MULTIPLIKASI EMPAT VARIETAS KRISAN MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN. Multiplication Of Four Chrysant Varieties Via Tissue Culture Technique

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMBINASI AUKSIN-SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN BUAH NAGA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TERHADAP INISIASI TANAMAN APEL (Malus sylvestris Mill)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

UJI KONSENTRASI IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN BA (BENZYLADENINE) PADA MULTIPLIKASI PISANG VARIETAS BARANGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

ORGANOGENESIS TANAMAN BAWANG MERAH (ALLIUM ASCALONICUM L.) LOKAL PALU SECARA IN VITRO PADA MEDIUM MS DENGAN PENAMBAHAN IAA DAN BAP ABSTRACT

Pengaruh Jenis Eksplan dan Komposisi Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Induksi Kalus Pada Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.

PENGGANDAAN TUNAS KRISAN MELALUI KULTUR JARINGAN MULTIPLICATION OF CRISAN BUD THROUGH TISSUE CULTURE. Yekti Maryani 1, Zamroni 1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2009

INDUKSI KALUS Gerbera jamesonii DENGAN KOMBINASI NAA DAN BAP. IN VITRO CALLUS INDUCTION OF Gerbera jamesonii WITH COMBINATION OF NAA AND BAP

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

2012 FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

Online Jurnal of Natural Science, Vol. 2 (2): ISSN: Agustus 2013

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

OPTIMASI KOMBINASI NAA, BAP DAN GA 3 PADA PLANLET KENTANG SECARA IN VITRO

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

REGENERASI PADI VARIETAS CIHERANG SECARA IN VITRO [THE IN VITRO REGENERATION OF THE RICE CIHERANG VARIETY]

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGARUH BAP TERHADAP PERTUMBUHAN JAHE EMPRIT (Zingiber officinale Rosc. var. amarun) DALAM KULTUR IN VITRO

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

III. METODE PENELITIAN A.

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

LAPORAN BIOTEKNOLOGI KULTUR ORGAN_by. Fitman_006 LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN. Kultur Organ OLEH : FITMAN D1B

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

PERTUMBUHAN JERUK MANIS (Citrus sinensis L.) DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI SITOKININ SECARA IN VITRO

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN BAP (Benzil Amino Purin) DAN NAA (Naftalen Asam Asetat) TERHADAP MORFOGENESIS DARI KALUS SANSEVIERIA (Sansevieria cylindrica)

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado korespondensi:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

2012 FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PROLIFERASI TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn.) SECARA INVITRO

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

3. METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

RESPON EKSPLAN EMBRIO DEWASA TIGA GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum) TERHADAP KONSENTRASI 2,4D DAN KONDISI INKUBASI SECARA IN VITRO

Pertumbuhan dan Perkembangan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.) secara In Vitro pada beberapa Konsentrasi BAP dan IAA

PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus L.) YANG DIBERIKAN BERBAGAI KONSENTRASI NAA (Napthalen Acetic Acid) SECARA IN VITRO

Induksi Tunas dan Perakaran Bambu Kuning Bambusa vulgaris secara in vitro

III. METODE PENELITIAN A.

INDUKSI TUNAS PISANG ROTAN [Musa sp. ( AA Group.)] DARI EKSPLAN BONGGOL ANAKAN DAN MERISTEM BUNGA SECARA IN VITRO

PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH NAGA MERAH (Hylocerus polyrhizus) PADA BERBAGAI KONSENTRASI BENZILAMINO PURINE DAN UMUR KECAMBAH SECARA IN VITRO

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH IAA DAN BAP TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogestemon cablin Benth) IN VITRO

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANYAKAN TUNAS APIKAL KRISAN (Chrysanthemum morifolium Ram.) DENGAN PENAMBAHAN NAA, BAP DAN AIR KELAPA SECARA KULTUR IN VITRO

INISIASI TUNAS CENGKEH (Syzigium aromaticum L.) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI BAP SECARA IN VITRO

MULTIPLIKASI PROPAGULA PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca L.) DARI BERBAGAI JUMLAH TUNAS, DALAM MEDIA MS YANG DIBERI BAP PADA BERBAGAI KONSENTRASI

Mikropropagasi Daun Dewa (Gynura pseudochina) melalui Tunas Adventif

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANYAKAN KLONAL Phalaenopsis sp. IN VITRO DARI EKSPLAN DAUN DAN EKSPLAN TANGKAI BUNGA

PERBANYAKAN TUNAS Boesenbergia flava DENGAN PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO SKRIPSI. Oleh :

Induksi Kalus Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada Jenis Eksplan dan Konsentrasi Auksin yang Berbeda

PERBANYAKAN IN VITRO PISANG BARANGAN (Musa paradisiaca Var. Sapientum L.) PADA MEDIA MURASHIGE DAN SKOOG DENGAN PENAMBAHAN BENZYLAMINOPURIN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

SKRIPSI RESPON KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L.) TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN BAP SECARA IN VITRO. Oleh Dian Rahmawati H

Tentang Kultur Jaringan

Perbanyakan Tunas Mikro Pisang Rajabulu (Musa AAB Group) dengan Eksplan Anakan dan Jantung

STERILISASI ORGAN DAN JARINGAN TANAMAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

UPAYA PEMBIBITAN BIJI SARANG SEMUT (Myrmecodia pendans) DENGAN KULTUR JARINGAN. Heru Sudrajad

I. PENDAHULUAN. Ekosistemnya dalam pasal 20 ayat 1 dan 2 serta Peraturan Pemerintah No. 77

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK Dendrobium phalaenopsis Fitzg TERHADAP PEMBERIAN IBA DAN KINETIN SECARA IN VITRO

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Seminar Proposal Tugas Akhir SB Oleh: Daniar Robbiani ( ) Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati, S.Si.,M.Si. Nurul Jadid, S.Si.,M.Sc.

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Pengaruh Konsentrasi IAA dan BAP Terhadap Pertumbuhan Stek Mikro Kentang Secara In Vitro Munarti, Surti Kurniasih

Produksi Senyawa Metabolit Sekunder Melalui Kultur Jaringan dan Transformasi Genetik Artemisia Annua L.

PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus undatus) PADA POSISI TANAM DAN KOMPOSISI MEDIA BERBEDA SECARA IN VITRO

Tugas Akhir - SB091358

Transkripsi:

J. Agroland 15 (4) : 271-277, Desember 2008 ISSN : 0854 641X MULTIPLIKASI EMPAT VARIETAS KRISAN MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN Multiplication Of Four Chrysant Varieties Via Tissue Culture Technique Zainuddin Basri 1) 1) Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno-Hatta Km 5 Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp./Fax : 0451-429738 ABSTRACT The aim of this experiment was to determine a suitable medium composition for multiplication of each chrysan variety tested. This experiment used Split Plot Design. The main plot was chrysant varieties consisted of four varieties, namely Yellow Fuji, White Fuji, Elen van Lengen and Tawn Talk. Subplot was combination of auxin and BAP consisted of three combinations, namely 0.50 ppm NAA + 1.50 ppm BAP; 0.25 ppm IBA + 1.50 ppm BAP and 0.50 ppm IBA + 1.50 ppm BAP. Therefore, there were 12 treatment combinations and each combination used three replications, with the total of 36 experimental units. Results of this experiment indicated for differences of varieties and media composition tested on the multiplication rate of chrysant. Medium composition suitable for multiplication of chrysant varieties Yellow Fuji, Elen van Lengen and Tawn Talk was Murashige and Skoog basal medium supplemented with 0.25 ppm IBA and 1.50 ppm BAP, whilst for variety White Fuji was culture medium added with 0.50 ppm NAA and 1.50 ppm BAP, with the projection of number of plants produced on each variety at such media composition was 20.88; 13.77; 7.84 and 21.39 million plants per year. Keywords : Multiplication, chrysant, in vitro technique. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi yang dicapai saat ini telah mendorong kehidupan manusia ke arah yang lebih maju dan modern. Dalam tataran kehidupan yang demikian, tingkat kebutuhan manusia semakin banyak dan beragam, termasuk kebutuhan terhadap produk tanaman hias. Salah satu jenis tanaman hias yang banyak digemari masyarakat adalah tanaman krisan (Chrysanthemum sp). Tanaman ini dikenal sebagai penghasil bunga dengan bentuk, rupa dan warna yang menarik. Selain sebagai tanaman hias, krisan juga memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai penghasil obat tradisional (Rukmana dan Mulyana, 1997). Melihat besarnya minat masyarakat dan potensi pemanfaatan krisan menyebabkan tanaman ini semakin banyak dikembangkan dan dibudidayakan. Adapun kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan dan budidaya krisan adalah ketersediaan bibit. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bibit krisan dalam jumlah banyak dan waktu relatif singkat adalah melalui teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu teknik mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ, jaringan, sel atau pun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali (Basri, 2004). Bagian-bagian tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap kembali (Vasil, 1988). 271

Faktor yang turut menentukan keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan adalah genotipe (varietas) tanaman serta komposisi media yang digunakan. Sejumlah laporan sebelumnya telah menunjukkan bahwa setiap genotipe (varietas) tanaman membutuhkan komposisi media tertentu guna mendukung pertumbuhan eksplan yang optimal (Takumi and Shimada, 1997; Iser et al., 1999; Basri, 2003). Selanjutnya, aspek penting yang harus diperhatikan pada komposisi suatu media yaitu kebutuhan terhadap zat pengatur tumbuh, khususnya kombinasi dan konsentrasi dari zat pengatur tumbuh yang digunakan. Dalam kultur jaringan, terdapat dua kelompok zat pengatur tumbuh yang paling sering digunakan, yaitu auksin, seperti NAA dan IBA, serta sitokinin seperti BAP. Penggunaan auksin (NAA atau IBA) bersama sitokinin (BAP) pada konsentrasi yang tepat dapat memacu pertumbuhan eksplan, terutama dalam pembentukan daun, tunas dan ruas yang intensif (Gunawan, 1988). Pertumbuhan eksplan yang intensif sangat dikehendaki, terutama pada tahap multiplikasi suatu kultur. Hingga saat ini, kemampuan multiplikasi tanaman krisan melalui teknik kultur jaringan (in vitro culture) belum banyak diketahui. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan percobaan mengenai multiplikasi empat varietas tanaman krisan pada berbagai komposisi media secara in vitro. BAHAN DAN METODE Materi yang yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan dan alat. Bahan tanam yang digunakan adalah tunas krisan varietas Yellow Fuji, White Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk. Selanjutnya, bahan kimia yang digunakan sesuai komposisi media dasar Murashige and Skoog (1962), NAA, IBA, BAP, sukrosa, air kelapa, agar, alkohol 70% dan Bayclean. Sedangkan alat yang digunakan diantaranya oven, autoklaf dan laminar air flow cabinet. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah. Perlakuan pada petak utama adalah varietas krisan yang terdiri atas empat varietas, yaitu Yellow Fuji, White Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk. Perlakuan pada anak petak adalah kombinasi auksin dan BAP, yaitu 0,50 ppm NAA + ; 0,25 ppm IBA + dan 0,50 ppm IBA +. Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 36 satuan percobaan. Selama penelitian berlangsung, dilakukan dua kali subkultur dengan interval setiap subkultur delapan minggu. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam guna mengetahui pengaruh dari perlakuan yang dicobakan. Hasil sidik ragam yang menunjukkan pengaruh selanjutnya diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) guna mengetahui perbedaan antar perlakuan. Media tanam yang digunakan yaitu media dasar Murashige and Skoog (1962) yang ditambahkan 3% sukrosa, 150 ppm air kelapa serta BAP, NAA atau IBA sesuai perlakuan yang dicobakan. Media dipadatkan dengan menggunakan 0,8% agar dan ph media ditepatkan 5,8 dengan sodium hidroksida. Media tersebut selanjutnya diautoklaf pada suhu 121 o C dan tekanan 17,5 psi selama 15 menit. Eksplan krisan yang digunakan terdiri atas empat varietas yaitu Yellow Fuji, White Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk. Eksplan tersebut merupakan planlet steril yang diperoleh dari Bapak Nursalim (Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Pondok Pesantern Nurul Falah, Bogor). Eksplan dipotong dengan scalpel, kemudian disterilisasi dengan larutan Bayclean 5% selama 5 menit dan selanjutnya dibilas dengan aquades steril sebanyak tiga kali. Eksplan yang telah disterilisasi selanjutnya dikultur pada media kultur sesuai perlakuan yang dicobakan. Semua eksplan 272 272

yang telah dikultur ditempatkan pada ruang pemeliharaan. Suhu ruang pemeliharaan sekitar 22 o C sampai 28 o C dengan pencahayaan bersumber dari lampu tungsten kapasitas 20 Watt yang dipasang pada setiap rak kultur. Parameter yang diamati dalam penelitian ini mencakup jumlah daun, jumlah tunas dan jumlah ruas yang terbentuk serta proyeksi jumlah planlet (atau tanaman) krisan yang dihasilkan per tahun sesuai formula Kane (1996), yaitu : Jumlah planlet (atau tanaman) = Y x dimana : Y adalah rata-rata jumlah propagula yang dihasilkan tiap eksplan (planlet) pada setiap subkultur. x adalah jumlah subkultur per tahun (subkultur dilakukan dua kali dengan interval delapan minggu atau setara kali per tahun). Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Daun Analisis ragam menunjukkan perlakuan varietas tanaman dan interaksi antara varietas tanaman dan komposisi media yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap pembentukan daun, tetapi komposisi media berpengaruh tidak nyata. Rata-rata jumlah daun yang terbentuk pada berbagai perlakuan yang dicobakan disajikan pada Tabel 1. Sesuai hasil uji BNJ taraf 1% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pembentukan daun paling banyak diperoleh pada varietas Yellow Fuji, yaitu rata-rata 38,50 helai daun per eksplan dan disusul varietas White Fuji, Tawn Talk dan Elen van Lengen, masingmasing 35,57; 29,17 dan 29,00 helai daun per eksplan. Komposisi media yang baik untuk pembentukan daun pada varietas Yellow Fuji adalah media yang ditambahkan 0,25 ppm IBA dan ; varietas Elen van Lengen pada media yang diberikan 0,50 ppm IBA dan ; serta varietas White Fuji dan Tawn Talk pada media yang ditambahkan 0,50 ppm NAA dan. Jumlah Tunas Analisis ragam menunjukkan perlakuan varietas tanaman, komposisi media serta interaksi antara varietas tanaman dan komposisi media yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap pembentukan tunas. Rata-rata jumlah tunas yang terbentuk pada berbagai perlakuan yang dicobakan disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Rata-rata Jumlah Daun Pada Berbagai Varietas Krisan dan Komposisi Media Varietas 0,50 ppm NAA + Komposisi Media 0,25 ppm IBA + 0,50 ppm IBA + Yellow Fuji pq32,50 a q38,50 ab r30 ab White Fuji q35,57 a q34,17 a qr34,33 a Elen van Lengen p28,33 a p27,50 a pq29,00 a Tawn Talk p29,17 a p23,83 a p26,33 a BNJ 1% 1 BNJ 1% 5,62 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom (subscript) dan baris (superscript) yang sama tidak berbeda pada uji BNJ 1%. 273

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Tunas Pada Berbagai Varietas Krisan dan Komposisi Media Varietas 0,50 ppm NAA + Komposisi Media 0,25 ppm IBA + 0,50 ppm IBA + Yellow Fuji p16,83 a p17,50 a p20,33 ab White Fuji pq19,40 a p21,00 a p19,17 a Elen van Lengen q21,83 a r26,00 b p21,50 a BNJ 1% 2,88 Tawn Talk pq19,50 a q21,50 a p19,83 a BNJ 1% 3,54 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom (subscript) dan baris (superscript) yang sama tidak berbeda pada uji BNJ 1%. Tabel 3. Rata-rata Jumlah Ruas Pada Berbagai Varietas Krisan dan Komposisi Media Varietas 0,50 ppm NAA + Komposisi Media 0,25 ppm IBA + 0,50 ppm IBA + BNJ 1% Yellow Fuji p16,00 a q22,83 a p18,33 ab White Fuji p17,83 a p17,00 a p17,33 a Elen van Lengen p14,83 a p14,00 a p14,00 a 4,82 Tawn Talk p15,00 a p15,33 a p16,33 a BNJ 1% 5,42 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom (subscript) dan baris (superscript) yang sama tidak berbeda pada uji BNJ 1%. Sesuai hasil uji BNJ taraf 1% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pembentukan tunas paling banyak diperoleh pada varietas Elen van Lengen, yaitu rata-rata 26,00 tunas per eksplan dan disusul varietas Tawn Talk, White Fuji dan Yellow Fuji masing-masing 21,50; 21,00 dan 20,33 tunas per eksplan. Komposisi media yang baik untuk pembentukan tunas pada varietas Elen van Lengen adalah media yang ditambahkan 0,25 ppm IBA dan ; varietas Yellow Fuji pada media yang diberikan 0,50 ppm IBA dan ; serta varietas White Fuji dan Tawn Talk pada media yang ditambahkan 0,25 ppm IBA dan. Jumlah Ruas Analisis ragam menunjukkan perlakuan varietas tanaman serta interaksi antara varietas tanaman dan komposisi media yang dicobakan berpengaruh sangat nyata terhadap pembentukan ruas, tetapi komposisi media berpengaruh tidak nyata. Rata-rata jumlah ruas yang terbentuk pada berbagai perlakuan yang dicobakan disajikan pada Tabel 3. Sesuai hasil uji BNJ taraf 1% pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pembentukan ruas paling banyak diperoleh pada varietas Yellow Fuji, yaitu rata-rata 22,83 ruas per eksplan dan disusul varietas White Fuji, Tawn Talk dan Elen van Lengen, masingmasing 17,83; 16,33 dan 14,83 ruas per eksplan. Komposisi media yang baik untuk 274 274

pembentukan ruas pada varietas Yellow Fuji adalah media yang diberikan 0,25 ppm IBA dan ; varietas Tawn Talk adalah media yang ditambahkan 0,50 ppm IBA dan ; serta varietas White Fuji dan Elen van Lengen pada media yang diberikan 0,50 ppm NAA dan. Proyeksi Jumlah Tanaman per Tahun Sesuai data yang ditampilkan pada Tabel 4 maka diketahui bahwa tiga varietas tanaman krisan, yaitu Yellow Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk menghasilkan jumlah tanaman yang lebih banyak bila dikultur pada media MS yang ditambahkan 0,25 ppm IBA dan, yaitu berturut-turut 20,88; 13,77 dan 7,84 juta tanaman per tahun. Varietas White Fuji menghasilkan jumlah tanaman yang lebih banyak (sekitar 21,39 juta tanaman per tahun) bila dikultur pada media MS yang diberikan 0,50 ppm NAA dan. Pembahasan Pertumbuhan dan multiplikasi tanaman dalam kultur jaringan sangat ditentukan oleh genotipe tanaman dan komposisi media yang digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap genotipe (varietas) tanaman krisan memiliki pertumbuhan dan tingkat multiplikasi yang berbeda pada setiap komposisi media yang dicobakan. Sesuai data yang ditampilkan pada Tabel 1 dan 3 maka diketahui bahwa varietas Yellow Fuji dapat membentuk daun dan ruas paling banyak bila dikultur pada media yang ditambahkan 0,25 ppm IBA dan 1,50 ppm BAP. Selain itu, komposisi media tersebut juga baik untuk mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas pada varietas Elen van Lengen dan Tawn Talk (Tabel 2). Berdasarkan hasil tersebut, maka jelas bahwa pada komposisi media tersebut diperoleh suatu jumlah dan keseimbangan yang sesuai antara zat pengatur tumbuh (IBA dan BAP) yang ditambahkan ke media dan fitohormon yang dihasilkan dalam tanaman sehingga diperoleh pertumbuhan (pembentukan daun, ruas atau pun tunas) yang lebih baik. Banyaknya daun dan ruas atau pun tunas yang terbentuk pada komposisi media tersebut menyebabkan jumlah propagula (tanaman) disetiap tahap pengkulturan menjadi lebih banyak sehingga jumlah tanaman yang dihasilkan per tahun pada varietas Yellow Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk juga menjadi banyak. Jumlah daun dan ruas yang dihasilkan varietas Yellow Fuji pada media yang ditambahkan 0,25 ppm IBA dan adalah masingmasing 38,50 helai dan dan 22,83 ruas per eksplan, sedangkan jumlah tunas yang terbentuk pada varietas Elen van Lengen dan Tawn Talk pada komposisi media tersebut adalah berturut-turut 26,00 dan 21,50 tunas per eksplan. Tabel 4. Proyeksi Jumlah Tanaman Krisan yang Dihasilkan Per Tahun Pada Berbagai Varietas dan Komposisi Media Varietas Komposisi Media Y x Yellow Fuji White Fuji Elen van Lengen Tawn Talk 0,50 ppm NAA + 0,25 ppm IBA + 0,50 ppm IBA + 0,50 ppm NAA + 0,25 ppm IBA + 0,50 ppm IBA + 0,50 ppm NAA + 0,25 ppm IBA + 0,50 ppm IBA + 0,50 ppm NAA + 0,25 ppm IBA + 0,50 ppm IBA + 12,83 13.37 12,96 13,42 11,95 12,71 12,33 12,54 12,04 11,37 11,50 11,04 Proyeksi Jumlah Tanaman Per Tahun 15.976.192 20.885.946 17.058.173 21.398.895 10.066.799 15.029.554 12.338.433 13.770.001 10.569.931 7.285.226 7.843.971 6.015.877 275

Tidak seperti yang diamati pada varietas Yellow Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk, respons pertumbuhan, khususnya pembentukan tunas pada varietas White Fuji lebih banyak dijumpai pada media yang diberikan 0,50 ppm NAA dan 1,50 ppm BAP. Komposisi media tersebut mampu menstimulasi dan mendorong pembentukan tunas yang lebih intensif. Jumlah tunas krisan varietas White Fuji yang terbentuk pada komposisi media tersebut mencapai 21,00 tunas per planlet (Tabel 2). Dengan demikian, jelas bahwa varietas White Fuji membutuhkan suatu komposisi media yang mengandung NAA dan BAP guna memacu pertumbuhan tunas yang intensif. Sesuai data yang ditampilkan pada Tabel 4, maka diketahui bahwa tingkat multiplikasi tanaman krisan berkisar antara 11,04 hingga 13,42 planlet (tanaman) setiap delapan minggu, atau sekitar 6,01 juta hingga 21,39 juta tanaman per tahun. Data pada Tabel 4 juga menunjukkan bahwa varietas White Fuji memiliki tingkat multiplikasi paling tinggi, yaitu 13,42 tanaman per delapan minggu atau 21,39 juta tanaman per tahun, dan disusul oleh varietas Yellow Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk masing-masing sebanyak 20,88; 13,77 dan 7,84 juta tanaman per tahun. Seperti diamati pada pertumbuhan (pembentukan) tunas, daun atau pun ruas, tingkat multiplikasi tanaman krisan varietas White Fuji paling tinggi diperoleh pada komposisi media yang ditambahkan 0,50 ppm NAA dan 1,50 ppm BAP, dan varietas Yellow Fuji, Elen van Lengen serta Tawn Talk dicapai pada media yang diberikan 0,25 ppm IBA dan 1,50 ppm BAP. Sesuai hasil tersebut, maka jelas bahwa setiap varietas tanaman krisan memiliki tingkat multiplikasi dan kebutuhan komposisi media tertentu. Adanya perbedaan tingkat multiplikasi dan kebutuhan terhadap komposisi media (kombinasi dan konsentrasi zat pengatur tumbuh) diduga disebabkan oleh perbedaan dari genotipe (varietas) tanaman yang digunakan (Fennel et al., 1996). Carman et al. (1987) dan Basri (2003) menjelaskan bahwa respons (pertumbuhan maupun tingkat multiplikasi) suatu eksplan dalam kultur jaringan sangat ditentukan oleh status fitohormon yang terdapat pada eksplan tersebut. Selanjutnya, Gale (1979) dan Ahloowalia (1982) dengan jelas menunjukkan perbedaan respons suatu kultur yang disebabkan oleh perbedaan kandungan auksin dan sitokinin pada setiap genotipe (eksplan) yang dikultur. Dengan demikian, perbedaan kandungan fitohormon dari setiap varietas krisan yang digunakan mungkin telah menyebabkan perbedaan respons (pertumbuhan dan tingkat multiplikasi) dalam kultur jaringan. Hasil dari penelitian ini juga dengan jelas menunjukkan bahwa komposisi media (kombinasi auksin dan sitokinin) sangat mempengaruhi pertumbuhan dan multiplikasi tanaman krisan. Komposisi media yang diberikan IBA (0,25 ppm) dan BAP (1,50 ppm) sesuai untuk memacu pertumbuhan dan multiplikasi krisan varietas Yellow Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk, sedangkan media yang ditambahkan NAA (0,50 ppm) dan BAP (1,50 ppm) cocok untuk varietas White Fuji. Dengan demikian, setiap varietas tanaman memiliki repons yang berbeda terhadap komposisi media (kombinasi BAP dan NAA atau IBA) yang digunakan. Adanya perbedaan respons tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan efektifitas dari zat pengatur tumbuh, khususnya dari dua jenis auksin (NAA dan IBA) yang dicobakan. Wattimena (1987) menjelaskan bahwa perbedaan efektifitas suatu zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman disebabkan oleh dua aspek utama, yaitu gugus dasar dan rantai samping dari zat pengatur tumbuh tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa gugus dasar dan rantai samping antara kedua jenis zat pengatur tumbuh (auksin) yang dicobakan, yaitu IBA dan NAA, berbeda sehingga efektifitasnya pun berbeda terhadap 276 276

setiap varietas tanaman. Zat pengatur tumbuh IBA (yang dikombinasikan dengan BAP) lebih efektif mendorong pertumbuhan dan perbanyakan tanaman krisan varietas Yellow Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk, sedangkan NAA (yang juga dikombinasikan dengan BAP) lebih sesuai untuk memacu pertumbuhan dan multiplikasi krisan varietas White Fuji. Dalam penelitian ini juga diamati bahwa keempat varietas tanaman krisan tumbuh vigor pada semua komposisi media yang dicobakan. Dengan demikian, komposisi media yang memberikan tingkat multiplikasi paling tinggi pada setiap varietas dapat dipilih dan digunakan sebagai komposisi media multiplikasi bagi setiap varietas krisan tersebut. KESIMPULAN Tingkat multiplikasi dan pertumbuhan tanaman krisan berbeda untuk setiap varietas dan komposisi media yang dicobakan. Komposisi media yang sesuai untuk multiplikasi tanaman krisan varietas Yellow Fuji, Elen van Lengen dan Tawn Talk adalah media dasar Murashige dan Skoog yang ditambahkan 0,25 ppm IBA dan 1,50 ppm BAP, sedangkan varietas White Fuji yaitu media yang ditambahkan 0,50 ppm NAA dan dengan proyeksi jumlah tanaman yang dihasilkan oleh masing-masing varietas pada komposisi media tersebut berturut-turut 20,88; 13,77; 7,84 dan 21,39 juta tanaman per tahun. DAFTAR PUSTAKA Ahloowalia, B.S., 1982. Plant Regeneration From Callus Culture in Wheat. Crop Science, 22: 405-410. Basri, Z., 2003. Screening of Four Australian Wheat Genotypes For High Tissue Culture Response. Agritrop, 22(2) : 44-49. Basri, Z., 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Tadulako Press, Palu. Carman, J.G., Jefferson, N.E. and Campbell, W.F., 1987. Induction of Embryogenic Triticum aestivum L. calli. I. Quantification of Genotype And Culture Medium Effects. Plant Cell, Tissue and Organ Culture, 10: 101-113. Fennel, S., Bohorova, N., van Ginkel, M., Crossa J, J. and Hoisington, D., 1996. Plant Regeneration From Immature Embryos of 48 Elite CIMMYT Bread Wheats. Theor. Appl. Gennet., 92: 163-169. Gale, M.D., 1979. Genetic Variation For Hormonal Activity And Yield. In Crop Physiology and Cereal Breeding. Spiertz, J.H. and Th. Kramer (eds). Centre for Agric. Pub. and Doc., Wageningen. Gunawan, L.W., 1988. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Iser, M., Fettig, S., Scheying, F., Viertel, K. and Hess, D., 1999. Genotype-Dependent Stable Genetic Transformation in Germany Spring Wheat Varieties Selected For High Regeneration Potential. J. Plant Physiol., 154: 509-516. Kane, M.E., 1996. Micropropagation of Potato by Node Culture and Microtuber Production. In Plant Tissue Culture Concepts and Laboratory Exercises. Trigiano, R.N. and Gray, D.J. (eds). CRC Press Inc., USA. Murashige, T. and Skoog, F., 1962. A Revised Medium For Rapid Growth and Bioassays With Tobacco Tissue Cultures. Physiol. Plantarum, 15: 473-497. Rukmana, R. dan Mulyana, A.E., 1997. Budidaya Krisan. Kanisius, Jakarta. Takumi, S. and Shimada, T., 1997. Variation in Transformation Frequencies Among Six Common Wheat Cultivars Through Particle Bombardment Of Scutellar Tissues. Genes Genet Syst., 72: 63-69. Vasil, I.K., 1988. Progress in The Regeneration and Genetic Manipulation Of Cereal Crops. Bio/Technol., 6: 397-402. Wattimena, G.A., 1987. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 277