SERTIFIKASI PROFESI SEBAGAI ACUAN PADA PENINJAUAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

INTEGRASI METODE SERVQUAL DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) GUNA MENINGKATAN PELAYANAN JASA DI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SURABAYA

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501)

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Juli 2012

PENGEMBANGAN BATIK GEDOK TUBAN BERDASARKAN ATRIBUT KONSUMEN DENGAN MENGUNAKAN METODE QFD (Quality Function Deployment)

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN KEPADA PELANGGAN DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE SERVQUAL

sedangkan industry, dapat diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis

Gambar 1. 1 Empat Fase Model QFD

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DI PT. KARYA TEKNIK PERSADA SURABAYA

PERANCANGAN TAS PUNGGUNG LAPTOP MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT PADA HOME INDUSTRI LANGON KOTA TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. besar yang kompleks. Pertama, keterbatasan dana yang diperoleh lembaga-lembaga

ANALISA PROSES BISNIS

Sejarah Quality Function Deployment

PERANCANGAN ALAT CETAK ISI RESOLES DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Deskripsi Umum, Learning Outcomes, dan Kurikulum Inti Program Studi Teknik Industri

Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KOPI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMASARAN DENGAN BERORIENTASI PADA PELANGGAN

TUGAS AKHIR INTEGRASI METODE KANO DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM ANALISIS KEPUASAN TERHADAP

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September Strategi. Pembelajaran. - Standar Kompetensi - Relevansi - Penjelasan Kontrak

Pengembangan Desain Produk Tas Gadukan Guna Meningkatkan Daya Saing Ikm

APLIKASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM USAHA MEMENUHI KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PRODUK AQUA GELAS 240 ML PADA PT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK REFERENSI : PMBOK

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENENTUAN ATRIBUT PERSYARATAN TEKNIS ALAT PEMERAS SANTAN DI UMKM XYZ KOTA BATU

Manajemen Mutu Proyek (Manajemen Kualitas)

Pengembangan Desain Produk Teh Gelas Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment Untuk Meningkatkan Penjualan Di CV.

BAB 2 LANDASAN TEORI...

IMPLEMENTASI METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) GUNA MENINGKATKAN KUALITAS KAIN BATIK TULIS

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

LO = CP, CAPAIAN PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KUALITAS TRAINING UNTUK PELANGGAN PT INKA DENGAN PENDEKATAN METODE AHP DAN QFD

3.1 Persiapan Penelitian

Melani Anggraini Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

Pengenalan Program Studi Teknik Industri

Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB Ayu Purwarianti, Ph. D.

IMPLEMENTASI QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KERAMIK DI PT. PLATINUM CERAMICS INDUSTRY

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

Usulan Kurikulum Inti Program Studi Teknik Industri Berbasis KKNI

Informatika. Penyusunan Kurikulum S1 Teknik Informatika ITB. Organisasi pada STEI 6/14/2013

Penyusunan Rencana Pengajaran

2. Bila diketahui terdapat 2 orang maka jumlah jalur komunikasinya adalah a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5

Kata Kunci : Penilaian Konsumen, Kualitas Produk, Metode QFD (Quality Function Deployment)


SIDANG TESIS MANAJEMEN INDUSTRI MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011

Seminar Tesis. Sri Hariani Eko Wulandari Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M.Eng.Sc. Ir., Udisubakti

SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

USULAN PENGEMBANGAN PRODUK MAKANAN RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Teknik Informatika S1

ANALISA KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BENGKEL DENGAN METODE SERVQUAL DAN QFD SKRIPSI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB III METODE PENELITIAN

Berita KURIKULUM 2015 TEKNIK INDUSTRI UBAYA SEMESTER I KODE 1 / 68

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENGETAHUI KEINGINAN DAN HARAPAN KONSUMEN

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN ADMINISTRASI PADA KANTOR LAYANAN ADMINISTRASI POLITEKNIK UBAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA : METODOLOGI PEMBELAJARAN

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

PERBAIKAN PROSES PERANCANGAN PRODUK INDUSTRIAL LATEX GLOVES DENGAN PENDEKATAN CONCURRENT ENGINEERING TOOLS

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

Pengembangan Kurikulum Program Studi Teknik Industri dengan Menggunakan Metode Quality Function Development

PERTEMUAN 3 (MENENTUKAN SPESIFIKASI & TARGET) KAMIS, 20 OKTOBER 2016

memenuhi semua Kriteria Akreditasi. Kriteria Akreditasi & Prosedur Evaluasi Akreditasi Akreditasi IABEE IABEE Pembelajaran (OBE).

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001

Peningkatan Kualitas Layanan General Affair Menggunakan Metode ServQual dan QFD pada PT. Meratus Line

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

Sistem Penjaminan Mutu. Sistem Penjaminan Mutu Akademik* Akademik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting bagi

MEMBANGUN HOUSE OF QUALITY

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN KEPADA PELANGGAN DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE SERVQUAL DAN QFD (STUDY KASUS : HOTEL ELMI SURABAYA)

Manajemen Mutu. Eko Pujiyanto,S.Si.,M.T. Hp : URL :

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xxi. DAFTAR GAMBAR... xxiii. DAFTAR LAMPIRAN... xxv

EVALUASI RANCANGAN KURIKULUM DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

ANALISA KUALITAS LAYANAN BANDAR UDARA JUANDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD

PENGEMBANGAN PRODUK BATU ONIX BERDASARKAN PERSEPSI DAN KEINGINAN KONSUMEN

LAMPIRAN A Kuisioner Validasi Awal

KAJIAN KINERJA KESELAMATAN BUS ANTAR KOTA DALAM PROVINSI DI JAWA TIMUR

Standar Kompetensi Lulusan STIKES HARAPAN IBU

Karakteristik Teknis Prioritas Proses Produksi Karung Goni Plastik dengan QFD

TESIS STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP DAN QFD (STUDI KASUS PERUSAHAAN TENUN MASYHUR SIDOARJO) Oleh :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Pasal 7 ayat 1, kurikulum terdiri atas: a. Kurikulum Inti dan b. Kurikulum Institusional Kurikulum inti merupakan kelompok bahan kajian dan

SDM. asing KKNI (IQF) Penilaian kesetaraan dan pengakuan kualifikas. SDM Indonesia ALASAN EKSTERNAL. Sebuah Pernyataan kualitas ALASAN INTERNAL SDM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

03/06/2015. Hambatan dalam Pengembangan Sistem Manajemen Kualitas. Sistem Manajemen Kualitas Internasional

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

PENGEMBANGAN PROGRAM PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN PADA USAHA JASA MENGGUNAKAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Evaluasi Proses Pembelajaran Berdasarkan pada Voice Of Customer (Studi Kasus pada Fakultas X, Universitas Y)

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

SERTIFIKASI PROFESI SEBAGAI ACUAN PADA PENINJAUAN KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI Oleh Dradjad Irianto 1 dan Rida Norina 2 Abstrak Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan merupakan prioritas yang harus dikedepankan. Lebih jauh lagi, pemerintah telah membuat kebijakan link and match agar dunia pendidikan tinggi dan dunia industri dapat saling bersinergi. Untuk merealisasikan kebijakan link and match tersebut diperlukan kurikulum yang mampu menjawab harapan dari stakeholders, khususnya dunia industri sebagai salah satu user lulusan Perguruan Tinggi. Permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan kurikulum yang dapat mendukung kebijakan link and match dengan mempertimbangkan batasan yang dimiliki pendidikan tinggi, sehingga mampu menghasilkan proses akademik yang tepat sasaran. Proses pengembangan kurikulum perlu melalui tahapan peninjauan (review) terhadap kurikulum berjalan. Berbagai program studi pendidikan tinggi, secara umum, melakukan peninjauan kurikulum dengan mengadakan lokakarya untuk mendapatkan masukan tentang needs dunia industri. Makalah ini mengusulkan sebuah model peninjauan kurikulum dengan menggunakan body of knowledge (BOK) sertifikasi profesi sebagai acuan. BOK yang telah disusun dapat menjadi basis rincian kebutuhan dunia industri secara eksplisit. Model usulan review kurikulum ini memperhatikan beberapa hal yaitu harapan stakeholders, dan level of cognitive yang diharapkan. Harapan stakeholders diwakili oleh BOK sertifikasi profesi dimana di dalamnya telah mencantumkan tingkatan taksonomi Bloom yang tepat sesuai pemenuhan kebutuhan level of cognitive di dunia industri. Mekanisme yang sesuai untuk mereview kurikulum lama dengan menjadikan BOK sertifikasi profesi sebagai suara pelanggan (voice of customer) adalah metode Quality Function Deployment (QFD). Model yang dikembangkan ditunjukkan mekanisme kerjanya pada peninjauan kurikulum untuk matakuliah yang berkaitan dengan manajemen kualitas. Untuk itu, sertifikasi profesi yang digunakan adalah sertifikasi six sigma level green belt yang distandarkan oleh American Society for Quality (ASQ). Dari uji coba ini diperoleh hasil terdapat 14 mata kuliah yang terkait sehingga pengembangan metologi pembelajarannya dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan lulusan yang akan berperan sebagai green belt. Kata kunci: link and match, kurikulum, sertifikasi profesi, six sigma, QFD. 1 Staf pengajar di Fakultas Teknologi Industri ITB dan anggota Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur ITB 2 Staf pengajar di Universitas Achmad Yani

I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya utama yang dilakukan untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Proses pendidikan dilaksanakan dalam suatu institusi formal yang menyelenggarakan suatu mekanisme mengembangkan pengetahuan (knowledge), keahlian atau ketrampilan (skill), serta sikap (attitude). Ketiga hal yang dikembangkan ini ditujukan untuk menjawab kebutuhan dunia kerja dalam rangka membangun kesejahteraan masyarakat. Pendidikan tinggi sebagai sebuah institusi pada tingkat akhir juga dituntut untuk mengembangkan ketiga hal tersebut dengan arah yang sudah sangat spesifik mencakup suatu bidang tertentu di industri atau masyarakat. Berkaitan dengan tuntutan dari dunia kerja di industri dan masyarakat, pemerintah (dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional) telah menyusun kebijakan link and match, dimana dunia pendidikan dapat mengisi kebutuhan dunia kerja dengan membentuk kompetensi lulusan perguruan tinggi yang sesuai. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kebijakan link and match dalam penyediaan calon tenaga kerja oleh pendidikan tinggi adalah kurikulum. Namun demikian yang menjadi permasalahan di Indonesia adalah kurikulum yang dikembangkan Perguruan Tinggi saat ini belum mendukung kebijakan link dan match. Hal ini ditunjukkan dengan adanya tuntutan dunia industri yang belum dapat dipenuhi oleh kurikulum saat ini (Wardiman, 2007). Salah satu indikasi nyata adanya gap realisasi kebijakan link and match oleh perguruan tinggi adalah diselenggarakannya program retooling dalam Proyek Pengembangan Pendidikan Profesional dan Keahlian (Technological and Professional Skills Development Sector Pproject, TPSDP). Program ini diberikan kepada lulusan PTN atau PTS yang belum bekerja karena diasumsikan mereka belum memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang mamadai. Kurikulum dalam sebuah program pedidikan adalah rancangan yang akan sangat menentukan spesifikasi dan kualitas lulusan program pendidikan. Kurikulum adalah suatu rancangan input dan proses pembelajaran untuk mendapatkan outcomes yang sesuai dengan harapan. Perancangan tersebut disusun secara sistematis melalui suatu prosedur yang dibakukan agar diperoleh hasil yang terstruktur untuk suatu bidang studi. Selanjutnya, kurikulum yang dihasilkan digunakan sbagai pedoman dan instruksi yang harus diacu secara konsisten untuk mengembangkan strategi dan melaksanakan proses pembelajaran. Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan oleh program pendidikan dapat tercapai (Grayson, 1978). Model pengembangan kurikulum yang disarankan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia adalah model Grayson (1978)

dan Model Jones (2000). Secara umum tahapan pengembangan kurikulum pada model tersebut mencakup aktivitas perumusan masalah, penyusunan struktur dan organisasi kurikulum serta implementasi dan evaluasi. Tahapan kritis dari model tersebut adalah tahapan perumusan masalah yang merupakan penentu keberhasilan bagi tahapan selanjutnya. Tahapan ini umum dikenal sebagai tahapan peninjauan kurikulum (curriculum review). Pada tahap peninjauan kurikulum ini dilakukan proses eksplorasi kebutuhan stakeholders, namun demikian, baik Grayson (1978) maupun Jones (2000) tidak menyebutkan secara eksplisit bagaimana (how) menentukan kebutuhan stakeholders secara tepat. Eksplorasi kebutuhan stakeholders dapat dilakukan melalui studi pelacakan karir lulusan (tracer study), lokakarya dan studi dokumentasi. II. METODOLOGI PENINJAUAN KURIKULUM Tracer study adalah studi yang digunakan untuk memantau status pekerjaan dan kinerja lulusan di tempat kerja mulai dari saat lulus. Selain memerlukan biaya yang besar, kelemahan studi ini adalah sangat tergantung partisipasi aktif dari lulusan sehingga proses untuk mendapatkan sampel yang representatif sulit dikendalikan. Kendalakendala pada studi pelacakan membuat pendidikan tinggi memilih untuk melakukan lokakarya untuk mendapatkan masukan tentang kebutuhan stakeholders. Kegiatan ini sepenuhnya dapat dikendalikan oleh pelaksana program pendidikan. Dalam lokakarya ini, tidak hanya lulusan yang diundang. Untuk melengkapi kebutuhan stakeholders, orang tua (calon) mahasiswa, expert, industri atau organisasi pengguna lulusan, serta organisasi keprofesian adalah pihak-pihak yang perlu dilibatkan dalam lokakarya. Satu pertanyaan yang masih muncul adalah berapa banyak partisipan yang dinilai dapat mewakili untuk menentukan kebutuhan stakeholders tersebut, serta bagaimana batasan evaluasi yang tepat dari banyaknya masukan tentang kebutuhan stakeholders. Kendala ini juga dapat mengakibatkan proses perumusan kebutuhan stakeholders menjadi uncontrollable. Oleh karena itu, persiapan yang matang untuk melakukan lokakarya menjadi sangat penting. Namun demikian, menyelenggarakan lokakarya yang dibatasi waktu serta melibatkan banyak pihak bukan sesuatu yang mudah dicapai. Karena keterbatasan inilah maka tidak semua informasi yang dibutuhkan akan didapatkan dalam lokakarya tersebut, sehingga studi dokumentasi menjadi pilihan alternatif pelengkap yang sering dilakukan. Memperhatikan keterbatasan dalam model pengembangan kurikulum yang ada saat ini, dapat disimpulkan tidak adanya jaminan (assurance) bahwa kebutuhan stakeholders dapat didefinisikan secara eksplisit. Di samping itu, kurikulum adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sehingga akan terus menyesuaikan dengan perubahan keinginan stakeholders. Pada model pengembangan kurikulum yang ada saat ini, belum ditemukan metode yang dapat digunakan untuk meriview kurikulum lama dengan kebutuhan stakeholders yang berbeda dari periode sebelumnya. Perumusan kebutuhan pada tahapan pengembangan kurikulum harus mampu mendefinisian kebutuhan stakeholders yang dapat dianggap sebagai voice of customer.

Pada tahap perumusan ini kebutuhan stakeholders diharapkan dapat diperoleh secara eksplisit dengan capaian tujuan pemahaman materi yang rinci, agar sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan dunia kerja tertentu. Sejauh mana tingkat pencapaian dalam pemahaman suatu materi dapat dijelaskan dengan menggunakan taksonomi Bloom. Krawthwohl (2002) menyebutkan bahwa tingkatan taksonomi Bloom dimulai dari tingkatan yang paling sederhana yaitu remember sampai dengan yang paling kompleks yaitu create. Adanya kejelasan tingkat pencapaian dapat menjamin kepastian kesesuian antara pemenuhan tingkat kebutuhan stakeholders dan tingkat pemahaman materi. Penjaminan ini dapat diperoleh dengan menggunakan batang tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang disusun dalam sertifikasi suatu profesi kerja. Dalam body of knowledge (BOK) sertifikasi profesi tercantum cakupan pengetahuan dengan tingkatan pencapaian taksonomi bloom- nya dimana keduanya harus terdefinisi secara eksplisit. Metode yang dapat digunakan untuk pengembangkan kurikulum yang ada saat ini dengan menjadikan BOK sertifikasi profesi sebagai VOC dan kurikulum saat ini sebagai technical responses adalah metode Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah metode yang terstruktur dan terencanaan untuk mempertemukan keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap kemampuan produk atau jasa secara sistematis (Cohen, 1995). Cohen menjelaskan terdapat empat Hirarki QFD yaitu matrik pertama adalah HOQ, matrik kedua adalah perancangan subsistem, matrik ketiga adalah perancangan bagian dan matrik keempat adalah peracangan proses. What pada matrik pertama adalah VOC dan technical responses sebagai how. Dari keempat matrik tersebut, HOQ sebagai matrik pertama yang merupakan matrik kritis penentukan keberhasilan proses peracangan secara keseluruhan, dan ini setara dengan permasalah dalam makalah ini pada saat melakukan peninjauan kurikulum lama, dimana VOC sebagai what dan cakupan matakuliah hasil rancangan kurikulum lama sebagai how. III. PENINJAUAN KURIKULUM DENGAN SERTIFIKASI PROFESI Salah satu ciri kurikulum yang baik adalah penetapan kebutuhan stakeholders yang bersifat eksplisit (Jones, 2000) Penetapan kebutuhan stakeholders adalah langkah krusial dalam pembentukan kurikulum yang dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan customer dengan apa yang diberikan kurikulum. Dalam perancangan model usulan kurikulum ini, BOK sertifikasi profesi dapat diartikan sebagai kebutuhan stakeholders yang bersifat eksplisit. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan BOK adalah (i) keprofesian yang sesuai dengan keprofesian program studi, (ii) kredibilitias dari organisasi profesian yang mengeluarkan BOK sertifikasi, dan (iii) sertifikasi profesi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan industri dan sesuai dengan kebutuhan level atau strata pendidikan. Menjadikan BOK sertifikasi sebagai voice of customer dalam tahapan peninjauan kurikulum lama maka perlu dilihat bahwa voice of customer sebagai suatu pertanyaan what yang harus dipenuhi, dan kandungan (content) kurikulum sebagai how (untuk jawab pertanyaan what ). Metode QFD dapat diadopsi kerangka berpikirnya untuk

digunakan sebagai tools yang digunakan untuk mengevaluasi tingkatan pemenuhan BOK serifikasi profesi terhadap kurikulum lama. Model peninjauan kurikulum yang dikembangkan diberikan pada Gambar 1. Body of knowledge Sertifkasi Profesi Kurikulum Jurusan Program Studi Level of cognitive Bloom s Toxonomy Phase I D Technical Correlations C Technical Responses Tingkatan Taxonomy Bloom's pada BOK sertifikasi profesi Tingkatan Taxonomy Bloom's pada kurikulum Goal Improvement Ratio Interest Point Raw Weight Normalized Phase II A Customer Need & Benefits B Relationship (Impact of Technical Response on Customer Needs & Benefits) E Planning Matrix (Market Research & Strategic Planning) Raw BOK Sertifiaksi Row Kurikulum Gap % Gap F Technical Matrix Phase III Gambar 1 Model Peninjauan Kurikulum Menemukan kelebihan dan kekurangan kurikulum jurusan dibandingkan body of knowledge sertifikasi profesi Pada fase pertama, pengisian matrix QFD menggunakan input data BOK sertifikasi, kurikulum lama dan tingkatan taksonomi Bloom. Proses kritis dalam pengisian matrix QFD adalah proses mapping antara customer needs dengan technical responses. Di samping itu, penentuan bobot tingkatan taksonomi Bloom pada kurikulum merupakan proses kritis yang akan menentukan ketepatan dalam peninjauan kurikulum lama. Untuk itu diperlukan prosedur yang menjamin hal tersebut. Pada tingkat program studi, pengembangan kurikulum dilakukan secara berkelompok oleh team pengembangan kurikulum. IV. CONTOH IMPLEMENTASI MODEL PENINJAUAN KURIKULUM Implementasi dilakukan untuk melihat mekanisme kerja model peninjauan kurikulum rancangan. Dalam implementasi ini, digunakan kurikulum Program Studi Teknik Industri

ITB 2003 dengan pemilihan BOK sertifikasi profesi six sigma green belt sebagai VOC yang mewakili kebutuhan stakeholders dalam bidang manajemen dan peningkaan kualitas. Pemilihan jenis BOK ini dilandasi oleh kenyataan bahwa six sigma adalah salah satu metodologi yang populer di bidang manajemen kualitas dan pengembangan bisnis. Secara lengkap BOK six sigma green belt dengan tingkat pencapaiannya menurut taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 BOK Six Sigma Green Belt dan Tingkat Pencapaianannya I. Overview: Six Sigma and the Organization (15 Questions/100) A. Six sigma and organizational goals (understand) B. Lean principles in the organization (understand) C. Design for Six Sigma (DFSS) in the organization (understand-analyze) II. Six Sigma Define (25 Questions) A. Process Management for Projects (apply-analyze) B. Project management basics (understand-apply) C. Management and planning tools (apply) D. Business results for projects (analyze) E. Team dynamics and performance (understand-apply) III. Six Sigma Measure (30 Questions) A. Process analysis and documentation (analyze) B. Probability and statistics (apply) C. Collecting and summarizing data (apply-create) D. Probability distributions (apply) E. Measurement system analysis (evaluate) F. Process capability and performance (apply-evaluate) IV. Six Sigma Analyze (15 Questions) A. Exploratory data analysis (evaluate-create) B. Hypothesis testing (apply-analyze) V. Six Sigma Improve & Control (15 Questions) A. Design of experiments (DOE) (understand-apply) B. Statistical process control (SPC) (understand-analyze) C. Implement and validate solutions (create) D. Control plan (apply) Selanjutnya, berdasarkan BOK six sigma green belt tersebut dipetakan matakuliah apa saja yang memiliki kaitan. Pemetaan dilakukan dengan cara: (i) melihat cakupan materi yang ada dalam silabus, (ii) memeriksa Satuan Acara Perkuliahan untuk memastikan bahwa cakupan silabus sesuai yang dimaksud dalam BOK, (iii) memeriksa handout mata kuliah dengan harapan diperoleh penjelasan rinci isi setiap materi matakuliah, (iv) memeriksa soal quiz, soal ujian, modul praktikum dan tugas yang diberikan di kelas dengan tujuan untuk melihat seberap jauh tingkat pemahaman yang

diinginkan, dan (v) wawancara dengan dosen mata kuliah terkait untuk melengkapi jika empat cara sebelumnya belum mencukupi. Dari hasil pemetaan ini diperoleh 14 matakuliah yang terkait dengan sertifikasi six sigma green belt seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Daftar Mata Kuliah Terkait dan Kontribusinya pada Cakupan BOK Sertifikasi No Mata Kuliah Kode Mata Tingkat SKS Kuliah konstribusi 1 Teori Probabilitas T12131 3 5% 2 Statistika Industri TI2232 3 20% 3 Perencanaan dan pengendalian produksi TI3122 3 1% 4 Penelitian Operasional II TI3131 3 1% 5 Pengendalian Kualitas TI3221 3 24% 6 Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI2111 3 3% 7 PTI I TI3101 2 11% 8 PTI II TI3201 2 3% 9 Sistem Pengembangan Produk TI4131 3 10% 10 Rekayasa kualitas TI4133 3 6% 11 Peracangan Eksperimen TI4233 3 5% 12 Manajemen Proyek TI5251 3 9% 13 Benchmaking dan Pengukuran TI5222 3 1% Performansi 14 Psikologi Industri TI2251 2 1% Total 39 Sks 100% Dari semua mata kuliah yang memiliki konstribusi pada cakupan BOK six sigma green belt, sebagian mata kuliah dapat memenuhi tingkatan taksonomi Bloom, sedangkan sebagian lain dapat memenuhi BOK. Kedua kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Gap pemenuhan tingkatan taksonomi Bloom tersebut menunjukkan bahwa tingkat pencapaian pada materi mata kuliah dalam kurikulum Program Studi Teknik Industri ITB masih belum sesuai dengan tingkat yang diinginkan oleh BOK sertifikasi six sigma green belt. Selanjutnya hal ini menjadi masukan dalam perancangan kurikulum selanjutnya, yaitu pembuatan silabus dan satuan acara perkuliahan, termasuk metode pembelajaran yang sesuai. Hal ini perlu dilakukan agar lulusan Program Studi Teknik Industri ITB dapat memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih sesuai dengan kebutuhan profesi. Namun demikian tingkat penguasaan level evaluate dan create mungkin akan sulit dipenuhi oleh proses pemebelajaran program studi karena memerlukan waktu yang tidak sedikit. Hal ini dapat menjadi masukan kepada dunia industri untuk membantu melakukan pengembangan atau pelatihan agar dapat diperoleh tenaga kerja dengan kualifikasi setara dengan sertifikasi six sigma green belt. Tabel 3 Mata Kuliah yang Dapat Memenuhi BOK Secara Penuh

No Mata Kuliah Kode Mata Kuliah % Gap pemenuhan tingkatan taxonomy Bloom's 1 Manajemen Proyek TI5251 0% 2 Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi TI2111 0% 3 Penelitian Operasional II TI3131 0% 4 Perencanaan dan pengendalian produksi TI3122 0% 5 No Benchmaking dan Pengukuran Performansi TI5222 0% Tabel 4 Mata Kuliah yang Memiliki Gap Dalam Pemenuhan BOK Sertifikasi Mata Kuliah Kode Mata Kuliah 1 Pengendalian Kualitas TI3221 39.9% 2 Statistik Industri TI2232 25.5% 3 Sistem Pengembangan Produk TI4131 2.4% 4 PTI 1 TI3101 7.9% 5 Rekayasa kualitas TI4133 38.6% 6 Teori Probabilitas T12131 33.6% 7 Peracangan Eksperimen TI4233 27.9% 8 PTI II TI3201 8.9% 9 Psikologi Industri TI2251 25.0% % Gap pemenuhan tingkatan taxonomy Bloom's V. KESIMPULAN Pendidikan tinggi senantiasa dituntut untuk selalu memuaskan keinginan seluruh pemangku kepentingannya (stakeholders) terutama kebutuhan industry dan masyarakat. Hal ini diperlukan seiring dengan harapan untuk ikut memberikan kontribusi dalam penciptaan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan kompetensi profesi yang relevan. Makalah ini mengambil fokus pada evaluasi body of knowledge sertifikasi profesional sebagai acuan dalam melakukan peninjauan kurikulum. Hal ini dilakukan karena body of knowledge dari program sertifikasi dapat menjadi acuan dalam menyusun kurikulum baru yang berorientasi pada kebutuhan dunia kerja. Dari uji coba ini diperoleh hasil terdapat 14 mata kuliah yang terkait sehingga pengembangan metologi pembelajarannya dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan lulusan yang akan berperan sebagai green belt. DAFTAR PUSTAKA

1. Cohen (1995) Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You, Addison Wesley Publishing Company. 2. Grayson Lawrence (1978), On a Methodology for Curriculum Design, Engineering Education 3. Jones, M. J. editor (2000), Curriculum Development S1 Engineering Programs in Indonesia, Report Engineering Education Development Project, Jakarta. 4. Krathwohl (2001). A Taxonomy of for Learning, Teaching, and Assessing : A Revision of Bloom s Taxonomy of Educational Objectives. Addison Wesley Publishing Company. 5. Wardiman (2008), Wardiman Kembali Ingatkan Link and Match, dalam on line http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=73&itemid=54.