ERVINA WAHYU SETYANINGRUM Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAK ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Ervina Wahyu Setyaningrum. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

D. Bambang Setiono Adi, Alfan Jauhari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

3 METODE PENELITIAN. Gambar 10 Lokasi penelitian.

Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Ekosistem

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

BAB VI ARAHAN DAN STRATEGI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. maka perlu dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang sebagai sarana pokok, melalui suatu perencanaan pengembangan

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

Analisis strategi pengembangan perikanan pukat cincin di Kecamatan Tuminting Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

ABSTRACT. Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

c----. Lemuru Gambar 1. Perkembangan Total Produksi Ikan Laut dan Ikan Lemuru di Indonesia. Sumber: ~tatistik Perikanan Indonesia.

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

Kata Kunci : Pengelolaan, Terumbu karang, Berkelanjutan, KKLD, Pulau Biawak

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN RAJUNGAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN PANGKEP

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Catch per unit effort (CPUE) periode lima tahunan perikanan pukat cincin di Kota Manado dan Kota Bitung

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Pelaksanaan monitoring, controlling, surveillance kapal pengangkut ikan di atas 30 GT di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

BAB I PENDAHULUAN. Informasi tentang kerusakan alam diabadikan dalam Al-Qur an Surah

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

POTENSI LESTARI IKAN LAYANG (Decapterus spp) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI UTARA DAERAH KABUPATEN CIREBON

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

PENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-

BAB III METODE PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

ANALISIS BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI KOTA MAKASSAR Hartati Tamti dan Hasriyani Hafid ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

FLUKTUASI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DENGAN ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (DRIFT GILLNET) DI PERAIRAN DUMAI, PROVINSI RIAU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

Strategi Kebijakan Pengelolaan Nelayan Andon Sebagai Upaya Pelestarian Sumberdaya Ikan di Kota Tegal... (Sujiyanto)

KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DENGAN ALAT TANGKAP MINI PURSE SEINE DI PERAIRAN LEMPASING, LAMPUNG. Riena F. Telussa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

ANALISIS PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TASIKAGUNG KABUPATEN REMBANG UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP

ELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES

Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(6): , Desember 2014 ISSN

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB IV ISU-ISU UTAMA Arahan Pengembangan Perikanan di Kabupaten Banyuasin

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PER UPAYA PENANGKAPAN DAN POLA MUSIM PENANGKAPAN IKAN TERI (STOLEPHORUS SPP.) DI PERAIRAN PEMALANG

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 29 Juli 2017 Hal Disetujui: 5 September 2017

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta Selat Bali dan daerah penangkapan ikan lemuru.

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PEMASARAN IKAN KOMODITAS UTAMA DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) BAJOMULYO KABUPATEN PATI

VI. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PELABUHANRATU. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

Transkripsi:

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP (ALAT TANGKAP PURSE SEINE) KABUPATEN BANYUWANGI (SELAT BALI) ERVINA WAHYU SETYANINGRUM Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAK Sumberdaya perikanan di Perairan Selat Bali yang utama adalah ikan lemuru (Sardinella lemuru), dengan basis di Pelabuhan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Sejak tahun 2000 terjadi tekanan penangkapan ikan khususnya ikan lemuru, akibat peningkatan jumlah kapal dan alat tangkap purse seine untuk menjaring ikan lemuru. Penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi perikanan tangkap pada alat tangkap Purse Seine terhadap hasil tangkapan ikan lemuru, mengetahui kondisi perikanan tangkap di wilayah pesisir Muncar dari segi aspek hukum dan kelembagaan, menentukan strategi apa yang tepat dalam pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan di Muncar Kabupaten Banyuwangi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Sedangkan analisa data menggunakan metode analisa deskripsi, dan analisa SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi saat ini untuk ikan lemuru yang didaratkan di pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Muncar dibandingkan dengan Jumlah Tangkap Yang Diperbolehkan (JTB) di Selat Bali untuk ikan lemuru sudah berada pada keadaan melampaui nilai JTB, atau berada pada kondisi over fishing. Dalam hal pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Muncar Kabupaten Banyuwangi belum menggunakan prinsip Integrated Coastal Managemen (ICM), sehingga sepatutnya perlu menetapkan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Muncar, dengan pendekatan ilmiah rasional multidisiplin bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan menjaga pemanfaatan sumbedaya perikanan secara optimal dan berkelanjutan. Berdasarkan analisa SWOT, rekomendasi yang bisa dilakukan oleh para pembuat kebijakan adalah optimalisasi fungsi dan peran pelabuhan dalam meningkatkan produksi hasil perikanan tangkap, optimalisasi alat tangkap dan pemberlakuan standarisasi serta selektifitas alat tangkap, pengembangan usaha penangkapan ke jalur lepas pantai 20 mil ZEE 200 mil, pembatasan jumlah kapal dan hasil tangkapan. Kata Kunci: Perikanan Tangkap, Purse Seine, Ikan Lemuru. ABSTRACT Fisheries resources in the waters of the Strait of Bali is the main lemuru (Sardinella lemuru), with a base in Port Muncar Banyuwangi. Since 2000 there fishing pressure, especially lemuru, due to an increase in the number of vessels and purse seine fishing gear to capture lemuru. This study aims to determine the condition of fisheries in the Purse Seine fishing gear to catch lemuru, knowing the condition of fisheries in coastal areas Muncar terms of legal and institutional aspects, determine what the appropriate strategy in the development of sustainable fisheries in Muncar Banyuwangi. The method used in this research is descriptive. While analysis of the data using analysis method description and SWOT analysis. The results showed that the rate of exploitation is currently for lemuru who landed at the port of landing fish (PPI) Muncar compared with the Total Allowable Catch That (JTB) in the Bali Strait to lemuru already on circumstances beyond JTB value, or in a state of over - fishing. In the case of marine and coastal resources management, Muncar Banyuwangi not use the principle of JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 16

Integrated Coastal Management (ICM), so it is fitting needs to establish marine and fisheries development policy in Muncar, with a multidisciplinary rational scientific approach aims to improve the welfare of fishermen and maintaining the utilization of fishery resources in optimal and sustainable. Based on the SWOT analysis, recommendations can be made by policy makers is to optimize the function and role of the port in increasing the production of fisheries, fishing gear optimization and application of standardization and the selectivity of fishing gear, fishing effort to track the development of offshore 20 miles - 200-mile EEZ, restrictions on the number of vessels and catches. Keywords: Fishing, Purse Seine, Fish Lemuru. administrasi yang rendah terdorong untuk mengelola sumberdaya perikanannya atas dasar kelompok species tertentu. Misal saja perikanan trawl yang menangkap begitu banyak jenis dengan nilai dan kondisi geografis sumberdaya ikan multi species yang berbeda. Berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya multi species, maka armada penangkapan dengan dan alat dan lokasi berbeda tentu saja akan memperhitungkan teknologi yang dapat mendatangkan penerimaan terbesar. Keadaan demikian dapat mendorong terjadinya sumberdaya ikan ternteu menjadi punah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan dalam mencari PENDAHULUAN Perairan Selat Bali mempunyai luas 960 mil 2 dengan potensi maksimum lestari 46.400 ton per tahun, dengan basis utama di perairan Muncar yang sangat potensial. Sumberdaya perikanan di Muncar yang utama adalah ikan lemuru (Sardinella longiceps). Hasil tangkapan ikan lemuru lebih dari 70% dari total produksi penangkapan di Muncar. Sejak tahun 2000 peningkatan jumlah kapal dan alat tangkap purse seine untuk menjaring ikan lemuru semakin banyak, bahkan para pedagang mengundang nelayan Tuban untuk andon ke Muncar. Hal tersebut membuat semakin meningkatnya tekanan penangkapan ikan di Muncar. Tekanan terhadap sumberdaya yang berlebihan dalam waktu singkat mengakibatkan turunnya jumlah stok ikan yang terlihat dari indikasi penurunan hasil tangkap. Jika kondisi ini bertahan cukup lama, maka fluktuasi hasil tangkap akan berdampak luas pada kehidupan ekonomi penduduk Muncar (sekitar 45.000 jiwa diantaranya keluarga nelayan). Mengingat lemuru dan purse seine merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Muncar. Pemanfaatan yang berlebihan (overexploitated) terjadi ketika pemanfaatan (fishing effort) lebih besar daripada tangkapan optimum (Maximum Sustainable Yield). Salah satu sumberdaya laut yang telah dieksploitasi secara berlebihan adalah sumberdaya perikanan (Burhanuddin, 2011). Menurut Muhammad (2011), banyak Negara tropis dengan kemampuan solusi perikanan tangkap di Muncar Kabupaten Banyuwangi, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi perikanan tangkap khususnya yang menggunakan alat tangkap Purse Seine terhadap hasil tangkapan ikan lemuru di perairan Muncar Kabupaten Banyuwangi. 2. Bagaimana kondisi perikanan tangkap di wilayah pesisir Muncar dari segi aspek hukum dan kelembagaan. 3. Strategi apa yang tepat dalam pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan di Muncar Kabupaten Banyuwangi. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari s/d November 2011. Lokasi penelitian adalah di kawasan Perairan Muncar (Selat Bali Utara) yang secara administrasi berada pada wilayah JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 17

Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Metode Penelitian Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif itu sendiri adalah suatu bentuk metode yang digunakan dalam meneliti suatu kondisi, suatu sistem atau peristiwa pada masa sekarang melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Tujuan dari metode ini ialah untuk menggambarkan skematis, sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara komponen yang diselidiki dan mengkaitkannya dengan variabel yang ada. Bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di Muncar terhadap sumberdaya ikan lemuru (Sardinella lemuru). Metode Pengambilan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah: - Data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam hal ini wawancara dengan juragan kapal dan nelayan. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data primer adalah dengan survey dan observasi. - Data sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dari lembaga pemerintah atau instansi terkait, pustaka, dan jurnal ilmiah, dan laporan lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan khususnya yang menghunakan alat tangkap Purse Seine yang berada disekitar perairan Muncar, dan instansi-instansi yang terkait dalam pengembangan perikanan tangkap ikan Lemuru. Dalam hal ini jumlah alat tangkap Purse seine adalah sebanyak 203, dan diasumsikan ada 203 nelayan yang menggunakan Purse seine, sehingga jumlah sample yang diambil sebanyak 100 orang nelayan Purse seine. Metode Analisis Data Analisis Deskripsi Dalam penelitian ini, menggunakan analisis analisis deskripsi yaitu analisis data yang menggambarkan fakta sebagaimana adanya. Sedangkan proses pengolahan data adalah sebagai berikut: - Editing, adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul itu tidak logis dan meragukan. - Coding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Analisis SWOT Analisis SWOT ini digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (weakness) dari faktor-faktor internal, serta peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi suatu strategi yang tepat bagi pengembangan alat tangkap Purse Seine di Muncar Kabupaten Banyuwangi. Analisis SWOT didahului dengan pembuatan matriks internal strategic factor analysis summary (IFAS) dan external strategic factor analysis summary (EFAS). Penyusunan matriks IFAS dan EFAS didasarkan pada hasil analisis terhadap sistem, yaitu dengan melihat faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan ancaman eksternal (Hunger & Wheelen, 2003). Metode Kajian Aspek Hukum dan Kelembagaan Evaluasi terhadap peraturan dan kelembagaan perikanan dilakukan melalui indepth study, dengan wawancara terarah terhadap beberapa tokoh kunci (key informan) pada lokasi studi. Key informan tersebut adalah petugas perikanan, petugas pelabuhan, nelayan, pedagang dan pengolahan ikan. Analisa data indepth dilakukan secara kualitatif deskriptif. JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 18

Kategori pertanyaan yang diajukan diantaranya yaitu: pengenalan undangundang dan peraturan, pelanggaran dan sanksi, dan pandangan tentang pengelolaan sumberdaya. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Alat Tangkap Purse Seine Perkembangan alat tangkap Purse seine tidak hanya dilihat dari segi kualitas seperti kecanggihan saja, melainkan bisa dilihat dari segi kuantitatif atau jumlahnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, untuk alat tangkap Purse Seine di Kabupaten Banyuwangi khususnya Kecamatan Muncar yang selama ini merupakan tempat pangkalan terbanyak terdapat operasional alat tangkap Purse Seine, perkembangan bukan dari segi kualitas peningkatan teknologi alat melainkan perkembangan yang ada justru ada pada pertambahan jumlahnya yang hampir setiap tahun bertambah dengan bentuk sama dan tidak disertai dengan perkembangan teknologi. Tabel 1. Jumlah Alat Tangkap Purse Seine di Muncar Tahun 2004 2011. Tahun Jumlah (Unit) 2004 190 2005 190 2006 190 2007 222 2008 203 2009 203 2010 203 2011 203 Sumber: PPPI Muncar Kabupaten Banyuwangi. Tabel 1 menunjukkan di tahun 2004 hingga tahun 2006 jumlah alat tangkap Purse Seine stabil tidak ada penambahan, namun bila melihat di tahun 2007 justru ada peningkatan jumlah hingga 14% dibanding tahun sebelumnya yaitu menjadi 222 unit. Tahun 2008 jumlah alat tangkap purse seine justru mengalami penurunan sekitar 9% yaitu menjadi 203 unit. Jumlah tersebut tidak mengalami perubahan hingga tahun 2011. Sesuai data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (2004) alat tangkap purse seine optimum yang boleh beroperasi untuk menjaga kondisi hasil tangkap berimbang lestari perikanan lemuru di Selat Bali adalah rata-rata sekitar 187 unit. Berarti dalam hal ini jumlah alat tangkap purse seine di Muncar walaupun mengalami penurunan di tahun 2008, masih tergolong over catch effort (kelebihan alat tangkap) karena jumlah masih di atas 187 unit tepatnya berada di angka 203 unit, dan hal tersebut masih terjadi hingga di tahun 2011. Melihat perkembangan jumlah alat tangkap Purse Seine, dan bila terus terjadi penambahan armada/unit alat tangkap maka yang dikhawatirkan akan terjadi yaitu pemanfaatan yang berlebihan (overexploitated), hal tersebut disebabkan pemanfaatan (fishing effort) lebih besar daripada tangkapan optimum (Maximum Sustainable Yield), artinya ada sedikit ikan yang tersedia di laut dan diperebutkan oleh banyak nelayan. Beberapa pendekatan bisa dilakukan agar dalam memanfaatkan sumberdaya ikan Lemuru tetap dalam angka optimal dan berkelanjutan, seperti yang diperkuat Burhanuddin (2011) diantaranya adalah pembatasan alat tangkap, pengaturan pemanfaatan alat tangkap, pengendalian upaya penangkapan ikan, penutupan daerah penangkapan, penutupan musim penangkapan, dan pemberlakuan kuota. Dan dalam penelitian ini, pendekatanpendekatan tersebut menjadi tujuan dalam pengembangan perikanan tangkap ikan Lemuru di Muncar Kabupaten Banyuwangi, khususnya mengenai optimasi alat tangkap Purse Seine maupun alat tangkap lainnya. Ikan Lemuru dan Jumlah Alat Tangkap Purse Seine JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 19

Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine selain berpengaruh terhadap jumlah nelayan Muncar, juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan lemuru. Data jumlah ikan lemuru yang digunakan dalam penelitian ini adalah data catcheffort yang dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Jumlah Produksi Ikan Lemuru Hasil Tangkapan di Muncar Tahun 2004 2010. Tahun Jumlah (kg) 2004 9,204,618 2005 12,459,178 2006 47,418,774 2007 52,965,549 2008 25,606,358 2009 28.446.134 2010 17.717.764 Sumber: PPPI Muncar Kabupaten Banyuwangi. Tabel 2 dapat dilihat mulai tahun 2004 hingga tahun 2007 produksi hasil tangkapan ikan lemuru terus mengalami peningkatan, namun di tahun 2008 jumlah hasil tangkapan ikan lemuru yang mendarat di Muncar mengalami penurunan, dan di tahun 2009 kembali peningkatan produksi ikan lemuru hasil tangkapan terjadi. Tetapi di tahun 2010 penurunan produksi ikan lemuru hasil tangkapan justru terjadi cukup drastis mencapai 37,71% dibandingkan produksi ikan lemuru hasil tangkapan tahun 2009. Hasil tangkap maksimum berimbang lestari (C msy ) rata-rata sebesar 31.161 ton per tahun atau hasil tangkap per unit standart purse seine sebesar 170 ton per unit per tahun, sedangkan Nilai JTB (jumlah tangkap yang diperbolehkan) untuk perikanan lemuru di Selat Bali adalah sebesar 24.928 ton per tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004). Dengan demikian walaupun penurunan produksi ikan lemuru hasil tangkapan terjadi di tahun 2010, dapat dikatakan status eksploitasi di Perairan Selat Bali khususnya yang mendarat di Muncar sudah berada diatas atau melebihi kondisi maksimum berimbang lestari (over fishing). Tabel 3. Total Produksi Ikan Lemuru & Jumlah Alat Tangkap Purse Seine di Muncar. Tahun Produksi Ikan Lemuru (kg) Jumlah Alat Tangkap Purse Seine (Unit) 2004 9,204,618 190 2005 12,459,178 190 2006 47,418,774 190 2007 52,965,549 222 2008 25,606,358 203 2009 28.446.134 203 2010 17.717.764 203 Sumber: PPPI Muncar Kabupaten Banyuwangi. Bila melihat pada tabel 3, jumlah alat tangkap purse seine di Muncar yang beroperasi berpengaruh terhadap jumlah produksi ikan lemuru di Selat Bali khususnya yang didaratkan di Pelabuhan Muncar. Dengan status eksploitasi sumberdaya ikan lemuru di selat Bali khususnya yang mendarat di Muncar melebihi effort optimum. Menurut para nelayan, kondisi demikian adalah tidak lazim, hampir seluruh nelayan melaporkan bahwa ikan lemuru selama 5 tahun terakhir ini semakin langka dan pendapatan nelayan semakin menurun. Pada tahun 2007 produksi hasil tangkapan ikan lemuru di Muncar merupakan titik tertinggi. Selanjutnya di tahun 2008 produksi ikan lemuru menurun termasuk nilai jualnya berkisar Rp 1.500,- /kg, hal ini disebabkan alat tangkap purse seine yang beroperasi juga mengalami penurunan jumlah. Sedangkan di tahun 2009, dengan jumlah alat tangkap purse seine yang sama dengan tahun 2008 yaitu sejumlah 203 unit, produksi ikan lemuru JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 20

hasil tangkapan justru meningkat yaitu begitu juga dengan rata-rata nilai jualnya berkisar Rp 2.000,-/kg. Kemudian di tahun 2010, masih dengan jumlah alat tangkap purse seine 203 unit, produksi ikan lemuru hasil tangkapan turun drastis menjadi, namun untuk nilai jual justru mengalami kenaikkan yang cukup signifikan yaitu berkisar Rp 7.000,-/kg. Hal ini menunjukkan prinsip ekonomi, adanya permintaan ikan lemuru yang tinggi tapi produksi hasil tangkapan rendah. Berdasarkan pendekatan tersebut di atas, pengendalian penangkapan dilakukan dengan cara melakukan pembatasan jumlah armada penangkapan yang beroperasi di Selat Bali, dimana dengan jumlah tersebut keuntungan yang diperoleh nelayan berada pada kondisi keuntungan maksimal dengan tetap memperhatikan potensi lestari sumberdaya ikan. Ketika pemanfaatan (fishing effort) lebih besar daripada tangkapan optimum (Maximum Sustainable Yield), maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan (over exploitated). Salah satu sumberdaya laut yang telah dieksploitasi secara berlebihan adalah sumberdaya perikanan yang ada di Muncar dalam hal ini ikan lemuru (Sardinellla lemuru), ditunjukkan dari stok sumberdaya perikanan telah mengalami kondisi tangkap lebih (over fishing) dan jumlahnya semakin menurun. Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh tingkat penangkapan yang melampaui potensi lestarinya, tetapi juga disebabkan oleh pencemaran dan degradasi fisik hutan mangrove serta terumbu karang yang merupakan tempat pemijahan, asuhan dan mencari makan bagi sebagian besar biota laut. Disamping itu dengan banyaknya aktifitas perekonomian yang dilakukan di wilayah pesisir dan lautan Muncar, seringkali menimbulkan permasalahan dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan yang terdapat di dalamnya. Permasalahan yang masih saja menjadi persoalan, dan mengacu pada keputusan Menteri Pertanian mengenai pengaturan mata jaring untuk alat tangkap adalah minimal 2,5 cm, sedangkan pada saat ini ukuran mata jaring kantong purse seine di Muncar sesuai hasil wawancara dengan beberapa nelayan purse seine baik yang menggunakan 1 kapal atau 2 kapal, adalah 2 3 cm. Namun pada kenyataannya jenis hasil tangkapan alat tangkap purse seine, justru banyak yang jenis sempenit dengan ukuran kurang dari 15 cm. Departemen Kelautan dan Perikanan (2005) telah menetapkan ukuran ikan terkecil yang boleh ditangkap pada dasarnya terkait dengan ukuran mata jaring terkecil, sedangkan penentuan ukuran ukan lemuru terkecil yang boleh didaratkan sekurang-kurangnya pada ukuran panjang ikan lemuru telah bereproduksi yaitu pada ukuran panjang 15,46 cm. Mengacu pada penetapan pemerintah tersebut, berarti dalam hal ini perlunya diterapkan larangan penangkapan ikan lemuru sempenit. Analisis Aspek Hukum dan Kelembagaan Ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Muncar Kabupaten Banyuwangi diantaranya Surat Keputusan Bersama Antara Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali tentang pengaturan penggunaan purse seine di Selat Bali Nomor 238 Tahun 1992/674 Tahun 1992 tanggal 14 November 1992. Keputusan bersama dua Gubernur ini mengatur masalah operasi penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine di Selat Bali, menetapkan pembatasan jumlah purse seine masing-masing daerah sebagaimana diungkapkan dlm Pasal 2 yang menyatakan bahwa: - Izin penangkapan ikan dengan menggunakan Purse seine di Selat Bali ditetapkan sebanyak 273 unit dengan ketentuan pembagian sebagai berikut: a. Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur sebanyak 190 unit JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 21

b. Propinsi Daera Tingkat I Bali sebanyak 83 unit - Izin usaha penangkapan ikan dengan menggunakan Purse seine diberikan kepada kelompok nelayan anggota KUD Mina/Unit Usaha Mina KUD sesuai dengan domisilinya - Izin usaha penangkapan ikan dengan menggunakan Purse seine tidak diberikan kepada unit-unit penangkapan yang dimiliki oleh perusahaan perikanan swasta/perorangan - Surat izin penangkapan ikan asli harus dibawa setiap kali melakukan operasi penangkapan ikan oleh pemakai kapal/perahu motor yang bersangkutan. Untuk pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan, diatur sebagai berikut: a. Tidak diizinkan adanya penambahan unit purse seine baru selain yang telah ditetapkan dalam pasal 2 keputusan ini. b. Ukuran panjang jaring maksimal 300 meter dan ukuran lebar jaring minimal 60 meter serta ukuran mata jaring bagian kantong 1 inch. c. Ukuran perahu maksimal 30 Gross Ton (GT). Dengan diaturnya kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine di Selat Bali pada dasarnya sudah ada kepastian aturan tentang pembatasan jumlah alat tangkap purse seine yang beroperasi. Pada realisasinya untuk jumlah alat tangkap purse seine yang ada melebihi batas yang sudah diatur maksimal 190 unit untuk Jawa Timur, namun di Muncar saja hingga saat ini mencapai 203 unit yang beroperasi, tanpa ada kejelasan pembatasan perijinan pengadaan dan operasional alat tangkap purse seine. Sehingga dalam hal ini kurangnya penegakkan hukum di wilayah pesisir dan lautan seharusnya juga menjadi perhatian pemerintah, bukan hanya pemerintah pusat tapi bisa ditangani langsung oleh pemerintah daerah yang mempunyai peluang menjaga wilayah pesisir dan lautnya sesuai perundangundangan yang mengatur masalah otonomi daerah. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas (limit) pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidaklah mutlak (absolute), melainkan meurpakan batas yang luwes (flexible) yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer untuk menerima dampak kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak rusak. Secara garis besar menurut Dahuri dkk (2008), konsep pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi yaitu: 1) ekologis, 2) sosial ekonomi budaya, 3) sosial politik, 4) hukum dan kelembagaan. Analisis SWOT Analisa lanjutan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa SWOT untuk menentukan strategi pengembangan perikanan tangkap di Muncar Kabupaten Banyuwangi. Hasil pengumpulan data menggunakan questioner dan wawancara, maka dirumuskan beberapa poin yang menjadi masukan dalam pembuatan matriks internal strategic factor analysis summary (IFAS) dan external strategic factor analysis summary (EFAS). Analisis faktor internal dimaksudkan untuk memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengembangan perikanan tangkap di wilayah Muncar Kabupaten Banyuwangi. Aspek yang dianalisis pada lingkungan internal antara lain sumberdaya ikan, sumberdaya manusia, fasilitas. Hasil perhitungan skor faktor internal dan eksternal digunakan untuk JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 22

menentukan titik koordinat strategi. Dalam hal ini sebagai sumbu x adalah skor faktor internal, sedangkan sumbu y adalah skor faktor eksternal. Jadi koordinat grand strategi untuk analisa SWOT adalah (0,18, 1,09) berada di kuadran I yaitu merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Dalam pengembangan perikanan tangkap ikan pelagis di Muncar, mempunyai peluang dan kekuatan sehingga strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy). 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7-2E-15 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1-0.7-0.6-0.5-0.4-0.3-0.2-0.1-0.7-0.6-0.5-0.4-0.3-0.2-0.1-1E-15 0.10.20.30.40.50.60.7 Gambar 5. Kwadran Analisis SWOT. Dari Matriks IFAS dan EFAS yang telah dibuat, kemudian dirangkum dalam Matriks SWOT untuk memberikan rumusan alternatif strategi kebijakan yang sesuai bagi pengembangan perikanan tangkap di Muncar Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan rumusan strategi adalah dari perpaduan faktor SWOT yang telah dikembangkan dalam Matriks IFAS dan EFAS. Perpaduan Matriks SWOT tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 23

Tabel 11. Matrik Grand Strategy Pengembangan Perikanan Tangkap Ikan Pelagis di Muncar. IFAS EFAS Streghts (S) Faktor-faktor Kekuatan Weaknesses (W) Faktor-faktor Kelemahan Opportunity (O) Faktor-faktor Peluang Threats (T) Faktor-faktor Ancaman Rekomendasi SO: 1. Optimalisasi fungsi dan peran pelabuhan dalam meningkatkan produksi hasil perikanan tangkap sehingga bisa mensuplai permintaan ikan segar dan olahan yang tinggi. 2. Pengembangan Kegiatan budidaya di perairan pesisir sebagaimana yang pernah dilakukan di Muncar 3. Integrasi dan koordinasi program minapolitan dengan rencana pengembangan pelabuhan Muncar sehingga bisa menampung kapal penangkapan yang besar. 4. Konservasi pesisir untuk menjaga kelestarian sumberdaya serta untuk menjamin ketersediaan stok ikan 5. Penambahan unit pengolahan ikan dan perbaikan teknologi pengolahan ikan untuk menunjang permintaan hasil olahan ikan yang tinggi. Rekomendasi ST: 1. Sosialisasi program pemerintah terkait pengembangan bidang perikanan kepada masyarakat pesisir Muncar 2. Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan. 3. Penggunaan alat tangkap yang hemat energi. 4. Konservasi sumberdaya ikan perlu dilakukan untuk mengurangi over fishing dan mengurangi perilaku penangkapan ikan yang tidak selektif 5. Peningkatan kualitas sumberdaya nelayan secara optimal 6. Pengembangan usaha penangkapan ke jalur lepas pantai 20 mil ZEE 200 mil Rekomendasi WO: 1. Optimalisasi alat tangkap dan pemberlakuan standarisasi serta selektifitas alat tangkap agar kelestarian SDI terjaga. 2. Pengembangan usaha penangkapan ke jalur lepas pantai 20 mil ZEE 200 mil 3. Pengadaan pemasangan rumpon di perairan Selat Bali sesuai peraturan perundangan tentang perikanan 4. Revitalisasi KUD untuk mengurangi monopoli tengkulak yang mengendalikan harga ikan. 5. Perbaikan jalan akses dan jalan produksi untuk mempermudah kegiatan perikanan terutama distribusi. 6. Peningkatan kualitas SDM nelayan terkait perkembangan teknologi penangkapan dan akustik kelautan Rekomendasi WT: 1. Pembatasan jumlah kapal dan hasil tangkapan 2. Peningkatan kegiatan budidaya pantai atau lepas pantai juga dengan pemasangan rumpon di perairan teluk muncar. 3. Perbaikan jalan akses dan jalan produksi untuk mendukung kegiatan perikanan terutama kegiatan distribusi perikanan. 4. Sosialisasi dari pemerintah dilanjutkan dengan realisasi rencana program dan kebijakan pemerintah. 5. Penyediaan armada penangkapan untuk beroperasi di jalur lepas pantai 20 mil ZEE 200 mil 6. Pelatihan/pendampingan penanganan dan pengolahan hasil perikanan JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. 1. Tingkat eksploitasi saat ini (2010) untuk ikan lemuru yang didaratkan di pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Muncar adalah 17.717.764 kg, jika dibandingkan dengan Jumlah Tangkap Yang Diperbolehkan (JTB) di Selat Bali untuk ikan lemuru yang besarnya adalah 24.928 ton atau 24.928.000 per tahun, maka tingkat eksploitasi sudah berada pada keadaan melampaui nilai JTB. Dengan demikian status perikanan Lemuru di Selat Bali berada pada kondisi over fishing. 2. Dalam hal pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Muncar Kabupaten Banyuwangi belum menggunakan prinsip Integrated Coastal Managemen (ICM), sehingga sepatutnya perlu menetapkan kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan di Muncar, dengan pendekatan ilmiah rasional multidisiplin bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan menjaga pemanfaatan sumbedaya perikanan secara optimal dan berkelanjutan. 3. Berdasarkan analisa SWOT, grand strategy berada di kuadran I, yaitu merupakan situasi yang sangat menguntungkan, dengan rekomendasi yang bisa dilakukan oleh para pembuat kebijakan adalah Optimalisasi fungsi dan peran pelabuhan dalam meningkatkan produksi hasil perikanan tangkap sehingga bisa mensuplai permintaan ikan segar dan olahan yang tinggi, Optimalisasi alat tangkap dan pemberlakuan standarisasi serta selektifitas alat tangkap agar kelestarian SDI terjaga, Pengembangan usaha penangkapan ke jalur lepas pantai 20 mil ZEE 200 mil, Sosialisasi program pemerintah terkait pengembangan bidang perikanan kepada masyarakat pesisir Muncar, Pembatasan jumlah kapal dan hasil tangkapan. Saran. Secara keseluruhan jumlah alat tangkap purse seine pada kondisi berimbang lestari adalah 187 unit, namun kondisi sumberdaya ikan khususnya lemuru mengalami degradasi, sehingga peneliti memberikan saran diantaranya adalah sebagai berikut: - Perlu adanya optimasi alat tangkap yang menangkap jenis ikan pelagis/permukaan sehingga sumberdaya ikan bisa kembali normal di posisi potensi seimbang lestari. - Perlu adanya pengembangan alternatif mata pencaharian (AMP) bagi nelayan. Dengan cara ini dan nelayan menghasilkan pendapatan yang lebih besar, secara otomatis akan mengurangi armada penangkapan ikan, karena nelayan tersebut akan meninggalkan usaha penangkapan ikan. Ketika jumlah armada penangkapan ikan berkurang, sehingga ada kesempatan ikan-ikan melakukan recovery kembali, maka produktifitas perikanan pada tahap berikutnya akan ikut meningkat, sehingga pendapatan nelayan yang masih bertahan akan ikut meningkat. DAFTAR PUSTAKA Badan Pertimbangan Pengembangan Penelitian Depdiknas, 2004. Studi Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Untuk Pengelolaan penangkapan di Wilayah perikanan Lokal dan Evaluasinya terhadap Penetapan Angka JTB. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya, Malang. Burhanuddin, Andi I., 2011. The Sleeping Giant. Potensi dan Permasalahan Kelautan. Brilian Internasional, Surabaya. Dahuri, R., Rais J., Ginting SP., Sitepu MJ., 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. PT Pradnya Paramitha, Jakarta. JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 25

Djatikusumo, 1975. Dinamika Populasi. Akademi usaha Perikanan (AUP). Jakarta. Dwiponggo A, 1982. Potensi Sumberdaya perikanan Laut di Wilayah Perairan Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. Hella I dan Laevastu, 1970. Fisheries Oceanograapht. Fishing News (Books) Ltd. London. Maryuto, H, 1982. Teknik Penangkapan Dengan Purse Seine Type Muncar. Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, Banyuwangi. Muhammad, Sahri, 2011. Kebijakan Pembangunan Perikanan & Kelautan: Pendekatan Sistem. Universitas Brawijaya Press, Malang. JurnalIllmiah PROGRESSIF, Vol.11 No.31 April 2014 Page 26