011-2012... II-126 2.143. Pengeluaran Riil per Kapita yang disesuaikan di DIY, 2008-2012... II-128 2.144. Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan menurut Golongan Pengeluaran di DIY Tahun 2008-2012... II-128 2.145. Produktivitas Per-Sektor Kabupaten Bantul... II-129 2.146. Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2008 2012* Daerah Istimewa Yogyakarta... II-129 2.147. Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Kabupaten Bantul... II-130 2.148. Data Banjir Genangan Akibat Curah Hujan Tinggidi Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... II-130 2.149. Luas Wilayah Perkotaan... II-131 2.150. Jenis, Kelas, dan Jumlah Restoran Kabupaten Bantul... II-131 2.151. Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan/Hotel Kabupaten Bantul... II-132 2.152. Banyaknya Daya Terpasang di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012... II-132 2.153. Rumah tangga miskin yang memakai listrik tahun 2012... II-133 2.154. Persentase Rumah Tangga yang menggunakan Listrik di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012... II-133 2.155. Angka Kriminalitas Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul... II-134 2.156. Jumlah Demonstrasi Kabupaten Bantul... II-134 2.157. Perkembangan Kontribusi PAD terhadap Pendapatan DaerahTahun 2008-2012... II-136 2.158. Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha Kabupaten Bantul... II-137 2.159. Desa Tertinggal di Kabupaten Bantul 2012... II-137 2.160. Jumlah Lulusan S1/S2/S3 Pegawai Kabupaten Bantul... II-138 3.1. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2008 s.d Tahun 2012... III-2 3.2. Kontribusi Dana Perimbangan dan PAD Terhadap Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2008-2012... III-3 3.3. Proporsi Realisasi dan Rata-Rata Pertumbuhan Belanja Tahun Anggaran 2008-2012... III-4 3.4. Neraca Kabupaten Bantul 31 Desember 2009 s.d 2012... III-6 3.5. Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Bantul... III-7 3.6. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kabupaten Bantul Tahun 2008 s.d Tahun 2012... III-9 3.7. Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Bantul Tahun 2010 s.d Tahun 2012... III-10 3.8. Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Bantul... III-10 3.9. Pengeluaran Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Bantul 2010-2012... III-11 3.10. Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Bantul... III-12 3.11. Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... III-12 3.12. Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Kabupaten Bantul Tahun 2009-2012... III-13 3.13. Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2011-2015... III-15 3.14. Proyeksi dan Realisasi Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Kabupaten Bantul 2011-2015... III-16 3.15. Realisasi dan Proyeksi Kapasitas Kemampuan Keuangan Daerah... III-16 3.16. Realisasi dan Proyeksi Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015... III-17 x

3.17. Alokasi Kapasitas Keuangan Daerah Menurut Kelompok Prioritas Tahun Anggaran 2011-2015... III-18 3.18. Kerangka Pendanaan Alokasi Kapasitas Keuangan Daerah Tahun Anggaran 2011-2015... III-19 4.1. Tahapan dan Skala prioritas RPJMD ke II (2011-2015)... IV-20 5.1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten Bantul... V-8 5.2. Rumusan Sasaran dan Indikator... V-12 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Misi 1 Kabupaten Bantul... VI-2 6.2. Strategi dan Arah Kebijakan Misi 2 Kabupaten Bantul... VI-5 6.3. Strategi dan Arah Kebijakan Misi 3 Kabupaten Bantul... VI-8 6.4. Strategi dan Arah Kebijakan Misi 4 Kabupaten Bantul... VI-13 7.1. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Misi 1 Kabupaten Bantul... VII-2 7.2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Misi 2 Kabupaten Bantul VII-11 7.3. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Misi 3 Kabupaten Bantul... 7.4. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Misi 4 Kabupaten Bantul... 8.1. Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai Kebutuhan Pendanaan Kabupaten Bantul... 9.1. Tabel Penetapan Indikator Daerah Terhadap Capaian VII-29 VII-56 VIII-2 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Bantul... IX-2 xi

DAFTAR GAMBAR NO HALAMAN 1.1. Hubungan RPJMD Kabupaten Bantul Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya... I-6 2.1. Peta Batas Wilayah Kabupaten Bantul... II-1 2.2. Hubungan Jenis Tanah Dengan Luas Penyebaran di Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-7 2.3. Peta Penggunaan Lahan... II-11 2.4. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per-Kecamatan di Kabupaten Bantul... II-14 2.5. Kepadatan Penduduk Geografis... II-15 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bantul, Provinsi DIY dan Nasional 2008-2012 (%)... II-21 2.7. Pertumbuhan Ekonomi Empat Sektor Tertinggi Pada Tahun 2012, Periode 2008-2912 (%)... II-22 2.8. Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Bantul Tahun 2010 2012... II-23 2.9. Pertumbuhan PDRB Per-Kapita Kabupaten Bantul ADHB dan ADHK Tahun 2000, Periode 2008-2012... II-24 2.10. Perkembangan Inflasi di Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... II-25 2.11. Koefisien Gini di Kabupaten Bantul Tahun 2008 2012... II-26 2.12. Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012... II-32 2.13. Jiwa Miskin di Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-34 2.14. Jiwa Miskin Dan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-34 2.15. Angka Kesembuhan TB di Kabupaten Bantul Tahun 2008 2012... II-53 2.16. Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012... II-79 2.17. Angkatan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012... II-90 2.18. Peta Penganggur Kabupaten Bantul Tahun 2012... II-91 xii

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, dan program Kepala Daerah yang dituangkan ke dalam strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2015 ini merupakan penjabaran lima tahun kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bantul 2006 2025 sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2010 tentang perubahan atas Perda Nomor 14 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2006-2025. Di samping itu RPJMD tersebut juga memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Tahun 2009-2013. Selain sebagai petunjuk dan penentu arah kebijakan, dokumen ini juga berguna sebagai dasar penilaian kinerja bupati dalam melaksanakan pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat selama masa jabatannya dan menjadi tolok ukur keberhasilan bupati dalam laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang nantinya diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan laporan keterangan pertanggungjawaban bupati yang nantinya diserahkan kepada DPRD Kabupaten Bantul. Pelaksanaan pembangunan Kabupaten Bantul sejak tahun 2011 berpedoman kepada RPJMD yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2011 2015. Dalam perjalanan pembangunan jangka menengah yang menginjak tahun ke-3 ini, dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJMD. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan perubahan yang tahapan dan tatacaranya berpedoman kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 282 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, perubahan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila: I -1

Bab I Pendahuluan a) Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana pembangunan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri ini; b) Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan, tidak sesuai dengan Peraturan Menteri ini; c) Terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau d) Merugikan kepentingan nasional. Hal mendasar dari hasil evaluasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantul, diketahui bahwa proses perumusan tidak sesuai dengan tahapan dan tatacara penyusunan rencana pembangunan, serta substansi yang dirumuskan tidak sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut, maka perubahan RPJMD Kabupatan Bantul Tahun 2011-2015 memenuhi syarat sebagaimana diatur diatas. Lebih lanjut, mengingat bahwa operasionalisasi RPJMD dilaksanakan melalui Renstra SKPD maka penyusunan perubahan RPJMD juga diikuti dengan perubahan Renstra SKPD. Hal ini sejalan dengan Pasal 25 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyusunan Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD dan bersifat indikatif dimana penyusunan Renstra SKPD dilakukan bersamaan dengan RPJMD. 1.2 LANDASAN HUKUM Penyusunan peraturan perundang-undangan memiliki landasan sebagai berikut: 1) Landasan idiil Pancasila; 2) Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945; 3) Landasan operasional: Dalam penyusunan RPJMD ini, sejumlah peraturan digunakan sebagai rujukan, yaitu: a) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 6 Agustus 1950); b) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); I -2

Bab I Pendahuluan c) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); d) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); e) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); f) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406); g) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); h) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); i) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); j) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); k) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); l) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); I -3

Bab I Pendahuluan m) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); n) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 14 Agustus 1950); o) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); p) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); q) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); r) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); s) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4829); t) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); u) Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Jangka Menengah Nasional; v) Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); w) Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010; x) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir I -4

Bab I Pendahuluan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); y) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); z) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2013 (Lembaran Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor 4); aa) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pokokpokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007 Seri D Nomor 8); bb) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 13 Tahun 2007 tentang Penetapan Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan Kabupaten Bantul (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2007 Seri D Nomor 11); cc) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 24 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2008 Seri D Nomor 2); dd) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2010 tentang Perubahan Perda No 14 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2006 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2010 Seri D Nomor 12); dan ee) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2011 2015 ((Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Seri D Nomor 01 Tahun 2011). 1.3 HUBUNGAN RPJMD KABUPATEN BANTUL DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA Dokumen RPJMD Kabupaten Bantul disusun dengan mengacu, merujuk, mempedomani, dan memperhatikan dokumen perencanaan lainnya seperti RPJM Nasional, RPJMD Provinsi, RPJPD Kabupaten Bantul, Rencana Tata Ruang Nasional, Rencana Tata Ruang Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul. I -5

Bab I Pendahuluan Hal ini dimaksudkan agar proses penyusunan dokumen RPJMD dapat menghasilkan dokumen perencanaan yang sinergis dan terpadu baik dalam aspek kewilayahan maupun aspek sektoral dengan harapan agar dalam implementasinya diperoleh hasil yang tepat dan terarah. Keterkaitan antara RPJMD Kabupaten Bantul dengan dokumen lainnya selengkapnya disajikan dalam Gambar 1. Dokumen RPJMD ini harus dijabarkan ke dalam dokumen Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program prioritas kepala daerah. Untuk tataran operasional setiap tahun maka RPJMD menjadi acuan bagi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), sedangkan Renstra SKPD dijabarkan ke Rencana Kerja (Renja) SKPD. Dalam kaitannya dengan pengembangan ekonomi lokal, maka penyusunan rencana kerja SKPD perlu juga memperhatikan dokumen Renstra PEL Bantul Tahun 2011-2014. Gambar 1.1 Hubungan RPJMD Kabupaten Bantul Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RPJP NAS/PROP & RTR NAS Pedoman RPJM NAS/PROP & RTR PROP Dijabarkan RKP NAS/PROP Acuan Memperhatikan PUSAT/ PROVINSI RPJP DAERAH Pedoman RPJM DAERAH Dijabarkan RKP DAERAH Pedoman RAPBD APBD Acuan Pedoman Mengacu RTRW KAB. RENSTRA SKPD Pedoman RENJA SKPD Pedoman RKA SKPD RINCIAN APBD DAERAH UU. No. 25/04 SPPN UU. No. 17/03 KN I -6

Bab I Pendahuluan 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015 Kabupaten Bantul ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penyusunan RPJMD, dasar hokum penyusunan, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan, serta maksud dan tujuan penyusunan. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran umum kondisi daerah akan menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota. Adapun indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang penting dianalisis meliputi 3 (tiga) aspek utama, yaitu: 1. Aspek Geografi dan Demografi, mencakup uraian tentang karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, wilayah rawan bencana, dan demografi; 2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat, meliputi kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.; 3. Aspek Pelayanan Umum, yaitu meliputi Pelayanan publik atau pelayanan umum yang merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundangundangan. Aspek Pelayanan Umum terdiri dari Fokus Layanan Urusan Wajib dan Fokus Layanan Urusan Pilihan; dan 4. Aspek Daya Saing, terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. I -7

Bab I Pendahuluan BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah sebagaimana telah dilakukan pada tahap perumusan ke dalam sub-bab Keuangan Masa Lalu, Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu, dan Kerangka Pendanaan. BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Memuat isu-isu strategis pembangunan 5 (lima) tahun yang merupakan hasil analisis atau telaahan terhadap permasalahan pembangunan daerah, isu/kebijakan internasional, nasional, regional dan daerah. BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Bab ini dimulai dengan penjelasan visi dan diturunkan (diderivasi) menjadi misi kemudian dilanjutkan dengan menjabarkan tujuan dan sasaran masing-masing misi. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih. BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Dalam bagian ini diuraikan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja, serta penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih. BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Dalam bagian ini diuraikan hubungan urusan pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab SKPD. Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target indikator kinerja pada akhir I -8

Bab I Pendahuluan periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan. BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Bab ini memuat penjelasan pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun pertama dibawah kepemimpinan Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih hasil pemilihan umum kepala daerah pada periode berikutnya untuk menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan RKPD setelah RPJMD berakhir. 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015 disusun untuk menterjemahkan visi, misi dan program prioritas kepala daerah, yang digunakan sebagai acuan resmi bagi Pemerintah Daerah, DPRD dan swasta, dan masyarakat dalam pembangunan daerah yang sekaligus merupakan acuan penentuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan daerah yang akan dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah secara berjenjang. Oleh karena itu, isi dan substansinya mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, indikator, strategi, kebijakan, program, dan pagu indikatif dalam kurun waktu lima tahun. Berdasarkan pertimbangan diatas, maka RPJMD Kabupaten Bantul disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1) Menjabarkan gambaran tentang kondisi umum daerah dalam konstelasi regional dan nasional, sekaligus menjelaskan arah dan tujuan yang ingin dicapai pada kurun waktu tertentu dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah; 2) Sebagai acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah daerah dan DPRD dalam menentukan prioritas program dan kegiatan tahunan yang memberi ruang I -9

Bab I Pendahuluan pada aspek pengurangan risiko bencana, pelestarian lingkungan, ilmu dan teknologi, serta responsif gender yang akan dibiayai; 3) Memudahkan seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah dan DPRD untuk memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahun ke depan; dan 4) Sebagai tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja setiap satuan kerja perangkat daerah. I -10

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak dan Batas Wilayah Administrasi Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07º44'04"-08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34"-110º31'08" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah paling selatan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman Sebelah Timur :KabupatenGunungkidul Sumber : Bappeda Kabupaten Bantul, 2013 Gambar 2. 1 Peta Batas Wilayah Kabupaten Bantul Dilihat dari bentang alamnya, wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian timur dan barat, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari utara ke selatan. II -1

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 506,85 Km 2 dan secara administratif terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan. Kecamatan Dlingo adalah kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 km 2 sementara Kecamatan Srandakan adalah kecamatan dengan wilayah paling sempit, yaitu 18,32 Km 2. Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan 8 desa dan 72 pedukuhan.desa-desa di Kabupaten Bantul dibagi lagi berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural area) dan desa perkotaan (urban area). Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan sebanyak 41 desa, sedangkan desa yang termasuk dalam wilayah perdesaan sebanyak 34 desa. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Dlingo mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 km 2, sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri dengan 8 desa dan 72 pedukuhan. Tabel 2. 1 Jumlah Desa, Dukuh, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul Tahun 2013 No Kecamatan Desa Luas Perkotaan Perdesaan (km 2 ) % Luas 1 Srandakan Poncosari (24 dusun ) Trimurti (19 dusun) 18,32 3,61 Sri Gading(20 dusun) Gadingsari (18 dusun) 2 Sanden Gadingharjo (6 dusun) Murtigading (18dusun) 23,16 4,57 Tirtohargo (6 dusun) Donotirto (13dusun) 3 Kretek Parangtritis (11 dusun) Tirtosari(7 dusun) Tirtomulyo (15 dusun) 26,77 5,28 4 Pundong Seloharjo (16 dusun) Srihardono (17 dusun) Panjang Rejo(16 dusun) 23,68 4,67 5 Bambanglipuro Sumber Mulyo(16 dusun) Sidomulyo (15 dusun) Mulyodadi (14dusun) 22,70 4,48 Caturharjo (14dusun) Wijirejo (10dusun) 6 Pandak Triharjo (10dusun) Gilangharjo (15dusun) 24,30 4,79 7 Pajangan Guwosari (15 dusun) Triwidadi (22 dusun) Sendangsari (18 dusun) 33,25 6,56 Sabdodadi (5 dusun) Palbapang (10 dusun) 8 Bantul Ringinharjo (6 dusun) Bantul (12 dusun) Trirenggo (17 dusun) 21,95 4,33 9 Jetis Patalan (20 dusun) Trimulyo (12 dusun) Canden (15 dusun ) Sumber Agung (17 dusun) 24,47 4,83 Selopamioro(18 dusun ) Kebonagung (5) Sriharjo (13 dusun) Karangtalun (5 dusun ) 10 Imogiri Karangtengah (6 dusun ) Imogiri (4 dusun) Wukirsari (16 dusun ) Girirejo (5 dusun ) 54,49 10,75 Mangunan (6 dusun) Dlingo (10 dusun ) 11 Dlingo Muntuk (11 dusun) Temuwuh (12 dusun) Jatimulyo (10 dusun ) Terong (9 dusun) 55,87 11,02 Tamanan (9 dusun) Baturetno (8 dusun) Jagalan (2 dusun) Banguntapan 11 dusun) 12 Banguntapan Singosaren (5 dusun) Wirokerten (8 dusun) Jambidan (7 dusun) Potorono (9 dusun) 28,48 5,62 II -2

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No Kecamatan Desa Luas Perkotaan Perdesaan (km 2 ) % Luas Bawuran (7 dusun) Wonokromo (12 dusun) 13 Pleret Wonolelo (8 dusun) Pleret (11) 22,97 4,53 Segoroyoso (9 dusun) 14 Piyungan Sitimulyo (21 dusun) Srimulyo (22 dusun) Srimartani (17 dusun) 32,54 6,42 15 Sewon Pendowoharjo(16 dusun) Bangunharjo(17 dusun) Timbulharjo (16 dusun) Panggungharjo(14 dusun) 27,16 5,36 Tamantirto (10 dusun) Tirtonirmolo (12 dusun) 16 Kasihan Ngestiharjo (12 dusun) Bangunjiwo (19 dusun) 32,38 6,39 17 Sedayu Argodadi (14 dusun) Argosari (13 dusun) Argomulyo (14 dusun) Argorejo (13 dusun) 34,36 6,78 Jumlah 41 34 506,85 100,00 Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Kabupaten Bantul, 2013 2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu bagian wilayah Indonesia yang rawan bencana khususnya gempa bumi karena terletak pada pertemuan lempeng(vault) Eurasia dan lempeng Indonesia-Australia. Posisi Kabupaten Bantul yang berada pada lintasan patahan/sesar Opak yang masih aktif menjadikan wilayah Kabupaten Bantul kawasan rawan bencana gempa bumi tektonik yang potensial tsunami. Wilayah Kabupaten Bantul dilewati oleh tiga sungai utama dan tiga sungai lainnya yaitu : 1. Sungai Oya (Kecamatan Dlingo, Imogiri) dengan panjang sungai 37,21 km; 2. Sungai Progo (Kecamatan Sedayu, Pajangan, Pandak dan Srandakan) dengan panjang sungai 26,33 km; 3. Sungai Opak (Kecamatan Piyungan, Banguntapan, Pleret, Jetis, Imogiri, Pundong, Kretek) dengan panjang sungai 36,69 km; 4. Sungai Winongo (Kecamatan Sewon, Bantul, Jetis, Pundong, Kretek) dengan panjang sungai 23,00 km; 5. Sungai Bedog (Kecamatan Kasihan, Pajangan, Bantul, Pandak) dengan panjang sungai 23,38 km; 6. Sungai Code (Kecamatan Banguntapan, Pleret, Sewon, Jetis) dengan panjang sungai 9,21 km. 2.1.1.3 Kondisi Topografi Secara topografis, Kabupaten Bantul terbagi menjadi daerah dataran, daerah perbukitan serta daerah pantai.secara garis besar, satuan fisiografi Kabupaten Bantul sebagian besar berada pada dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain), perbukitan di sisi barat dan timur serta fisiografi pantai. Adapun pembagian satuan fisiografi yang lebih rinci di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut: II -3

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah a. Daerah di bagian Timur merupakan jalur perbukitan berlereng terjal dengan kemiringan lereng dominan curam (>70%) dan ketinggian mencapai 400 meter dari permukaan air laut, Daerah ini terbentuk oleh formasi Nglanggran dan Wonosari, b. Daerah di bagian Selatan ditempati oleh gisik dan gumuk-gumuk pasir (fluviomarine) dengan kemiringan lereng datar-landai, Daerah ini terbentuk oleh material lepas dengan ukuran pasir kerakal, c. Daerah di bagian tengah merupakan dataran aluvial (Fluvio Volcanic Plain), yang dipengaruhi oleh Graben Bantul dan terendapi oleh material vulkanik dari endapan vulkanik Merapi, d. Daerah di bagian Barat merupakan perbukitan rendah dengan kemiringan lereng landai-curam dan ketinggian mencapai 150 meter dari permukaan air laut, Daerah ini terbentuk oleh formasi Sentolo. Apabila dilihat per wilayah kecamatan terlihat bahwa wilayah kecamatan yang paling luas memiliki lahan miring terletak di Kecamatan Dlingo dan Imogiri, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh lahan datar terletak di Kecamatan Sewon dan Banguntapan. Tabel 2.2. Kelas Ketinggian dan Luas Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2013 No Kelas Ketinggian (dpl) m Luas (ha) (%) 1 0 7 3.228 6,37 2 7 25 8.948 17,65 3 25 100 27.709 54,67 4 100-500 10.800 21,31 5 > 500 - - Jumlah 50.685 100 Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013 Ketinggian tempat di Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat kelas. Hubungan kelas ketinggian dengan luas sebarannya dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Dari kedua tabel tersebut dapat diketahui bahwa kelas ketinggian Kabupaten Bantul yang memiliki penyebaran paling luas terletak pada elevasi antara 25-100 meter (27.709 ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian utara, bagian tengah, dan bagian Tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi kurang dari 7 meter) seluas 3.228 Ha (6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek, Sanden, dan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya berbatasan dengan Samudera Indonesia. Untuk wilayah yang mempunyai elevasi di atas 100 meter terdapat di sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, dan Pajangan.Kecamatan Srandakan dan Sanden merupakan daerah terendah di antara kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bantul, yaitu berkisar dari 0 sampai 25 II -4

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah meter dari permukaan laut, mencakup areal seluas 4.161 ha atau 8,2% dari seluruh luas Kabupaten Bantul. Tabel 2. 3. Luas Wilayah Kabupaten Bantul Menurut Ketinggian dari Permukaan Laut Kabupaten Bantul Tahun 2013 No, Kecamatan Luas (Ha) dan Ketinggian tempat (dpl) 0 7m 7 25m 25 100m 100-500m >500m Jumlah 1. Srandakan 1.058 776 - - - 1.834 2. Sanden 1.246 1.081 - - - 2.327 3. Kretek 924 1.335 190 101-2.550 4. Pundong - 1.938 239 199-2.376 5. Bambanglipuro - 1.494 788 - - 2.282 6. Pandak - 1.312 1.117 - - 2.429 7. Pajangan - 221 2.646 452-3.319 8. Bantul - - 2.199 - - 2.199 9. Jetis - - 2.549 11-2.560 10. Dlingo - - 815 4.819-5.634 11. Banguntapan - - 2.154 475-2.629 12. Pleret - - 1.783 345-2.128 13. Piyungan - - 1.965 1.347-3.312 14. Sewon - - 2.676 - - 2.676 15. Kasihan - - 2.608 630-3.238 16. Sedayu - - 3.262 149-3.411 17. Imogiri - 791 2.718 2.272-5.781 T O T A L 3.228 8.948 27.709 10.800-50.685 Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013 Kemiringan lahan wilayah Kabupaten Bantul sebagian besar berupa daerah dataran yang tersebar di wilayah selatan, tengah, dan utara Kabupaten Bantul dengan kemiringan kurang dari 2%dan luas sebesar 31.421 ha (61,99%). Wilayah timur dan barat umumnya berupa daerah dengan kemiringan 2,1-40,0% dan luas sebesar 15.255 ha (30,09%). Sebagian kecil wilayah timur dan barat seluas4.009 ha (7,9%) mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1%. Wilayah yang memiliki lahan miring paling luas terletak di Kecamatan Dlingo dan Banguntapan, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh lahan datar terletak di Kecamatan Kasihan dan Pleret. Tabel 2. 4 Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Tanahdi Kabupaten Bantul Tahun 2013 No, Kecamatan Luas kemiringan tanah/lereng (ha) 0 2% 2-8% 8-15% 15 25% 25 40% >40% Jumlah 1, Srandakan 1.680 154 - - - - 1.834 2, Sanden 2.100 227 - - - - 2.327 3, Kretek 1.756 288-27 11 468 2.550 4, Pundong 1.395 171-90 108 612 2.376 5, Bambanglipuro 2.210 72 - - - - 2.282 6, Pandak 2.123 306 - - - - 2.429 7, Pajangan 815 661 990 162 394 247 3.269 II -5

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No, Kecamatan Luas kemiringan tanah/lereng (ha) 0 2% 2-8% 8-15% 15 25% 25 40% >40% Jumlah 8, Bantul 2.184 - - 15 - - 2.199 9, Jetis 2.305 81-144 - 30 2.560 10, Dlingo 1.768 585 279 900 954 1.295 5.781 11, Banguntapan 72 1.993 268 572 1.433 1.296 5.634 12, Pleret 2.629 - - - - - 2.629 13, Piyungan 704 431 365 55 547 26 2.128 14, Sewon 2.187 702 - - 423-3.312 15, Kasihan 2.668 - - 8 - - 2.676 16, Sedayu 2.312-598 182 161 35 3.288 17, Imogiri 2.513 227 300 138 233-3.411 T o t a l 31.421 5.898 2.800 2.293 4.264 4.009 50.685 Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013 2.1.1.4 Kondisi Geologi Formasi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau dibawah permukaan. Geologi menunjukkan kelompok-kelompok bantuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan endapan. Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat dirinci menjadi beberapa formasi. Tabel 2. 5. Hubungan Formasi Geologi Dengan Luas Penyebarannya Dikabupaten Bantul No Formasi Geologi Jenis Batuan Luas (Ha) % 1. F. Yogyakarta Pasir vulkanik klastik, lanau, gravel 23.316 46 2. F. Semilir-Nglanggran Breksi, batupasir, tuff 12.164 24 3. F. Sentolo Batu gamping berlapis, napal, tuff 9.123 18 4. F. Wonosari Batugamping karang lagoon 4.055 8 5. F. Sambipitu Konglomerat, batupasir 1.520 3 6. F. Gumuk Pasir Pasir tersortasi 507 1 J u m l a h 50.685 100 Sumber: BappedaKabupaten Bantul,2013 Wilayah Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Renzina, Alluvial, Grumusol, Latosol, Mediteran, Regosol, dan Lithosol. Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur (mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan rendah. Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro. Tanah Lithosol berasal dari batuan induk batu gamping, batupasir, dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan II -6

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Pajangan, Kasihan, dan Pandak. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo dan sedikit di Sedayu. Tanah Latosolberasal dari batuan induk breksi, tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret. Tanah Grumusol berasal dari batuan induk batu gamping berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan. Renzina 14% 2% 2% 15% Aluvial Grumusol 13% Latosol 51% 3% Mediteran Regosol Lithosol Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013 Gambar 2. 2 Hubungan Jenis Tanah Dengan Luas Penyebaran di Kabupaten Bantul Tahun 2012 2.1.1.5 Kondisi Hidrologi Di wilayah Kabupaten Bantul terdapat 3 (tiga) DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oyo. DAS Oyo mempunyai 5 (lima) sub-das yaitu sub-das Oyo, Plilan, Celeng, Kedungmiri dan Dlingo. Untuk DAS Opak mempunyai 11 (sebelas) sub-das yaitu sub-das Opak, Buntung, Code, Gadjahwong, Gawe, Kuning, Bulus, Belik, Tambakbayan, Winongo Kecil dan Winongo. DAS Progo mempunyai 3 (tiga) sub-das yaitu sub-das Progo, Bedog dan Timoho. Secara keseluruhan DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas 50.685,05 ha. Meliputi DAS Opak dengan luas 24.667,85 ha, DAS Progo luas 14.456,36 ha, DAS Oyo luas 9.915,30 ha dan Gumuk pasir pantai luas 1.645,54 ha. Sungai-sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen), meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau debit airnya relatif sedikit. Salah satu fungsi dari masing-masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. II -7

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2. 6. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bantul Tahun 2012 NO DAS SUBDAS LUAS (Ha) 1 PROGO 2 OPAK 3 OYO SUB LUAS DAS(Ha) LUAS LAHAN YANG DIAIRI (Ha) Progo 3,952.79 1,459.20 Bedog 7,111.44 1,108.36 Timoho 3,392.12 894.89 SUB LUAS ONCORAN (SAWAH- Ha) 14,456.36 3,462.45 Opak 7,044.72 2,059.02 Buntung 888.43 251.28 Code 144.50 754.13 Gadjahwong 1,966.03 867.73 Gawe 981.80 199.34 Kuning 282.83 165.23 Bulus 1,927.40 1,247.36 Belik 532.60 354.65 Tambakbayan 958.61 611.29 Winongo Kecil 4,346.25 2,700.72 Winongo 5,594.68 2,753.70 24,667.85 11,964.45 Oyo 3,923.72 103.97 Plilan 791.35 337.00 Celeng 2,526.90 176.53 Kedungmiri 916.15 88.65 Dlingo 1,757.18-9,915.30 706.15 4 GUMUK PASIR PANTAI 1,645.54-1,645.54 JUMLAH 50,685.05 50,685.05 16,133.05 16,133.05 Sumber: Dinas SDA, Desember 2013 II -8

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1.6 Kondisi Klimatologi Tabel 2.7 Data Curah Hujan 2008-2012 di Kabupaten Bantul No. Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 MM HH MM HH MM HH MM HH MM HH 1 Januari 649 31 188 17 181 17 178 15 182 18 2 Februari 365 29 194 12 193 13 317 8 128 9 3 Maret 350 31 109 10 136 10 146 15 153 12 4 April 163 21 129 10 143 12 111 13 127 11 5 Mei 20 7 0 0 39 6 135 4 21 3 6 Juni 4 1 45 16 41 4 43 4 31 3 7 Juli 0 0 0 2 1 3 6 2 4 2 8 Agustus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 September 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 Oktober 162 19 0 0 0 0 7 2 0 0 11 November 372 27 196 8 167 9 527 16 233 7 12 Desember 276 27 225 10 211 13 396 14 211 14 Jumlah 2361 193 1086 85 1111 87 1865 91 1090 79 Rata-rata 197 16 91 7 93 7 155 8 91 7 Sumber: Dipertahut, 2013 Keterangan: - Bulan basah: curah hujan lebih dari 100 mm - Bulan lembab: curah hujan antara 60-100 mm - Bulan kering: curah hujan kurang dari 60 mm Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Bantul dapat dikategorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Pada musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian Barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di Tenggara.Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada Tahun 2008-2012. 2.1.1.7 Penggunaan Lahan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030 rencana pola ruang Kabupaten Bantul terdiri atas: 1. Kawasan Lindung Kabupaten Rencana pengembangan Kawasan Lindung Kabupaten meliputi : a. Kawasan hutan lindung Penyebaran kawasan hutan lindung meliputi Desa Dlingo, Desa Mangunan, Desa Muntuk, Desa Jatimulyo, Desa Temuwuh, Desa Terong Kecamatan Dlingo, Desa Wonolelo Kecamatan Pleret, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri, dan Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan. II -9

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya yaitu kawasan resapan air. c. Kawasan perlindungan setempat Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan sempadan sungai, kawasan sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, dan ruang terbuka hijau perkotaan kabupaten. d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya e. Kawasan rawan bencana Kawasan rawan bencana meliputi kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan kekeringan. 2. Kawasan budidaya Kabupaten Rencana pengembangan kawasan budidaya Kabupaten terdiri atas: a. Kawasan peruntukan hutan rakyat Kawasan peruntukan kehutanan (hutan rakyat) direncanakan seluas kurang lebih 8.545 Hektar atau 16,86% dari luas wilayah Kabupaten Bantul. b. Kawasan peruntukan pertanian Kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, dan kawasan peternakan. Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten direncanakan seluas kurang lebih 13.324 Hektar atau 26,29%. Kawasan pertanian lahan kering di Kabupaten direncanakan seluas kurang lebih 5.247 Hektar atau 10,35% dari luas wilayah Kabupaten Bantul. Kawasan peternakan di Kabupaten direncanakan sebagai berikut: 1) Peternakan itik di Kecamatan Kretek, Kecamatan Bantul, dan Kecamatan Sanden; 2) Peternakan sapi perah di Kecamatan Srandakan, Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Jetis, dan Kecamatan Sedayu; 3) Peternakan sapi potong tersebar di hampir seluruh kecamatan; 4) Peternakan babi di Kecamatan Srandakan dan Kecamatan Kasihan; 5) Peternakan kambing tersebar di hampir seluruh kecamatan; 6) Peternakan kerbau di Kecamatan Sanden dan Kecamatan Banguntapan; 7) Peternakan kelinci di Kecamatan Sanden c. Kawasan peruntukan perikanan d. Kawasan peruntukan pertambangan II -10

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah e. Kawasan peruntukan industri f. Kawasan peruntukan pariwisata g. Kawasan peruntukan permukiman h. Kawasan peruntukan lainnya Berdasarkan kondisi lahan di Kabupaten Bantul terdapat luas lahan 506,85 Km 2 yang terbagi dalam beberapa klasifikasi penggunaan lahan yang terdiri dari pekarangan, sawah, tegal, dan kebun campur. Penggunaan lahan adalah informasi yang menggambarkan sebaran pemanfaatan lahan yang ada di Kabupaten Bantul. Pada peta penggunaan lahan pada Gambar 2.3 terlihat bahwa penggunaan lahan terbesar adalah untuk kebun campur sebesar 32,55% dan sawah sebesar 31,22%, sedangkan yang terkecil adalah tambak sebesar 0,06%. Pemanfaatan kebun campur terbesar ada di Kecamatan Pajangan yaitu seluas 2.295,00 Ha, sedangkan persawahan terluas terdapat di Kecamatan Sewon dengan luas 1.408,11 Ha. Sementara itu, pemanfaatan tambak hanya berada di wilayah Kecamatan Srandakan seluas 30 Ha. Sumber: Bappeda Kabupaten Bantul, 2013 (data diolah) Gambar 2. 3. Peta Penggunaan Lahan II -11

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah Secara geografis dan administratif Kabupaten Bantul memiliki potensi pengembangan, hal ini berdasarkan: Batas wilayah yang tidak berbatas secara fisik, meski terdapat ring road namun perkembangan saat ini telah melewati batas tersebut, Topografi kawasan yang relatif datar, Tidak terdapat kendala terhadap kawasan resapan air, Banyaknya daerah wisata yang belum tergarap secara optimal untuk pengembangan sektor hotel dan restoran. Sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2010 2030, potensi pengembangan kawasan di Kabupaten Bantul dilakukan dengan penetapan kawasan strategis kabupaten yang meliputi kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosio - kultural, dan pengembangan kawasan strategis lingkungan hidup. Kawasan strategis ekonomi kabupaten meliputi: 1. Kawasan Strategis Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY); 2. Kawasan Strategis Bantul Kota Mandiri (BKM); 3. Kawasan Strategis Pantai Selatan,Pengembangan Pesisir dan Pengelolaan Hasil Laut Pantai Depok, Pantai Samas, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo; 4. Kawasan Strategis Industri Sedayu; dan 5. Kawasan Strategis Industri Piyungan. Sedangkan kawasan strategis sosio kultural kabupaten meliputikawasan Strategis Desa Wisata dan Kerajinan Gabusan Manding Tembi (GMT) dan Kasongan Jipangan Gendeng Lemahdadi (Kajigelem). Dan kawasan strategis lingkungan hidup kabupaten meliputi: 1. Kawasan Strategis Agrowisata di Kecamatan Dlingo dan Agropolitandi Kecamatan Sanden, Kecamatan Kretek, Kecamatan Pundong, Kecamatan Imogiri, dan Kecamatan Dlingo; dan 2. Kawasan Strategis Gumuk Pasir Parangtritis yang berfungsi untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian. 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana Wilayah Kabupaten Bantul memiliki potensi rawan bencana alam seperti: rawan banjir, bencana tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan kekeringan. Gempa bumi dahsyat yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 berdampak hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bantul. Gelombang air pasang (rob) merupakan bencana yang II -12

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah mengikuti bencana gempa bumi tahun 2006 dan terjadi di kawasan pantai selatan Kabupaten Bantul yang meliputi Kecamatan Kretek, Sanden, dan Srandakan. Kekeringan di Kabupaten Bantul hampir terjadi setiap tahun dan terjadi di Kecamatan Dlingo, Piyungan, Pajangan, Pleret, Imogiri, dan Pundong. Tabel 2.8. Kawasarawan bencana di Kabupaten BantulMenurut Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2011Tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2010 2030 NO JENIS BENCANA LOKASI YANG BERPOTENSI 1. Kawasan rawan gempa bumi Di seluruh kecamatan 2. Kawasan rawan longsor Imogiri, Dlingo, Pleret, Piyungan, Pundong. 3. Kawasan rawan banjir Kretek, Srandakan, Sanden, Pandak, Jetis, Pundong, Pleret. 4. Kawasan rawan gelombang pasang Kretek, Srandakan,Sanden, sebagian Pandak, sebagian Pundong, sebagian Imogiri, sebagian Jetis, sebagian Bambanglipuro. 5. Kawasan rawan kekeringan Dlingo, sebagian Piyungan, sebagian Pajangan, sebagian Pleret, sebagian Imogiri, sebagian Pundong, sebagian Sedayu, sebagian Kasihan, dan sebagian Kretek. Sumber : Bappeda, 2013 Upaya penanggulangan bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa ataupun kerugian yang lebih besar dilakukan dengan penghijauan di kawasan rawan longsor dan sekitar pantai, pembangunan talud, drainase, pembangunan prasarana air bersih, droping air, dan sebagainya. Selain itu, pembangunan berbasis pengurangan risiko bencana mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Pada daerah-daerah sesar/wilayah rawan tinggi bencana gempa bumi tidak dibangun untuk permukiman dan fasilitas umum, 1. Pada daerah-daerah sesar/wilayah rawan sedang, permukiman haruslah mempunyai struktur bangunan yang kuat, begitu pula sekolah, puskesmas, tempat ibadah dan toko-toko, 2. Pada daerah-daerah sesar/wilayah rawan gempa, disiapkan sekolah siaga bencana, desa siaga bencana, bahkan kantor siaga bencana. II -13

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.4 Demografi Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bantul tercatat sejumlah 911.503 jiwa. Berdasarkan estimasi, jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada Tahun 2012 ini mencapai 930.276 jiwa.adapun jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Kabupaten Bantul Tahun 2012 hampir sama. Guna melakukan kebijakan yang berprespektif gender maka sangat diperlukan pengetahuan mengenai persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin. Kebijakan pada persebaran penduduk yang seimbang antara laki-laki dan perempuan sudah seharusnya berbeda dengan persebaran yang didominasi salah satunya. Dengan demikian kebijakan yang diambil lebih efektif. Dari tabel dibawah terlihat bahwa perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan Kabupaten Bantul Tahun 2012 hampir sama. Sedayu Kasihan Banguntapan Pleret Imogiri Bantul Perempuan Laki-laki Bambanglipuro Kretek Srandakan 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 Sumber: BPS, 2013 (Estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara) Gambar 2. 4. Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kabupaten Bantul Kepadatan penduduk geografis menunjukkan jumlah penduduk pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Selain itu, kepadatan penduduk geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah. Pada Gambar 2.5terlihat bahwa penyebaran penduduk di Kabupaten Bantul tidak merata, daerah yang mempunyai kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di wilayah Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yang meliputi kecamatan Banguntapan (4.383 jiwa/km 2 ), Sewon (3.937 jiwa/km 2 ), dan Kasihan (3.533 jiwa/km 2 ), sedangkan kepadatan penduduk geografis terendah terletak di Kecamatan Dlingo (641 jiwa/km 2 ). Kepadatan penduduk geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012 mencapai 1,835jiwa per km 2. II -14

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Sumber: Bappeda Kabupaten Bantul, 2013 (data diolah) Gambar 2. 5. Kepadatan Penduduk Geografis Selain kepadatan penduduk geografis, kepadatan penduduk dapat pula ditinjau dari kepadatan penduduk agraris. Berdasarkan mata pencaharian penduduk di Kabupaten Bantul sebagian besar menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, sehingga kepadatan penduduk agraris per wilayah perlu diketahui agar tercapai akurasi kebijakan. Secara rinci kepadatan penduduk agraris dapat dilihat pada Tabel 2.9.Kepadatan penduduk agraris adalah angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan pertanian yang tersedia. Berdasarkan data kepadatan penduduk agraris yang ada diketahui bahwa setiap tahun terjadi penyusutan lahan pertanian yang berdampak pada berkurangnya jumlah produksi pertanian. Dengan melihat kecenderungan bahwa setiap tahun terjadi pengurangan lahan pertanian, maka perlu ada upaya-upaya kongkrit agar pemenuhan kebutuhan dari produk pertanian tetap terjaga serta adanya langkah-langkah pengamanan lahan pertanian untuk menekan laju penyusutannya. Penyusutan lahan banyak terjadi di daerah aglomerasi perkotaan seperti di Sewon, Banguntapan, dan Kasihan. Hal ini banyak disebabkan oleh migrasi dari kota Yogyakarta. II -15

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk Agraris per Kecamatan di Kabupaten Bantul Tahun 2011-2012 Kecamatan Luas Areal Pertanian (ha) Luas Areal Pertanian (ha) Jumlah Pendud uk (Jiwa) Jumlah Pendudu k (Jiwa) Kepadata n Pendudu k/ha Kepadatan penduduk /ha 2011 2012 2011 2012 2011 2012 1 Srandakan 484,46 484,46 28.668 28.755 59 59 2 Sanden 836,08 836,08 29.744 29.814 36 36 3 Kretek 954,43 953,84 29.323 29.470 31 31 4 Pundong 875,62 875,41 31.779 31.881 36 36 5 Babanglipuro 1.164,61 1.164,61 37.480 37.617 32 32 6 Pandak 984,95 984,84 47.908 48.104 49 49 7 Bantul 1.213,33 1.210,99 59.754 60.192 49 50 8 Jetis 1.347,53 1.346,91 52.313 52.667 39 39 9 Imogiri 922,98 922,85 56.536 56.823 61 62 10 Dlingo 261,00 261,00 35.667 35.817 137 137 11 Pleret 716,91 715,78 43.731 44.155 61 62 12 Piyungan 1.325,95 1.324,18 49.427 50.137 37 38 13 Banguntapan 1.319,83 1.299,83 122.510 124.838 93 96 14 Sewon 1.408,76 1.398,26 105.701 106.929 75 76 15 Kasihan 851,14 840,97 112.708 114.412 132 136 16 Pajangan 280,67 280,67 33.216 33.549 118 120 17 Sedayu 980,66 978,72 44.798 45.116 46 46 JUMLAH 15.928,92 15.879,40 921.263 930.276 Sumber: BPS dan BPN, 2013 (angka sementara) Kondisi di Kabupaten Bantul, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 semakin jelas menunjukkan pertambahan dan pertumbuhan penduduk yang meningkat yaitu rata-rata 1,56 %. Isu pertambahan jumlah penduduk ini menjadi ancaman terhadap kemungkinan terjadinya ledakan penduduk. Dengan jumlah penduduk sekitar 915 ribu lebih dan luasan daerah yang hanya sekitar 506,5 km 2 saja pemerintah daerah sudah banyak menghadapi banyak masalah dengan banyaknya anggaran yang harus disalurkan di berbagai kebutuhan hidup masyarakat, sementara daya dukung dan daya tampung lingkungan yang layak tidak semakin ideal lagi. Saat ini kita telah banyak menghadapi berbagai kendala dan masalah sampah, perubahan iklim, kesulitan akses air bersih, hingga bencana akibat perusakan alam. Apabila gejala ledakan penduduk tidak terkendali maka akan terjadi kehancuran ekologi. Disisi lain dengan bertambahnya jumlah penduduk tuntutan kebutuhan dasar seperti pangan, sandang dan papan, kesehatan, pendidikan penyediaan lapangan kerja.. Oleh karena itu penyerasian kebijakan dan grand design pembangunan yang berwawasan kependudukan juga harus lebih komprehensif. II -16

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Sehubungan dengan issue kependudukan Kabupaten Bantulmenganalisis proyeksi penduduk denganaplikasi Program Spectrum Model Demography Projection/DemProj dan RAPID. Hasil DemProj dengan skenario TFR rendah (1,94), sedang (1,97) dan tinggi (2,2) hasilnya dapat ditunjukkan sebagai berikut : Tabel 2.10 Total Population / Proyeksi Jumlah Penduduk pada Skenario Rendah, Sedang, Tinggi TAHUN TFR RENDAH TFR SEDANG TFR TINGGI 2010 911,503 911,503 911,503 2015 945,705 946,001 946,213 2020 974,431 975,297 976,065 2025 997,277 999,035 1,000,682 2030 1,014,756 1,017,648 1,020,481 2035 1,025,739 1,030,116 1,034,470 Sumber: BKK, PP dan KB, 2013 Jumlah penduduk pada tahun 2010, pada sekenario TFR rendah, sedang dan tinggi sama, tambahan jumlah penduduk per 5 tahun dari tahun 2010 hingga tahun 2035 terbanyak ada di tahun 2015, sehingga dapat diprediksikan tahun 2015 terjadi pertambahan penduduk yang cukup tinggi. Jika mulai tahun 2015 pengendalian jumlah penduduk tidak mendapat perhatian maka jumlah penduduk Kabupaten Bantul akan tergambarkan seperti granat, merupakan struktur penduduk muda, sebesar 65,17 % kelompok ini akan memberikan bonus besar bagi pembangunan atau dikenal dengan bonus demografi yaitu keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh penurunan rasio ketergantungan ketika potensi atau kualitasnya baik, tetapi jika potensinya rendah maka daerahharus mampu menyiapkan lapangan pekerjaan sesuai dengan kapasitas penduduk yang dimiliki. II -17

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PRDB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bantul pada Tahun 2012 sebesar 11,24 triliun rupiah. Dibandingkan dengan nilai PDRB pada Tahun 2011 yang mencapai 10,1 triliun rupiah, berarti selama tahun 2012 terdapat kenaikan sebesar 1,14 triliun rupiah. Kenaikan nilai PDRB atas dasar harga berlaku belum tentu mencerminkan kenaikan produktivitas sektor ekonomi secara riil, karena kenaikan ini masih mengandung faktor perubahan harga(inflasi). Pada tahun 2012, kinerja perekonomian Kabupaten Bantul secara riil yang dipresentasikan melalui PDRB atas dasar harga konstan 2000 masih mampu mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Berdasarkan hasil penghitungan, nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012 tercatat sebesar 4,4 triliun rupiah. Dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya terjadi peningkatan sebesar 223,11 milyar rupiah atau sekitar 5,34 persen. Bila dibandingkan dengan tahun 2000 terjadi perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 434,98%. Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bantul mengalami perkembangan lebih dari empat kali lipatdibandingkan tahun dasar 2000. Sementara itu PDRB atas dasar harga konstan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012 mengalami perkembangan sebesar 170,26 persen atau lebih dari satu setengan kali lipat dibandingkan tahun dasar 2000. II -18

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2.11. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bantul No Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % 1 Pertanian 880.148 24,33 919.417 24,32 933.326 23,52 920.459 22,04 955.730 21,72 2 Pertambangan & Penggalian 35.829 0,99 35.783 0,95 36.525 0,92 38.782 0,93 39.568 0,90 3 Industri Pengolahan 596.187 16,48 610.781 16,16 647.939 16,33 690.977 16,54 692.762 15,74 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 31.675 0,88 34.448 0,91 36.289 0,91 37.969 0,91 40.373 0,92 5 Konstruksi 437.151 12,08 434.409 11,49 454.480 11,45 486.930 11,66 511.749 11,63 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 702.353 19,41 746.833 19,76 789.789 19,9 839.997 20,11 901.754 20,49 7 Pengangkutan & Komunikasi 248.779 6,88 268.145 7,09 287.236 7,24 311.285 7,45 333.271 7,57 8 Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 212.888 5,88 230.768 6,11 252.015 6,35 279.556 6,69 305.347 6,94 9 Jasa-jasa 473.049 13,07 499.364 13,21 530.397 13,37 571.248 13,68 619.758 14,08 PDRB 3.618.060 100 3.779.948 100 3.967.928 100 4.177.201 100 4.400.313 100 Sumber : BPS 2013 II -19

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2.12. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 2012 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bantul No Sektor 2008 2009 2010 2011 2012* (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % (Juta Rp) % 1 Pertanian 1.587.482 21,4 1.705.935 20,94 1.834.746 20,21 2.006.932 19,88 2.239.466 19,92 2 Pertambangan & Penggalian 71.679 0,97 75.592 0,93 85.446 0,94 94.174 0,93 98.745 0,88 3 Industri Pengolahan 1.391.054 18,75 1.527.505 18,75 1.750.151 19,28 1.991.819 19,73 2.142.812 19,06 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 83.561 1,13 98.549 1,21 108.148 1,19 114.736 1,14 124.112 1,10 5 Konstruksi 951.861 12,83 988.181 12,13 1.104.073 12,16 1.206.859 11,95 1.333.501 11,86 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.289.407 17,38 1.454.135 17,85 1.602.662 17,66 1.799.008 17,82 2.055.059 18,28 7 Pengangkutan & Komunikasi 509.703 6,87 560.368 6,88 623.940 6,87 691.451 6,85 770.174 6,85 8 Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 459.309 6,19 527.028 6,47 615.172 6,78 698.763 6,92 787.194 7,00 9 Jasa-jasa 1.073.924 14,48 1.210.568 14,86 1.352.064 14,9 1.493.604 14,79 1.691.088 15,04 PDRB 7.417.980 100 8.147.860 100 9.076.401 100 10.097.345 100 11.242.151 100 Sumber : BPS 2013 II -20

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Sementara itu untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, digunakan PDRB atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan data atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDRB yang diperoleh hanya mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode tertentu tanpa adanya pengaruh dari perubahan harga (riil). Pada tahun 2012, perekonomian Bantul tumbuh 5,34 persen mengalami percepatan dibandingkan tahun 2011 yang hanya tumbuh 5,27 persen. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 ini merupakan pertumbuhan tertinggi selama lima tahun terakhir (periode 2008-2012). Selama periode tersebut, perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya terjadi pada tahun 2009 akibat krisis global yang menurunkan permintaan barang komoditas ekspor. Laju pertumbuhan Kabupaten Bantul dibandingkan level nasional dan provinsi DIY mulai tahun 2008 hingga tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut : 7 6 5 4 3 2 1 0 2008 2009 2010 2011 2012 Nasional 6.01 4.55 6.2 6.46 6.23 DIY 5.03 4.43 4.88 5.16 5.32 Bantul 4.9 4.47 4.97 5.27 5.34 Gambar 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bantul, Provinsi DIY dan Nasional 2008-2012(%) Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul relatif lebih lambat. Namun apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi provinsi relatif sama. Bila dilihat pertumbuhan sektoral, semua sektor ekonomi di Kabupaten Bantul pada tahun 2012 tumbuh positif dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor-sektor yang mempunyai pertumbuhan cukup tinggi berturut-turut yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan(9,23 persen); sektor jasa-jasa(8,49 persen); sektor perdagangan, hotel dan restoran (7,35 persen); dan sektor pengangkutan dan II -21

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah komunikasi (7,06 persen). Kenaikan pertumbuhan yang cukup tinggi di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan banyak disumbang oleh subsektor sewa bangunan yang berasal dari imputasi sewa bangunan pribadi maupun komersil (kost mahasiswa/pelajar dan kontrak untuk tempat tinggal).sementara itu kenaikan gaji PNS sebesar 10 persen menyebabkan meningkatnya belanja pegawai sebesar 13,59 persen dibandingkan tahun 2011. Hal ini mampu meningkatkan nilai tambah subsektor jasa pemerintahan sebesar 8,87 persen. Disamping itu subsektor jasa lain yang meningkat drastis adalah jasa hiburan dan rekreasi serta penyelenggaraan event-event wisata seperti Jogja Air Show. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran(phr) yang konsisten tidak lepas dari peran Kabupaten Bantul sebagai salah satu tujuan wisata. Selain itu transaksi dan kegiatan perdagangan di pasar-pasar tradisional dan modern seperti minimarket juga terus meningkat. Pertumbuhan yang cukup tinggi di sektor PHR juga didukung oleh lancarnya distribusi barang. Hal ini terlihat dari sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 7,06 persen dari tahun sebelumnya. Perdagangan, Hotel & Restoran 2008 2009 2010 2011 2012 6.51 6.33 5.75 6.36 7.35 Pengangkutan & Komunikasi 5.95 7.78 7.12 8.37 7.06 Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 12 10 8 6 4 2 0 5.12 8.4 9.21 10.93 9.23 Jasa-jasa 4.35 5.56 6.21 7.7 8.49 Sumber : Bappeda, 2013 Gambar 2.7. Pertumbuhan Ekonomi Empat Sektor Tertinggi Pada Tahun 2012, Periode 2008-2912(%) Pada tahun 2012, struktur perekonomian Kabupaten Bantul masih didominasi empat sektor, yaitu sektor pertanian(19,92 persen); sektor industri pengolahan (19,06 persen);sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,28 persen); dan sektor jasa-jasa (15,04 persen). Sektor pertanian yang mendominasi perekonomian Kabupaten Bantul disumbang oleh nilai tambah komoditas tanaman pangan. Komoditas tanaman pangan yang menjadi andalan perekonomian Kabupaten Bantul adalah padi. Kondisi II -22

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah membaiknya produksi tanaman pangan mampu meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian setelah beberapa tahun selalu mengalami penurunan. Sektor yang menyumbang kontribusi terbesar kedua pada perekonomian Bantul adalah sektor industri pengolahan. Selisih kontribusi terhadap perekonomian bila dibandingkan dengan sektor pertanian sebesar 0,86 percentage points. Hal ini sedikit menunda transformasi struktural dari daerah agraris menuju industri, mengingat sejak sebelum tahun 2012 peran industri pengolahan selalu meningkat dan mencoba menggantikan peran sektor pertanian. Usaha pemerintah daerah untuk menyediakan kawasan industri di Kecamatan Piyungan dan Sedayu juga diharapkan mampu meningkatkan share sektor industri terutama yang berskala menengah dan besar di Kabupaten Bantul.Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap perekonomian selama lima tahun terakhir cenderung berfluktuatif namun masih berkisar di angka 17-18 persen. Sementara sektor jasa-jasa merupakan penyumbang nilai tambah terbesat ke-4 pada PDRB tahun 2012 sebesar 15,04 persen. Selengkapnya struktur perekonomian Kabupaten Bantul berdasarkan lapangan usaha dan kelompok sektor dapat dilihat pada tabel berikut: 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 44.92 46.05 46.21 46.38 47.18 32.71 32.08 32.64 32.81 32.03 22.37 21.86 21.16 20.81 20.8 Th 2008 Th 2009 Th 2010 Th 2011 Th 2012 Sektor primer Sektor sekunder Sektor tersier Sumber : Bappeda, 2013 Gambar 2.8 Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Bantul Tahun 2010 2012 Apabila dilihat dari struktur perekonomian, sektor pertanian masih merupakan komponan terpenting penyusun PDRB sampai dengan tahun 2012. Selama tahun 2012 kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan setelah selama tiga tahun berturut-turut(2009-2011) mengalami penurunan. Namun peningkatan kontribusi sektor pertanian tersebut belum menimbulkan pergeseran struktural terhadap perekonomian, dimana sektor tersier masih mendominasi perekonomian. II -23

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.2.1.2 PDRB Perkapita Produk Domestik Regional Bruto perkapita merupakan salah satu indikator produktivitas penduduk dihitung dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. Produk Domestik Regional Bruto perkapita dapat dihitung atas dasar berlaku maupun atas dasar konstan. PDRB perkapita Kabupaten Bantul selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. No Tabel 2.13. Perkembangan PDRB Per Kapita Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012 Tahun Penduduk pertengahan tahun Nilai (Rp) Harga Berlaku Pertumbu han Harga Konstan Tahun 2000 Nilai (Rp) Pertumbuhan 1 2008 886.061 8.371.861 14.01 4.083.309 3.34 2 2009 899.312 9.060.104 8.22 4.203.156 2.94 3 2010 911.503 9.957.620 9.91 4.353.170 3.57 4 2011 919.369 10.982.908 10.3 4.534.555 4.37 5 2012 927.956 12.114.961 10.31 4.741.942 4.37 Sumber: BPS, 2013 PDRB per kapita Kabupaten Bantul Tahun 2012 menunjukkan adanya peningkatan menjadi sebesar 12,11 juta rupiah per kapita per tahun meningkat 10,30 persen dibanding tahun 2011 yang mencapai 10,98 juta rupiah per kapita per tahun. 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2008 2009 2010 2011 2012 PDRB perkapita ADHB 14.01 8.22 9.91 10.3 10.31 PDRB perkapita ADHK 3.34 2.94 3.57 4.37 4.37 Sumber : Bappeda, 2013 Gambar 2.9. Pertumbuhan PDRB Per Kapita Kabupaten Bantul ADHB dan ADHK Tahun 2000,Periode 2008-2012 II -24

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.2.1.3 Laju inflasi Laju inflasi tahun 2012 di Kabupaten Bantul berada pada angka 4,13 persen meningkat 0,40 poin dari Tahun 2011, namun lebih rendah apabila dibandingkan dengan laju inflasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencapai 4,31 persen dan laju inflasi nasional sebesar 4,30 persen. Kondisi inflasi tersebut berada dilevel rendah dikarenakan kestabilan harga bahan pangan yang didukung oleh kebijakan pemerintah dalam menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi. Secara umum distribusi inflasi Kabupaten Bantul Tahun 2012 dipengaruhi oleh laju inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 8,13 %, sedangkan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami laju paling rendah yaitu sebesar 1,24%. Secara grafis, perbandingan laju inflasi Tahun 2012 antar Kabupaten Bantul dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Nasional dapat dilihat pada gambar berikut : 8 Laju Inflasi Bantul 6 Laju inflasi Yogya 4 Laju Inflasi Nasional 12 10 2 0 2008 2009 2010 2011 2012 Laju Inflasi Bantul 10.26 2.99 6.56 3.73 4.13 Laju inflasi Yogya 10.8 2.93 7.38 3.88 4.31 Laju Inflasi Nasional 11.06 2.78 6.96 3.79 4.3 Sumber: BPS, 2013 Gambar 2. 10. Perkembangan Inflasi di Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012 lnflasi Tahun 2012 sebesar 4,13 persen termasuk ke dalam kriteria inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun). Inflasi ringan mempunyai dampak positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik antara lain meningkatkan pendapatan dan investasi. 2.2.1.4 Koefisien Gini Koefisien Gini merupakan salah satu indikator untuk mengetahui distribusi dan ketimpangan pendapatan penduduk. Koefisien Gini pada Tahun 2011 sebesar 0,2445 dan pada Tahun 2012 sebesar 0,2492. II -25

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Pemerintah menyadari bahwa hasil pembangunan yang telah dilaksanakan belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Tujuan pembangunan tidak semata-mata mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun juga telah memberikan penekanan dengan bobot yang sama kepada aspek peningkatan tingkat pendapatan masyarakat dan aspek pemerataan. Alternatif pilihan kebijakan penanggulangan ketimpangan dan kemiskinan antara lain program Jamkesmas, jamkesda, PNPM mandiri.pelaku bisnis dan masyarakat juga perlu ikut berperan aktif, agar kaum miskin tidak semakin terpinggirkan dengan memberikan lapangan kerja. 0.255 0.25 0.245 0.24 0.235 0.23 0.225 Sumber : BPS, 2013 2008 2009 2010 2011 2012* Koefisien Gini 0.2536 0.2473 0.2469 0.2445 0.2351 Gambar 2. 11. Koefisien Gini di Kabupaten Bantul Tahun 2008 2012 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1 Pendidikan a. Angka Melek Huruf Angka melek huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Angka melek huruf didapat dengan membagi jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus. Angka melek huruf di Kabupaten Bantul tahun 2008 2012 disajikan pada tabel berikut: II -26

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2. 14. Angka Melek Huruf di Kabupaten Bantul Tahun 2008 2012 Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Melek Huruf (orang) 690.526 720.624 750.540 760.000 908.268 Persentase Melek Huruf (%) 84,09 87,44 91,03 91,23 92,19 Sumber: Dinas Pendidikan dan Non Formal, 2013 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa presentase melek huruf di Kabupaten Bantul pada Tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 92,19%. Angka tersebut melebihi dari target RPJMD 2011-2015 yaitu sebesar 90,34%.Hal ini menunjukkan bahwa minat belajar masyarakat cukup tinggi. b. Angka rata-rata lama sekolah Angka rata rata lama sekolah adalah rata rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Data tahun 2011 menunjukkan rata rata lama sekolah di Kabupaten Bantul adalah 8,92. Angka ini menunjukkan rata rata penduduk di Kabupaten Bantul bersekolah setingkat SLTP. Angka rata rata lama sekolah dari kurun waktu 2008 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan. Tabel 2. 15. Angka Rata Rata Lama Sekolah Kabupaten Bantul 2008 2012 Kabupaten 2008 2009 2010 2011 2012 Bantul 8,55 8,64 8,82 8,92 8,95 Sumber : BPS Kabupaten Bantul, 2011 c. Angka Partisipasi Murni (APM) APM merupakan indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat partisipasi murni penduduk usia sekolah. Keberhasilan program wajib belajar sembilan tahun dapat dilihat dari indikator angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni.apm menunjukkan perbandingan antara jumlah siswa yang berasal dari Kabupaten Bantul dengan jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada usia sekolah. Tabel 2. 16. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 1. APM SD/MI 91,27 92,12 89,03 81,76 79,84 2. APM SMP/MTs 74,55 73,94 74,63 62,09 63,61 3. APM SMA/MA/SMK 58,3 59,98 43,80 50,29 52,98 Sumber: Dinas Pendidikan Dasar & Dinas Pendidikan Menengah dan NF, 2013 II -27

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Realisasi APM SD/MI pada Tahun 2012 adalah 79,84%, adapun APM SMP/MTs Tahun 2012 adalah 63,61%. Capaian APM seperti di atas bukan berarti bahwa anak usia 7-12 tahun dan anak usia 13-15 tahun tidak bersekolah, akan tetapi dimungkinkan dari kelompok umur tersebut ada yang bersekolah di luar Kabupaten Bantul atau sudah masuk di jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan untuk SMA/MA/SMK mencapai 52,98%. Angka ini lebih tinggi daripada Tahun 2011 yang mencapai 50,29%. d. Angka Partisipasi Kasar (APK) APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK pada setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Bantul pada Tahun 2008 2012 disajikan pada tabel berikut : Tabel 2.17. Perkembangan Angka Partisipasi Kasar(APK) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 1. APK SD/MI 104,64 104,99 91,48 92,30 92,91 2. APK SMP/MTs 96,22 96,41 91,66 91,66 87,97 3. APK SMA/MA/SMK 78,13 80,53 65,02 69,88 71,04 Sumber : Dikdas dan Dikmenof, 2013 Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai APK baik SD/MImaupun SMA/MA/SMK Tahun 2012 mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan baik SD/MI, pada Tahun 2012 semakin banyak yang sesuai dengan usia sekolah (banyak sekolah yang memberlakukan minimal usia sekolah), sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya masih banyaknya siswa yang bersekolah tidak pada usia sekolah.hal ini juga dikarenakan adanya perbedaan jumlah penduduk antara proyeksi dan hasil sensus. 2.2.2.2 Kesehatan a. Angka Kelangsungan Hidup Bayi(AKHB) Upaya mempercepat penurunan kematian bayi memerlukan keterpaduan lintas program antara lain program pencegahan penyakit melalui imunisasi pada bayi dan program perbaikan gizi masyarakat. Adapun keterpaduan program perbaikan gizi meliputi peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif bagi bayi sampai umur enam bulan, dan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) bagi keluarga miskin II -28

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah (Gakin), serta kegiatan Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu). KP Ibu bertujuan untuk memotivasi ibu hamil dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada saat melahirkan sehingga mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif. Capaian indikator angka kematian bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 8,64 per 1000 kelahiran hidup lebih tinggi dari capaian pada tahun 2011 yaitu sebesar 8,5 per 1000 kelahiran hidup namun angka ini telah berhasil mencapai target yang telah ditentukan dalam RPJMD yaitu sebesar 9 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan bayi sudah cukup baik dengan capaian AKB yang dibawah target. Tabel 2.18. Perkembangan Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah kematian bayi usia 170 dibawah 1 th 142 120 114 116 2 Jumlah kelahiran hidup 12845 11984 12185 13446 13464 3 AKB 13,2 11,8 9,8 8,5 8,64 4 AKHB 986,8 988,2 990,2 991,5 991,36 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul (AKHB = 1000 AKB) Program peningkatan dan keselamatan ibu bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan kader kesehatan untuk pendampingan ibu hamil resiko tinggi dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan serta sumber daya manusia sangat diperlukan. Dalam hal ini, partisipasi stakeholders terkait dan masyarakat untuk menurunkan AKI dilakukan melalui kegiatan-kegiatan, yaitu Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) yang sudah diintegrasikan dengan kelas ibu, membentuk jejaring Kesehatan Ibu Bayi Baru Lahir dan Anak (KIBBLA), dan peningkatan Puskesmas mampu Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED). Upaya mempercepat penurunan AKI memerlukan keterpaduan lintas program, yaitu Program Perbaikan Gizi Masyarakat, khususnya pada ibu hamil melalui pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) sebanyak 210 ibu hamil, program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat melalui penyiapan masyarakat dalam desa siaga, ambulan desa, dan donor darah. Capaian angka kematian ibu pada tahun 2012 sebesar 52,2 per 100.000 kelahiran hidup, berarti terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar II -29

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 111,2 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan ibu sudah cukup baik dengan capaian AKI yang jauh dibawah target. Tabel 2.19. Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Bantul 140,13 158,29 82,07 111,2 52,2 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul,2013 b. Angka Usia Harapan Hidup Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya Pada Tahun 2012 usia harapan hidup (UHH) Kabupaten Bantul mencapai71,34 tahun. Angka tersebut lebih tinggi dari tahun 2011 yaitu sebesar 71,33 tahun dan melebihi target RKPD Tahun 2012 sebesar 71,30 tahun. Angka UHH tahun 2012 dihitung akhir tahun 2013.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas kesehatan penduduk Kabupaten Bantul sudah meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari sisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI), yaitu suatu ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan dari segi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, kondisi di Kabupaten Bantul dari tahun 2010-2011 cenderung mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2010 sebesar 74,53 menjadi 75,51 pada tahun 2012. Tabel 2.20. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah DIY, dan Nasional No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1 Kabupaten Bantul 73,38 73,75 74,53 75,05 75,51 2 Propinsi DIY 74.88 75,23 75,77 76,32 76,75 3 Nasional 71,17 71,76 72,27 72,77 73,29 Sumber: BPS Kabupaten Bantul c. Persentase Balita Gizi Buruk Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan II -30

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Program perbaikan gizi masyarakat pada tahun 2012 sebagian besar (93%) digunakan untuk pemberian makanan tambahan bagi Balita gizi burukdiantaranya melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, keluarga sadar gizi (Kadarzi) dan pemantauan penimbangan balita. Hasil capaian pemantauan penimbangan Balita tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi masyarakat diketahui melalui jumlah Balita yang ditimbang dibandingkan dengan seluruh Balita (D/S) sebesar 76,5%, meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 75,3%. 2. Kondisi kesehatan Balita diketahui melalui jumlah Balita yang naik berat badannya dibandingkan dengan Balita yang ditimbang (N/D) sebesar 60,4%, meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 58,9% 3. Potensi masalah gizi diketahui melalui jumlah Balita yang memiliki berat badan di bawah garis merah dibandingkan dengan Balita yang ditimbang (BGM/D) sebesar 1,61%, menurun dibanding tahun 2011 sebesar 2,35%. Beberapa upaya terus dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten, salah satunya melalui program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Balita Gizi Buruk berupa bantuan makanan tambahan selama 180 hari makan anak bagi 225 Balita serta kunjungan dan pemeriksaan oleh dokter ahli anak di Puskesmas. Selain itu, upaya perbaikan gizi juga dilakukan dengan PMT bagi 210 ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) untuk 90 hari makan. Pada tahun 2012, terjadi penurunan status gizi buruk pada balita, yaitu angka balita gizi buruk sebesar 0,44% dari seluruh balita (target DIY <1%). Angka ini jauh sudah melampauitarget MDGs Provinsi DIY dan lebih baik dari capaian Tahun 2011yaitu sebesar 0,52%. Tabel 2. 21. Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul Uraian 2009 2010 2011 2012 Jumlah balita gizi buruk (jiwa) 229 286 261 215 Jumlah balita ditimbang (jiwa) 45.092 49.639 49.877 49.397 Persentase balita gizi buruk 0,51 0,58 0,52 0,44 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2013 II -31

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.2.2.3 Kemiskinan a. PersentasePenduduk Diatas Garis Kemiskinan dan PersentaseKemiskinan Persentase penduduk diatas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100 angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Tabel 2. 22. Persentase KK Miskin dan Jiwa MiskinTahun 2010 2012 Kabupaten Bantul Tahun Jumlah KK Jumlah KK % Jumlah Jiwa Jumlah Jiwa % Total Miskin Total Miskin 2010 256.463 41.480 16,17 842.928 129.614 15,37 2011 258.294 40.321 15,61 848.608 127.479 15,02 2012 273.563 40.551 14,82 889.647 126.980 14,27 Sumber : BKK PP dan KB Kabupaten Bantul, 2013 Dari tabel 2.22 dapat dilihat bahwa angka kemiskinan Kabupaten Bantul pada Tahun 2012 adalah 14,27% sehingga persentase penduduk diatas garis kemiskinan sebesar 85,73%. Angka ini lebih baik daripada Tahun 2011 dimana persentase jiwa miskin terhadap jumlah jiwa total sebesar 15,02%. Namun persentase kemiskinan pada Tahun 2012 ini masih belum memenuhi target dalam RKPD Tahun 2012 yaitu sebesar 12 %. Hal ini dikarenakan belum adanya sistem dan mekanisme baku tentang sistem pencatatan dan pelaporan program pengentasan kemiskinan. 120 100 80 60 40 20 0 84.63 84.98 85.73 15.37 15.02 14.27 2010 2011 2012 Persentase penduduk diatas garis kemiskinan Persentase kemiskinan Sumber : BKK PP KB, 2013 Gambar 2. 12. Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012 II -32

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Bentuk upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka penanggulangan kemiskinan adalah melalui pembentukan lembaga TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) sampai ditingkat kecamatan, desa dan pedukuhan,program pemberdayaan masyarakat, pengurangan beban KK Miskin, penguatan kelembagaan, serta validasi data keluarga miskin. Kebijakan tersebut diarahkan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat, membangun perilaku, serta pengorganisasian masyarakat. Tabel 2. 23. Persentase Jiwa dan Keluarga Miskin Kabupaten Bantul Tahun 2012 NO KECAMATAN KK KK JIWA JIWA %JIWA % TOTAL GAKIN TOTAL MISKIN MISKIN 1. Kretek 9659 1542 15,96 29212 4267 14,61 2. Sanden 10054 1322 13,15 30972 4262 13,76 3. Srandakan 9150 1267 3,85 30009 4109 13,69 4. Pandak 15621 2641 16,91 50386 8302 16,48 5. Bambanglipuro 12381 1604 12,96 39573 4967 12,55 6. Pundong 10367 1968 18,98 34079 5880 17,25 7 Imogiri 20571 3278 15,94 67624 9815 14,51 8. Dlingo 12062 2405 19,94 37296 7260 19,47 9. Jetis 17552 3100 17,66 56042 8735 15,59 10. Bantul 17958 2010 11,19 56912 5604 9,85 11. Pajangan 9741 1528 15,69 32322 4526 14,00 12. Sedayu 16152 2497 15,46 50917 9583 18,82 13. Kasihan 30403 3777 12,42 98365 12454 12,66 14. Sewon 26375 3744 14,20 88983 11937 13,41 15. Piyungan 14521 2248 15,48 46948 6455 13,75 16. Pleret 12993 1837 14,14 41986 6658 15,86 17. Banguntapan 28003 3783 13,51 98021 12166 12,41 Jumlah 273563 40551 14,82 889647 126980 14,27 Sumber: BKK PP dan KB Bantul 2012 Program kegiatan penanganan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun telah menunjukan hasil yang cukup baik, hal ini tercermin dari semakin berkurangnya jumlah jiwa miskin. Dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, angka kemiskinan tertinggi ada pada kecamatan Banguntapan, Kasihan, Sewon dan Imogiri. II -33

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Sumber : BKK PP KB, 2013 Gambar 2. 13. Jiwa Miskin di Kabupaten Bantul Tahun 2012 Berdasarkan data dari TNP2K kecamatan yang mempunyai angka kemiskinan tertinggi yaitu kecamatan Kasihan, Sewon, Pandak dan Imogiri. Adanya perbedaan ini dikarenakan perbedaan indikator yang berbeda dalam penentuan kriteria miskin. Sumber : Data PPLS (TNP2K),2013 Gambar 2. 14. Jiwa Miskin Dan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Bantul Tahun 2012 2.2.2.4 Kesempatan Kerja (Rasio Penduduk Yang Bekerja) Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.sedangkan rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Rasio penduduk yang bekerja Kabupaten Bantul pada Tahun 2012 mencapai 0,947. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 94,7% dari angkatan kerja yang ada di II -34

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Kabupaten Bantul memperoleh kesempatan kerja sedangkan 5,3% nya masih mencari kerja atau pengangguran. Tabel 2. 24. Rasio Penduduk Yang Bekerja Dengan Angkatan Kerja Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja 430.771 440.259 451.281 476.467 501.993 2 Jumlah Angkatan Kerja 466.136 471.112 481.420 505.786 530.068 3 Rasio Penduduk Yang Bekerja 0,920 0,930 0,940 0,942 0,947 Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul,2013 Pembangunan bidang ketenagakerjaan bertujuan untuk menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan harapan jumlah penganggur dan setengah penganggur dapat ditekan atau diperkecil. Sehubungan dengan hal tersebut kondisi permasalahan ketenagakerjaan ternyata sangat terkait erat dengan keadaan ekonomi yang berkembang setiap saat.pertumbuhan ekonomi terkait erat terhadap dunia usaha, bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akan berpengaruh pada terciptanya iklim usaha yang kondusif, yaitu melalui investasi yang ditanamkan oleh para investor, sehingga akhirnya akan berdampak pada perluasan kesempatan kerja sebaliknya menurunnya pertumbuhan ekonomi juga akan berdampak negatif terhadap bidang ketenagakerjaan.kondisi tersebut mendorong pemerintah dan masyarakat memanfaatkan peluang kerja di luar negeri sebagai salah satu upaya yang cukup strategis guna menangani masalah pengangguran di dalam negeri Karena keterbatasan kemampuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pencari kerja yang pada umumnya berpendidikan SLTA ke bawah. Selain kondisi dunia usaha yang belum kondusif, minimnya informasi pasar kerja baik dalam maupun luar negeri juga merupakan salah satu kendala dalam upaya untuk menangani masalah pengangguran dan disatu sisi pencari kerja tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya, disisi lain para pengguna juga sulit mendapatkan pekerja sesuai dengan job/jabatan yang dibutuhkan. Melihat kenyataan tersebut masalah ketenagakerjaan khususnya penanganan pengangguran terbuka (open unployment) merupakan masalah yang serius dan harus segera dipecahkan bersama baik antara pihak pemerintah dan swasta, maupun antar instansi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan sangat penting yaitu disamping sebagai penggerak, pemerintah juga ikut serta menciptakan II -35

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah perluasan kesempatan kerja dan penanganan masalah pengurangan pengangguran.. Sebagai gambaran jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada tabel 2.31. Tabel tersebutmenunjukkanbahwasecara proporsional, jumlah penganggurmenurundari5,8% menjadi5,3%. Jika dilihat menurut jenis kelamin, tahun 2011-2012 perubahan jumlah penganngur laki-laki dan perempuan memiliki pola yang sama dengan perubahan penganggur pada umumnya yakni menurun. Secara kuantitas jumlah penganggur laki-laki dibanding penganggur perempuan tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, meskipun jumlah penganggur laki-laki lebih kecil daripada penganggur perempuan. Menurunnya jumlah penganggur laki-laki dan perempuan mencerminkan bahwa para pencari kerja laki-laki dan perempuan telah memiliki kapasitas yang cukup memadahi, sehingga mampu mengisi lapangan kerja baru yang tercipta. Tabel 2. 25. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Bantul Tahun 2011 2012 AngkatanKerja No Kecamatan Tahun2011 Tahun2012 Bekerja Penganggur Bekerja Penganggur 1 Srandakan 17666 267 19931 1853 2 Sanden 16192 2497 18805 2415 3 Kretek 18680 615 17210 1844 4 Pundong 15748 386 15772 362 5 Bambanglipuro 24685 2361 22249 1674 6 Pandak 29471 1984 32500 870 7 Bantul 32396 4286 36841 3804 8 Jetis 25064 2007 25090 1793 9 Imogiri 36198 1466 34444 1335 10 Dlingo 22948 1176 28759 865 11 Pleret 25410 2886 29540 2072 12 Piyungan 20514 588 27371 3051 13 Banguntapan 51992 1432 55192 958 14 Sewon 43828 2645 43456 1309 15 Kasihan 47709 2801 46237 2463 16 Pajangan 20809 701 21091 309 17 Sedayu 27257 1121 27505 1098 Jumlah 476567 29219 501993 28075 Persentase 5,8% 5,3% Sumber : Disnakertrans, 2013 Berbagai kegiatan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bantul pada kenyataannya memperoleh animo dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Kenyataan yang ada selama ini, jumlah angkatan kerja di Bantul cukup besarsementara di sisi lain penciptaanlapangan kerjamasihterbatassehinggamasalah pengangguranselaluadadaritahunke tahun. II -36

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah KECAMATAN Tabel 2. 26. JumlahAngkatan kerjamenurut Jenis Kelamin Kabupaten BantulTahun 2011-2012 ANGKATAN KERJA PENGANGGUR STGH PENGANGGUR BEKERJA JUMLAH L P L P L P L P TOTAL Kasihan 1204 1259 3096 3234 21636 18271 25936 22764 48.700 Sewon 659 650 1692 1669 24329 15766 26680 18085 44.765 Banguntapan 452 506 1163 1301 26661 26067 28276 27874 56.150 Bantul 1713 2091 4410 5370 15381 11680 21504 19141 40.645 Pajangan 134 175 343 447 10639 9662 11116 10284 21.400 Sedayu 542 556 1394 1434 12397 12280 14333 14270 28.603 Pandak 404 466 1041 1199 15866 14394 17311 16059 33.370 Srandakan 746 1107 1916 2847 7898 7270 10560 11224 21.784 Sanden 1160 1255 2995 3227 6958 5625 11113 10107 21.220 Bambang Lipuro 757 917 1948 2357 9878 8066 12583 11340 23.923 Pundong 168 194 432 502 6943 7895 7543 8591 16.134 Kretek 791 1053 2033 2698 6424 6055 9248 9806 19.054 Jetis 744 1049 1914 2684 10664 9828 13322 13561 26.883 Imogiri 615 720 1576 1851 15644 15373 17835 17944 35.779 Dlingo 432 433 1093 1099 14164 12403 15689 13935 29.624 Pleret 1000 1072 2563 2761 12180 12036 15743 15869 31.612 Piyungan 2051 1000 3172 2573 12292 9334 17515 12907 30.422 TOTAL 13.572 14.503 32.781 37.253 229.954 202.005 276.307 253.761 530.068 Sumber : Disnakertrans, 2013 2.2.2.5 Kriminalitas (Angka Kriminalitas Yang Tertangani) Pemerintah daerah dapat terselenggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulanmasyarakat, serta menanggulangi kriminalitas sehingga kuantitas dan kualitas kriminalitas dapat diminimalisir. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegakhukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang tertangani merupakan jumlah tindak kriminal yang ditangani selama 1 tahun terhadap 10000 penduduk. Angka kriminalitas Kabupaten Bantul Tahun 2012mencapai7,07. Tabel 2. 27. Angka Kriminalitas Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul Uraian 2009 2010 2011 2012 Jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1011 1560 434 658 1 th (kasus) Jumlah penduduk 899.312 911.503 921.263 930.276 Angka kriminalitas 11,24 17,11 4,72 7,07 Sumber: Polres Bantul,2013 II -37

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.2.3 Fokus SeniBudaya dan Olahraga Fokus Seni budaya mencakup jumlah kelompok seni budaya dan jumlah gedung olah ragapencapaian pembangunan seni, budaya dan olahraga dapat dilihat berdasarkan indikator jumlah grup kesenian, jumlah gedung kesenian, jumlah klub olahraga, dan jumlah gedung olahraga.capaian pembangunan seni, budaya, dan olahraga Kabupaten Bantul Tahun 2012 disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2. 28. Capaian Pembangunan Seni, Budaya, dan Olahraga Tahun 2012 NO Capaian Pembangunan 2010 2011 2012 1 Jumlah grup kesenian 695 805 745 2 Jumlah gedung kesenian 3 3 3 3 Jumlah klub olahraga 372 372 372 4 Jumlah gedung olahraga 52 52 52 5 Jumlah cabang olahraga 30 32 34 6 Organisasi kepemudaan 274 274 274 Sumber : Kantor PORA dan Disbudpar, 2013 Kebudayaan merupakan penunjang sektor pariwisata di Kabupaten Bantul. Hal ini disebabkan karena pilar pariwisata di Kabupaten Bantul bertumpu pada wisata budaya dan wisata alam. Potensi bidang kebudayaan di Kabupaten Bantul ditunjukkan dengan adanya sejumlah lembaga budaya yang terus menerus melaksanakan peran pelestarian Lembaga budaya yang ada di Kabupaten Bantul. Tabel 2. 29. Lembaga Budaya di Kabupaten Bantul Tahun 2012 No Nama Alamat 1 2 3 4 5 Bintang Mataram Badan Seni Mahasiswa Indonesia (BSMI) Dagelan Mataram Baru (DMB) Forum Kesenian Indonesia Institut Seni Indonesia Jl Ringin putih 500 B Perum Depag Kotagede telp 378620 Purek III ISI Yogayakrta Telp 3791333 fax 371233 JL Parangtritis km 6 PO BOX 1210 Desa Kerajinan Keramik Kasongan Jotawang, Bangunharjo Telp 385137 ISI Yogayakrta Telp 3791333 fax 371233 JL Parangtritis km 6 PO BOx 1210 Bentuk Organisasi Org informal Org informal Org informal Yayasan Org informal Teater kontemporer Bidang Musik tradisional, musik kontemporer, teater, tari, tari kontemporer, seni lukis tradisional dan kontemporer, seni patung tradisional dan kontemporer, fotografi, animasi desain, sastra Teater tradisional Teater kontemporer, pendamping dan pelatihan sastra Musik tradisional, musik kontemporer, teater tradisional, tari tradisional, tari kontemporer, seni lukis tradisional dan kontemporer, seni patung tradisional dan kontemporer, fotografi, II -38

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No Nama Alamat 6 7 8 9 Kelompok Jendela Keroncong Sinten Remen Komunitas Angkringan Gentong Potters Kersan No 211 RT 08 / 05 Tirtonirmolo Telp08122965526 Desa Kersa, Tirtonirmolo surat da Yayasan Galang Jl Bakung Baru 13 Yogyakarta 55225 Telp 376554, 375039 Fax 520105 Jl Nitiprayan 50 Ngestiharjo RT 01/RW 01 Kode pos 55182 Soboiman Gg Kemuning no 232 RT 06 / 29 Ngestiharjo 55182 Telp 418261 Fax 381217 Bentuk Organisasi Org informal Org informal Org informal Org informal Bidang animasi desain, sastra, tradisi lisan, etnomusikologi, etnologi tari, sejarah seni, antrpologi Seni lukis kontemporer, seni patung kontemporer, instalasi, sastra, tradisi lisan, sejarah seni, antrpologi, lingkungan, hukum, politik dan social musik tradisional dan kontemporer Musik kontemporer, teater kontemporer, tari kontemporer, sastra, tradisi lisan, entomusikologi, etnologi tari,sejarah seni, antropologi Keramik 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Komunitas Kethoprak Lesung Yogyakarta KUA Etnika Komunitas Seni Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta Lembaga Rumah Dongeng Indonesia Lembaga Studi Kajian Desain Lembaga Studi Pengembanga n Musik Ngudya Wirama Paguyuban Orkes Mahasiswa ISI Yogyakarta Paguyuban Seni Kasanggit PAKRIYO (Paguyuban Kriyawan Indonesia) Perum Sewon Indah C-17 Kode Pos 55188 Desa Kersa, Tirtonirmolo surat da Yayasan Galang Jl Bakung Baru 13 Yogyakarta 55225 Telp 376554, 375039 Fax 520105 Jl Parangtritis km 65 Telp 379935 Fax 371233 Saman RT 4 RW 15, Bangunharjo Telp 387292 Jl Sonopakis Lor No 15 Telp 378276 Perumahan Sewon Indah A-15 Kode Pos 55188 Telp 389522 Gedongkuning RT 04 / 03 Kode Pos 55198 ISI Yogayakrta Telp 3791333 fax 371233 JL Parangtritis km 6 PO BOX 1210 Perum Perndowo Harjo Indah Jl Nakula 14 Sewon Tirto Bangunjiwo Telp 370542 Org informal Org informal Lembaga Yayasan Lembaga Yayasan Org informal Orginformal Orginformal Orginformal Teater tradisional Muasik tradisional dan kontemporer musik tradisional dan kontemporer, teater tardisional dan kontemporer, pedalangan, seni grafis dan seni kriya Musik kontemporer, teater kontemporer, teater boneka kontemporer, teater anak (wayang kardus kontemporer), seni lukis kontemporer, fotografi, sastra, tradisi lisan, permainan dan maianan anak Desain musik klasik barat, musikologi musik tradisional musik kontemporer dan klasik musik tradisional, teater boneka tradisional, teater kontemporer, tari tradisionasal seni kriya II -39

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No Nama Alamat 21 22 23 Pardiman Acapella Petak Umpet Rancang Grafis Pracabaan Ki Pudjo Desa Kersa, Tirtonirmolo surat da Yayasan Galang Jl Bakung Baru 13 Yogyakarta 55225 Telp 376554, 375039 Fax 520105 Sorowajan 316 RT 12 / 29 Panggungharjo Gendeng RT 04 / 02 Bangunjiwo Kode Pos 55181 Bentuk Organisasi Orginformal Org informal Org informal Bidang musik tradisional dan kontemporer Desain, ilustrasi, animasi musik tradisional, teater boneka tardisional, wayang kulit purwa 24 25 26 27 28 29 Sanggar Kereta Sanggar/Balai Tari Wasana Nugraha Sekolah Mengengah Musik Negeri 2 (SMKN 2 Kasihan) SENI : Jurnal Pengetahuan dan Pencipataan Seni SMK Negeri 3 Kasihan (SMSR Yogakarta SMKN I Kasihan (SMKIN YK) 30 Studio ISI 31 Study Sastar dan Teater Sila 32 Teater Alam 33 34 Teater Gandrik Teater Garasi Yogayakarta Jeblog Rt o1 / 06 Ds III Tirtonirmolo Kode Pos 55181 Dagaran, Jurug Bangunharjo RT 06 / 45 Sewon Jl PG Madukismo Bugisan Telp 374627, 380720 Jl Parangtritis km 6 PO BOX 1210 Jl PG Madukismo Bugisan Telp 374947 Jl PG Madukismo Bugisan Telp 374467 Jurusan Teater FSP ISI Yogyakarta Jl Parangtritis km 65 Perum Puspa Indah Sito 18-20 Kasongan Kode Pos 375380 Jotawang, Bangunharjo Sewon Kode Pos 55187 Telp 387534 Jl Sawo No 6 Perum Wirokerten Indah Telp 377861 Desa Kersa, Tirtonirmolo surat da Yayasan Galang Jl Bakung Baru 13 Yogyakarta 55225 Telp 376554, 375039 Fax 520105 Jl Bugisan Selatan Tegal Kenongo RT 01/08 No 36A Telp 415844 Lembaga Org informal Instansi Pemerintah Instansi Pemerintah Lembaga Instasi Pemerintah Yayasan Lembaga Org informal Org informal Lembaga Musik tradisional, musik kontemporer, teater tradisional, tari tradisional, tari kontemporer, seni lukis tradisional dan kontemporer, seni patung tradisional dan kontemporer, sastra, tradisi lisan musik tardisional, tari tradisional dan kontemporer, tradisi lisan etnomusikologi, etno tari musik universal sastra, tardisi lisan, etnomusikologi, etnologi tari, sejarah seni, estetika kritik seni Seni lukis tradisional dan kontemporer, seni patung tradisonal dan kontemporer, fotografi kriya kayu dan keramik Musik tradisional, teater tradisional, teater kontemporer, teaater boneka tradisional, sastra, etnologi tari dan sejarah seni teater tradisional dan kontemporer teater tradisional, kontemporer dan sastra teater kontemporer teater kointemporer teater kontemporer, fotografi, film, video, sastra, tradisi lisan, sejarah seni, antropogi, gagasan teater 35 Teater Gema STIE Kerjasama Jl Parangtritis km 35 Lemabaga musik kontemporer, teater kontemporer, musik klasik, puisi, seni lukis kontemporer II -40

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No Nama Alamat 36 38 39 Teater Pelopor Yayasan Padepokan Seni Bagong Kusudiharjo Yayasan Peduli Tekstil Tradisional Indonesia (PETTRII) Panggung, Argomulyo Kode Pos 55752 Kemabaran RT 04/21 No 146 Tamantirto 55183 Telp 376394 Karangnongko RT 10/42 Panggungharjo Telp/fax 415177 Bentuk Organisasi Org Informal Yayasan Yayasan Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul, 2013 Bidang Teter kontemporer, sastra, sejarah seni, teater dan biografi Musik tradisional, musik kontemporer, teater tradisional, tari tradisional, tari kontemporer, seni lukis tradisional dan kontemporer, sejarah seni seni kerajinan tekstil, seni kriya tekstil, sastra, tradisi lisan, etnologi tari, sejarah seni, antropologi, sejarah tekstil tradisional Keberhasilan pembangunan di bidang pemuda dan olahraga di Kabupaten Bantul dapat dilihat dari banyaknya prestasi olahraga yang dicapai oleh Kabupaten Bantul baik tingkat propinsi maupun nasional.hal ini didukung dengan adanya klub olahraga dan pembangunan gedung olah raga di Kabupaten Bantul. 2.3 Aspek Pelayanan Umum Aspek pelayanan umum menjelaskan tentang kondisi pelayanan umum di Kabupaten Bantul sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan.salah satu indikator tersebut adalah pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)Pemerintah daerah dalam melaksanakan urusan wajib yang merupakan pelayanan dasar kepada masyarakat dibutuhkan standar baik jenis dan mutu yaitu Standar pelayanan MinimalSPM yang telah ditetapkan Pemerintah ada 15 bidang,meliputi: 1. Bidang Perumahan Rakyat, 2. Bidang Pemerintahan Dalam Negeri, 3. Bidang Sosial, 4. Bidang Kesehatan, 5. Spm Terpadu Bagi Sanksi dan atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orangdan Penghapusan Eksploitasi Seksual Pada Anak Dan Remaja, Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan, 6. Bidang Lingkungan Hidup, 7. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, 8. Bidang Pendidikan Dasar, 9. Bidang Ketenagakerjaan, 10. Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, 11. Bidang Ketahanan Pangan, II -41

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 12. Bidang Kesenian, 13. Bidang Kominfo, 14. Bidang Perhubungan, 15. Bidang Penanaman Modal. Aspek pelayanan umum juga ditinjau dari fokus layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan. 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib 2.3.1.1. Pendidikan a. Pendidikan Dasar a1. Angka Partisipasi Sekolah APS pendidikan dasar adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7 12 tahun dan 13 15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Tabel 2. 30. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) No Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 1 SD/MI 1.1. jumlah murid usia 7-12 thn di SD 64077 72397 65641 65236 1.2. 1.3. Jumlah murid usia 7-12 thn di SMP 5839 6612 6205 6627 Jumlah murid usia 7-12 total 69916 79009 71846 71863 1.4 jumlah penduduk kelompok usia 7-70430 81275 80989 81301 12 tahun 1.5 APS SD/MI 992,70 972,12 887,11 883,91 2 SMP/MTs 2.1. jumlah murid usia 13-15 thn di SMP 26915 23451 25907 26524 2.2 Jumlah murid usia 13-15thn di SD 2110 2087 1803 2005 2.3 Jumlah murid usia 13-15thn di SLTA 5591 7737 6435 4143 2.4 Jumlah murid murid usia 13-15 total 34616 33275 34145 32672 2.5. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 36068 41318 41675 41804 2.6. APS SMP/MTs 959,74 805,34 819,32 781,55 Sumber :Dikdas, Dikmenof, dan BPS II -42

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah a2. Rasio Ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia sekolah dasar.peningkatan jumlah sarana sekolah dari Tahun 2008 2012 menunjukkan bahwa sarana pendidikan dasar secara kuantitas telah cukup memadai. Tabel 2.31. Ketersediaan Sekolah Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah gedung sekolah SD/MI 372 372 376 380 382 2 Jumlah gedung sekolah SMP/MTs 106 107 107 107 110 Sumber: Dikdas & Dikmenof Kabupaten Bantul,2013 Tabel 2. 32. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul SD/MI SMP/MTs No Kecamatan jumlah jumlah jumlah jumlah gedung penduduk Rasio gedung penduduk Rasio sekolah usia 7-12 th sekolah usia 13-15 th 1 Kec. Sewon 28 8429 33.22 10 4317 2.08 2 Kec. Pandak 24 4595 52.23 6 2353 2.97 3 Kec. Pundong 20 2883 69.37 4 1476 2.71 4 Kec. Bantul 25 4998 50.02 13 2560 4.69 5 Kec. Sanden 16 2773 57.70 6 1420 4.23 6 Kec. Kretek 16 2585 61,90 3 1324 2.27 7 Kec. Sedayu 23 3815 60.29 4 1954 1.54 8 Kec. Dlingo 27 3716 72.66 9 1903 4.73 9 Kec. Jetis 22 4943 44.51 5 2532 1.97 10 Kec. Pajangan 16 3289 48.65 3 1684 1.78 11 Kec. Bambanglipuro 17 3380 50.30 7 1731 4.04 12 Kec. Piyungan 20 4769 41.94 7 2442 2.87 13 Kec. Srandakan 16 2608 61.35 3 1336 2.25 14 Kec. Banguntapan 31 9795 31.65 9 5017 1.79 15 Kec. Imogiri 25 5293 47.23 6 2711 2.58 16 Kec. Kasihan 36 9472 38 9 4851 1.86 17 Kec. Pleret 20 4365 45.82 6 2235 2.68 Jumlah 382 81708 46.75 110 41849 2.60 Sumber: Dinas Pendidikan Dasar & Dinas Pendidikan Non Formal Kabupaten Bantul,2013 a3. Rasio guru/murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per1000 jumlah murid pendidikan dasar.rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas.disamping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. II -43

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2. 33. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan DasarTahun 2008 sd 2012 Kabupaten Bantul NO Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 1 SD/MI 1.1. Jumlah Guru 5439 5549 5219 5500 5450 1.2. Jumlah Murid 70264 73382 74057 74324 74656 1.3. Rasio 12,9 13,22 14 14 13,7 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru 3224 3359 3198 3187 3224 2.2. Jumlah Murid 29155 35020 32678 34206 35119 2.3. Rasio 9,04 10,43 19,01 19,01 10,94 Sumber : Dikdas,Dikmenof NF,2013 b. Pendidikan Menengah b1. Angka Partisipasi Sekolah APS pendidikan menengah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16 18 tahun)yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Tabel 2.34. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) No Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 1 SMA / MA / SMK 1.1. jumlah murid usia 16-18 thn 18.648 19.974 18.960 21.825 22.076 1.2. jumlah penduduk kelompok 33.203 33.299 43.289 43.413 44.277 usia 16-18 tahun 1.3. APS SMA / MA /SMK 62,95 66,79 48,80 55,21 55,99 Sumber : Tahun (2012) b2. Rasio Ketersediaan Sekolah terhadap penduduk usia sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan menengah per 10000 jumlah penduduk usia sekolah menengah. Peningkatan jumlah sarana sekolah dari Tahun 2008 2012 menunjukkan bahwa sarana pendidikan menengah secara kuantitas telah cukup memadai. Tabel 2.35. Ketersediaan Sekolah Tahun 2008 2012 Kabupaten Bantul Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah gedung sekolah SMA/MA/SMK 79 79 79 86 90 Sumber: Dikdas & Dikmenof Kabupaten Bantul,2013 II -44

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2.36. Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2012 Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul No Kecamatan jumlah gedung sekolah SD/MI SMP/MTs SMA Jum lah jumlah jumlah pendu jumlah pendu Rasio gedung duk Rasio gedung duk usia sekolah usia sekolah 7-12 th 13-15 th jumlah pendudu k usia 16-18 th 1 Kec. Sewon 28 8429 33.22 9 4317 2.08 10 5456 1.50 2 Kec. Pandak 24 4595 52.23 7 2353 2.97 3 2229 0.91 3 Kec. Pundong 20 2883 69.37 4 1476 2.71 2 1438 1.42 4 Kec. Bantul 25 4998 50.02 12 2560 4.69 16 2763 5.91 5 Kec. Sanden 16 2773 57.70 6 1420 4.23 3 1309 2.34 6 Kec. Kretek 14 2585 54.16 3 1324 2.27 3 1295 2.36 7 Kec. Sedayu 23 3815 60.29 3 1954 1.54 7 2077 3.44 8 Kec. Dlingo 27 3716 72.66 9 1903 4.73 3 1579 1.94 9 Kec. Jetis 22 4943 44.51 5 2532 1.97 2 2390 0.43 10 Kec. Pajangan 16 3289 48.65 3 1684 1.78 2 1502 1.36 Kec. 11 Bambanglipuro 17 3380 50.30 7 1731 4.04 5 1631 3.13 12 Kec. Piyungan 20 4769 41.94 7 2442 2.87 8 2462 3.31 13 Kec. Srandakan 16 2608 61.35 3 1336 2.25 3 1348 2.27 Kec. 14 Banguntapan 30 9795 30.63 9 5017 1.79 7 6227 1.15 15 Kec. Imogiri 25 5293 47.23 7 2711 2.58 5 2514 2.03 16 Kec. Kasihan 35 9472 36.95 9 4851 1.86 7 5869 1.22 17 Kec. Pleret 20 4365 45.82 6 2235 2.68 4 2188 1.86 Jumlah 378 81708 46.26 109 41849 2.60 90 44.277 1.98 Sumber: Dinas Pendidikan Dasar & Dinas Pendidikan Non Formal Kabupaten Bantul,2013 Rasio b3. Rasio Guru Terhadap Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per1000 jumlah murid pendidikan menengah.rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Tabel 2.37. Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2008 sd 2012 Kabupaten Bantul Jenjang NO Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 1 SMA/MA/SMK 1.1 Jumlah Guru 3062 3215 3189 3334 3404 1.2 Jumlah Murid 24081 24769 27778 29478 30638 1.3 Rasio 127.15 129.80 114.80 113.10 111.10 Sumber : Dikdas,Dikmenof NF,2013 c. Fasilitas Pendidikan Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Bantul mulai dari pendidikan non formal (PAUD dan TK) sampai dengan perguruan tinggi baik yang dikelola oleh II -45

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah pemerintah maupun swasta, serta kursus kursus ketrampilan semakin berkembang. Salah satu data fasilitas pendidikan adalah jumlah sekolah, dimana jumlah sekolah terbanyak adalah jumlah TK swasta, yaitu 519 unit. Sedangkan jumlah sekolah paling sedikit adalah TK Negeri, yaitu 1 unit. Tabel 2.38. Banyaknya sekolah Kabupaten Bantul NO JENIS SEKOLAH JUMLAH (UNIT) 1 TK Negeri 1 2 TK Swasta 519 3 SD Negeri 279 4 SD Swasta 74 5 SLTP Negeri 49 6 SLTP Swasta 38 7 SMU Negeri 19 8 SMU Swasta 16 9 SMK Negeri 13 10 SMK Swasta 31 Jumlah 1.043 Sumber : BPS Kab. Bantul, 2012 Dari semua fasilitas pendidikan tersebut kondisi bangunan dalam keadaan baik pada tahun 2012 mencapai 85,71% untuk SD/MI dan 91% untuk fasilitas pendidikan SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA. d. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Data jumlah siswa jenjang TK/PAUD di Kabupaten Bantul tahun 2012 adalah sebanyak 36.600 siswa. Sedangkan jumlah anak usia 0 6 tahun adalah sebanyak 62.329 jiwa, sehingga angka partsisipasi kasar TK/PAUD mencapai 58,72 %. Jika dibanding dengan tahun 2011 nilai APK TK/PAUD sebesar 57,91, maka terjadi peningkatan sebesar 0,81%. e. Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah untuk jenjang SD / MI pada tahun 2012 sekitar 0,04%. Untuk APS jenjang SMP / MTs pada tahun 2012 adalah 0,11%. Jika dibandingkan dengan nilai APS jenjang SMP/MTs pada tahun 2011 yaitu 0,12%, maka terjadi penurunan sebesar 0,10 % pada tahun 2012. Kemudian untuk Angka Putus Sekolah jejang SMA / SMK pada tahun 2012 adalah 0,75%. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 angka APS sebesar 0,83%, maka terjadi penurunan sebesar 0,08% pada tahun 2012. II -46

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah f. Angka Kelulusan Angka Kelulusan untuk tingkat SD/MI pada tahun 2012 telah mencapai 99,99%, dengan kata lain hamper seluruh siswa SD/MI telah lulus sekolah. Kemudian untuk angka kelulusan jenjang SMP/MTs di Kabupaten Bantul, pada tahun 2012 mencapai 99,66%. Sedangkan untuk jenjang SMA/SMK, angka kelulusannya mencapai 99,84%. g. Angka Melanjutkan Angka melanjutkan menunjukkan tingkat siswa yang melanjutkan ke jenjang selanjutnya.angka melanjutkan dari SD/MI ke SMP pada tahun 2012 mencapai 106%. Dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi peningkatan dmana sedangkan angka melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA mencapai 97%. h. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Jumlah guru SD yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV berturut-berturut dari tahun 2010-2012 adalah 65,05persen; 67,56persen dan 68,79persen.Untuk jenjang SMP jumlah guru yang memenuhi kualifikasi S-1/D-IV dberturut-turut dari tahun 2010-2012 adalah 74,37persen; 76,07 persen dan 84,12persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kenaikan peningkatan kualitas guru baik SD maupun SMP dari tahun ke tahun. 2.3.1.2. Kesehatan a. Rasio pos pelayanan terpadu (posyandu) per satuan balita Posyandu merupakan wadah peranserta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dinidapat dilakukan di setiap posyandu.pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu Posyandu melayani 100 balita (Permendagri 54 Tahun 2010). Tabel 2.39. Jumlah Posyandu dan BalitaTahun 2008 2012Kabupaten Bantul NO Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah posyandu 1113 1113 1123 1123 1127 2 Jumlah balita 59097 57785 63321 74275 64853 3 Rasio (per 1000 balita) 18,83 19,26 17,73 15,12 17,38 Sumber : Dinkes 2013 II -47

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada Tahun 2012 rasio posyandu per 1000 balita sebesar 17,38 berarti dalam 1000 balita terdapat 17 posyandu. Hal ini dapat diartikan bahwa 1 posyandu melayani 57 balita. Rasio tersebut menunjukan bahwa dari segi kuantitas jumlah posyandu di Kabupaten Bantul sudah mencukupi. Sesuai dengan tingkat penyebarannya jumlah posyandu hampir merata di 17 kecamatan. Tabel 2.40. Jumlah Posyandu dan Balita per Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul Tahun 2011 Tahun 2012 1 1 Rasio Rasio Jumla posyan posyandu Jumla (/jumlah Jumlah (/jumlah No Kecamatan h du Jumlah melayani x h posyandu posyan posyandu posya melaya balita balita balita / jumlah du / jumlah ndu ni x balita) balita) balita 1 Sewon 117 8482 13.79 72.49 95 6138 15,48 64,61 2 Pandak 52 3569 14.57 68.63 51 3459 14,74 67,82 3 Pundong 55 2386 23.05 43.38 55 2350 23,40 42,73 4 Bantul 89 4692 18.97 52.72 62 4485 13,82 72,34 5 Sanden 63 2236 28.17 35.49 63 2242 28,10 35,59 6 Kretek 53 3013 17.59 56.85 53 2231 23,76 42,09 7 Sedayu 67 3573 18.75 53.33 67 3484 19,23 52,00 8 Dlingo 74 2726 27.15 36.84 62 2587 23,97 41,73 9 Jetis 72 4238 16.99 58.86 75 4250 17,65 56,67 10 Pajangan 36 2727 13.20 75.75 60 2488 24,12 41,47 11 Bambanglipuro 45 2904 15.49 64.53 45 2609 17,25 57,98 12 Piyungan 38 4159 9.14 109.45 74 3650 20,27 49,32 13 Srandakan 44 2137 20.59 48.57 44 2120 20,75 48,18 14 Banguntapan 120 10629 11.29 88.57 105 7781 13,49 74,10 15 Imogiri 69 4593 15.02 66.56 78 4204 18,55 53,90 16 Kasihan 95 9173 10.36 96.56 86 7832 10,98 91,07 17 Pleret 34 4059 8.38 119.38 52 2943 17,67 56,60 Jumlah 1123 74275 15.12 66.14 1127 64853 17,38 57,54 Sumber: Dinas Kesehatan,2013 b. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Sarana kesehatan milik Pemerintah di Kabupaten Bantul Tahun 2012 meliputi Puskesmas sebanyak 27 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 67 unit, 70 unit poliklinik dan 1 Rumah Sakit Umum Daerah, yaitu Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul.Adapun persebaran puskesmas, poliklinik dan pustu di masingmasing kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada table berikut : II -48

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2.41. Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Kabupaten Bantul No Uraian 2011 2012 1 Jumlah Puskesmas 27 27 2 Jumlah Poliklinik 70 70 3 Jumlah Pustu 67 67 4 Jumlah Penduduk 921.253 930.276 5 Rasio Puskesmas per satuan penduduk 0,029 0,029 6 Rasio Poliklinik per satuan penduduk 0,076 0,075 7 Rasio Pust per satuan penduduk 0,073 0,072 Sumber : Dinkes,2013 c. Ketersediaan fasilitas kesehatan Hasil Program Pengembangan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat diketahui dengan semakin meningkatnya kuantitas dan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah seperti Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus (KIA, Bedah), Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Sarana Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan dan Balai Pengobatan-Rumah Bersalin. Selain fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, fasilitas pelayanan kesehatan milik swasta juga mengalami perkembangan yang cukup pesat pada Tahun 2012. Tabel 2. 42. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Bantul Tahun 2009-2012 No Fasilitas Pelayanan Kesehatan Umum 2009 2010 2011 2012 (unit) (unit) (unit) (unit) 1 Rumah Sakit Umum 5 9 9 10 2 Rumah Sakit Bersalin 3 0 0 0 3 Rumah Sakit Khusus (Bedah) KIA) 2 3 23 3 4 Balai Pengobatan 66 78 70 55 5 Rumah Bersalin 27 32 33 22 6 Apotek 72 100 108 100 7 Klinik Rawat Inap Pelayanan Medik Dasar - - - 3 8 Toko Obat - 4 3 2 9 Industri Peracik Batra 9 13 13 13 10 Laboratorium - 4 4 3 11 Optik - 8 11 12 12 Posyandu 1123 1123 1123 1.123 13 Puskesmas Rawat Inap 16 16 16 16 14 Puskesmas Non Rawat Inap 11 11 11 11 15 Puskesmas Pembantu 67 67 67 67 16 Puskesmas Keliling 27 27 27 27 Sumber:Dinas Kesehatan, 2013 Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang semakin banyak sudah pasti diikuti dengan semakin banyak pula tenaga kerja di sektor kesehatan. Kondisi ini perlu diantisipasi dengan regulasi agar tenaga kerja benar-benar kompetendibidangnya, II -49

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan dalam pelayanan yang dapat berakibat fatal Regulasi tersebut antara lain dengan menerbitkan aturan bahwa setiap tenaga yang bekerja di sektor kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, bidan, apoteker, nutrisionis, analis, radiographer, fisioterapis dan sanitarian) wajib memiliki Surat Ijin sebelum melakukan pekerjaan sesuai kompetensinya. d. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk.rasio ketersediaan tenaga dokter umum di Kabupaten Bantul telah meningkat dari 0,11 menjadi 0,12 pada tahun 2004. Rasio ini menunjukkan jumlah dokter yang tersedia per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk rasio dokter spesialis meningkat dari 0,043 pada tahun 2011, menjadi 0,048 pada tahun 2012. Tabel 2.43. Jumlah Dokter Kabupaten Bantul Tahun 2011-2012 No Uraian 2011 2012 1 Jumlah Dokter Umum 101 114 2 Jumlah Dokter Spesialis 40 45 3 Jumlah Penduduk 921.253 930.276 4 Rasio Dokter Umum 0,11 0,12 5 Rasio Dokter Spesialis 0,043 0,048 Sumber : Dinkes, 2013 e. Ketersediaan tenaga kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan yang semakin meningkat juga diikuti dengan bertambahnya jumlah tenaga kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah disajikan pada tabel berikut: Tabel 2. 44. Jumlah Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Pemerintah Tahun 2011 2012 No Jenis Tenaga 2011 2012 1 Dokter Spesialis 40 45 2 Dokter Umum 101 114 3 Dokter Gigi Spesialis 3 5 4 Dokter Gigi 55 56 5 Perawat 467 579 6 Perawat Gigi 87 82 7 Bidan 251 312 8 Kefarmasian 60 83 II -50

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No Jenis Tenaga 2011 2012 9 Kesehatan Masyarakat 51 71 10 Sanitarian 57 58 11 Gizi 64 66 12 Keterapian Fisik 31 30 13 Teknis Medis 106 141 14 Tenaga Non Kesehatan 511 498 Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2013 f. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Data cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dari tahun 2009 sampai tahun 2011 menunjukkan tren kenaikan di Kabupaten Bantul. Komplikasi kebidanan yang tidak ditangani akan menyebabkan resiko kematian ibu, yang berdampak pada Angka Kematian Ibu (AKI). Tabel berikut menunjukkan jumlah ibu hamil resiko tinggi yang ditangani di Kabupaten Bantul. Tahun Tabel 2. 45 Jumlah dan Persentase Komplikasi Kebidanan yang ditangani Tahun 2009 2012 Bumil Risti/ Komplikasi Bumil Risti/ Komplikasi ditangani Cakupan Bumil Risti/ Komplikasi yang ditangani (%) 2009 5.997 5.997 100 2010 1.332 1.302 97,75 2011 2.958 2.391 80,88 2012 2.966 2.484 83,7 Sumber : Profil Dinas Kesehatan g. Cakupan Pertolongan Persalinan dan Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan yang memiliki komptensi kebidanan mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2009 cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sebesar 94,42 % meningkat pada tahun 2011 menjadi 99,87%, dan sudah di atas target 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua persalinan di Kabupaten Bantul ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain akses terhadap sarana dan pelayanan kesehatan khususnya pertolongan persalinan semakin mudah dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan. Tabel berikut menunjukkan cakupan II -51

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 : Tabel 2. 46. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Tahun 2009 2011 Tahun Jumlah Ibu Bersalin Jumlah Ibu Bersalin Ditolong Tenaga kesehatan Cakupan Persalinan Oleh Tenaga kesehatan yang berkompetensi kebidanan 2009 13.211 12.474 94,42 2010 12.262 12.262 99,59 2011 13.512 13.495 99,07 2012 13448 13.432 99,99 Sumber : Profil Dinas Kesehatan h. Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) UCI (Universal Child Immunization) adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), Ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT. Data menunjukan peningkatan cakupan desa/kelurahan Universal Child ImmunizationKabupaten Bantul mencapai angka 100. Hal ini berarti tujuan Universal Child Immunization sudah tercapai sempurna di Kabupaten Bantul. Tabel berikut menggambarkan cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI). Pencapaian program imunisasi lengkap di Kabupaten Bantul tahun 2011 menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 2. 47. Cakupan Desa / Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Tahun Jumlah Desa/Kel Desa/Kel UCI % Desa/Kel UCI 2009 75 75 100 2010 75 75 100 2011 75 75 100 2012 75 75 100 Sumber : Profil Dinas Kesehatan i. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Gambaran status gizi masyarakat di Kabupaten Bantul pada tahun 2012 adalah masih adanya KEP total Balita sebesar 7,54%. Angka KEP tersebut mengalami penurunan II -52

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 11,31% dan sudah berada di bawah target Nasional pada tahun 2015 sebesar 15%. Pada tahun 2012 prevalensi balita gizi buruk di Kabupaten Bantul adalah 0,32%, prevalensi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan 2011 yaitu 0,42%. Dari tahun 2009 hingga 2011, situasi gizi buruk mengalami penurunan secara signifikan. Di Kabupaten Bantul, prevalensi gizi buruk ini sudah sesuai harapan yaitu <1%. Dari segi pelayanan, cakupan Balita gizi buruk yang mendapat perawatan mencapai 100%, artinya sebanyak 215 balita yang mengalami gizi buruk tahun 2012 semuanya mendapatkan perawatan. j. Cakupan Penemuan dan Penanganan penderita Penyakit TBC BTA Penemuan kasus TB Paru TBA positif pada tahun 2012 sebesar 51,02%, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 sebesar 46,02%. Jumlah kematian akibat TB paru dilaporkan sebesar 3 per 100.000 penduduk (28 orang). Adapun angka kesuksesan (Success Rate) terdiri dari angka kesembuhan dan pengobatan lengkap TB paru. Angka kesuksesan pada tahun 2012 dilaporkan sebesar 89% dan angka kesembuhan (cure rate) pada tahun 2012 dilaporkan sebesar 86,12%.Angka kesembuhan pengobatan TB di Kabupaten Bantul pada Tahun terus mengalami pening dari tahun 2008 sebesar 84,13% menjadi 86,12% pada tahun 2012 KESEMBUHAN TB (%) 86.5 86 85.5 85 84.5 84 83.5 83 85.88 86 86.12 85 85 85 85 85 84.13 84.18 2008 2009 2010 2011 2012 Angka Kesembuhan TBC Target MDGs Gambar 2. 15. Angka Kesembuhan TB di Kabupaten Bantul Tahun 2008 2012 k. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Pada tahun 2012, jumlah kasus DBD 277 kasus (IR 30,1), jumlah ini meningkat bila dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 247 kasus DBD (IR 0,27%). Laporan tatalaksana penanganan penderita DBD di Kabupaten Bantul bahwa 100% penderita sudah II -53

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah ditangani oleh pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Bantul. Pada tahun 2012 dilaporkan tidak ada kematian akibat DBD (0%). l. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin sudah mencakup seluruh (100%) masyarakat miskin yang terdaftar di Kabupaten Bantul sebagai peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat miskinkabupaten Bantul di Strata 1 pada tahun 2012 dilaporkan sebanyak 105,6%, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebanyak 101,4%. Untuk pelayanan kesehatan rawat jalan di Strata 2 dan Strata 3 sebesar 18,94% pada tahun 2012, angka ini di Untuk pelayanan rawat inap 0,5 % di Strata 1 dan 3,5 % di Strata 2 dan Strata 3. Anak usia 6-23 bulan dari keluarga miskin yaitu sebanyak 4.096 anak, 100% sudah mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). m. Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan Bayi minimal 4 kali di Kabupaten Bantul tahun 2012 dilaporkan sebesar 84%, angka ini menurun dibandingkan tahun 2011 yang dilaporkan sebesar 86,1%. Bayi yang lahir di Kabupaten Bantul tahun 2012 dilaporkan 100% ditimbang, hasilnya adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sejumlah 4 %. Bayi dengan BBLR tersebut semuanya sudah ditangani. Kunjungan Neonatus (KN) di Kabupaten Bantul pada tahun 2012 berdasarkan laporan adalah sebagai berikut, KN 1 sebesar 99,21 %, KN 3/KN lengkap sebesar 92,85%. Cakupan tersebut mengalami penurunan pada tahun 2011 yang berdasarkan laporan adalah sebagai berikut, KN 1 sebesar 99,3 %, KN 3/KN lengkap sebesar 93,4 %. Jumlah neonatal resiko tinggi pada tahun 2012 sebanyak 2.014 bayi dan yang ditangani sebesar 74,2 % (1.494 bayi). n. Cakupan Puskesmas Jangkauan atau akses pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas telah menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Bantul dan mencapai lebih dari 100%, hal ini menunjukkan di setiap kecamatan sudah memiliki puskesmas. Adapun cakupan puskesmas di Kabupaten Bantul pada tahun 2012 adalah 158,82%, dengan jumlah puskesmas 27 unit pada 17 kecamatan. o. Cakupan Pembantu Puskesmas Cakupan puskesmas pembantu di Kabupaten Bantul pada tahun 2011 adalah 90,67%. Angka ini menunjukaan sudah hampir seluruh kelurahan atau desa di Kabupaten Bantul memiliki puskesmas pembantu. Adapun cakupan puskesmas pembantu di Kabupaten Bantul adalah 89,3% dengan jumlah Pustu 67 unit pada 75 Desa / Kelurahan. II -54

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.3.1.3. Pekerjaan Umum Urusan Pekerjaan Umum dilaksanakan untuk menyediakan dan memenuhi pelayanan yang mendasar dan mutlak yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan pemerintahan seperti sumberdaya air, jalan, air minum, dan sanitasi lingkungan (air limbah, drainase, dan persampahan) yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. a. Proporsi panjang jaringan Jalan dalam Kondisi Baik Panjang jaringan jalan tahun 2012 beraspal dengan kondisi baik sepanjang 417.405 km.namun demikian masih terdapat ruas-ruas jalan kabupaten dengan kondisi sedang, rusak, ataupun rusak berat dimana proporsinya menurun dari tahun ke tahun. Panjang jaringan jalan berdasarkan kondisi di Kabupaten Bantul ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 2. 48. Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2008 s/d 2012 Kabupaten Bantul NO Kondisi Jalan Panjang Jalan (km) 2008 2009 2010 2011 2012 1 Kondisi Baik 328,61 365,56 386,25 407,25 417.405 2 Kondisi Sedang 316,87 295,07 285,58 285,58 244.02 3 Kondisi Rusak 209,65 195,20 180,90 159,9 171.9 4 Kondisi Rusak Berat 44,70 44,00 43,00 43,00 40.00 5 Jalan Kabupaten 899,83 899,83 895,73 895,725 873.325 6 Jalan Propinsi 146,00 146,00 136,05 136,05 122.975 7 Jalan Nasional 42,24 42,24 30,58 30,58 74.465 Jumlah Jalan secara keseluruhan 1088,07 1088,07 1062,36 1062,36 1070.77 Sumber : DPU, 2013 Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan, maka jalan dikelompokkan menurut fungsi, status, dan kelas. Berdasarkan statusnya, jalan yang ada di Kabupaten Bantul terdiri dari jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa. Total panjang jalan di Kabupaten Bantul pada Tahun 2012 lebih kurang 1070.77 km. Di Kabupaten Bantul terdapat 11 ruas jalan yang berstatus sebagai jalan provinsi. Kondisi jalan provinsi di Kabupaten Bantul hampir seluruhnya dalam kondisi mantap, sehingga sangat mendukung peningkatan perekonomian dan akses hubungan antar wilayah. Adapun jalan II -55

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah provinsi yang berada di wilayah Kabupaten Bantul antara lain Jalan Palbapang- Samas, Jalan Sedayu-Pandak, dan lainnya. b. Rasio Jaringan Irigasi Pemenuhan air irigasi pada lahan daerah irigasi meningkat pada tahun 2012 dengan target 80% (13.229,10 ha) dapat tercapai 84% (13.551,76 ha), melebihi 2% dari target. Data series pemenuhan air irigasi meningkat selama lima tahun terakhir. Tabel 2. 49. Target dan Capaian DI yang Terlayani Air Irigasi Tahun2008-2012 Tahun Luas lahan yang terairi irigasi Rencana (Ha) % Realisasi (Ha) % 2008 12.074,81 74 12.074,81 74 2009 12.237,98 75 12.401,16 76 2010 12.645,92 77,5 12.727,50 78 2011 12.890,67 78 13.380,19 82 2012 13.229,10 80 13.551,76 84 Sumber: Dinas SDA, 2013. Pada tahun 2012, kondisi jaringan irigasi primer dan sekunder yang berfungsi baik tercapai 85,5% (353.550,97 m) dari target 82,5% (341.145,68 m) atau melebihi dari target sebesar 3%. Pelaksanaan pola dan tata tanam berjalan dengan baik, dan tidak ada kekurangan air yang tidak terselesaikan. Secara series data kondisi saluran selalu meningkat. Tabel 2. 50. Target dan Capaian Saluran Irigasi dalam Kondisi Baik Tahun 2008-2012 Tahun Target dan Capaian Target*) (m) % Capaian (m) % 2008 304.382,65 74 304.382,65 74 2009 308.495,93 75 312.609,21 76 2010 329.062,33 80 339.345,53 82,5 2011 335.232,25 81,5 341.402,17 83 2012 341.145,68 82,5 353.550,97 85,5 Sumber: Dinas SDA, 2013 Catatan: Panjang total saluran primer-sekunder kewenangan pemerintah adalah 413.509,91 m. c. Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk Sarana tempat ibadah di Kabupaten Bantul meliputi: Masjid, Gereja, dan Pura. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk di Kabupaten Bantul Tahun 2011 dan 2012 disajikan dalam tabel berikut: II -56

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2. 51. Rasio Tempat Ibadah Tahun 2010-2012 Kabupaten Bantul Bangunan 2010 2011 2012 NO tempat Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Ibadah Rasio Rasio (unit) pemeluk (unit) pemeluk (unit) pemeluk Rasio 1 Masjid 1715 846850 1 :493 1,719 846,850 1:493 1,853 847595 1 ; 457 2 Gereja 44 37462 1 : 851 46 37,999 1:826 46 38,177 1 ; 830 3 Pura 2 667 1 : 333 2 677 1:339 2 695 1 ; 348 4 Vihara - - - - 370 - - 401-5 Lain-Lain - - - - - - - 32 - Sumber: Kementerian Agama Kab Bantul, 2013 Mayoritas penduduk Bantul beragama Islam, karena itu persebaran tempat ibadah Masjid di masing-masing kecamatan hampir merata. Tempat ibadah gereja juga tersebar di masing-masing kecamatan. d. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi yaitu fasilitas air bersih, air limbah domestik, drainase, dan persampahan. Untuk mengatasi permasalahan di sektor sanitasi, pemerintah Kabupaten Bantul pada tahun 2010 ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), melakukan penilaian risiko kesehatan lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/EHRA), menyusun Buku Putih Sanitasi, menyusun dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK)pada tahun 2011, dan menyusun Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) tahun 2012-2016. Tabel 2.52. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Tahun 2011-2012 Kabupaten Bantul NO URAIAN 2011 2012 1 Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi 109.224 143.687 2 Jumlah rumah tinggal 213,532 217.296 Persentase 51.15 66.13 Sumber: Dinkes 2012 e. Rasio Tempat Pemakaman Umum per Satuan Penduduk Seiring berkembangnya iklim investasi di Kabupaten Bantul khususnya di bidang perumahan, muncul permasalahan baru salah satunya penyediaan fasilitas permakaman bagi warga perumahan. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul membangun tempat pemakaman umum (TPU) di Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri yang dikelola oleh pemerintah daerah diperuntukkan bagi masyarakat umum diantaranya warga perumahan yang ada di Kabupaten Bantul. II -57

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah No Tabel 2. 53. Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul Kecamatan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jmh Luas (m²) Jmh Tempat Pemakaman Bukan Umum (TPBU) Luas (m²) Tempat Pemakaman Khusus (TPK) Jmh Luas (m²) Lain-lain Jmh Luas (m²) Jumlah Total Tempat Pemaka man Luas (m²) 1 Kec Sewon 189 255270 - - 1 210 - - 190 255480 2 Kec Pandak 144 170815 - - - - - - 144 170815 3 Kec Pundong 112 64665 7 700 1 100 - - 120 65465 4 Kec Bantul 180 184180 14 7325 - - 2 250 196 191755 5 Kec Sanden 81 28931 - - - - - - 81 28931 6 Kec Kretek 120 288000 - - 6 1500 - - 126 289500 7 Kec Sedayu 119 340650 7 4500 - - - - 126 345150 8 Kec Dlingo 27 143530 - - - - - - 27 143530 9 Kec Jetis 169 129812 1 1000 2 450 1 40 173 131302 10 Kec Pajangan 83 899460 - - - - 5 7650 88 907110 11 Kec Bambang 140 178500 - - 1 1500 - - 141 180000 lipuro 12 Kec Piyungan 60 980550 2 15000 - - - - 62 995550 13 Kec Srandakan 81 75200 - - 1 950 - - 82 76150 14 Kec Banguntapa 163 148037 6 1620 1 2500 - - 170 152157 n 15 Kec Imogiri 121 179450 6 54800 3 4700 - - 130 238950 16 Kec Kasihan 115 362460 13 17135 3 1200 - - 131 380795 17 Kec Pleret 53 141371 9 1917 3 835 - - 65 144123 Jumlah 1957 4570881 65 103997 22 13945 8 7940 2052 4696763 Sumber : Kecamatan 2012. f. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per Satuan Penduduk Jumlah TPS di Kabupaten Bantul pada tahun 2012 sebanyak 124 unit yang tersebar di 16 Kecamatan, sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 930.276 jiwa. Rasio jumlah TPS per satuan penduduk pada tahun 2012 adalah 1 : 7.502. Tabel 2. 54. Rasio TPS per Satuan Penduduk Tahun 2010-2012 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Jumlah TPS 111 116 124 Jumlah penduduk (jiwa) 911.503 921.263 930.276 Rasio 1 : 8.212 1 : 7.942 1 : 7.502 Sumber: DPU 2013 II -58

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah g. Rasio Rumah Layak Huni Pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bantul sebanyak 40.551 KK. Tingginya tingkat kemiskinan berkaitan erat dengan ketidakmampuan masyarakat untuk memiliki rumah layak huni. Disamping itu, banyak satu rumah ditempati oleh lebih dari satu kepala keluarga. Rasio rumah layak huni terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. 55. Rasio Rumah Layak Huni Tahun 2011-2012 Tahun 2011 Tahun 2012 Jumlah rumah layak huni (rumah) 192.300 199.335 Jumlah penduduk (jiwa) 921.263 930.276 Rasio 0,2087 0,2143 Sumber: Bappeda 2012 h. Rasio Permukiman Layak Huni Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kawasan perumahan dan permukiman sederhana sehat, Pemerintah Kabupaten Bantul telah menempuh berbagai upaya antara lain pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dan bantuan stimulan pembangunan sarana prasarana lingkungan seperti jalan lingkungan, drainase dan jembatan. Rusunawa telah dibangun di Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) di wilayah Kecamatan Sewon, Kecamatan Kasihan, dan Kecamatan Banguntapan. Pada tahun 2009 telah dibangun Rusunawa Panggungharjo sebanyak 2 Twin Blok (TB) atau 198 unit, pada tahun 2011 di Dusun Tambak, Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, sebanyak satu TB atau 98 unit, dan pada tahun 2012 di Dusun Pringgolayan, Desa Banguntapan, Kecamatan Banguntapan sebanyak dua TB atau 198 unit. i. Drainase dalam Kondisi baik / Pembuangan aliran air tidak tersumbat Drainase merupakan pembuangan air permukaan baik secara gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat dihindarkan. Kondisi sistem drainase di Kabupaten Bantul masih merupakan drainase gabungan dimana pembuangan air limbah dan air hujan serta air kotor disalurkan dalam satu saluran. Sebagian besar sistem drainase yang ada merupakan sistem drainase terbuka. II -59

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2. 56. Data Banjir Genangan Akibat Curah Hujan Tinggi tahun 2008-2012 No. Tahun Potensi Banjir Genangan akibat curah hujan tinggi (Ha) 1. 2008 3.093,33 2. 2009 2.685,42 3. 2010 1.071,66 4. 2011 1.026 5. 2012 907,40 Sumber: Dinas SDA 2012. j. Luas Irigasi Kabupaten dalam Kondisi Baik Berdasarkan data bulan Desember 2012 di Kabupaten Bantul terdapat 159 Daerah Irigasi (DI) dengan luas oncoran sebesar 16.133,05 hektar, terdiri dari irigasi teknis pada sembilan DI dengan luas oncoran 4.979,32 hektar, irigasi semi teknis pada 98 DI dengan luas oncoran 9.159,75 hektar, dan irigasi sederhana pada 52 DI dengan luas oncoran 1.993,98 hektar. 2.3.1.4. Perumahan a. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Penyediaan Pengelolaan Air Bersih dilaksanakan Dinas PU bekerjasama dengan PDAM Kabupaten Bantul. Dalam rangka penanganan di lokasi rawan kekeringan dan belum terjangkau jaringan PDAM, selama lima tahun terakhir telah dibangun Hidran Umum (HU), pembangunan Sistem Instalasi Perpipaan Air Sederhana (SIPAS). Selain itu, untuk mendukung kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun (Kasiba/Lisiba) Bantul Kota Mandiri dibangun sistem pengolahan air minum (SPAM) di IKK Pajangan.Proporsi jumlah penduduk yang mendapat air bersih disajikan pada tabel berikut: Tabel 2. 57. Persentase Penduduk Berakses Air Bersih dikabupaten Bantul NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air 667.209 686.449 bersih 690.947 725.615 2 Jumlah penduduk 899.312 911.503 921.263 930.276 Persentase penduduk berakses air bersih (%) 74,19 75,31 75 78 Sumber : DPU,2012 b. Rumah Tangga Pengguna Listrik Berdasarkan data berbasis dusun, semua dusun (933 dusun) telah terlayani listrik. Namun, belum seluruh rumah dalam satu dusun terjangkau oleh pelayanan listrik, hal ini disebabkan oleh letak geografis rumah tersebut jauh dari jaringan listrik. Disamping itu, perhitungan berdasarkan jumlah kepala keluarga II -60

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah (KK)belummencerminkan jangkauan pelayanan listrik, hal ini dikarenakan dalam satu rumah/pelanggan bisa dihuni oleh lebih dari satu KK. Tabel 2. 58. Jumlah KK Yang Belum Berlistrik Tahun 2012 NO. KECAMATAN JUMLAH KK YANG BELUM BERLISTRIK 1. Srandakan - 2. Sanden 86 3. Kretek 837 4. Pundong 1.240 5. Bambanglipuro 2.957 6. Pandak 130 7. Bantul - 8. Jetis 624 9. Imogiri 5.856 10. Dlingo 5.180 11. Pleret 449 12. Piyungan 35 13. Banguntapan 423 14. Sewon 273 15. Kasihan 2.957 16. Pajangan 116 17. Sedayu 14 Total 21.177 Sumber : Dinas SDA 2012 Tabel 2. 59. Banyaknya Pelanggan Listrik dan Daya Terpasang di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2012 NO URAIAN 2010 2011 2012 1 Banyaknya pelanggan 217.906 224.774 257.001 2 Daya terpasang (VA) 192.660.301 206.782.964 247.599.558 Sumber : PLN, 2013. c. Lingkungan Pemukiman Kumuh Kebutuhan rumah yang terus meningkat tiap tahun khususnya di wilayah perkotaan yang jumlah penduduknya relatif banyak dan padat, sempitnya lahan dan mahalnya harga tanah di di wilayah perkotaan mendorong munculnya permukiman kumuh. Permukiman kumuh di Kabupaten Bantul teridentifikasi berada di Kawasan kumuh tepi sungai yaitu di Desa Jagalan, Desa Potorono Kecamatan Banguntapan, dan Desa Pendowoharjo Kecamatan Sewon; Kawasan kumuh sekitar pusat kegiatan yaitu di Desa Bantul Kecamatan Bantul, Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan, dan Desa Singosaren Kecamatan Banguntapan; serta Kawasan kumuh pinggiran kota yaitu di Desa Ringinharjo dan Desa Trirenggo Kecamatan Bantul. II -61

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah d. Rumah Layak Huni Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia. Pemerintahberperan dalam menyediakan dan memberikankemudahan dan bantuan perumahan bagi masyarakat untuk dapat menempati rumah layak huni. Jumlah rumah tidak layak huni dengan kriteria rumah berlantai tanah, berdinding bambu atau beratap rumbia, pada tahun 2012 berjumlah 17.961 rumah turun dibanding pada tahun 2011 sebanyak 21.234 rumah. Penurunan ini diantaranya dikarenakan Pemerintah Kabupaten Bantul mendapatkan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sejak tahun 2008 dari Kementerian Perumahan Rakyat, stimulan bantuan material dan dana tukang dari APBD DIY, serta stimulan partisipasi masyarakat dari APBD kabupaten. Tabel 2. 60. Jumlah Rumah Layak Huni Tahun 2011-2012 Tahun 2011 Tahun 2012 Jumlah rumah layak huni (unit) 192.300 199.335 Jumlah rumah (unit) 213,532 217.296 Persentase 90.06 91.73 Sumber: Bappeda 2012 2.3.1.5. Penataan Ruang Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatanruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Permasalahan penataan ruang di Kabupaten Bantul saat ini adalah meningkatnya alih fungsi lahan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bantul merupakan bagian pengembangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) yang mendorong masuknya kegiatan investasi di berbagai sektor. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Produk perencanaan tata ruang yang telah dimiliki Kabupaten Bantul sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.53. Meskipun dokumen RDTR seluruh kecamatan telah disusun, namun sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 tahun 2011 tentang pedoman penyusunan RDTR dan peraturan zonasi, RDTR harus disertai dengan peraturan zonasi dan peta skala 1:5000, sedangkan RDTR yang telah disusun belum dilengkapi peraturan zonasi dan II -62

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah peta yang dibuat masih skala 1:25.000 sehingga perlu dilakukan review RDTR. Hal ini dikarenakan hampir seluruh dokumen RDTR disusun sebelum terbitnya PermenPU tersebut. Tabel 2. 61. Produk Perencanaan Tata Ruang NO PRODUK PERENCANAAN TATA RUANG 1. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 20011 Kabupaten Bantul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030 2. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2011 tentang Bangunan Gedung 3. Peraturan Daerah No. 33 Tahun 2008 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Sewon 4. Peraturan Bupati Bantul Nomor 34 Tahun 2011 tentang Izin Mendirikan Bangunan 5. Peraturan Bupati Bantul Nomor 35 Tahun 2011 tentang Garis Sempadan 6. Peraturan Bupati Bantul Nomor 36 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan di Kabupaten Bantul 7. Peraturan Bupati Bantul Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pengaturan Bangunan Bukan Gedung 8. Dokumen Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), 17 Kecamatan 9. Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Paseban Bantul 10. Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Strategis Gabusan-Manding-Tembi (GMT) 11. Dokumen Rencana Tindak Kawasan GMT 12. Studi Rencana Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) 13. DED Kawasan Paseban Bantul 14. DED Kawasan Pantai Kuwaru 15. DED Kawasan Kotagede Sumber : Bappeda Bantul, 2013 Dalam rangka menserasikan dan mensinergikan penataan ruang daerah serta menindaklanjuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah, maka Bupati Bantul melalui Surat Keputusan Bupati Bantul No. 106 A Tahun 2012 tentang Perubahan atas Surat Keputusan Bupati Bantul No. 101 E Tahun 2011 telah membentuk Badan Koordinasi (BKPRD), Sekretariat, dan Kelompok Kerja Penataan Ruang Daerah Kabupaten Bantul. BKPRD Kabupaten Bantul rutin melakukan koordinasi dalam rangka penanganan dan penyelesaian permasalahan pemanfaatan ruang. a. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas ber HPL/HGB Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. RTH terdiri dari RTH publik II -63

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah (taman kota, hutan kota, jalur hijau jalan, sempadan rel kereta api, Jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi, sempadan sungai, sempadan pantai, pengamanan sumber air baku/mata air, dan Pemakaman) dan RTH privat (pekarangan rumah tinggal; halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha; taman atap bangunan). Rasio RTH per satuan luas wilayah di wilayah Perkotaan (Kecamatan Kasihan, Banguntapan, Sewon, Bantul, Pajangan, Piyungan, dan Pleret) di Kabupaten Bantul tahun 2012 adalah 26,98%. b. Rasio Bangunan ber-imb per Satuan Bangunan Izin mendirikan bangunan gedung adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku.bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Di Kabupaten Bantul, jumlah bangunan ber-imb dari Tahun 2009 sampai Tahun 2011 berturut-turut adalah 50000, 26015, dan 16000. Jumlah IMB dari tahun 2009 sampai Tahun 2011 cenderung mengalami penurunan, hal ini terkait dengan telah selesainya proses rekonstruksi gempa. 2.3.1.6. Perencanaan Pembangunan a. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan PERDA RPJPD Kabupaten Bantul telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2010 (Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 14 Tahun 2005 tentang RPJPD Kabupaten Bantul Tahun 2006-2025). b. Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan PERDA/PERKADA Dokumen RPJMD telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 1 Tahun 2012 tentang RPJMD Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015 II -64

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah c. Tersedianya dokumen perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA Dokumen RKPD telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kabupaten Bantul Nomor 32 Tahun 2013 tentang RKPD Kabupaten Bantul Tahun 2014. d. Penjabaran Program RPJMD ke dalam RKPD Adalah rasio jumlah program RKPD tahun berkenan, dengan jumlah program RPJMD yang harus dilaksanakan tahun berkenaan. 2.3.1.7. Perhubungan a. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Angkutan umum yang ada di Kabupaten Bantul berupa armada bis Angkutan umum yang lain seperti kereta api, kapal laut, dan pesawat udara tidak terdapat di Kabupaten Bantul. Adapaun jumlah penumpang angkutan umum bis di Kabupaten Bantul dari Tahun 2008 2012 cenderung mengalami penurunan. Tabel 2. 62. Jumlah Penumpang Angkutan UmumKabupaten Bantul NO URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah penumpang Bus 3150908 3054892 2963296 1.531.094 1.068.480 2 Jumlah penumpang Kereta api - - - 3 Jumlah penumpang Kapal laut - - - 4 Jumlah penumpang Pesawat udara - - - Total Jumlah Penumpang 3150908 3054892 2963296 1.531.094 1.068.480 Sumber : Dinas Perhubungan, 2013 Penurunan penggunaan angkutan umum di masyarakat terjadi karena beberapa faktor, antara lain : 1. Pesatnya tingkat pertumbuhan kendaraan pribadi. 2. Pelayanan angkutan umum yang belum memenuhi standar pelayanan 3. Berkurangnya jumlah angkutan umum yang melayani dikarenakan keterbatasan biaya operasional kendaraan. 4. Rute/trayek angkutan umum yang belum dapat menjangkau wilayah sesuai kebutuhan masyarakat. II -65

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini antara lain : 1. Manajemen penataan dan pemerataan trayek angkutan umum pada pusat-pusat kegiatan yang belum tersentuh oleh angkutan umum. 2. Melaksanakan sosialisasi/penyuluhan kepada masyarakat agar senantiasa memilih menggunakan kendaraan umum daripada kendaraan pribadi 3. Melaksanakan sosialisasi/penyuluhan kepada penyelenggara angkutan umum baik pengusaha angkutan maupun awak angkutan umum agar senantiasa meningkatkan pelayanannya. Tabel 2.63. Jumlah Penumpang Angkutan Umum Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul No Kecamatan Jumlah Penumpang Jumlah Kereta Kapal Pesawat Bis Total Api Laut Udara 1 Bantul 9.000 - - - 9.000 2 Sewon 146.520 - - - 146.520 3 Kasihan - - - - - 4 Sedayu - - - - - 5 Pajangan 3.600 - - - 3.600 6 Srandakan 340.920 - - - 340.920 7 Pandak - - - - - 8 Sanden 68.400 - - - 68.400 9 Bambanglipuro - - - - - 10 Pundong - - - - - 11 Kretek 321.840 - - - 321.840 12 Imogiri 43.920 - - - 43.920 13 Jetis 89.280 - - - 89.280 14 Dlingo - - - - - 15 Pleret - - - - - 16 Banguntapan - - - - - 17 Piyungan 45.000 - - - 45.000 Jumlah 1.068.480 - - - 1.068.480 Sumber : Dishub, 2013 b. Rasio Ijin Trayek Izin Trayek adalah izin untuk mengangkut orang dengan mobil bus dan/ atau mobil penumpang umum pada jaringan trayek. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang. Terkait kewenangan pemberian ijin trayek sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, untuk kabupaten hanya berwenang memberikan ijin trayek untuk angkutan pedesaan. Adapun jumlah ijin II -66

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah trayek untuk angkutan pedesaan di Kabupaten Bantul yang telah dikeluarkan selama tahun 2008 s.d 2012 disajikan pada tabel berikut: Tabel 2. 64. Jumlah Ijin Trayek Tahun 2008 sd 2012 Kabupaten Bantul No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1 Izin Trayek perkotaan - - - - - 2 Izin Trayek perdesaan 6 6 6 6 6 3 Jumlah Izin Trayek 6 6 6 6 6 Sumber : Dinas Perhubungan, 2013 Tabel 2.65. Jumlah Ijin Trayek Menurut Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah Ijin Trayek Perkotaan Perdesaan Jumlah 1 Bantul - 1 1 2 Sewon - - - 3 Kasihan - 1 1 4 Sedayu - - - 5 Pajangan - 1 1 6 Srandakan - - - 7 Pandak - - - 8 Sanden - - - 9 Bambanglipuro - - - 10 Pundong - - - 11 Kretek - - - 12 Imogiri - 2 2 13 Jetis - - - 14 Dlingo - 1 1 15 Pleret - - - 16 Banguntapan - - - 17 Piyungan - - - Jumlah - 6 6 Sumber : Dinas Perhubungan, 2013 c. Jumlah uji KIR Angkutan Umum Uji KIR Angkutan umum merupakan pengujian setiap angkutan umum yang diimpor, baik yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Setiap kendaraan bermotor yang meliputi mobil penumpang umum,mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus,kereta gandengan dan kereta tempelan yang dioperasikan dijalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang ditetapkan melalui pengujian berkala yang dilakukan setiap enam bulan sekali. Pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor dilakukan oleh tenaga penguji pada Dinas Perhubungan yang memiliki II -67

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah kualifikasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Adapun jumlah uji kir yang telah dilaksanakan di Kabupaten Bantul dari tahun 2008 s.d 2012 tersaji dalam tabel di bawah ini : Tabel 2. 66. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Tahun 2008 s.d 2012 NO ANGKUTAN UMUM JUMLAH KIR 2008 2009 2010 2011 2012 1 Mobil Penumpang Umum 22 22 11 22 32 2 Mobil Bus 777 790 786 829 1314 3 Mobil barang : Pick Up 6489 6595 6773 7315 7866 4 Mobil barang : Truk 3609 3668 3649 3846 3939 5 Kereta gandengan 15 15 14 16 17 6 Mobil 8 ton 26 26 80 68 14 7 Taxi 197 200 200 199 200 8 Kendaraan khusus 28 28 17 13 17 Jumlah 11162 11344 11530 12308 13399 Sumber : Dinas Perhubungan, 2013 Tabel 2.67. Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Menurut Kecamatan Tahun 2012Kabupaten Bantul NO KECAMATAN MPU MOBIL BUS MOBIL BARANG JUMLAH 1 Bantul 4 28 5 37 2 Sewon 101 32 20 153 3 Kasihan 0 47 21 68 4 Sedayu 0 11 3 14 5 Pajangan 0 5 2 7 6 Srandakan 2 25 3 30 7 Pandak 0 24 8 32 8 Sanden 0 22 7 29 9 Bambanglipuro 0 1 0 1 10 Pundong 2 8 1 11 11 Kretek 0 8 1 9 12 Imogiri 1 45 5 51 13 Jetis 0 13 5 18 14 Dlingo 2 4 11 17 15 Pleret 0 3 3 6 16 Banguntapan 1 43 12 56 17 Piyungan 0 34 16 50 Jumlah 113 353 123 589 Sumber : Dinas Perhubungan, 2013 d. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus Pelabuhan laut diartikan sebagai sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Di Kabupaten Bantul pelabuhan laut dikembangkan dengan II -68

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah mengoptimalkan Kawasan Pandansimo di Desa Poncosari Kecamatan Srandakan sebagai pelabuhan perikanan dan pendukung wisata pantai. Pelabuhan udara/bandara bisa diartikan sebagai sebuah fasilitas untuk menerima pesawat dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya.terminal bus dapat diartikan sebagai prasarana transportasijalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Adapun jumlah terminal bus yang ada di Kabupaten Bantul ada 2 (dua) terminal yang masuk dalam kategori terminal tipe B yang berlokasi di Desa Palbapang, Kabupaten Bantul dan Desa Imogiri Kecamatan Imogiri. Di samping itu ada 3 (tiga) terminal pembantu yang ada di Kecamatan Piyungan, Sedayu dan Kretek. Tabel 2. 68. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus Kabupaten Bantul NO URAIAN 2008 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah pelabuhan laut - - - - - 2 Jumlah pelabuhan udara - - - - - 3 Jumlah terminal bus 3 4 4 4 4 Jumlah 3 4 4 4 4 Sumber : Dinas Perhubungan, 2013 Sistem transportasi darat (sebagaimana dimaksud dalam Perda Kabupaten Bantul Nomor 4 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Bantul Tahun 2010-2030Pasal 13 ayat 2) untuk pergerakan lokal maupun regional didukung oleh pengembangan fasilitas angkutan darat di Kabupaten yang meliputi: a. terminal penumpang tipe B di Desa Imogiri Kecamatan Imogiri dan di Desa Palbapang Kecamatan Bantul; b. terminal angkutan barang di Desa Argosari Kecamatan Sedayu; c. stasiun penumpang dan stasiun barang serta pergudangan di Stasiun Sedayu; dan d. terminal angkutan barang di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan. e. Angkutan Darat Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat yang dikehendaki atau mengirimkan barang dari tempat asalnya ke tempat tujuannya. Prosesnya dapat dilakukan dengan menggunakan sarana angkutan berupa kendaraan. Sementara Angkutan Umum Penumpang adalah angkutan penumpang yang menggunakan kendaraan umum yang II -69

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air, dan angkutan udara.angkutan Darat atauland transportation yaitu jenis kegiatan ekonomi berupa pemberian / bisnis jasa angkutan / transportasi barang atau orang di darat, seperti yang dilakukan oleh perusahaan bus, taksi maupun kereta api. Terkait dengan masalah angkutan darat, sampai dengan tahun ini kondisi angkutan darat umum di Kabupaten Bantul masih belum optimal. Jumlah angkutan umum dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan biaya operasional kendaraan yang dimiliki oleh perusahaan angkutan dan menurunnya jumlah pengguna angkutan umum. Berikut data jumlah angkutan umum yang beroperasi di Kabupaten Bantul dari tahun 2008 s.d 2012. Tabel 2.69. Jumlah angkutan umum yang beroperasi di Kabupaten Bantul Tahun 2008 s.d 2012 NO NAMA KELOMPOK 2008 2009 2010 2011 2012 1 PASA 7 7 7 5 5 2 PPAP 12 8 4 4 4 3 KOPATEK 29 29 29 28 28 4 RIAS 30 30 30 26 26 5 PPD 30 22 22 22 22 6 PPKS 12 12 12 10 10 7 MAHARDIKA 13 13 13 13 13 8 ABADI 105 105 105 105 105 9 KARYA TAMAN SARI 24 24 24 17 17 JUMLAH 262 250 246 230 230 Sejalan dengan hal tersebut penggunaan angkutan umum sebagai sarana transportasimassal yang dapat mengurangi beban lalu lintas masih sangat kurang,bahkan dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Saat ini dengan adanya kemudahan dalam memperoleh kendaraan pribadi (sepeda motor) masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding dengan angkutan umum. f. Kepemilikan KIR Angkutan Umum Untuk menjamin keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan pelayanan angkutan umum, setiap angkutan umum yang beroperasi diwajibkan untuk melakukan uji kendaraan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mengetahui kondisi kendaraan sehingga kendaraan tersebut memenuhi syarat teknis dan laik jalan. Berikut data kepemilikan kir angkutan umum di Kabupaten Bantul tahun 2008 s.d 2012. II -70

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2.70. Kepemilikan KIR Angkutan Umum di Kabupaten Bantul Tahun 2008 s.d 2012 NO NAMA KELOMPOK 2008 2009 2010 2011 2012 1 PASA 7 7 7 5 5 2 PPAP 12 8 4 4 4 3 KOPATEK 29 29 29 28 28 4 RIAS 30 30 30 26 26 5 PPD 30 22 22 22 22 6 PPKS 12 12 12 10 10 7 MAHARDIKA 13 13 13 13 13 8 ABADI 105 105 105 105 105 9 KARYA TAMAN SARI 24 24 24 17 17 JUMLAH 262 250 246 230 230 g. Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR) Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terkait pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul telah dilakukan survey IKM. Salah satu unsur yang dinilai dalam survey ini adalah unsur kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh penyelenggara pelayanan. Untuk pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul, waktu yang diperlukan untuk sekali uji dari proses pendaftaran sampai dengan pengambilan hasil uji diperlukan waktu sekitar 25 menit. h. Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum Untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terkait pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Bantul telah dilakukan survey IKM. Salah satu unsur yang dinilai dalam survey ini adalah unsur kepastian biaya pelayanan yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul nomor 9 tahun 2011 telah ditetapkan besarnya biaya pengujian kendaraan bermotor sebagai berikut : 1. mobil penumpang umum : Rp. 13.000,00 (tiga belas ribu rupiah) 2. mobil bus : a) jumlah berat diperbolehkan (JBB) kurang dari atau sama dengan 4.000 (empat ribu) kilogram : Rp. 17.000,00 (tujuh belas ribu rupiah) b) jumlah berat diperbolehkan (JBB) lebih dari 4.000 (empat ribu) II -71

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah kilogram : Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) 3. mobil barang : a) jumlah berat diperbolehkan (JBB) kurang dari atau sama dengan 4.000 (empat ribu) kilogram : Rp. 17.000,00 (tujuh belas ribu rupiah) b) jumlah berat diperbolehkan (JBB) lebih dari 4.000 (empat ribu) kilogram : Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) 4. kendaraan khusus : a) jumlah berat diperbolehkan (JBB) kurang dari atau sama dengan 4.000 (empat ribu) kilogram : Rp. 13.500,00 (tiga belas ribu lima ratus rupiah) b) jumlah berat diperbolehkan (JBB) lebih dari 4.000 (empat ribu) kilogram : Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) 5. kereta gandengan : Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) 6. kereta tempelan : Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) 7. a. biaya uji untuk kendaraan dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) lebih dari 8.000 (delapan ribu) Kilogram : Rp. 35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah) b. penggantian tanda uji, pengetokan nomor uji dan segel plat uji : Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah) c. buku uji berkala : Rp. 7.000,00 (tujuh ribu rupiah) d. sticker tanda samping : Rp. 12.500,00 (dua belas ribu lima ratusrupiah) e. mutasi uji/uji kendaraan baru : Rp. 7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah ). f. formulir permohonan uji : Rp. 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah). g. penggantian sebuah buku karena hilang atau rusak sebelum habis masa berlakunya : Rp. 7.000,00 (tujuh ribu rupiah) h. pengantian sebuah tanda uji karena hilang atau rusak sebelum habis masa berlakunya : Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah) i. sticker daerah : Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) II -72

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah i. Pemasangan Rambu Rambu Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dan Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2008, salah satu kewenangan Dinas Perhubungan adalah melaksanakan pengadaan dan pemasangan fasilitas keselamatan lalu lintas antara lain APILL, rambu lalu lintas, marka jalan, flashing lamp, guardraill dll. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan sejak berdirinya Dinas Perhubungan dan menjadi kegiatan rutin setiap tahun baik dengan APBD maupun APBN melalui DAK. Pada tahun 2012 persentase fasilitas keselamatan lalu lintas sebesar 20,5% dari tahun 2010 sebesar 10%.Berikut adalah data fasilitas terpasang di Kabupaten Bantul sampai dengan tahun 2012. Tabel 2.71. Fasilitas Perhubungan Terpasang di Kabupaten Bantul NO NAMA FASILITAS JUMLAH 1 Rambu Lalu Lintas 722 unit 2 Marka Jalan 18.098 meter 3 APILL 27 unit 4 Flashing Lamp 14 unit 5 Guadraill 250 meter 6 Halte 9 unit 7 LPJU 2.499 unit Sumber : Dishub, 2013 2.3.1.8. Lingkungan Hidup a. Persentase Penanganan Sampah Pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul dilaksanakan dengan prinsip mengurangi, memanfaatkan, dan mendaur ulang sampah. Pengembangan sistem persampahan terdiri atas pengelolaan cara setempat, pengelolaan cara komunal dan pengolahan sampah mandiri Pengelolaan sampah pada tempat penampungan sampah sementara ditetapkan tersebar di seluruh kecamatan sesuai dengan tingkat pelayanannya. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah yaitu di desa Sitimulyo kecamatan Piyungan seluas kurang lebih 12 hektar, yang dikelola dengan sanitary landfill untuk sampah residu akhir. Jumlah volume produksi sampah di Kabupaten Bantul pada Tahun 2012sebesar2.190,43 m 3 /hari dengan jumlah sampah yang ditangani sebesar 131,37 m 3 /hari (UPTD KP3 DPU, 2013). Jadi persentase penduduk yang terlayani pengelolaan sebesar6%, diantaranya karena kurangnya armada pengangkutan sampah. Hal ini menunjukkan bahwa masalah sampah di Kabupaten Bantul masih II -73

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah harus ditangani dengan lebih baik agar tidak menyebabkan penumpukan volume sampah dan pencemaran lingkungan Sebagian sampah yang tidak terlayani dilakukan pengelolaan oleh masyarakat, antara lain dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Penanganan pengelolaan air diupayakan dengan sistem pengelolaan air limbah domestik setempat dan terpusat.sistem pengolahan air limbah domestik setempat meliputi pembuangan air limbah domestik ke dalam tangki septik individual, tangki septik komunal atau Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Komunal.Sistem pengolahan air limbah domestik terpusat adalah pembuangan air limbah domestik ke dalam jaringan air limbah terpusat yang disediakan oleh Pemerintah di IPAL Sewon. Tabel 2. 72. Jumlah Volume Sampah dan Produksi Sampah Tahun 2011-2012 Kabupaten Bantul NO URAIAN 2011 2012 1 Jumlah sampah yang ditangani (m3/hari) 113,33 131,37 2 Jumlah volume produksi sampah (m3/hari) 2142,04 2.190,43 PERSENTASE 5,29 6,00 Sumber: DPU, 2013 Dengan semakin meningkatnya jumlah jejaring sampah dan bank sampah menjadi icon nasional dan program-program penanganan persampahan diharapkan pada tahun mendatang volume persampahan akan semakin tertangani dengan baik. b. Persentase Penduduk Berakses Air Minum Sumber air minum sebagian besar berasal dari air tanah, baik air tanah dangkal yang berupa sumur galimaupun sumur dalam. Sebagian besar penduduk menggunakan sumur gali, mencapai lebih dari 80% dan hanya sebagian kecil menggunakan air dari PDAM yang bersumber dari sumur dalam (lebih kurang 19,92%). Tabel 2. 73. Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapat Air Minum PDAM dikabupaten Bantul NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah penduduk yg mendapatkan akses air 143.678 181.754 184,568 185,270 minum (jiwa) 2 Jumlah penduduk (jiwa) 899.312 911.503 921.263 930.276 Persentase penduduk berakses air bersih (%) 15,97 19,94 20,03 19,92 Sumber: PDAM Bantul, 2012. II -74

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah c. Pencemaran Status Mutu Air Pada tahun 2012, berdasarkan hasil uji laboratorium ada beberapa parameter yang melebihi persyaratan. Parameter-parameter yang konsentrasinya melebihi baku mutu yaitu senyawa timbal dan Total koli. Parameter timbal melebihi baku mutu di tiga lokasi pantau dengan konsentrasi sebesar 0,1 mg/l, 0,18 mg/l dan 0,25 mg/l. Tingginya konsentrasi timbal diindikasikan adanya pencemaran yang berasal dari limbah domestik rumah tangga, industri kecil dan bengkel. Penyebab tingginya kadar timbal di air sumur warga adalah pembuangan baterai bekas dan air aki bekas ke sembarang tempat yang kemudian meresap ke tanah hingga sampai ke air sumur warga. Untuk parameter total koli, ketiga titik pantau juga melebihi baku mutu dengan konsentrasi sebesar 9,0 x 10 jml/100 ml, 1,5 jml/100 ml dan 7 x 10 jml/100 ml. Tingginya konsentrasi bakteri koli dipengaruhi oleh sanitasi yang kurang baik seperti terikutnya kotoran manusia maupun hewan dalam air tersebut. d. Cakupan Penghijauan Wilayah Rawan Longsor dan Sumber Mata Air Untuk tahun 2012berdasarkan data yang terhimpun, rehabilitasi lahan yang berupa penghijauan khususnya di kawasan hutan dilaksankan 17050 pohon.pada tahun 2009 telah dilaksanakan penghijauan dengan penanaman pohon sebanyak 8.545 batang, tahun 2010 sebanyak 2.770 batang di tiga lokasi. Dan pada tahun 2011 penghijauan di tiga kecamatan yaitu Imogiri, Pajangan dan Kretek seluas 100 Ha dengan jumlah pohon 3600 batang. Realisasi penghijauan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan. Kegiatan reboisasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul pada tahun 2011 dilaksanakan di 10 kecamatan melalui penanaman 78. 500 batang. Penghijauan ini dimaksudkan selain untuk menambah sumber oksigen juga untuk mencegah terjadinya bencana alam seperti longsor dan banjir. e. Cakupan Pengawasan terhadap Pelaksanaan AMDAL Selama tahun 2012 BLH bersama dinas/instansi terkait telah membahas dan merekomendasi dokumen lingkungan baik UKL/UPL maupun SPPL sebanyak 29 dokumen lingkungan yang berasal dari beberapa macam jenis usaha/kegiatan. Dokumen tersebut meliputi industri konveksi sebanyak 3 kegiatan, penambangan batuan/tanah urug 2 kegiatan, pengeboran sumur dalam 1 kegiatan, perumahan 7 kegiatan, terminal BBM 1 kegiatan, kesehatan sebanyak 2 kegiatan, pembangunan pabrik makanan 1 kegiatan, pembuatan mesin industri dan jasa perawatan 1 kegiatan, pembangunan pasar ikan 1 kegiatan, pembangunan sarana olahraga dan rekreasi 1 kegiatan, industri furniture/meubel 4 kegiatan dan pembangunan kantor II -75

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah pelayanan, jasa pelintingan rokok, asphalt mixing plant and batching plant, industri pupuk cair organik dan penyamakan kulit masing-masing 1 kegiatan. Untuk meningkatkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan bagi usaha/kegiatan yang telah memiliki dokumen lingkungan dan melaporkan secara rutin kepada instansi pengawas (BLH kab. Bantul), maka dari berbagai dokumen lingkungan tersebut dilakukan pengawasan baik secara adminitrasi maupun tinjauan lapangan. f. Penegakan Hukum Lingkungan Meningkatnya aktivitas pembangunan yang diiringi dengan peningkatan aktivitas manusia menyebabkan berbagai dampak baik positif maupun negatif. Salah satu dampak negatif yang timbul adalah masalah pencemaran maupun kerusakan lingkungan yang terjadi di beberapa wilayah kecamatan. Selama tahun 2012, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul menerima 11 jenis pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan perusakan lingkungan yang meliputi : 1. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha peternakan unggas sebanyak 7 kasus di Kec. Jetis, Kec. Pajangan, Kec. Piyungan dan Kec. Bantul. 2. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha kelompok ternak 1 kasus di Kec. Jetis. 3. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha ternak babi 3 kasus di Kec. Bambanglipuro dan Kec. Kasihan. 4. Dugaan pencemaran akibat usaha penambangan 1 kasus di Kec. Pleret 5. Dugaan pencemaran akibat usaha tambak udang PT. Indokor. 6. Dugaan pencemaran air yang menyebabkan kematian ikan di Potorono, Kec. Banguntapan. 7. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usahapupuk cair PT. Surya Pratama di Kec. Sewon. 8. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha industri garment PT. Amaya di Kec. Pajangan. 9. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha industri sablon di Kec. Banguntapan. 10. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha PT. PLN di Kec. Sedayu. 11. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha meubelair Alas Jogja di Kec. Sewon. 12. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha meubelair Livea. 13. Dugaan pencemaran akibat kegiatan/usaha SPBU milik Zein Kadir di Kec. Banguntapan. II -76

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Adapun status pengaduan dari kasus lingkungan tersebut secara keseluruhan telah selesai, masing-masing pihak tidak akan mempermasalahkan kembali kasus-kasus tersebut. 2.3.1.9. Pertanahan a. Persentase luas lahan bersertifikat Urusan wajib pertanahan masih menjadi kewenangan pemerintah pusat dan sampai saat ini belum diserahkan untuk menjadi kewenangan daerah, sehingga program dan kegiatan anggaran masih bersumber dari APBN dan dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul Sedangkan fungsi kabupaten dalam urusan pertanahan bersifat koordinasi. Tabel 2. 74. Luas Lahan Bersertifikat Tahun Tahun 2010 2012 Kabupaten Bantul No Uraian 2010 2011 2012 1 Luas wilayah daratan 506,85 506,85 506,85 2 Luas tanah bersertifikat HGB 41,26 0,984 3 Luas tanah bersertifikat HM 17965,04 17830,1 4 Total luas tanah bersertifikat 18006,3 189357 5 Persentase HGB dibanding luas daratan 8% 2% 6 Persentase HM dibanding luas daratan 35,44% 35% 7 Persentase total luas lahan bersertifikat 35,53% 37,40% Sumber: Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, 2013 b. Penyelesaian Kasus Tanah Negara Dalam sejarahnya regulasi kebijakan pertanahan di wilayah Daerah istimewa Yogyakarta berbeda dengan daerah lainnya. Sejarah pertanahan dimulai dari zaman kerajaan Mataram hingga kemerdekaan Republik Indonesia. Ketika Negara Republik Indonesia merdeka Kasultanan Jogjakarta sudah terbentuk sebelumnya dan masih berdaulat tetapi pada saat itu kasultanan Jogjakarta menyatakan menjadi bagian dari Republik Indonesia. Dalam sejarahnya tanah di wilayah kasultanan Jogjakarta yang sekarang menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta dikembalikan lagi ke Kasultanan Yogyakarta untuk menjadi Haknya dalam pengelolaannya. Berdasarkan UU 3 Tahun 1950 Pasal 5 ayat (1) Segala milik baik berupa barang tetap maupun berupa tidak tetap dan perusahaan - perusahaan DIY sebelum dibentuknya menurut UU ini menjadi milik DIY, yang selanjutnya dapat menyerahkan sesuatunya kepada daerah-daerah di bawahnya. II -77

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Dan Perda 5 Tahun 1954. penjelasan umum angka 4. Dasar hukum kekuasaan mengatur Hak Atas Tanah (HAT) oleh pemerintah Kasultanan dan Kadipaten didalam daerahnya masing masing (Domeinverklaaring) yang termuat dalam Rijksblad 1918, 1925,1930 no.16/18, 23/25, 16/09 Setelah Daerah Istimewa Yogyakarta terbentuk menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 tahun 1950, yang telah ditambah dan diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 1950, maka Kekuasaan(bevoegdheid) mengatur hak atas tanah tersebut di atas berdasar Undang- Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 1950 pasal 4 ayat (4) beralih dari Pemerintah Kasultanan dan Pakualaman kepada Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai hak asal usul. Sultan Ground dan Paku Alam Grounddalam prakteknya pihak Kraton (Kasultanan dan Kadipaten) tetap melestarikan kewenangan mereka terhadap tanah-tanah tersebut dan eksistensinya diakui baik oleh warga masyarakat maupun pemerintah. Hak Anganggo yang dahulu diberikan oleh pihak Kraton (Kasultanan dan Kadipaten) kepada perorangan menjadi Hak Milik Perorangan. Sedangkan Hak Anggaduh yang dahulu diberikan oleh pihak Kraton (Kasultanan dan Kadipaten) kepada Desa menjadi Tanah Desa. Jadi dapat dijelaskan bahwa di wilayah DIY tidak terdapat tanah Negara, yang ada adalah tanah Kas Desa selebihnya adalah SG dan PAG. c. Penyelesaian Izin Lokasi Perizinan terkait pemanfaatan ruang berdasarkan Perda No. 4 tahun 2011 tentang RTRW kabupaten Bantul yaitu persetujuan prinsip, kesesuaian aspek tata ruang, izin perubahan penggunaan tanah (IPPT), perizinan klarifikasi/perizinan lokasi, perizinan mendirikan bangunan, perizinan gangguan, danperizinan teknis operasional. Perizinan lokasidiperuntukan untuk izin pemanfaatan ruang dengan luasan lahan diatas satu hektar. Tabel 2. 75. Persentase Jumlah Izin lokasi tahun 2010-2012 di Kabupaten Bantul TAHUN JUMLAH PERMOHONAN IZIN JUMLAH IZIN PERSENTASE LOKASI LOKASI (%) 2010 1 1 100 2011 7 6 85,71% 2012 13 1* 7,69%* Sumber : Dinas Perijinan 2012. *)persentase kecil dikarenakan sebagian masih dalam proses II -78

Jumlah penduduk Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.3.1.10. Kependudukan dan Catatan Sipil a. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantul pada tahun 2012 ini mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,98% ( 921263 jiwa menjadi 930276 jiwa) sedangkan pada tahun 2011 pertumbuhan penduduk sebesar 1,07% (911.503 jiwa menjadi 921.263 jiwa). Angka laju pertumbuhan penduduk menurun dari tahun ke tahunsehingga kondisi ini menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian pertumbuhan penduduk. 940000 930000 920000 910000 900000 890000 880000 870000 860000 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Penduduk 886061 899312 911503 921263 930276 Sumber: BPS 2013 (Estimasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil SP2010) Gambar 2. 16. Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bantul Tahun 2008-2012 b. Pengelompokan penduduk Pengelompokan penduduk dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain berdasarkan persebaran penduduk/geografis, berdasarkan kelompok umur dan berdasarkan jenis kelamin. kepadatan penduduk agraris, kepadatan penduduk daerah terbangun, kepadatan penduduk kelompok umur, dan sebagainya. Persebaran penduduk menurut umur sangat diperlukan untuk mengambil kebijakan yang berkaitan dengan banyak sektor seperti tenaga kerja, pendidikan, dan lain-lain. Dengan mengetahui sebaran penduduk kelompok umur dominan di suatu wilayah maka dapat dilakukan kebijakan yang lebih tepat dan efisien untuk pengembangan wilayah tersebut. II -79

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2. 76. Estimasi Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2012 per Kelompok Umur No Estimasi 2012 (Jiwa) KELOMPOK UMUR Laki+ Laki-laki Perempuan % Peremp 1 0-4 38089 35835 73924 7.946 2 5-9 35685 33477 69162 7.435 3 10-14 34550 33258 67808 7.289 4 15-19 37221 35942 73163 7.865 5 20-24 37024 35346 72370 7.779 6 25-29 39463 38182 77645 8.346 7 30-34 37918 36997 74915 8.053 8 35-39 35323 35381 70704 7.600 9 40-44 36928 38193 75121 8.075 10 45-49 33338 34790 68128 7.323 11 50-54 29062 28446 57508 6.182 12 55-59 20368 18560 38928 4.185 13 60-64 12649 15086 27735 2.981 14 65-69 12370 14333 26703 2.870 15 70-74 10139 13050 23189 2.493 16 75 + 13922 19351 33273 3.577 Jumlah 464049 466227 930276 100 Sumber: BPS, 2013 (Estimasi penduduk dengan laju pertumbuhan SP2000-SP2010, angka sementara) Kepadatan penduduk kelompok umur adalah jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur pada suatu daerah setiap kilometer persegi. Kepadatan penduduk kelompok umur menunjukkan proporsi umur. Berdasarkan kelompok umur terbesar yaitu pada umur 25-29 tahun (8,346%), 40-44 tahun (8,075%) dan 30-34 tahun (8,053%). Berdasarkan data tersebut dalam perencanaan pembangunan khususnya di bidang kesehatan pada kelompok umur 40-44 tahun ke atas harus mendapatkan prioritas dan perhatian lebih sedangkan pada usia 25-34 tahun yang proporsinya paling besar danmerupakan kelompok umur produktif maka kebijakan ekonomi menjadi lebih dominan. Disamping itu, guna melakukan kebijakan yang berprespektif gender maka sangat diperlukan pengetahuan mengenai persebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin. Kebijakan pada persebaran penduduk yang seimbang antara laki-laki dan perempuan sudah seharusnya berbeda dengan persebaran yang didominasi salah satunya. Dengan demikian kebijakan yang diambil lebih efektif. Pengelompokan penduduk berdasarkan persebaran pendudu/geografis menunjukkan penyebaran penduduk dan tingkat kepadatan penduduk di suatu daerahsetiap kilometer persegi. Penyebaran penduduk di Kabupaten Bantul tidak merata, daerah yang mempunyai kepadatan penduduk geografis tinggi terletak di II -80

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah wilayah Kabupaten Bantul yang berbatasan dengan kota Yogyakarta yang meliputi kecamatan Banguntapan (4.383 jiwa/km 2 ), Sewon (3.937 jiwa/km 2 ), dan Kasihan (3.533 jiwa/km 2 ), sedangkan kepadatan penduduk geografis terendah terletak di Kecamatan Dlingo (641 jiwa/km 2 ).. Kepadatan penduduk geografis Kabupaten Bantul Tahun 2012 mencapai 1,835 jiwa per km 2. Tabel 2. 77. Kepadatan Penduduk Geografis per Kecamatan Tahun 2012 NO. Kecamatan Kepadatan Penduduk Luas (Km2) Jml Penduduk Kepadatan/Km2 (1) (2) (3) (4) (5) 1 Srandakan 18.32 28,755 1,570 2 Sanden 23.16 29,814 1,287 3 Kretek 26.77 29,470 1,101 4 Pundong 23.68 31,881 1,346 5 Bambanglipuro 22.7 37,617 1,657 6 Pandak 24.3 48,104 1,980 7 Bantul 21.95 60,192 2,742 8 Jetis 24.47 52,667 2,152 9 Imogiri 54.49 56,823 1,043 10 Dlingo 55.87 35,817 641 11 Pleret 22.97 44,155 1,922 12 Piyungan 32.54 50,137 1,541 13 Banguntapan 28.48 124,838 4,383 14 Sewon 27.16 106,929 3,937 15 Kasihan 32.38 114,412 3,533 16 Pajangan 33.25 33,549 1,009 17 Sedayu 34.36 45,116 1,313 Jumlah 506.85 930,276 1,835 Sumber : BPS, 2013 2.3.1.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak a. Persentasi Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintah terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan. II -81

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2. 78. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2009 2011 Kabupaten Bantul NO URAIAN 2009 2010 2011 1 Jumlah perempuan yang menempati jabatan eselon II 2 2 2 2 Jumlah perempuan yang menempati jabatan eselon III 36 43 42 3 Jumlah perempuan yang menempati jabatan eselon IV 161 189 212 4 Pekerja perempuan di pemerintah 6161 6330 6196 5 Jumlah pekerja perempuan 6360 6564 6452 6 Persentase pekerja perempuan di lembaga pemerintah 50 52 52,60 Sumber:Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Bantul, 2012 Tabel 2.79. Data Pilah PNS Kabupaten Bantul Tahun 2009 2012 NO TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL 1 2009 6284 6360 12.644 2 2010 6.133 6.562 12695 3 2011 5.864 6.486 12.350 4 2012 5.529 6.272 11.801 b. Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kasus KDRT di Kabupaten Bantul belum dapat dipantau secara keseluruhan dikarenakan belum semua korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) mau melaporkan kasusnya ke pihak yang berwenang. Diharapkan dengan adanya pemberian pelayanan dan perlindungan terhadap perempuan dan anak yang bersedia melaporkan kasus dan mengalami tindak kekerasan/kdrt akan menjadi solusi yang tepat. Tabel 2. 80. Rasio KDRT Tahun 2010 2012 Kabupaten Bantul NO URAIAN 2010 2011 2012 1 Jumlah KDRT 47 59 120 2 Jumlah Rumah Tangga 256.463 258.294 273.563 Rasio KDRT 0,0183 0,0228 0,0439 Sumber: BKKPP & KB kabupaten Bantul,2013. Pemahaman dan pengetahuanmasyarakat tentang kesetaraan gender masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Kesetaraan Gender (IKG) dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang masih relatif cukup rendah. Solusi yang dilakukan diantaranya yaitu dengan memfasilitasi terbentuknya Pokja PUG di Kabupaten Bantul serta melaksanakan sosialisasi dan diklat tentang PUG bagi stakeholder. II -82

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah TAHUN Tabel 2. 81. Perkembangan Indeks Pemberdayaan GenderKabupaten Bantul PEREMPUAN DI PARLEMEN (%) PEREMPUAN PEKERJA PROFESIONAL (%) PEREMPUAN DALAM ANGKATAN KERJA (%) PEREMPUAN UPAH PEKERJA NON PERTANIAN 2010 15,6 6,46 43,08 800,0 63,83 2011 15,6 7,62 34,82 800,0 64,00 Sumber: BKKPP & KB kabupaten Bantul, 2012 IDG Realisasi nilai capaian indeks pembangunan gender tahun 2012 sebesar 71,33%, jika dibanding dengan tahun 2011 dengan realisasi Indeks pembangunan gender mencapai sebesar 64,00% berarti terjadi peningkatan sebesar 7,33%. Hal ini disebabkan berkurangnya kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan jumlah pekerja perempuan yang bekerja di lembaga sosial, pemerintah dan swasta pada tahun 2012 sebanyak 260.033 orang. jika dibanding dengan jumlah seluruh angkatan kerja pada tahun 2012 sebanyak 541.869 orang, mengalami peningkatan sebesar 48%. c. Persentase Jumlah Tenaga Kerja di bawah Umur Pekerja anak adalah anak yang melakukan semua jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan dan menghambat proses belajar serta tumbuh kembang. Data pekerja anak di Kabupaten Bantul menurut kementrian tenaga kerja RI tahun 2011 sebanyak 417 anak. Sehingga rasio pekerja anak di Kabupaten Bantul sebesar 0,109. Tabel berikut menunjukkan jumlah pekerja anak di Kabupaten Bantul tahun 2011. Tabel 2. 82. Jumlah dan Rasio Pekerja Anak di Kabupaten Bantul Menurut Kabupaten2011 JUMLAH PEKERJA JUMLAH PEKERJA DI ATAS 15 NO KABUPATEN RASIO ANAK TAHUN 1 Kab. Bantul 417 472.076 0,09 Sumber : Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pusdatinaker, diolah Beberapa penyebab terjadinya pekerja anak antara lain kemiskinan, tidak sekolah (kesulitan dalam akses dan sumberdaya), perekonomian sektor informal, dan pekerja anak relatif lebih murah dibanding orang dewasa II -83

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah d. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Menggambarkan jumlah penduduk perempuan yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi terhadap total penduduk perempuan usia kerja. PAK perempuan dihitung dengan membandingkan antara jumlah angkatan kerja perempuan dengan penduduk perempuan usia kerja. Semakin besar PAK perempuan, maka semakin banyak penduduk perempuan yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi. Tabel 2.83. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Kabupaten Bantul Uraian Tahun 2011 Tahun 2012 Angkatan kerja 243.766 253.761 perempuan Perempuan usia kerja 364.460 372.053 Persentase 66,88% 68,20% Sumber: BKKPP & KB kabupaten Bantul, 2012 2.3.1.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera a. Rata Rata Jumlah Anak per Keluarga Salah satu indikasi keberhasilan Program Keluarga Berencana adalah rata-rata jumlah jiwa dalam setiap keluarga. Semakin sedikit jumlah jiwa dalam keluarga dapatdiindikasikan keluarga yang bersangkutan mempunyai kepedulian yang tinggi dalam perencanaan keluarga serta penghormatan yang tinggi pada kesehatan reproduksi wanita. Hal ini karena terlalu sering melahirkan menjadi salah satu faktor pemicu dan penyebab seorang ibu lebih mudah terkena kanker leher rahim serta mengalami kematian saat melahirkan. Maka sesungguhnya Program Keluarga Berencana tidak sekedar sebagai upaya pengendalian jumlah penduduk namun juga harus dimaknai sebagai sebuah upaya perlindungan kesehatan reproduksi wanita dan menekan angka kematian ibu saat melahirkan. Berikut adalah data rata-rata jumlah jiwa dalam setiap keluarga per kecamatan pada tahun 2012 : Tabel 2.84. Rata-rata jumlah jiwa dalam setiap keluarga per kecamatan NO KECAMATAN JML KK JML JIWA RATA-RATA JML JIWA PER KK 1 KRETEK 9.659 29.212 3,02 2 SANDEN 10.054 30.972 3,08 3 SRANDAKAN 9.150 30.009 3,28 4 PANDAK 15.621 50.386 3,23 5 B. LIPURO 12.381 39.573 3,20 II -84

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah NO KECAMATAN JML KK JML JIWA RATA-RATA JML JIWA PER KK 6 PUNDONG 10.367 34.079 3,29 7 IMOGIRI 20.571 67.624 3,29 8 DLINGO 12.062 37.296 3,09 9 JETIS 17.552 56.042 3,19 10 BANTUL 17.958 56.912 3,17 11 PAJANGAN 9.741 32.322 3,32 12 SEDAYU 16.152 50.917 3,15 13 KASIHAN 30.403 98.365 3,24 14 SEWON 26.375 88.983 3,37 15 PIYUNGAN 14.521 46.948 3,23 16 PLERET 12.993 41.986 3,23 17 B.TAPAN 28.003 98.021 3,50 KABUPATEN 273.563 889.647 3,25 Sumber: BKKPP KB, 2013 b. Rasio akseptor KB Program Keluarga Berencanayang telah berhasil dilaksanakan meliputi penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin, pelayanan KIE, peningkatan perlindungan hak reproduksi individu, promosi pelayanan KHIBA, pembinaan Keluarga Berencana, pengadaan sarana mobilitas tim KB keliling, pendampingan kegiatan Harganas dan mengikuti Jambore PKB/PLKB tingkat nasional. Tujuan program Keluarga berencana adalah mengendalikan jumlah kelahiran sehingga laju pertumbuhan penduduk dapat terkendali dengan tujuan kesejahteraan keluarga dapat ditingkatkan Gambaran jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), peserta KB Aktif (PA) dan perbandingan PA/PUS dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. 85. Rasio Akseptor KB Tahun 2009 2012 Kabupaten Bantul NO URAIAN 2009 2010 2011 2012 1 Jumlah akseptor KB (PA) 116781 120583 120697 122697 2 Jumlah pasangan usia subur (PUS) 149766 151654 151998 152277 Persentase akseptor KB (PA/PUS) 78,00 79,50 79,40 80,57 Sumber: BKK PP dan KB, 2013 II -85

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah NO Tabel 2. 86. Rasio Akseptor KB Menurut Kecamatan Tahun 2012 Kabupaten Bantul KECAMATAN JUMLAH PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TAHUN 2012 JUMLAH AKSEPTOR KB (PA) RASIO AKSEPTOR KB (PA/PUS) 1 KRETEK 5.040 4.180 82,94 2 SANDEN 5.235 4.111 78,53 3 SRANDAKAN 4.647 3.842 82,68 4 PANDAK 8.368 6.912 82,60 5 B. LIPURO 6.235 4.897 78,54 6 PUNDONG 5.738 4.698 81,88 7 IMOGIRI 10.489 8.290 79,04 8 DLINGO 7.735 6.436 83,21 9 JETIS 9.381 7.512 80,08 10 BANTUL 10.179 8.412 82,64 11 PAJANGAN 5.905 4.744 80,34 12 SEDAYU 7.742 6.348 81,99 13 KASIHAN 16.279 12.687 77,93 14 SEWON 15.475 12.152 78,53 15 PIYUNGAN 8.649 7.016 81,12 16 PLERET 7.986 6.426 80,47 17 B. TAPAN 17.194 14.034 81,62 JUMLAH 152.277 122.697 80,57 Sumber: BKK PP & KB Kabupaten Bantul,2013 c. Cakupan Peserta KB Aktif Perkembangan KB aktif di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi yang cukup bagus. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2.87. Realisasi Pencapaian Sasaran SPM Cakupan Sasaran PUS Peserta KB Aktif NO INDIKATOR SPM 2010 2011 2012 1 Cakupan sasaran PUS menjadi Peserta KB aktif 77,6% 79.41 80.26 2 Target SPM nasional 65% 65% 65% Sumber: BKK PP dan KB, 2013 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa cakupan sasaran PUS menjadi peserta KB aktif sejak tahun 2010 sudah melampaui target SPM yang dicanangkan oleh pemerintah pusat II -86

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah d. Keluarga Pra Sejahtera dan keluarga sejahtera 1 Keberhasilan gerakan Keluarga Berencana (KB) kemudian berkembang menjadi program Keluarga Sejahtera. Keluarga di kategorisasikan kedalam 5 tahapan keluarga, yaitu keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III Plus. Tabel 2. 88. Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Bantul 2010 2012 NO. TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA JUMLAH KK TAHUN 2010 2011 2012 PERSENTASE JUMLAH KK PERSENTASE JUMLAH KK PERSENTASE 1. Pra S 38.247 14.91% 56.194 21.76% 56.281 20.57% 2. KS I 50.086 19.53% 50.275 19.46% 50.510 18.46% 3. KS II 65.113 25.39% 45.417 17.58% 45.847 16.76% 4. KS III 87.352 34.06% 91.249 35.33% 105.739 38.65% 5. KS III Plus 15.665 6.11% 15.159 5.87% 15.186 5.55% Jumlah KK 256.463 34.70% 258.294 32.77% 273.563 34.70% Sumber : BKK PP KB Tabel Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Bantul Tahun 2010 2012 menunjukkan bahwa data pra sejahtera di tahun 2010 dibandingkan di tahun 2011 dan 2012 jumlahnya mengalami peningkatan,sedangkan Keluarga Sejahtera II Plus dari tahun 2010 sampai 2012 secara persentase, mengalami penurunan. Salah satu penyebab dari penurunan ini adalah perluasan kawasan pemukiman : - indikator atau luas lantai rumah yaitu paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah. - Pemekaran Kawasan perkotaan sebagai dampak tumbuh perguruan tinggi di kawasan lahan subur itu tidak ditangkap sebagai peluang tapi membuat penduduk asli semakain terpinggirkan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut yg menikmati adalah para investor luar daerah. 2.3.1.13. Sosial a. Sarana Sosial (Panti asuhan, Panti Jompo dan Panti Rehabilitasi) Kabupaten Bantul memiliki beberapa sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi. Dari tabel di bawah ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah panti di Kabupaten Bantul. Pada tahun 2010 terjadi penambahan jumlah panti asuhan sebanyak 3 panti dan pada tahun 2011 bertambah 3 panti. Jumlah ini tetap sampai pada tahun 2012. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana sosial yang ada di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada tabel berikut: II -87

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Tabel 2.89. Sarana Sosial Panti Asuhan dan Panti Jompo Kabupaten Bantul Tahun 2009 2011 Tahun Panti Asuhan Panti Wredha Lembaga Anak Asuh Lembaga Anak Asuh 2009 12 393 1 60 2010 13 515 1 50 2011 16 592 1 50 Sumber : Dinsos, 2013 b. PMKS yang memperoleh bantuan sosial Sasaran pelayanan urusan sosial adalah para PMKS yang merupakan seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, atau keterasingan dan kondisi atau perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan. Tabel 2.90. Jenis PMKS di Kabupaten Bantul Tahun 2012 NO. JENIS PMKS JUMLAH 1 Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum 120 2 Anak Yang Memerlukan Perlindungan Khusus 63 3 Kelompok Minoritas 0 4 Korban Trafficking 0 5 Fakir Miskin 112.300 6 Anak Dengan Kedisabilitasan 940 7 Anak Yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan 63 8 Pemulung 19 JUMLAH 138.565 Sumber : Dinsos, 2013 c. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial Beberapa permasalahan PMKS yang menjadi perhatian antara lain masih tingginya jumlah anak jalanan dan tingginya kasus penyalahgunaan NAPZA di DIY. Keberadaan anak jalanan sedikit banyak akan berkontribusi negatif terhadap citra DIY sebagai daerah tujuan wisata. Terkait hal itu, Pemerintah Daerah DIY telah menyusun Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang Perlindungan Anak yang Hidup di Jalan. Di dalam Pasal 3 disebutkan bahwa perlindungan anak yang hidup di jalan bertujuan untuk (1) mengentaskan anak dari kehidupan di jalan, (2) menjamin pemenuhan hak-hak anak II -88

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, dan (3) memberikan perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan, demi terwujudnya anak yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. 2.3.1.14. Ketenagakerjaan a. Angka dan Tingkat Partisipasi angkatan Kerja Secara struktural, angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja, sehingga jumlah angkatan kerja sangat tergantung pada jumlah penduduk usia kerja yang masuk ke dalam angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja setiap tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk usia kerja. Pada tahun 2011 angkatan kerja di Bantul sebanyak 505.786 orang menjadi 530.068 orang pada tahun 2012 atau naik sekitar 4,8%. Untuk mengatasi permasalahan angkatan kerja ini diantaranya melalui program untuk persediaan tenaga kerja (menambah jenis pelatihan sesuai kondisi pasar, meningkatkan bantuan pendidikan bagi tenaga kerja, meningkatkan program keluarga berencana untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja), program untuk kebutuhan tenaga kerja (meningkatkan kapasitas dan peralatan serta kemampuan pengajar di sekolah sekolah kejuruan, melaksanakan pelatihan wirausaha bantuan permodalan dan fasilitas, memberikan insentif dan kemudahan dalam bidang investasi) dan program untuk pengangguran (pembangunan informasi pasar kerja yang mudah diakses, peningkatan penempatan tenaga kerja luar negeri melalui pemasaran, pelatihan, bantuan permodalan). Jumlah penduduk angkatan kerja Kabupaten Bantul Tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut : II -89

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah JUMLAH PENDUDUK 947,878 L : 465,739 P : 482,139 BUKAN PENDUDUK USIA KERJA PENDUDUK USIA KERJA ANAK < 15 TAHUN 63,556 734,630 149,692 L : 29,117 L : 362,577 L : 74,045 P : 34,439 P : 372,053 P : 75,647 ANGKATAN KERJA BUKAN ANGKATAN KERJA 530,068 204,562 L : 276,307 L : 86,270 P : 253,761 P : 118,292 PENGANGGUR STGH PENGANGGUR BEKERJA SEKOLAH MENGURUS RT PENERIMA PDPT LAIN 28,075 70,034 431,959 115,003 52,010 37,549 L : 13,572 L : 32,781 L : 229,954 L : 57,421 L : 9,542 L : 19,307 P : 14,503 P : 37,253 P : 202,005 P : 57,582 P : 42,468 P : 18,242 Sumber : Disnakertrans,2013 Gambar 2. 17. Angkatan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012 II -90

Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah b. Tingkat Pengangguran Terbuka Penganggur di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun bersifat fluktuatif (naik turun). Penganggur terbuka terdiri atas mereka yang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak bekerja karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Jumlah penganggur ditentukan beberapa hal. Adanya bencana dan gelombang ekonomi dunia yang tidak menentu juga menyebabkan terjadinya lonjakan pengangguran yang cukup tinggi. Namun demikian beberapa program yang dilaksanakan cukup mampu untuk mengatasi hal tersebut. Program-program dan kegiatan diarahkan untuk membuka kesempatan peluang kerja. Dan ini mampu mengurangi pengangguran sebagai dampak adanya krisis. Jumlah pengangguran di Kabupaten Bantul pada Tahun 2012 sebesar 28.075 orang atau sebesar 5,3% dari jumlah penduduk angkatan kerja (501.993 orang). Persentase pengangguran tahun 2012 ini mengalami penurunan dari tahun 2011 yang mencapai 5,8%. Upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi pengangguran ini diantaranya melalui program kerja sama penempatan tenaga kerja di Malaysia, inkubasi bisnis, uji coba wirausaha, subsidi program, padat karya produktif dan infrastruktur serta perluasan lapangan kerja. Sumber : Disnakertrans,2013 Gambar 2. 18. Peta Penganggur Kabupaten Bantul Tahun 2012 II -91