BAB IV ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA BERPRESTASI DI SMP NEGERI 14 PEKALONGAN A. Analisis Gaya Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Analisis terhadap gaya belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan setelah melakukan observasi dan wawancara dapat diketahui gaya belajar siswa berprestasi di antara lain: 1. Belajar dalam kondisi yang tenang Tempat belajar sebaiknya tenang tidak banyak gangguan suara bising dan gaduh. Suara bising dan gaduh dapat mengganggu konsentrasi belajar. Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder atau TV pada waktu belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk konsentrasi. Reaksi seseorang berbeda-beda terhadap pengaruh lingkungan, ada yang terganggu dengan suara-suara bising di sekitarnya, ada yang tidak seperti pengaruh kondisi lingkungan tempat belajar terhadap seseorang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda-beda. Ada anak-anak lebih suka belajar sambil mendengarkan musik dari radio atau tape corder di sampingnya, dengan volume yang besar. Adapun kondisi yang nyaman bagi siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan dalam belajar adalah dengan kondisi yang tenang terkadang diiringi dengan musik yang tidak begitu keras. Hal ini sangat 78
79 dipengaruhi oleh kecenderungan modalitas indera yang digunakan, dalam hal ini modalitas indera yang memiliki ciri-ciri mudah terganggu oleh keributan adalah siswa dengan gaya belajar kinestetik, sebagaimana yang dijelaskan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan terjemahan Alwiyah Abdurrahman bahwa seseorang yang kinestetik mempunyai ciriciri mudah terganggu oleh keributan. 1 2. Karantina sebelum lomba Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan setiap harinya belajar di kamar atau bisa di mana saja yang penting dalam keadaan tenang, sedangkan ketika akan menghadapi lomba biasanya siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan akan ditempatkan pada ruangan khusus disertai guru yang membimbing dan jauh dari keributan. Hal ini dimaksudkan agar siswa dalam belajar lebih fokus dan tidak terganggu oleh lingkungan luar, sehingga belajarnya menjadi lebih maksimal. 3. Intensif dalam belajar Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan belajar setiap hari, biasanya setelah pulang sekolah akan belajar untuk mengulang yang telah dipelajarinya di sekolah, jika di siang harinya tidak belajar akan menggantinya di malam hari, namun ketika dianggap belajarnya belum cukup matang akan mengulangnya lagi pada tengah malam sekitar jam 2-1 Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, terjemahan Alwiyah Abdurrahman (Bandung: Kaifa, 2000), hlm. 118.
80 3, dengan meminta dibangunkan orang tuanya. Hal ini bukan atas paksaan orang tuanya, akan tetapi atas kemauan anak itu sendiri. Begitu juga ketika akan menghadapi lomba siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan akan belajar didampingi oleh guru yang membimbing dari pagi hingga sore, dan ketika di rumah juga akan mengulang yang dipelajarinya di sekolah. 4. Belajar dengan metode praktek atau membuat catatan di buku Cara belajar yang disukai siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan yaitu dengan praktek, dengan praktek siswa akan mudah mengingatnya karena siswa telah mengalaminya sendiri. Adapun siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ketika guru menerangkan pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar, terlebih dahulu mendengarkan dengan baik penjelasan yang diberikan oleh guru kemudian mengubah input auditori tersebut ke dalam bentuk fisik dengan membuat catatan di buku tentang keterangan yang diberikan guru. Agar tidak mudah lupa siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan akan membacanya lagi ketika di rumah sebagai penguatan agar tidak mudah lupa dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. Adapun dalam membaca tidak asal membaca begitu saja, sebagaimana ketika siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ini membaca suatu materi dalam buku yaitu dengan cara dibaca dengan seksama dan berulang-ulang sehingga otak akan merekam subyek-subyek yang paling kompleks di mulai dari dasardasar yang sederhana dan menambahkan secara bertahap dalam setiap
81 paragraf dari apa yang dibacanya, sehingga dengan membaca dengan seksama dan berulang-ulang otak akan memateri informasi yang terdapat di dalamnya. Selain itu otak akan bisa mengidentifikasi di mana materi yang pernah dibacanya dan dengan dihafalkan sedikit-sedikit dalam membaca serta dipahami. Hal ini sebagaimana dijelaskan Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl dalam bukunya Accelerated Learning for The 21 St Century: Cara Belajar Cepat Abad XXI terjemahan Dedy Ahimsa bahwa strategi gaya belajar kinestetik dengan membuat tulisan dan sebentuk pencatatan mengubah input auditori (suatu kuliah atau ceramah) ke dalam bentuk fisik, belajar bersama dengan orang lain dalam kelompok, buatlah tanda-tanda dari stabilo pada akhir setiap paragraf untuk menunjukkan bahwa telah memahaminya, selanjutnya dapat mengidentifikasi di mana mulai kehilangan kaitan dengan materi sebelumnya, membaca ulang wacana-wacana yang sulit, bila perlu membaca dengan lantang. 2 5. Belajar berkelompok Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan menyukai belajar secara kelompok dengan teman-temannya, terkadang sepulang sekolah karena menurut siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ketika belajar dengan cara berkelompok lebih menyenangkan dan dapat pula menenangkan ketegangan-ketegangan seperti ketika bertanya kepada guru tentunya akan ada kerisihan, berbeda jika dengan teman akan lebih leluasa tanpa ada rasa takut atau tidak enak. Belajar kelompok merupakan 2 Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, Accelerated Learning for The 21 St Century: Cara Belajar Cepat Abad XXI, penerjemah Dedy Ahimsa (Bandung: Nuansa, 2012), hlm. 144-145.
82 alternatif belajar yang efisien, ketika bersama teman selain belajar juga bisa saling berbagi pengetahuan dengan tanya jawab atau mungkin bisa diselingi sedikit bercanda agar tidak jenuh. 6. Keaktifan bertanya Ketika siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan menemukan materi yang sulit dipahami terlebih dahulu akan berusaha membacanya berulang-ulang jika tidak juga dapat memahaminya, maka akan bertanya kepada temannya yang menurutnya lebih tahu. Begitu juga ketika mendapat tugas yang sulit untuk diselesaikan, maka akan mencoba bertanya kepada orang tua terlebih dahulu, jika orang tuanya tidak bisa ia akan bertanya kepada temannya misalnya lewat SMS, namun apabila temannya tidak ada yang tahu terkadang akan bertanya kepada gurunya lewat SMS atau bahkan akan menanyakan langsung kepada gurunya daripada bertanya kepada teman, jika bertanya kepada teman justru akan semakin tidak paham karena penjelasan yang berputarputar. 7. Pemanfaatan teknologi dengan cara browsing Teknologi di jaman sekarang sangatlah cepat berkembang, handphone dan laptop jaman dahulu mungkin adalah barang yang mewah berbeda dengan jaman sekarang yang telah merambah sampai kalangan menengah ke bawah. Handphone dan laptop menjadi alat yang menunjang dalam belajar seperti untuk mencari mengenai informasi-informasi tertentu di internet sebagaimana siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan
83 ketika mendapat tugas yang sulit terkadang bisa dengan mencari di internet, namun ada dampak negatif dari internet jika dalam menggunakannya tidak sesuai, hal ini tergantung dari pengguna internet itu sendiri apakah bijak atau tidak dalam menggunakannya. 8. Pemantapan spiritual Untuk mencapai kesuksesan setiap individu harus memiliki upaya selain bekerja dengan sungguh-sungguh. Di samping itu, mereka juga harus berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala usahanya. Manusia berusaha, sedangkan yang menentukan adalah kehendak-nya. Hal ini perlu selalu diingat manusia, apabila mendapatkan kesuksesan dalam kehidupannya tidak akan sombong, serta bila gagal tidak akan frustasi. Oleh karena semua itu sangat tergantung kepada kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Selain berusaha dengan belajar sebagai usaha mencapai hasil yang maksimal tentunya disertai juga dengan usaha spiritual yang dilakukan siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah dengan berdoa, melakukan sholat wajib lima waktu tentunya dan ditambah sholat-sholat sunah seperti tahajud dan dhuha yang dilakukan ketika ada waktu senggang di sekolah, selain itu meminta restu orang tua. 9. Tutor sebaya Siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ketika mengikuti lomba tentunya ada pelajaran yang tidak bisa diikutinya sehingga untuk mengejar materi yang tertinggal tersebut siswa berprestasi di SMP Negeri
84 14 Pekalongan akan bertanya kepada temannya mengenai pelajaran yang kemarin diberikan oleh guru ketika mengikuti lomba dan meminjam catatannya, kemudian meminta diterangkan mengenai pelajaran tersebut. Maka temannya yang memberi penjelasan ini bisa disebut sebagai tutor. Umur sebaya antara tutor dengan yang lain maka penerimaan pembelajaran akan lebih dimengerti. Karena tutor sebaya akan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti dan mudah dipahami antar siswa. Sehingga, siswa yang lain dapat menerima penjelasannya. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, dan teman yang belum tahu lebih berani untuk bertanya maupun memberi tanggapan karena mereka adalah teman sebaya. B. Analisis Faktor yang Mendukung dan Menghambat Belajar Siswa Berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Dari faktor-faktor tersebut ada yang dapat mendukung dan menghambat dalam kegiatan belajar bagi setiap individu. Dalam bagian ini akan dijelaskan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut penjelasannya:
85 1. Faktor yang mendukung belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Faktor yang mendukung belajar terbagi menjadi faktor intern dan ekstern. Mengenai faktor intern yang mendukung belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah: a. Motivasi belajar Dorongan dari dalam diri yang kuat yang dimiliki oleh siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan untuk membanggakan kedua orang tuanya, selain itu kemauan yang keras untuk menjadi yang terbaik agar sukses di masa depan yang membuat semangat dalam belajar. b. Minat Keinginan yang kuat untuk mencapai cita-cita dan agar bisa masuk SMA yang disukainya dengan mudah merupakan modal yang besar bagi siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan untuk giat dalam belajar guna mencapai tujuan. c. Kesehatan Kesehatan merupakan faktor yang penting dalam belajar, kerja otak dalam berpikir sangat dipengaruhi oleh kesehatan. Selain itu, kesehatan juga mempengaruhi semangat dalam belajar, karena kondisi fisik erat kaitannya dengan gairah untuk melakukan sesuatu. Sehingga siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan menjaga kesehatannya dengan cara yang makan teratur dan istirahat yang cukup.
86 Adapun faktor ekstern yang mendukung belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah: a. Dukungan dari orang sekitar seperti orang tua ataupun teman Dukungan yang diberikan oleh orang tua baik moril maupun materiil merupakan faktor yang penting dari luar diri siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan. Adanya dukungan moril dari orang tua siswa seperti dengan memberikan motivasi agar giat belajar demi meraih cita-cita dapat menumbuhkan semangat belajar bagi siswa karena merasa diperhatikan. Dukungan materiil yaitu berupa fasilitas juga menjadi faktor yang dapat mendukung dalam belajar seperti buku, jaringan internet (Wifi), laptop dan lain-lain. Tanpa adanya fasilitas yang cukup dalam belajar maka akan terkendala dalam belajar siswa, misalnya ketika siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan ini akan menulis cerpen maka butuh kertas folio dan bolpoin. Selain itu dukungan dari temannya seperti ketika sedang belajar dengan temannya, bisa juga diajak tanya jawab mengenai suatu pelajaran. b. Kondisi yang tenang Kondisi yang tenang dalam belajar sangat membantu siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan dalam berkonsentrasi, hal ini dipengaruhi oleh modalitas indera yang dipakainya, biasanya modalitas ini adalah kinestetik karena cirinya yang mudah terganggu oleh keributan. Sebagaimana siswa berprestasi SMP Negeri 14 Pekalongan ini yang tidak bisa belajar jika dalam kondisi yang ribut.
87 c. Jumlah siswa yang proporsional dalam kelas Jumlah siswa yang proporsional yaitu sekitar 34-36 siswa dapat membantu guru dalam memberikan perhatian kepada setiap siswanya, berbeda dengan jumlah siswa yang terlalu gemuk mengakibatkan perhatian guru menjadi kurang karena banyaknya siswa yang perlu diperhatikan, begitu juga bagi siswa dalam menyerap informasi yang diberikan guru juga menjadi lebih mudah. 2. Faktor yang menghambat belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan Di antara faktor yang mendukung juga ada faktor yang menghambat belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan dalam belajar. Dalam hal ini faktor yang menghambat belajar juga terbagi menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern. Mengenai faktor intern yang menghambat dalam belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan hanya satu yaitu kondisi badan syang kurang fit, tentunya hal ini berkaitan dengan daya konsentrasi yang menurun karena untuk berkonsentrasi membutuhkan tenaga yang cukup sementara kondisi yang kurang fit ini menjadikan tenaga dalam tubuh menjadi tidak maksimal, sehingga badan terasa lemas dan mengakibatkan tidak bergairah dalam belajar. Adapun faktor ekstern yang menghambat dalam belajar siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan adalah:
88 a. Kondisi yang ramai Faktor lingkungan belajar yang ramai dapat mengganggu siswa dengan modalitas kinestetik. Sebagaimana diterangkan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan terjemahan Alwiyah Abdurrahman bahwa seseorang yang kinestetik mempunyai ciri-ciri mudah terganggu oleh keributan. 3 Misalnya ketika keponakan siswa berprestasi ini datang, maka kondisi rumah menjadi ramai ataupun ketika kelas ditinggal guru juga menjadi ramai sehingga dapat mengganggu siswa berprestasi ini dalam belajar, hal ini karena konsentrasi yang terpecah bahkan sampai tidak bisa belajar. b. Acara TV yang digemari Apabila ada acara TV yang bagus ketika sedang belajar juga dapat mengganggu konsentrasi belajar karena pasti fokus dalam belajar teralihkan oleh acara TV tersebut sehingga informasi yang diserap dalam kegiatan belajar menjadi tidak maksimal atau bahkan adanya acara TV tersebut justru memilih menonton daripada belajar. c. Paksaan orang tua Pola asuh orang tua yang otoriter justru membuat anak menjadi terkekang, misalnya ketika orang tua yang selalu menyuruh anaknya untuk belajar yang sifatnya memaksa justru membuat anak menjadi malas untuk belajar bahkan tidak mau belajar. Seharusnya orang tua 3 Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, loc. cit.
89 memberikan motivasi untuk anaknya agar dapat menumbuhkan kesadaran pada anak akan pentingnya belajar, sehingga anak akan belajar dengan sendirinya dengan sungguh-sungguh. Berbeda dengan belajar karena paksaan, anak hanya akan belajar seadanya atau hanya berpura-pura belajar karena takut dimarahi. d. Bermain media sosial Refreshing merupakan hal yang perlu dilakukan dalam setiap kegiatan, begitu juga ketika belajar. Hal ini dimaksudkan untuk mengendurkan otot-otot yang tegang ketika belajar, karena belajar merupakan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi maka kerja otak dan saraf pun lebih keras bekerja. Bermain media sosial merupakan cara siswa berprestasi di SMP Negeri 14 Pekalongan dalam menyegarkan kembali otak yang lelah, namun ketika bermain media sosial yang tadinya hanya untuk refreshing justru menjadi keterusan sehingga belajar menjadi terganggu.