BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN. A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. penulis akan memaparkan mengenai analisis hasil penelitianyang terdiri dari analisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dari ke empat kasus

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dikemas secara formal maupun non-formal. Inti dari sebuah belajar adalah

BAB I PENDAHULUAN. membekali peserta didik dengan kompetensi kompetensi yang sesuai dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. efisien. 1 Untuk mempermudah siswa dalam menerima materi

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

U P A Y A M E N I N G K A T K A N K E M A M P U A N 25

LEMBAR ANGKET DISIPLIN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pada subyek didik setelah mengalami proses pendidikan. Perubahan-perubahan itu

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 KADUNGORA KECAMATAN KADUNGORA

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring majunya perkembangan jaman, pendidikan sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri, selain itu setiap individu

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 2 (2), (2015) 13-17

LEMBAR KUESIONER AWAL UNTUK MURID

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah ditandai adanya proses Globalisasi. kemudian berkembang menjadi teknologi dan informasi.

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme atau ceramah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PADA SMA NEGERI 10 PONTIANAK

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri, selain itu setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar, 2011), hlm Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta, Pustaka

I. PENDAHULUAN. Metode pembelajaran Qantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, wawasan, keterampilan tertentu pada individu-individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

PEDOMAN OBSERVASI GAYA BELAJAR. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

STRATEGI BELAJAR. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd*)

PENGARUH KONSEP ACCELERATED TEACHING MODEL MASTER TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA DI MAN 2 MODEL MEDAN

11. Media Audio Visual D. Media Cetak

BAB II GAYA BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

Strategi Dan Ciri Pengajaran Dalam Menghadapi Perbedaan Modalitas Belajar Dan Peran Utama Guru Dalam Inovasi Pembelajaran

Profil Gaya Belajar Dalam Memahami Limit Fungsi Bagi Mahasiswa Yang Memiliki Kecerdasan Spasial

SKALA MOTIVASI BELAJAR SMA AL-MUAYYAD SURAKARTA. Sebelum Uji Coba

Analisis Turunnya Prestasi Akademik

ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Lampiran 1. Uji validitas dan reliabilitas. Hasil try out Penyesuaian diri

- Lokasi belajar yang kondusif. - Lokasi belajar yang kondusif via sinmarine.mindmix.ru

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF, MENGOPTIMALKAN POTENSI OTAK 1

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

IDENTIFIKASI GAYA BELAJAR (VISUAL, AUDITORIAL, KINESTETIK) MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BUNG HATTA

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB II LANDASAN TEORI. Slameto (2010:2), bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

LAMPIRAN C KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran B.2 Kuesioner. Nama : Kelas : Alamat :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB IV HASIL PENELITIAN A. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SISWA TIDAK DAPAT MEMBACA DI SD NEGERI 1 TELUK KIJING KECAMATAN LAIS KABUPATEN MUSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Adapun penulisan Bab V ini dimulai dengan kesimpulan, dilanjutkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dari mereka. Sebaliknya tidak ada orang tua di muka bumi ini yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

FORUM DIKLAT Vol 13 No. 03 MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK AGAR PEMBELAJARAN MENJADI DINAMIS DAN DEMOKRATIS. Oleh : M. Hasan Syukur, ST *)

BAB I PENDAHULUAN. memahami aspek-aspek yang akan diperbaharui agar dalam melaksanakan

BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan Data Hasil Observasi Dari data hasil observasi dapat dibahas sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE QUANTUM LEARNING

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO LAGU DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PENGUASAAN TABEL PERIODIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS GAYA BELAJAR SISWA. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penting. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya. Perubahan-perubahan tersebut juga turut serta

KIAT CERDAS MENDIDIK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta didik. Selain digunakan

PENGARUH MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Hidayah Ansori, Rezqy Amalia

Kecenderungan Gaya Belajar Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi Bijektif

BAB IV ANALISIS DATA A. ANALISIS TENTANG PENYEBAB-PENYEBAB SEORANG ANAK YANG. proses bimbingan dan konseling Islam menggunakan Non-Directive Permainan

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah adalah Sekolah Menengah Akhir (SMA) atau Sekolah Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan Konsep Pengembangan konsep dilakukan dengan identifikasi masalah, merumuskan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Analisis terhadap gaya belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan setelah melakukan observasi dan wawancara dapat diketahui gaya belajar siswa berprestasi di antara lain: 1. Belajar dalam kondisi yang tenang Tempat belajar sebaiknya tenang tidak banyak gangguan suara bising dan gaduh. Suara bising dan gaduh dapat mengganggu konsentrasi belajar. Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder atau TV pada waktu belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk konsentrasi. Reaksi seseorang berbeda-beda terhadap pengaruh lingkungan, ada yang terganggu dengan suara-suara bising di sekitarnya, ada yang tidak seperti pengaruh kondisi lingkungan tempat belajar terhadap seseorang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda-beda. Ada anak-anak lebih suka belajar sambil mendengarkan musik dari radio atau tape corder di sampingnya, dengan volume yang besar. Adapun kondisi yang nyaman bagi siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan dalam belajar adalah dengan kondisi yang tenang terkadang diiringi dengan musik yang tidak begitu keras. Hal ini sangat 78

79 dipengaruhi oleh kecenderungan modalitas indera yang digunakan, dalam hal ini modalitas indera yang memiliki ciri-ciri mudah terganggu oleh keributan adalah siswa dengan gaya belajar kinestetik, sebagaimana yang dijelaskan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan terjemahan Alwiyah Abdurrahman bahwa seseorang yang kinestetik mempunyai ciriciri mudah terganggu oleh keributan. 1 2. Karantina sebelum lomba Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan setiap harinya belajar di kamar atau bisa di mana saja yang penting dalam keadaan tenang, sedangkan ketika akan menghadapi lomba biasanya siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan akan ditempatkan pada ruangan khusus disertai guru yang membimbing dan jauh dari keributan. Hal ini dimaksudkan agar siswa dalam belajar lebih fokus dan tidak terganggu oleh lingkungan luar, sehingga belajarnya menjadi lebih maksimal. 3. Intensif dalam belajar Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan belajar setiap hari, biasanya setelah pulang sekolah akan belajar untuk mengulang yang telah dipelajarinya di sekolah, jika di siang harinya tidak belajar akan menggantinya di malam hari, namun ketika dianggap belajarnya belum cukup matang akan mengulangnya lagi pada tengah malam sekitar jam 2-1 Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terjemahan Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 118.

80 3, dengan meminta dibangunkan orang tuanya. Hal ini bukan atas paksaan orang tuanya, akan tetapi atas kemauan anak itu sendiri. Begitu juga ketika akan menghadapi lomba siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan akan belajar didampingi oleh guru yang membimbing dari pagi hingga sore, dan ketika di rumah juga akan mengulang yang dipelajarinya di sekolah. 4. Belajar dengan metode praktek atau membuat catatan di buku Cara belajar yang disukai siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan yaitu dengan praktek, dengan praktek siswa akan mudah mengingatnya karena siswa telah mengalaminya sendiri. Adapun siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ketika guru menerangkan pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, terlebih dahulu mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh guru kemudian mengubah input auditori tersebut ke dalam bentuk fisik dengan membuat catatan di buku tentang keterangan yang diberikan guru. Agar tidak mudah lupa siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan akan membacanya lagi ketika di rumah sebagai penguatan agar tidak mudah lupa dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. Adapun dalam membaca tidak asal membaca begitu saja, sebagaimana ketika siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ini membaca suatu materi dalam buku yaitu dengan cara dibaca dengan seksama dan berulang-ulang sehingga otak akan merekam subyek-subyek yang paling kompleks di mulai dari dasardasar yang sederhana dan menambahkan secara bertahap dalam setiap

81 paragraf dari apa yang dibacanya, sehingga dengan membaca dengan seksama dan berulang-ulang otak akan memateri informasi yang terdapat di dalamnya. Selain itu otak akan bisa mengidentifikasi di mana materi yang pernah dibacanya dan dengan dihafalkan sedikit-sedikit dalam membaca serta dipahami. Hal ini sebagaimana dijelaskan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl dalam bukunya Accelerated Learning for The 21 St Century: Cara Belajar Cepat Abad XXI terjemahan Dedy Ahimsa bahwa strategi gaya belajar kinestetik dengan membuat tulisan dan sebentuk pencatatan mengubah input auditori (suatu kuliah atau ceramah) ke dalam bentuk fisik, belajar bersama dengan orang lain dalam kelompok, buatlah tanda-tanda dari stabilo pada akhir setiap paragraf untuk menunjukkan bahwa telah memahaminya, selanjutnya dapat mengidentifikasi di mana mulai kehilangan kaitan dengan materi sebelumnya, membaca ulang wacana-wacana yang sulit, bila perlu membaca dengan lantang. 2 5. Belajar berkelompok Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan menyukai belajar secara kelompok dengan teman-temannya, terkadang sepulang sekolah karena menurut siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ketika belajar dengan cara berkelompok lebih menyenangkan dan dapat pula menenangkan ketegangan-ketegangan seperti ketika bertanya kepada guru tentunya akan ada kerisihan, berbeda jika dengan teman akan lebih leluasa tanpa ada rasa takut atau tidak enak. Belajar kelompok merupakan 2 Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning for The 21 St Century: Cara Belajar Cepat Abad XXI, penerjemah Dedy Ahimsa (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 144-145.

82 alternatif belajar yang efisien, ketika bersama teman selain belajar juga bisa saling berbagi pengetahuan dengan tanya jawab atau mungkin bisa diselingi sedikit bercanda agar tidak jenuh. 6. Keaktifan bertanya Ketika siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan menemukan materi yang sulit dipahami terlebih dahulu akan berusaha membacanya berulang-ulang jika tidak juga dapat memahaminya, maka akan bertanya kepada temannya yang menurutnya lebih tahu. Begitu juga ketika mendapat tugas yang sulit untuk diselesaikan, maka akan mencoba bertanya kepada orang tua terlebih dahulu, jika orang tuanya tidak bisa ia akan bertanya kepada temannya misalnya lewat SMS, namun apabila temannya tidak ada yang tahu terkadang akan bertanya kepada gurunya lewat SMS atau bahkan akan menanyakan langsung kepada gurunya daripada bertanya kepada teman, jika bertanya kepada teman justru akan semakin tidak paham karena penjelasan yang berputarputar. 7. Pemanfaatan teknologi dengan cara browsing Teknologi di jaman sekarang sangatlah cepat berkembang, handphone dan laptop jaman dahulu mungkin adalah barang yang mewah berbeda dengan jaman sekarang yang telah merambah sampai kalangan menengah ke bawah. Handphone dan laptop menjadi alat yang menunjang dalam belajar seperti untuk mencari mengenai informasi-informasi tertentu di internet sebagaimana siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan

83 ketika mendapat tugas yang sulit terkadang bisa dengan mencari di internet, namun ada dampak negatif dari internet jika dalam menggunakannya tidak sesuai, hal ini tergantung dari pengguna internet itu sendiri apakah bijak atau tidak dalam menggunakannya. 8. Pemantapan spiritual Untuk mencapai kesuksesan setiap individu harus memiliki upaya selain bekerja dengan sungguh-sungguh. Di samping itu, mereka juga harus berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala usahanya. Manusia berusaha, sedangkan yang menentukan adalah kehendak-nya. Hal ini perlu selalu diingat manusia, apabila mendapatkan kesuksesan dalam kehidupannya tidak akan sombong, serta bila gagal tidak akan frustasi. Oleh karena semua itu sangat tergantung kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Selain berusaha dengan belajar sebagai usaha mencapai hasil yang maksimal tentunya disertai juga dengan usaha spiritual yang dilakukan siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah dengan berdoa, melakukan sholat wajib lima waktu tentunya dan ditambah sholat-sholat sunah seperti tahajud dan dhuha yang dilakukan ketika ada waktu senggang di sekolah, selain itu meminta restu orang tua. 9. Tutor sebaya Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ketika mengikuti lomba tentunya ada pelajaran yang tidak bisa diikutinya sehingga untuk mengejar materi yang tertinggal tersebut siswa berprestasi di SMP Negeri

84 14 Pekalongan akan bertanya kepada temannya mengenai pelajaran yang kemarin diberikan oleh guru ketika mengikuti lomba dan meminjam catatannya, kemudian meminta diterangkan mengenai pelajaran tersebut. Maka temannya yang memberi penjelasan ini bisa disebut sebagai tutor. Umur sebaya antara tutor dengan yang lain maka penerimaan pembelajaran akan lebih dimengerti. Karena tutor sebaya akan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dan mudah dipahami antar siswa. Sehingga, siswa yang lain dapat menerima penjelasannya. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, dan teman yang belum tahu lebih berani untuk bertanya maupun memberi tanggapan karena mereka adalah teman sebaya. B. Analisis Faktor yang Mendukung dan Menghambat Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Dari faktor-faktor tersebut ada yang dapat mendukung dan menghambat dalam kegiatan belajar bagi setiap individu. Dalam bagian ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut penjelasannya:

85 1. Faktor yang mendukung belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Faktor yang mendukung belajar terbagi menjadi faktor intern dan ekstern. Mengenai faktor intern yang mendukung belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah: a. Motivasi belajar Dorongan dari dalam diri yang kuat yang dimiliki oleh siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan untuk membanggakan kedua orang tuanya, selain itu kemauan yang keras untuk menjadi yang terbaik agar sukses di masa depan yang membuat semangat dalam belajar. b. Minat Keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita dan agar bisa masuk SMA yang disukainya dengan mudah merupakan modal yang besar bagi siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan untuk giat dalam belajar guna mencapai tujuan. c. Kesehatan Kesehatan merupakan faktor yang penting dalam belajar, kerja otak dalam berpikir sangat dipengaruhi oleh kesehatan. Selain itu, kesehatan juga mempengaruhi semangat dalam belajar, karena kondisi fisik erat kaitannya dengan gairah untuk melakukan sesuatu. Sehingga siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan menjaga kesehatannya dengan cara yang makan teratur dan istirahat yang cukup.

86 Adapun faktor ekstern yang mendukung belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah: a. Dukungan dari orang sekitar seperti orang tua ataupun teman Dukungan yang diberikan oleh orang tua baik moril maupun materiil merupakan faktor yang penting dari luar diri siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan. Adanya dukungan moril dari orang tua siswa seperti dengan memberikan motivasi agar giat belajar demi meraih cita-cita dapat menumbuhkan semangat belajar bagi siswa karena merasa diperhatikan. Dukungan materiil yaitu berupa fasilitas juga menjadi faktor yang dapat mendukung dalam belajar seperti buku, jaringan internet (Wifi), laptop dan lain-lain. Tanpa adanya fasilitas yang cukup dalam belajar maka akan terkendala dalam belajar siswa, misalnya ketika siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ini akan menulis cerpen maka butuh kertas folio dan bolpoin. Selain itu dukungan dari temannya seperti ketika sedang belajar dengan temannya, bisa juga diajak tanya jawab mengenai suatu pelajaran. b. Kondisi yang tenang Kondisi yang tenang dalam belajar sangat membantu siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan dalam berkonsentrasi, hal ini dipengaruhi oleh modalitas indera yang dipakainya, biasanya modalitas ini adalah kinestetik karena cirinya yang mudah terganggu oleh keributan. Sebagaimana siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan ini yang tidak bisa belajar jika dalam kondisi yang ribut.

87 c. Jumlah siswa yang proporsional dalam kelas Jumlah siswa yang proporsional yaitu sekitar 34-36 siswa dapat membantu guru dalam memberikan perhatian kepada setiap siswanya, berbeda dengan jumlah siswa yang terlalu gemuk mengakibatkan perhatian guru menjadi kurang karena banyaknya siswa yang perlu diperhatikan, begitu juga bagi siswa dalam menyerap informasi yang diberikan guru juga menjadi lebih mudah. 2. Faktor yang menghambat belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Di antara faktor yang mendukung juga ada faktor yang menghambat belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan dalam belajar. Dalam hal ini faktor yang menghambat belajar juga terbagi menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern. Mengenai faktor intern yang menghambat dalam belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan hanya satu yaitu kondisi badan syang kurang fit, tentunya hal ini berkaitan dengan daya konsentrasi yang menurun karena untuk berkonsentrasi membutuhkan tenaga yang cukup sementara kondisi yang kurang fit ini menjadikan tenaga dalam tubuh menjadi tidak maksimal, sehingga badan terasa lemas dan mengakibatkan tidak bergairah dalam belajar. Adapun faktor ekstern yang menghambat dalam belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah:

88 a. Kondisi yang ramai Faktor lingkungan belajar yang ramai dapat mengganggu siswa dengan modalitas kinestetik. Sebagaimana diterangkan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan terjemahan Alwiyah Abdurrahman bahwa seseorang yang kinestetik mempunyai ciri-ciri mudah terganggu oleh keributan. 3 Misalnya ketika keponakan siswa berprestasi ini datang, maka kondisi rumah menjadi ramai ataupun ketika kelas ditinggal guru juga menjadi ramai sehingga dapat mengganggu siswa berprestasi ini dalam belajar, hal ini karena konsentrasi yang terpecah bahkan sampai tidak bisa belajar. b. Acara TV yang digemari Apabila ada acara TV yang bagus ketika sedang belajar juga dapat mengganggu konsentrasi belajar karena pasti fokus dalam belajar teralihkan oleh acara TV tersebut sehingga informasi yang diserap dalam kegiatan belajar menjadi tidak maksimal atau bahkan adanya acara TV tersebut justru memilih menonton daripada belajar. c. Paksaan orang tua Pola asuh orang tua yang otoriter justru membuat anak menjadi terkekang, misalnya ketika orang tua yang selalu menyuruh anaknya untuk belajar yang sifatnya memaksa justru membuat anak menjadi malas untuk belajar bahkan tidak mau belajar. Seharusnya orang tua 3 Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, loc. cit.

89 memberikan motivasi untuk anaknya agar dapat menumbuhkan kesadaran pada anak akan pentingnya belajar, sehingga anak akan belajar dengan sendirinya dengan sungguh-sungguh. Berbeda dengan belajar karena paksaan, anak hanya akan belajar seadanya atau hanya berpura-pura belajar karena takut dimarahi. d. Bermain media sosial Refreshing merupakan hal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan, begitu juga ketika belajar. Hal ini dimaksudkan untuk mengendurkan otot-otot yang tegang ketika belajar, karena belajar merupakan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi maka kerja otak dan saraf pun lebih keras bekerja. Bermain media sosial merupakan cara siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan dalam menyegarkan kembali otak yang lelah, namun ketika bermain media sosial yang tadinya hanya untuk refreshing justru menjadi keterusan sehingga belajar menjadi terganggu.