542 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 mushola, 1 ruang perpustakaan, 1 lab

2015 EFEKTIVITAS METODE STEINBERG DENGAN BIG BOOK TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA NYARING DAN MEMBACA PEMAHAMAN DI SEKOLAH DASAR

Oleh: Dian Kartika Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

ANALISIS NEED ASSESSMENT: LITERASI BAHASA INDONESIA PESERTA DIDIK SD KELAS PERMULAAN YANG BERBAHASA IBU BAHASA DAERAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN METODE CERAMAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI PADA SISWA KELAS VII-B SMP NEGERI 5 KEDIRI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus siklus yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA LET S TELL A STORY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS V SDN CIPOCOK JAYA 2 TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di SMP Negeri 45 Bandung, kegiatan menulis tampaknya belum begitu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. PTK. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus.

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pra Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 531

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa sangat penting, karena belajar bahasa berarti belajar

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

(UJI COBA) B. Petunjuk Pengisisan

Evi Rufaidah SMAN 1 Waru Pamekasan. dengan menggunakan Teknik TTW siswa kelas X SMA Negeri 1 Waru Pamekasan tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki daya saing pada. merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan pada tanggal 11 Maret Observasi awal ini digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS. yang berjudul Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembahasannya yang berjudul Peningkatan Motivasi Belajar Mata Pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Badarudin Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya Dukuhwaluh Po. Box. 202 Purwokerto ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dictogloss untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita pada Mata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DENGAN TEKNIK PERMAINAN KATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA DALAM MENEMUKAN PIKIRAN POKOK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN PASAR KEMIS II KABUPATEN TANGERANG

H S A I S L I PE P N E E N L E I L T I I T A I N A DA D N A PE P M E B M A B H A A H S A A S N

BAB V PEMBAHASAN. Singocandi Kudus melalui model pembelajaran examples non examples

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yaitu pada hari Senin, 29 Februari 2016 dan Kamis, 14 April Tahap pra

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali, seperti yang telah diamanatkan dalam Undang undang Dasar. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. eksternal diantaranya adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah

PENGGUNAAN TEKNIK PERMAINAN KOTAK KATA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu aktivitas yang dipengaruhi oleh daya pikir untuk

Oleh: Harvi Setiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

METODE BERMAIN PERAN DALAM KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V. Wahyu Widyatrini PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT DALAM MENEMUKAN GAGASAN UTAMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SUGESTIF MELALUI MEDIA FILM KARTUN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 43 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INQUIRY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dengan sifat sosial yang dimilikinya tentu mereka akan saling berinteraksi. Dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Melalui Model Pembelajaran Student

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

Transkripsi:

MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH SIDOMULYO GODEAN DENGAN MENGGUNAKAN PIRAMIDA CERITA Roni Sulistiyono Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Rendahnya minat baca siswa kelas V SD Muhammadiyah Sidomulyo Godean perlu mendapat perhatian serius oleh gurunya. Hal itu dikarenakan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang dapat mendukung keterampilan berbicara dan menulis. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan minat baca adalah penggunaan metode piramida cerita. Penggunaan metode piramida cerita di kelas V SD Muhammadiyah Sidomulyo, Godean sudah terbukti mampu meningkatkan minat baca siswa. Minat baca siswa muncul melalui kegiatan membaca sambil bermain. Selain itu, piramida cerita dapat digunakan oleh siswa untuk mengulang kembali isi bacaan secara cepat tanpa membaca bacaan aslinya. Kata kunci: minat baca, piramida cerita A. Pendahuluan Richards dan Schmidt (2010: 283) mengatakan bahwa reading is the process by which the meaning of a written text is understood. Dalam membaca terjadi proses pemahaman makna dari teks tertulis yang dibaca. Sementara itu, Tarigan (2008: 7) berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media tulis. Melalui kegiatan membaca, pembaca dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan menulis. Hal itu dikarenakan, dengan membaca pembicara mendapat wawasan dan pemahaman terhadap topik tertentu sehingga ia akan merasa lancar pada saat berbicara. Melalui kegiatan membaca, pembaca akan mampu mengungkapkan gagasan dan pikirannya pada saat menulis. Hal itu juga dikarenakan banyaknya pengetahuan yang dimiliki pembaca sebagai hasil dari membaca. Pentingnya keterampilan membaca pada setiap individu ternyata tidak dibarengi dengan minat baca yang dimiliki. Hal itu dapat dibuktikan oleh penelitian Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yaitu studi tentang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang menunjukkan bahwa minat baca siswa Sekolah Dasar di Indonesia termasuk kategori rendah. Studi PIRLS tahun 2006 memperlihatkan posisi Indonesia berada pada posisi 41 Sementara itu, hasil penelitian (PISA) juga menempatkan siswa Indonesia pada posisi 48 dari 56 negara di dunia pada tahun sama, dengan skor rata-rata 393. Minat baca rendah ini terulang tahun 2009. Hasil penelitian PISA menempatkan posisi membaca siswa Indonesia pada nomor 57 dari 65 negara dunia, dengan Rendahnya minat baca seperti itu juga terjadi pada siswa kelas V SD Muhammadiyah Sidomulyo, Godean, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan angket minat baca yang diberikan pada siswa dapat diperoleh kesimpulan bahwa siswa lebih senang bermain daripada membaca, siswa lebih senang berbicara dengan temannya daripada melaksanakan tugas membaca yang diberikan guru, dan siswa tidak suka pembelajaran membaca. Berdasarkan wawancara dengan siswa dapat diketahui penyebab rendahnya minat baca. Penyebab itu antara lain siswa tidak suka dengan membaca. Mereka menganggap membaca itu merupakan pekerjaan yang membosankan karena harus memusatkan perhatian yang lebih pada teks bacaan. Apabila tidak memusatkan perhatian yang lebih maka ia tidak mampu memahami pesan yang ada dalam bacaan. Selain itu, kegiatan membaca yang diberikan guru merupakan aktivitas yang rutin dan monoton. Dikatakan rutin dan monoton karena siswa mendapat tugas membaca dalam hati dan selanjutnya diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan teks bacaan. Rutinitas yang monoton pada pembela- 542 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

jaran membaca seperti ini dirasa oleh mereka sebagai aktivitas yang membosankan. Mereka menginginkan kegiatan membaca dapat dilakukan sambil bermain. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Kelas V SD Muhammadiyah Sidomulyo, guru harus mampu membangkitkan minat baca siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat baca siswa adalah metode piramida cerita. Melalui metode piramida cerita ini siswa disamping melaksanakan aktivitas membaca, mereka juga dapat bermain. Aktivitas bermain ini dapat ditunjukkan melalui kegiatan membuat piramida dengan berbagai hiasan sesuai kreativitas dan kesukaan masing-masing siswa. Dalam modul DBE 2 USAID 2010 dijelaskan bahwa penggunaan piramida cerita bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu menganalisis sebuah cerita dengan cara mengurutkan bagian awal, tengah, dan akhir cerita dari sebuah buku. Adapun langkah-langkah kegiatan membaca dengan metode piramida cerita sebagai berikut. 1. Guru memulai pembelajaran membaca dengan cara meminta peserta didik membaca buku, selanjutnya guru membahas kembali isi cerita dan menuntun peserta didik untuk mengurutkan isi bacaan dengan benar. 2. Guru meminta peserta didik membuat piramida secara berkelompok. Piramida tersebut digunakan peserta didik untuk menuliskan isi cerita yang dimulai dari bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Tulisan tersebut menggunakan bahasa sendiri. 3. mempresentasikan hasil piramida cerita kelompoknya dan kelompok lain menanggapinya. 4. Guru membuat kesimpulan akan isi cerita tersebut. Urutan kegiatan ini sangat penting untuk menuntun peserta didik memahami konsep mengurutkan sebuah cerita. B. Pembahasan 1. Pembelajaran Membaca Sebelum Menggunakan Piramida Cerita Pembelajaran membaca sebelum menggunakan piramida cerita dilakukan oleh guru dengan cara memberikan tugas membaca dalam hati yang dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam buku bacaan. Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran tersebut diperoleh gambaran bahwa apabila diprosentase siswa yang aktif merespon tugas yang diberikan guru hanya 24% ( 6 siswa dari 25 siswa). Sementara 76% lainnya lebih asyik bermain dengan temannya. Apabila diukur kemampuan membaca pemahamannya, hanya ada 20% siswa yang sanggup mengungkapkan kembali isi bacaan. Di samping itu, pekerjaan siswa menjawab pertanyaan yang ada dalam bacaan pun masih banyak siswa yang salah menjawab (artinya kemampuan membaca pemahaman pun rendah). Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa diperoleh gambaran bahwa (70%) siswa merasa bosan dengan pembelajaran membaca. Rasa bosan itu disebabkan oleh aktivitas membaca yang diajarkan guru selama ini bersifat monoton, hanya itu-itu saja, dan tidak ada bedanya, yaitu setiap pembelajaran membaca siswa diminta membaca dalam hati dan selanjutnya menjawab pertanyaan yang ada dalam bacaan. Padahal siswa menginginkan pembelajaran membaca itu yang bervariasi melalui kegiatan yang menyenangkan, misalnya saja membaca sambil bermain. 2. Pembelajaran Membaca Sesudah Menggunakan Piramida Cerita Pembelajaran membaca sesudah menggunaan piramida cerita dibagi menjadi dua siklus. Masing-masing siklus dilakukan dengan empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, a. Siklus I 1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, guru bersama peneliti membuat skenario pembelajaran secara bersama. Skenario ini diwujudkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 543

RPP ini memuat langkah pembelajaran membaca dengan menggunakan piramida cerita. RPP inilah yang menjadi dasar bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran. 2) Tahap Tindakan Pada tahap tindakan ini, guru melaksanakan pembelajaran membaca dengan mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang ada di dalam RPP. Kegiatan tersebut dimulai dari kegiatan awal, yaitu salam pembuka, presensi kehadiran siswa, tanya jawab materi minggu lalu. Selanjutnya pada tahap inti pembelajaran, guru mengawali penjelasan pembelajaran membaca dengan menggunakan piramida cerita. Guru menjelaskan tentang piramida cerita. Setelah selesai menjelaskan piramida cerita dan tidak ada pertanyaan dari siswa, guru melanjutkan pemberian tugas membaca kepada siswa. Setelah siswa selesai membaca, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengungkapkan isi bacaan ke dalam piramida. Piramida yang dibuat oleh siswa diperbolehkan untuk dihias sesuai kesenangan masing-masing siswa. Setelah selesai menuliskan isi bacaan dalam piramida cerita, siswa diminta oleh guru mengungkapkan kembali isi bacaan secara lisan. 3) Tahap Pengamatan Berdasarkan pengamatan pada pembelajaran membaca di siklus I diperoleh hasil bahwa guru tidak melaksanakan satu langkah metode piramida cerita, yaitu selesai membaca siswa langsung diperintahkan membuat piramida cerita. Akibatnya, masih ada siswa yang bingung untuk menuliskan isi bacaan ke dalam piramida cerita. Apabila dilihat dari keaktifan siswa untuk memberi respon akan tugas yang diberikan oleh guru, maka keaktifan siswa sudah mulai tampak. Keaktifan itu muncul pada diri siswa untuk membuat piramida cerita. Hal itu disebabkan siswa merasa senang dengan pembuatan piramida cerita karena mereka bisa bermain dan menggambar melalui piramida cerita tersebut. Melalui kegiatan ini pun mereka diuji kreativitasnya untuk membuat piramida dengan berbagai hiasan yang menarik. Alasan tersebut didapatkan peneliti setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan melakukan wawancara kepada siswa. 4) Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung, guru berguru tidak melaksanakan kegiatan mengungkapkan isi bacaan secara bersama-sama terlebih dahulu. Oleh karena itu, pada siklus II nantinya guru harus tetap memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan isi bacaan menggunakan bahasa sendiri sebelum menuliskan ke dalam piramida cerita. Urutan kegiatan ini sangat penting untuk menuntun peserta didik memahami konsep mengurutkan sebuah cerita dan untuk menyamakan persepsi antarsiswa. b. Siklus II 1) Tahap Perencanaan sehingga perencanaan siklus I masih bisa digunakan pada siklus II, hanya saja ditekankan bersama bahwa guru tidak boleh menghilangkan salah satu langkah pembelajaran dan guru harus tetap memberikan bimbingan kepada siswa. 2) Tahap Tindakan Kegiatan tindakan pada siklus II, guru mengawali dengan salam pembuka, presensi kehadiran, dan apersepsi. Kegiatan itu kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti, yaitu guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca teks bacaan yang sudah disiapkan oleh guru. 544 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

Teks bacaan pada siklus II berbeda dengan siklus I meskipun tema dan tingkat kesulitan sama. Setelah siswa selesai membaca, guru melanjutkan dengan kegiatan tanya jawab akan isi bacaan. Semua siswa mendapat kesempatan mengungkapkan isi bacaan dengan bahasa sendiri. Kegiatan selanjutnya adalah siswa diminta secara berkelompok (3-4 siswa) untuk menuliskan isi bacaan ke dalam piramida cerita. Isi bacaan dibagi dalam tiga bagian, yaitu piramida, bagian I berisi pembuka, bagian II berisi inti, dan bagian III berisi kesimpulan. Setelah selesai menuliskan isi bacaan, siswa diminta menghias piramida sesuai keinginan masing-masing kelompok. Pada tahap akhir, guru meminta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan pekerjaannya, sementara kelompok lain mendengarkan. Setelah semua kelompok maju, guru mengajak siswa untuk menanggapi pekerjaan masing-masing kelompok. Kegiatan ini diakhiri dengan membuat kesimpulan isi bacaan secara bersama antara guru dengan siswa. 3) Pengamatan Berdasarkan pengamatan pada pelakasanaan pembelajaran membaca siklus II diperoleh hasil bahwa kegiatan siswa lebih terarah dan terbimbing. Antusias siswa untuk merespon tugas yang diberikan guru semakin meningkat. Hal itu dapat dilihat dari keaktifan siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan melaksanakan tugas yang diberikan guru, misalnya saja pada saat guru mengajak siswa untuk mengungkapkan kembali isi bacaan. Sebagian besar siswa mau mengungkapkan isi bacaan secara lisan. Suasana menjadi ramai karena sebagian besar siswa mengungapkan. Isi bacaan yang diungkapkan siswa pun runtut dari bagian awal, inti, dan akhir. Hal itu disebabkan oleh bimbingan dari guru. Bimbingan itu dilakukan dengan cara guru mengajukan pertanyaan secara bergantian, misalnya bagian awal cerita itu apa? Kemudian bagian intinya apa? Kemudian bagian akhir apa? 4) Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II tidak diperoleh permasalahan yang sangat berarti. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik. Jalannya pembelajaran salah satunya disebabkan oleh usaha guru untuk tetap memberikan bimbingan kepada siswa. Hal ini berarti siswa kelas V SD masih memerlukan bimbingan dan arahan dari guru. Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa pacapenggunaan piramida cerita diperoleh informasi bahwa (78%) siswa merasa senang membaca dengan menggunaka piramida cerita, sementara yang (12%) tidak merasa senang. Berdasarkan wawancara pada siswa yang tidak senang diperoleh informasi bahwa mereka tidak senang karena tidak suka menggambar dan sulit membuat piramida cerita. Lain halnya wawancara dengan siswa yang senang, mereka menyatakan senang menggunakan piramida cerita karena banyak manfaatnya. Manfaat itu antara lain, piramida cerita yang sudah dibuat dapat digunakan oleh siswa untuk mengulang kembali isi bacaan tanpa harus membaca teks aslinya yang lebih banyak halamannya. Secara singkat mereka sudah mampu mengetahui kembali isi bacaan. Selain itu, mereka dapat berlomba dengan kelompok lain untuk membuat piramida yang menarik. C. Penutup Pembelajaran membaca dengan menggunakan piramida cerita mampu membangkitkan minat baca siswa. Minat baca dapat meningkat dengan menggunakan piramida cerita dikarenakan melalui kegiatan ini siswa bisa membaca sambil bermain. Selain itu, piramida cerita yang sudah dibuat oleh siswa dapat dimanfaatkan kembali untuk mengingat kembali isi bacaan secara cepat tanpa membaca bacaan aslinya yang banyak. Melalui piramida cerita, peran guru sebagai motivator dan fasilitatif menjadi kelihatan. Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 545

D. Daftar Pustaka DBE 2 USAID. 2010. Modul Pelatihan Program membaca. Jakarta: USAID. Kemendikbud. 2011. Survei Internasional PISA dalam. Diunduh tanggal 18 April 2015. Kemendikbud. 2013. Survei Internasional PIRLS h - vei-internasional-pirls. Diunduh tanggal 18 April 2015. Richards, J.C. and Richard, S. 2002. - guistics London: Pearson Education Limited. Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 546 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI