Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
Provinsi Sumatera Utara: Demografi

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

STUDI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANAS BUMI (PLTP) DI JAILOLO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI MALUKU UTARA

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan alatalat/mesin

EKSPOSE DINAS PERTAMBANGAN & ENERGI PROVINSI SUMATERA UTARA

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Satria Duta Ninggar

STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

Permasalahan. - Kapasitas terpasang 7,10 MW - Daya mampu 4,92 MW - Beban puncak 31,75 MW - Defisit daya listrik 26,83 MW - BPP sebesar Rp. 1.

STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

LAPORAN. Survei Penggunaan Lampu Hemat Energi di Rumah Tangga Di Wilayah Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

I Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir

STUDI PEMBANGUNAN PLTP GUCI 1 X 55 MW JAWA TENGAH BERDASARKAN ASPEK TEKNIS, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Tabel 3.1 Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Tengah Tahun

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA BARAT

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

BERITA RESMI STATISTIK

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP RAWA DANO 110 MW TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL BANTEN

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

STUDI PEMBANGUNAN PLTA PUMP STORAGE SEMARANG 2x300 MW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI SEMARANG

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

PROPOSAL. PEMUSNAHAN SAMPAH - PEMBANGKIT LISTRIK KAPASITAS 20 mw. Waste to Energy Commercial Aplications

STUDI PEMBANGUNAN PLTGU SENORO 2 X 120 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SULAWESI TENGAH

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PLTP PATUHA 3X60 MW KEC.RANCABALI KAB

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

Oleh: Bayu Permana Indra

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

STUDI PEMBANGUNAN PLTP RANTAU DADAP 2X110 MW, SUMATERA SELATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL SUMATERA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TANAH GROGOT 2X7 MW DI KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR DAN PENGARUH TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

Fira Nafiri ( )

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta

STUDI PEMBANGUNAN PLTU TAKALAR 300 MW DI SULAWESI SELATAN DITINJAU DARI ASPEK TEKNIS, EKONOMI DAN LINGKUNGAN.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

STUDI PERENCANAAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA ASAM ASAM UNIT DALAM RANGKA INTERKONEKSI KALIMANTAN - JAWA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menikmati listrik. Akibat sulitnya lokasi yang tidak dapat

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

Transkripsi:

Studi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 10 MWe di Kota Medan ditinjau dari Aspek Teknis, Ekonomi dan Lingkungan Kukuh Siwi Kuncoro Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111 Abstrak- Pembanguan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) merupakan solusi kebutuhan energi baru terbarukan (EBT) untuk meningkatkan kebutuhan energi serta membantu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Dengan adanya pembangunan PLTSa Kota Medan 10 MWe diproyeksikan dapat memenuhi kebutuhan energi listrik di Kota Medan khususnya dan Provinsi Sumatera Utara umumnya serta meningkatkan ketersediaan energi listrik energi terbarukan di Provinsi Sumatera Utara. PLTSa landfill gas merupakan Pembangkit tenaga listrik yang berwawasan lingkungan yang dapat membantu pemerintah Kota Medan dalam menangani permasalahan sampah perkotaan yang terjadi selama ini. Kata Kunci : PLTSa, EBT, Kota Medan, Sampah perkotaan. I. PENDAHULUAN Dengan disahkannya Undang-undang Nomor 30 2007 tentang Energi dan sebagaimana tertuang dalam peraturan presiden (perpres) nomor 5 2006 yang mengamanatkan menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM) menetapkan blueprint dalam pengelolaan energi nasional, maka blueprint ini akan menjadi salah satu acuan pengembangan energi nasional kedepan, serta menargetkan bahwa pada tahun 2025 tercapai elastisitas energi kurang dari satu dan energi mix primer yang optimal dengan memberikan peranan yang lebih besar terhadap sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Pemanfaatan sampah perkotaan merupakan salah satu dari prioritas nasional bidang energi baru dan terbarukan yang tertuang dalam agenda riset nasional 2010-2014, hal ini yang juga melatarbelakangi untuk menjadikan sampah sebagai objek penelitian dalam konversi energi listrik. Sampah selalu menjadi permasalahan kota-kota besar di Indonesia tak terkecuali Kota Medan. Volume sampah yang kian meningkat namun tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang terbatas tentunya menjadi suatu persoalan jika tidak ditangani dengan seksama. Pengelolaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) dikota Medan mengunakan sistem open damping, dimana sampah dibuang dan ditimbun sedemikian rupa sehingga timbunan semakin hari semakin tidak terkendali. Sistem pengelolaan open damping kurang tepat dan tidak ramah lingkungan serta tidak diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle(3r) yang sebenarnya dapat mengurangi dampak yang timbulkan dari sampah, tentu ini juga menjadi persoalan karena tidak berpihak pada lingkungan, sehingga berpotensi besar dalam pencemaran lingkungan baik air, tanah, udara maupun kondisi kesehatan masyarakat sekitar. Kota medan memiliki luas 265,1 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 2.125.591 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 7.929,5 km 2 sehingga setiap harinya mampu memproduksi sampah hingga 6806,0 m 3 /hari setara dengan 1701,0 ton/hari. Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada maka Kota Medan sangat potensial dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah dan volume sampah diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, maka dari itu untuk mengantisipasi adanya peningkatan penimbunan sampah perlu dilakukan penekanan terhadap peningkatan volume sampah dengan mengolah sampah menjadikan energi listrik yang ramah lingkungan. Jika sampah tersebut diolah menjadi sember energi alternatif tentunya akan sangat bermanfaat baik dalam penyediaan kebutuhan energi listrik di kota medan maupun menambah pasokan cadangan energi listrik di sumatera utara. Dalam hal penyediaan kebutuhan energi listrik tentunya akan sangat membantu mengingat kebutuhan beban provinsi Sumatera Utara yang terus meningkat tanpa diikuti peningkatan pembangkit tenaga listrik dan diperkirakan jumlah pertumbuhan listrik setiap tahunnya mencapai 4 %. Disisi lain manfaat yang dapat dirasakan dengan adanya pemanfaatan sampah sebagai energi alternatif adalah kondisi lingkungan yang semakin baik, sebab kadar gas metana(ch 4 ) yang terbuang ke udara akan dimanfaatkan melalui proses skema pembentukan energi listrik. mengingat bahwa gas ini sangat berbahaya bagi lingkungan karena resiko yang ditimbulkan terhadap kerusakan ozon 21 kali lebih

berbahaya jika dibandingkan dengan gas karbondioksida(co 2 ) sehingga berpotensi dapat meningkatkan kadar emisi rumah kaca yang berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar berpotensi menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi baik dari hasil penjualan energi listrik maupun penjualan karbon yang berdasarkan protokol kyoto, meskipun awalnya membutuhkan biaya investasi yang besar untuk pembangunan infrastruktur namun sangat menguntungkan untuk dimasa mendatang. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau di buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Dalam Undang- Undang No.18 tentang Pengelolaan Sampah dinyatakan definisi sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses alam yang berbentuk padat. Permasalahan sampah merupakan permasalahan yang krusial bahkan sampah dapat dikatakan sebagai masalah kultural karena berdampak pada sisi kehidupan terutama dikota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar, Medan dan kota besar lainnya. Sampah akan terus ada dan tidak akan berhenti diproduksi oleh kehidupan manusia, jumlahnya akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk, bisa dibayangkan banyaknya sampah-sampah dikota besar yang berpenduduk padat. Permasalahan ini akan timbul ketika sampah menumpuk dan tidak dapat dikelola dengan baik sehingga dapat menimbulkan dampak yang luas baik sosial masyarakat, kesehatan manupun lingkungan 2.2 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) PLTSa disebut juga sebagai pembangkit listrik tenaga sampah merupakan pembangkit yang dapat membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan utamanya, baik dengan memanfaatkan sampah organik maupun anorganik. Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan metode secara pembakaran/thermal dan secara biologis. Proses konversi melalui metode thermal dapat dicapai melalui beberapa cara pembangkitan, yaitu dengan metode pirolisis, combustion, Plasma Arc Gasification, thermal gasifikasi. Sedangkan Proses konversi tenaga listrik dengan cara mekanisme biologis terbagi atas dua metode pembangkitan yaitu dengan cara Anaerobik digestion dan landfill gasification. 2.3 Metode Peramalan Beban 2.3.1 Model Peramalan dengan DKL 3.01 Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan antara kecenderungan, ekonometri dan analitis. 2.3.2 Peramalan Beban Puncak Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : EPT t PeakLoad( MW ) = 8.76 LF t III. KONDISI KETENAGALISTRIKAN 3.1 Kapasitas Pembangkit KapasitasPembangkit yang terpasang saat ini di Provinsi Sumatera Utara mencapai 1520,3 MW dengan kemampuan suplai daya sebesar 1.212 MW. Tabel 3.1 Pembangkit di Sumatera Utara Pembangkit Pemilik Kapasitas (MW) Mampu (MW) PLTU Belawan KIT SBU 260 198 PLTGU Belawan KIT SBU 817.9 741 PLTG Paya Pasir KIT SBU 111.9 47 PLTG Glugur KIT SBU 44.5 11 PLTD TitiKuning KIT SBU 24.8 14 PLTP Sibayak Dizamatra 13 10 PLTA Sipansihaporas KIT SBU 50 17 PLTA Renun KIT SBU 82 82 PLTA Asahan INALUM 2 2 PLTA Asahan INALUM 90 90 PLTMH Tersebar KIT SBU 7.5 5.99 PLTMH Simonggo MPM 7,5 - PLTMH Parluasan INPOLA 4,2 - PLTMH Hutaraja HUMBAHA 5 - Total 1520,3 1212 3.2Konsumsi Energi Peningkatan konsumsi energi di provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya menunjukkan bahwa kebutuhan beban yang terjadi cenderung meningkat seiring dengan peningkatan perkonomian Sumatera

Utara. Kelompok pelanggan yang paling banyak menggunakan energi listrik adalah sektor rumah tangga yang mencapai 2.458,12 GWh yang kemudian diikuti oleh sektor industri yang mencapai 1.902,33 GWh, sektor bisnis 895,21 GWh dan sektor publik 502,17 GWh dengan total konsumsi energi keseluruhan mencapai 5757,83 GWh 3.4 Kondisi Kelistrikan Kota Medan Sebagai pusat pemerintahan yang ada di provinsi Sumatera Utara, Kota Medan membutuhkan suplai energi listrik yang setiap tahunnya terus bertambah. Hal ini disebabkan karna pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan permintaan terhadap pemasangan listrik terus bertambah. Tabel 3.2 Banyaknya pelanggan listrik cabang Medan Uraian Rumah Bisnis Industry Publik total tangga 2005 371.886 29.153 1.506 9.751 412.296 2006 385.775 30.264 1.507 10.156 427.702 2007 418.504 31.315 1.551 11.218 462.371 2008 432.858 32.462 1.546 11.351 478.217 2009 448.380 33.755 1.550 12.108 495.793 (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) 3.4.1 Tersambung yang tersambung pada beban di kota medan terus meningkat dari tahun ke tahun, ini merupakan indikasi kebutuhan listrik di Kota Medan semakin tinggi. Berikut adalah data yang menyajikan daya tersambung (MVA) terhadap jumlah pelanggan dari tahun 2003-2009 Tabel 3.3 Tersambung(MVA) listrik cabang Medan Jumlah Pelanggan Tersambung (MVA) 2003 383.147 892,91 2004 395.380 996,34 2005 412.296 1.012,28 2006 427.702 1.077,41 2007 462.371 1.132,56 2008 478.217 1.187,62 2009 495.793 1.244.58 (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) 3.4.3 Rasio Elektrifikasi Berikut adalah data yang menyajikan rasio elektrifikasi Kabupaten/kota di Sumatera Utara Tabel 3.4 Rasio elektrifikasi No Kabupaten/Kota Rasio Elektrrifikasi (%) 1 Nias 60,85 2 Mandailing Natal 63,38 3 Tapanuli Selatan 67 4 Tapanuli Tengah 63,57 5 Tapanuli Utara 66,75 6 Toba Samosir 62,90 7 Labuhan batu 64,51 8 Labuhan Batu Utara - 9 Labuhan Batu Selatan - 10 Asahan 65,27 11 Simalungun 65,6 12 Dairi 65,22 13 Karo 61,72 14 Deli Serdang 81,28 15 Langkat 66,59 16 Nias Selatan 59,06 17 Humbang Hasundutan 66,92 18 Pakpak Bharat 56,22 19 Samosir 62,95 20 Serdang bedagai 71 21 Batu bara 62,59 22 Padang lawas Utara - 23 Padang Lawas - 24 Sibolga 100 25 Tanjung Balai 99,71 26 Pematang Siantar 100 27 Tebing Tinggi 100 28 Medan 100 29 Binjai 100 30 Padang Sidempuan 99,75 3.4.4 Konsumsi Energi Listrik Kota Medan Penjualan energi listrik terus meningkat hingga tahun 2009 mencapai 2.727,6 GWh di kota Medan. Jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 2.637,32 GWh terjadi peningkatan konsumsi energi listrik sebesar 9,67% Tabel 3.5 Konsumsi Energi Listrik per sektor Uraian Rumah tangga Bisnis Industri Publik Total 2003 592.510 336.275 804.810 132.443 1.866.038 2004 624.673 385.447 854.773 170.865 2.035.758 2005 659.089 431.325 865.315 175.968 2.133.122 2006 687.284 470.651 924.988 201.921 2.284.845 2007 706.351 468.185 997.197 209.960 2.381.693 2008 793.851 577.517 1.037.489 228.454 2.637.320 2009 805.286 594.275 1.097.129 248.931 2.727.622 (Sumber :PT.PLN(Persero) Cabang Medan) IV. ANALISA PEMBANGUNAN PLTSa KOTA MEDAN 10 MWe Pemanfaatan Biomassa sebagai energi alternatif masih terlalu rendah padahal potensi yang ada sangatlah melimpah dimana hanya 3,25% atau

1.618,4MW yang dimanfaatkan dari total sumber energi yang sebesar 49.810 MW. Tabel 4.3 Kandungann gas landfill Tabel 4.1 Potensi Energi Uraian Kandungan Gas Landfill Kandungan Gas Metana(CH 4 ) (50%) Volume gas 0,0765-0,1425 m 3 /kg 0,038-0,073 m 3 CH 4 /kg 38 73 m 3 CH 4/ton 4.3.2 Potensi pembangkitan PLTSa Jumlah potensi daya yang mampu dibangkitkann dari kandungan energi yang tersedia dari sampah organik Kota Medan adalah: 4.1 Potensi Biomassa di Kota Medan Biomassa merupakan salah satu energi alternatif yang terdapat di kota medan, potensi energi ini sangat melimpah dan selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan sampah kota sebagai energi baru terbarukan yang ada di Kota Medan sangat melimpah, tentu ini akan menjadi potensi untuk mengembangkan PLT Sampah (PLTSa). Mengingat sumber daya energi yang memadai. Dengan demikian maka pembanguan PLTSa potensial untuk didirikan di Kota Medan. Berikut adalah dataa yang menyajikan potensi sampah di Kota Medan beserta karakteristik sampahnya hingga tahun 2025. Tabel 4.2 Estimasi sampah kota Medan dan Karakteristiknya Volume Sampah (m3/hari) 2010 6873 2011 6940 2012 7006 2013 7073 2014 7140 2015 7207 2016 7274 2017 7341 2018 7408 2019 7475 2020 7542 2021 7609 2022 7675 2023 7742 2024 7809 2025 7876 Berat sampah (ton/hari) Berat sampah (ton/tahun) 1718 627.0 1735 633. 1752 639.2 1768 645.3 1785 651.4 1807 657.4 1818 663.5 1835 669.6 1852 675.7 1868 681.8 1885 687.9 1902 693.9 1919 700.0 1935 706. 1952 712.2 1969 718.3 Organik Anorganik Organik (ton/hari) (ton/hari) (ton/tahun) 063 1202,6 515,4 438.944 148 1214,5 520,5 443.203 233 1226,4 525,6 447.463 318 1237,6 530,4 451.723 402 1249,5 535,5 455.981 487 1264,9 542,1 460.241 572 1272,6 545,4 464.500 657 1284,5 550,5 468.759 741 1296,4 555,6 473.019 826 1307,6 560,4 477.278 911 1319,5 565,5 481.538 996 1331,4 570,6 485.797 080 1343,3 575,7 490.056 165 1354,5 580,5 494.315 250 1366,4 585,6 498.575 335 1378,3 590,7 502.835 Anorganik (ton/tahun) 188.119 189.944 191.769 193.595 195.421 197.246 199.072 200.897 202.722 204.548 206.373 208.199 210.024 211.849 213.675 215.501 4.2 Analisa Potensi Energi Sampah Kota Medan Kandungan gas metana (CH4) yang dihasilkan melalui mekanisme pengelolaan sampah organik dengan sistem landfill gasification adalah : Tabel 4.4 Potensi Energi Sampah Kota Medan Uraian Keterangan Berat sampah organik Kota Medan 1190,7 ton/ hari Potensi Energi listrik 1.597,9 3.069,6 GJ/hari Tersedia /Demand 18.5-35.55 MW yang dapat dibangkitkan /supply 5,5-10,65 MW Produksi Energi Listrik per hari 217, 26 MWh Produksi energi listrik per tahun 72.420 MWh/y Dengan didirikannya PLTSa di Kota Medan maka pasokan energi dengan memanfaatkan energi terbarukan dapat terus bertambah disisi lain juga sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan listrik dikota Medan. 4.4 Analisaa Konsumsi Energi Listrik Kota Medan 4.4.1 peramalan dengan Metode DKL 3.01 Tabel 4.5 Estimasi energi konsumsi total di kota Medan per sektor pelanggan tahun 2010-2025 sektor Rumah Tangga Sektor Komesial/ Bisnis Sektor Industri Sektor Publik Total 2010 812.301 611.519 2011 820.206 629.264 2012 828.489 647.523 2013 836.841 666.313 2014 845.295 685.648 2015 853.832 705.543 2016 862.456 726.016 2017 871.167 747.083 2018 879.967 768.762 2019 890.344 791.069 2020 897.834 814.024 2021 906.902 837.644 2022 916.062 861.951 2023 925.314 886.962 2024 934.660 912.699 2025 944.099 939.184 1.159.998 271.243 2.855.061 1.226.471 295.556 2.971.497 1.296.752 322.047 3.094.811 1.371.061 350.913 3.225.128 1.449.629 382.367 3.362.939 1.532.698 416.639 3.508.712 1.620.528 453.984 3.662.984 1.713.391 494.676 3.826.317 1.811.575 539.015 3.999.319 1.915.385 587.329 4.184.127 2.025.144 639.973 4.376.975 2.141.193 697.335 4.583.074 2.263.892 759839 4.801.744 2.393.622 827.946 5.033.844 2.530.786 902. 157 5.280.302 2.675.811 983.020 5.542.114 4.4.2 Peramalan Pertumbuhan Beban Puncak Setelah didapatkan hasil dari analisaa pertumbuhan kebutuhan energi listrik di Kota Medan

dengan menggunakan metoda DKL 3.01 maka besarnya pertumbuhan beban puncak di Kota Medan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: Tabel 4.6 Pertumbuhan Energi Terjual (GWH), Energi Produksi (GWH), dan Beban Puncak (MW) Kota Medan 2010-2025 Konsumsi Energi Load Factor Energi Produksi Peak Load t ETt LFt EPTt PLt 2010 2.855.061 0.59 3.232.632 625.5 2011 2.971.497 0,568 3364466,7 675,4 2012 3.094.811 0,570 3504088,5 701,5 2013 3.225.128 0,571 3651639,5 729,1 2014 3.362.939 0,573 3807675,5 758,3 2015 3.508.712 0,574 3972726,4 789,2 2016 3.662.984 0,576 4147400,4 821,9 2017 3.826.317 0,577 4332333,6 856,5 2018 3.999.319 0,578 4528214,4 893,1 2019 4.184.127 0,580 4737462,6 932,3 2020 4.376.975 0,581 4955814,1 973,1 2021 4.583.074 0,582 5189168,9 1016,8 2022 4.801.744 0,583 5436757,2 1063,1 2023 5.033.844 0,584 5699551,6 1112,3 2024 5.280.302 0,586 5978602,8 1164,6 2025 5.542.114 0,587 6275038,5 1220,1 4.4.3 Proyeksi Neraca di Kota Medan Dengan rencana beroperasinya PLTSa 10 MW di Kota Medan maka akan mempengaruhi neraca daya yang ada di Kota Medan. Rencana beroperasi PLTSa ditargetkan 2014 sehingga suplai daya dapat dimasukkan ke jaringan PLN. Berikut adalah proyeksi neraca daya Kota Medan tahun2010-2025 Tabel 4.7 Proyeksi Neraca Kota Medan Terpasang (MW) Mampu (MW) Beban Puncak (MW) Keterangan 2010 1257.4 1011 625.5 385.5 2011 1257.4 1011 675,4 335.6 2012 1257.4 1011 701,5 309.5 2013 1257.4 1011 729,1 281,9 2014 1267.4 1021 758,3 262,7 2015 1267.4 1021 789,2 231,8 2016 1267.4 1021 821,9 199,1 2017 1267.4 1021 856,5 164,5 2018 1267.4 1021 893,1 127,9 2019 1267.4 1021 932,3 88,7 2020 1267.4 1021 973,1 47,9 2021 1267.4 1021 1016,8 4,2 2022 1267.4 1021 1063,1-42,1 2023 1267.4 1021 1112,3-91,3 2024 1267.4 1021 1164,6-143,6 2025 1267.4 1021 1220,1-199,1 Ketika terjadi penambahan kapasitas pembangkit PLTSa pada tahun 2014, kondisi neraca daya dalam keadaan baik karena kapasitas pembangkit yang menyupai Kota Medan masih dapat menjaga keandaalan suplai dari permintaan pelanggan. Namun pada tahun 2022 Kota medan mengalami defisit energi sehingga perlu ada penambahan kapasitas pembangkit. Dengan adanya pembangunan PLTSa terjadi peningkatan besar kapasitas daya pembangkit sebesar 0,79% di Kota Medan. 4.5 Perencanaan Pembangkitan PLTSa Perencanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan kapasitas pembangkit 10 MW di Kota Medan akan menggunakan teknologi landfill gas, dimana ada pemanfaatan gas metana (CH4) yang diperoleh dari hasil dekomposisi sampah organik pada landfill area yang telah disediakan. Teknologi ini merupakan teknologi secara biologis dan tidak menggunakan mekanisme pembakaran. Teknologi landill gas untuk pembangkitan tenaga listrik merupakan teknologi yang berwawasan lingkungan dan dapat memperbaiki struktur dan mereklamasi lahan TPA yang telah digunakan. Selama ini pemanfaatan TPA di Kota Medan dioperasikan secara terbuka/open dumping sehingga kerusakan lingkungan yang ditimbulkan terus terjadi dan terus menigkatkan faktor emisi dilingkungan TPA bahkan Kota Medan baik dari penumpukan sampah hingga menghasilkan gas berbahaya dan beracun serta pembakaran sampah yang tidak terkendali yang terus memproduksi gas karbon dioksida (CO 2 ). Dari pemanfaatan lahan TPA ini akan direncanakan pembanguan PLTSa, dimana terdapat lahan seluas 137.563 m2 yang terletak di kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Lokasi ini berjarak 500 m dari pemukiman serta 14 Km dari pusat kota Medan, topografi lahan relatif datar. Unit pengolahan lindi ( WTP) 0.4/20 kv Gas Flare 10 x.1,063 MW 4.5 Analisa Ekonomi 4.6.1 Analisa Biaya Pembangkitan PLTSa Untuk menentukan biaya pembangkitan PLTSa di Kota Medan, ada beberapa parameter yang harus

diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M), dan Biaya bahan bakar (Fuel cost). Selain parameter diatas ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembalian modal besarnya suku bunga dan faktor depresiasi. Besarnya suku bunga 6 %, 9 % dan 12%. dan besarnya faktor depresiasi sebesar 4% dengan umur pembangkit 25 tahun. Nilai parameterparameter diatas ditunjukkan pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Biaya Pembangunan PLTSa Kota Medan Perhitungan Suku Bunga 6 % 9 % 12 % Biaya Pembangkitan (US$ / kw) 3000 3000 3000 Umur Operasi () 25 25 25 Kapasitas (MW) 10 10 10 Biaya Bahan Bakar (US$ / kwh) 0,0010 0.0010 0.0010 Biaya O & M (US$/ kwh) 0.0070 0.0070 0,0070 Biaya Modal (US$ / kwh) 0.0436 0.0538 0.0646 Total Cost (US$/ kwh) 0,0516 0.0618 0.0726 4.6.2 Pendapatan per Jumlah pendapatan per tahun/ Cash in Flow (CIF) dapat dihitung dari kwh output dan selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dengan Biaya Pembangkitan atau dengan kata lain keuntungan penjualan (KP). Tabel 4.9 Pendapatan berdasarkan tingkat suku bunga Suku Bunga CIF Rp/tahun 6% 78.685.824.000 9% 72.252.480.000 12% 65.440.704.000 4.6.3 Payback Periode Payback periode adalah lama waktu yang dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh. Tabel 4.10 Payback Periode Suku Bunga Payback Periode (PP) 6 % 3,4 9 % 3,7 12 % 4,1 4.7 Analisa sebelum dan sesudah PLTSa beroperasi Jika dihitung biaya pokok penyediaan (BPP) provinsi Sumatera Utara dengan perinciannya per pembangkit maka dapat diperoleh besar biaya pokok penyediaan sebesar Rp.660,2/kWh. BPP tersebut belum termasuk dari pengaruh pengoperasian PLTSa yang dibangun. Jika PLTSa beroperasi maka besar BPP akan menjadi Rp.657,5/ kwh. Dengan demikian pengaruh pembangunan PLTSa dikota Medan adalah dapat menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp.2,7/kWh 4.7.1 Analisa Beli Masyarakat Kota Medan setelah PLTSa Beroperasi Kemampuan konsumsi masyarakat akan energi listrik sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik nantinya yang mampu dibayar. Untuk mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat kota Medan digunakan data kelistrikan dan kependudukan kota Medan sebagai parameter. PDRB perkapita kota Medan Rp.31.026.833/tahun, 1 bulan Rp. 2.585.569/bulan Dalam rumah tangga ada terdapat 2 anggota keluarga yang berpenghasilan. Maka: Pendapatan tiap rumah tangga 2 x Rp.2.585.569 = Rp. 5.171.138 Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi energi listrik = 5% x Rp. 5.171.138 = Rp. 258.557 Dengan sambungan daya pelanggan 900 VA, faktor daya 0.85, faktor beban 75% maka didapat daya dalam watt P = 900 x 0.85 = 765 watt Konsumsi listrik dalam 1 bulan didapat: 0.765 kw x 30 (hari) x 24 jam x faktor beban 0.765 x 30 x 24 x 0.75 = 413.10 kwh/bulan. (Faktor beban 0.75) Tabel 4.11 TDL Provinsi Sumatera Utara Provinsi RT Bisnis Industri Sosial GKP PJU (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.) Sumatera 544.3 772.2 643.55 600.68 769.44 636.62 Utara Dengan TDL (tarif dasar listrik) rumah tangga untuk provinsi Sumatera Utara sebesar Rp.544.3 maka didapat: 413,10 kwh/bulan x Rp.544.3/kWh = Rp. 224.850/bulan Dengan ditambah biaya beban sebesar Rp.20.000, maka pengeluaran perbulan untuk pembayaran tagihan listrik sebesar Rp. 244.850 beli masyarakat = (Rp.258.577/Rp.244.850) x Rp.544.3/kWh = Rp. 574,8/kWh Dengan daya beli masyarakat sebesar Rp. 574,8/kWh maka masih terdapat selisih dalam penjualan listrik setelah pembangunan PLTSa,karena harga jual listrik setelah PLTSa didirikan adalah Rp. 657,5/kWh. 4.8 Upaya Pengurangan Emisi Gas rumah kaca Sisa dari sampah (organik) ditimbun dan kemudian ditutup akan menimbulkan gas metana (CH4) yang pada dasarnya merupakan gas rumah

kaca yang paling buruk. Kondisi ini jelas memperburuk efek GRK karena potensi gas metana 21 kali lipat dibandingkan CO2. Berikut adalah kemungkinan penurunan emisi GRK yang dihasilkan dari PLTSa. 1 MWh = 0.963 tco2 Produksi energi listrik PLTSa 10 MW x 0.85 x 24 h = 204 MWh Potensi reduksi emisi 204 MWh x 0.963 tco2/mwh = 196,452 tco2 Dalam 1 tahun = 196,452 tco2 x 365 /tahun Dalam 25 tahun = 71.705 tco2/tahun = 71.705 tco2 x 25 tahun = 1.792.625 tco2 Maka dalam proyek pembangkitan PLTSa selama 25 dimungkinkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 1.792.625 tco2 4.9 Aspek Sosial Beragam fenomena yang biasa muncul pada rencana pembangunan PLTSa adalah penolakan pembangunan PLTSa karena dianggap sebagai pembangkit yang dapat merusak lingkungan, pembangkit yang tidak bersih serta dapat memutus roda perekonomian masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari sampah yang ada di TPA. Persoalan diatas muncul karena tidak ada komunikasi yang baik antara komunitas terhadap masyarakat yang ada disekitar pembangkit. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diadakan Program Pembangunan Komunitas yang tepat yang berdampak dan menguntungkan selain lapangan pekerjaan adalah sebagai berikut: a) Program Pembangunan Komunitas bagi Pemulung: 1. Pendampingan Kelompok; 2. Pengembangan SDM 3. Pelatihan pengelolaan sampah; 4. Sosialisasi Dampak Pencemaran Lingkungan; 5. Fasilitasi Pembangunan Sarana kebersihan 6. Fasilitasi dengan layanan Pendidikan dan Kesehatan. b) Program Pembangunan Komunitas bagi Masyarakat lokal dan tokoh masyarakat 1. Pembentukan Kelompok Sadar Lingkungan; 2. Pemberian layanan pelatihan untuk peningkatan SDM 3. Sosialisasi Manfaat Sampah; 4. Pelatihan Pengolahan Sampah yang tepat guna; 5. Pendirian Sekolah 6. Pembentukan dan Pembangunan Fasilitas Kesehatan Dengan adanya program kemasyarakatan diharapkan tercipta keseimbangan antara komunitas masyarakat terhadap adanya PLTSa sehingga kualitas hidup komunitas masyarakat di sekitar pembangkit dapat lebih baik dan meningkat. 4.10 Program Konservasi Energi Listrik Dengan pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi sampah perkotaan yang merupakan sumber energi non fosil dan dapat diperbaharui, maka ketersediaan sumber energi lain terutama yang tidak dapat diperbaharui atau non fosil seperti batu bara, gas alam dan minyak bumi akan tetap tersedia dan tidak cepat habis. Sehingga dengan dibangunnnya PLTSa yang memanfaatkan sumber energi lokal yang tersedia maka dapat mendukung adanya langkah konservasi energi. Dimana energi fosil yang ada bisa dimanfaatkan untuk keperluan yang lain yang sifatnya lebih penting dan lebih berguna buat masyarakat. V. KESIMPULAN 1. Perlu adanya pembangunan pembangkit baru guna memenuhi kebutuhan listrik di di sumatera Utara dimasa mendatang, karena kondisi saat ini sumatera utara mengalami kekurangan pasokan energi listrik, saat ini sumatera utara memiliki daya mampu sebesar 1212 MW dengan kapasitas terpasang 1520,3 MW dan beban puncak mencapai 1262,2 MW. Untuk kebutuhan listrik di kota Medan mencapai 54,19% dari total kebutuhan propinsi dengan pertumbuhan konsumsi energi mencapai 4,7 % setiap tahunnya. 2. Potensi biomassa dengan memanfaatkan sampah kota sebagai sumber energi alternatif untuk pembangkitan PLTSa sangat melimpah di Kota Medan dan belum dimanfaatkan. Berdasarkan analisa diperoleh bahwa estimasi timbunan sampah kota tahun 2009 mencapai 620.979 ton/tahun dengan komposisi sampah organik mencapai 434.685 ton/tahun. Dan tahun 2025 mencapai 718.335 ton/hari dengan sampah organik mencapai 502.835 ton/tahun dengan rata-rata produksi sampah perhari mencapai 1190 ton/hari sampah organik. Dan diperkirakan mampu memproduksi listrik setiap tahunnya sebesar 72,42 GWh. 3. Dari aspek ekonomi pembanguan PLTSa menguntungkan Berdasarkan analisa biaya investasi sebesar 3000 US$/kW dengan kapasitas pembangkit 10 MW pada suku bunga 6% biaya investasi akan kembali selama 3,4 tahun untuk suku bunga 9% selama 3,7 tahun suku bunga 12% selama 4,1 tahun.dengan ratarata pendapatan mencapai 78,685 Milyar setiap tahunnya.

4. Pengaruh pembangunan PLTSa terhadap biaya pokok penyediaan (BPP) menunjukkan adanya penurunan, dimana BPP provinsi sebelum PLTSa beroperasi adalah Rp.660,2/kWh dan setelah PLTSa beroperasi BPP Provinsi menjadi Rp.657,5/kWh namun tidak mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat Kota Medan. Kemampuan daya beli masyarakat sebesar Rp.574,8/kWh. 5. Pada aspek sosial, masyarakat komunitas dapat terbantu dengan adanya PLTSa karena terjalin hubungan sosial sehingga kondisi perekonomian masyarakat dapat meningkat dengan adanya kesempatan kerja yang diberikan dan dapat mendorong peningkatkan kualitas hidup yang didukung dengan memberikan sarana menunjang untuk pengembangan SDM seperti pendidikan dan kesehatan. Sedangkan pada aspek lingkungan terjadi perubahan kondisi lingkungan yang lebih baik dengan adanya pengoperasian PLTSa maka laju pertumbuhan emisi gas rumah kaca sebesar 71.705 tco2/tahun dapat ditekan sehingga tidak mencemari udara disekitar. [12] Energy information and data, pyromex waste to energy [13] 2010, Data dan program dinas Kebersihan Kota Medan BIOGRAFI PENULIS Kukuh Siwi Kuncoro, lahir di Labuhan Batu, Sumatera Utara 29 April 1987, menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1999 di SDN 112184 Pematang Seleng, Kemudian melanjutkan di SLTPN 1 Bilah Hulu selesai pada tahun 2002, selanjutnya diterima di SMAN 3 Rantau Utara selesai pada tahun 2005. Setelah lulus SMA penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Gadja Mada program D3 Teknik Elektro dan selesai pada tahun 2008. Dan sekarang tercatat sebagai mahasiswa Teknik Elektro, Teknik Sistem Tenaga, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Daftar Pustaka [1] Djiteng Marsudi Ir, 2005, Pembangkitan Energi Listrik, Erlangga, Jakarta. [2] Lestari, Endang, dkk, 2009, Pemanfaatan gas dari sampah untuk pembangkit energy listrik, M&E Volume 7 no. 3 hal 21 [3] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Mineral Nomor 07 tahun 2010, Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh PT. PLN (PERSERO). [4] PT. PLN (PERSERO), 2010, Rencana Umum Pembangkitan Tenaga Listrik 2010 2019. Jakarta [5] Sejati, Kucoro, 2009, pengelolaan Sampah Terpadu, Kanisius, Yogyakarta [6] Sudrajat, R., 2009, Mengelola Sampah Kota, Penebar Swadaya, Jakarta [7] Syariffuddin Mahmudsyah, 2008, Diktat Kuliah Pembangkit Tenaga Listrik, Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, 2008. [8] Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008, tentang peneglolaan sampah [9] wintolo, Mahendro, 2007, Landfill Gas sebagai Energi Altenatif, M&E volume 5 no.2 hal 85-92 [10] Badan Pusat Statistik, 2009, Medan dalam angka 2009 [11] Badan Pusat Statistik 2009, Sumatera Utara Dalam Angka 2009