GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 ( )

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: Dekomentasi, Alkohol 70%, Larutan Klorin, Air Sabun, Air DTT

METI MEGAWATI 1, MIMMA FATMALA 2

NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN METODE THREE COMPARTEMENT SINK DENGAN AIR PANAS DAN LARUTAN KLORIN TERHADAP ANGKA KUMAN ALAT MAKAN DI RSU QUEEN LATIFA

Keywords : hygiene sanitation, eating utensils, the number of germ, Escherichia coli

Efektivitas penurunan jumlah angka kuman alat makan dan efisiensi biaya yang digunakan pada metode pencucian alat makan di Rumah Sakit Kota Surakarta

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Medical Laboratory Technology Journal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

TEKNIK PENCUCIAN ALAT MAKAN, PERSONAL HYGIENE TERHADAP KONTAMINASI BAKTERI PADA ALAT MAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

Bahan Sanitaiser. A. Bahan Pembersih 10/13/2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

STUDI KOMPARATIF PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN PERENDAMAN DAN AIR MENGALIR TERHADAP JUMLAH KUMAN PADA ALAT MAKAN DI WARUNG MAKAN BU AM GONILAN

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin meningkatnya perkembangan sektor industri dan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan cairan dalam tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

GAMBARAN KEBERADAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Bunuh Disinfektan terhadap Pertumbuhan Bakteri

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

HYGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN TERHADAP KANDUNGAN

KONDISI BAKTERIOLOGIK PERALATAN MAKAN DI RUMAH MAKAN JOMBANG TIKALA MANADO

BAB HIGIENE DAN SANITASI DALAM INDUSTRI PANGAN Dalam aspek keamanan dan kesehatan pangan maka aspek higiene dan sanitasi memegang peranan yg penting.

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAKTERI PENCEMAR MAKANAN. Modul 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia dan juga hewan berdarah panas. Kelompok bakteri Coliform diantaranya

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

Untuk menjamin makanan aman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PEMBAHASAN. Berdasarkan data hasil penelitian daya bunuh disinfektan uji terhadap. (Salmonella thyphosa dan Staphylococcus aureus) dibandingkan

PENGGUNAAN ALAT PENGATUR KONSENTRASI KAPORIT (Ca(ClO) 2) DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DESINFEKSI PERALATAN MAKAN

Eni Sinaga, Personal Hygiene, Washing eating utensils and Amount of Eating Utensils Bacteria at The Food Sellers Center in Kampung Solor, Kupang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah melakukan pembangunan berwawasan kesehatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

BAB I PENDAHULUAN. Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga. menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

HIGIENE SANITASI MAKANAN, MINUMAN DAN SARANA SANITASI TERHADAP ANGKA KUMAN PERALATAN MAKAN DAN MINUM PADA KANTIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) PENGARUH LARUTAN DETERGENT DAN LARUTAN KLORIN PADA PROSES PENCUCIAN ALAT MAKAN DENGAN METODE TRHEE COMPARTEMENT SINK TERHADAP PENURUNAN JUMLAH ANGKA KUMAN PADA ALAT MAKAN DI RS PKU MUHHAMADIYAH SURAKARTA Annisa Andriyani Dosen Program Studi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Latar Belakang: Salah satu jalur perjalanan makanan melewati proses pencucian alat makan. Proses pencucian alat makan yang sempurna memegang peranan di dalam mencegah menularnya penyakit, sebab alat makan yang tidak bersih dan mengandung mikroorganisme dapat menularkan penyakit lewat makanan. Oleh sebab itu diperlukan proses pencucian yang memenuhi standar kesehatan. Metode pencucian alat makan yang digunakan saat ini di RS PKU Muhammadiyah Surakarta adalah three compartemen sink (TCS) dengan modifikasi penggunaan larutan detergent dan larutan klorin.tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan larutan detergent dan larutan klorin pada proses pencucian alat makan dengan metode three compartement sink dalam menurunkan jumlah angka kuman alat makan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah eksperiment dengan rancangan percobaan acak lengkap (RAL). Populasi adalah semua alat makan yang ada di RS PKU Muhammadiyah Surakarta Sampel yang digunakan adalah 9 yang berupa 3 piring, 3 gelas dan 3 sendok. Jumlah unit percobaan dalam penelitian ini adalah 3 ulangan x 3 alat makan x 2 pemeriksaan = 18 unit percobaan. Analisis akan dilakukan dengan uji-t. Hasil: Rata-rata jumlah angka kuman alat makan sebelum dicuci sebesar 832 koloni/cm² dan setelah dicuci sebesar 51,1 koloni/cm². Uji t menunjukkan p=0,0019 yang berarti signifikan Simpulan : Ada pengaruh larutan detergent dan larutan klorin pada proses pencucian alat makan dengan metode three compartement sink dalam menurunkan jumlah angka kuman alat makan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci : Alat makan, Angka Kuman, three compartement sink 379

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 380 PENDAHULUAN Sanitasi makanan adalah suatu upaya pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu/merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen (Saksono, 1989: 5). Prinsip hygiene dan sanitasi makanan merupakan upaya untuk mengendalikan 4 (empat) faktor penyehatan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan yaitu tempat/bangunan, peralatan, orang dan makanan (Depkes RI, 1999: 102). Alat makan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan di dalam menularkan penyakit, sebab alat makan yang tidak bersih dan mengandung mikroorganisme dapat menularkan penyakit lewat makanan (foodborne diseses). Peralatan makanan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi 100 kolonial/cm² permukaan ( Depkes RI, 1991: 8). Berdasarkan hal diatas pemerintah melalui Departemen Kesehatan RI no 986/Menkes/Per/XI/1992 menetapkan tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dengan upaya penyehatan lingkungan rumah sakit. Adapaun salah satu upaya penyehatan lingkumgan rumah sakit adalah penyehatan makanan dan minuman. Kegiatan penyehatan makanan dan minuman berkaitan erat dengan kebersihan peralatan makan yang digunakan. Bila kondisi alat makan yang ada di rumah sakit tidak memenuhi persyaratan kesehatan di mungkinkan dapat menyebabkan penularan penyakit. Pengelolaan alat makan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dilakukan oleh unit instalasi gizi bekerja sama dengan unit lain. Dari hasil pengamatan penulis Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dalam pengelolaan alat makan menggunakan metode pencucian three compartement sink (pencucian tiga bilik) dan menggunakan larutan detergent dan larutan klorin. Menurut kepala instalasi gizi larutan klorin diberikan untuk membunuh kuman yang ada pada alat makan. Modifikasi proses pencucian ini ditempuh agar hasil yang diberikan lebih baik, akan tetapi modifikasi proses pencucian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta belum pernah di periksa angka kuman sehingga belum diketahui keefektifannya. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan larutan detergent dan larutan klorin pada metode pencucian alat makan three compartemen sink terhadap penurunan jumlah angka kuman pada alat makan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. 380

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 381 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut "Apakah ada pengaruh penggunaan larutan detergent dan larutan klorin pada proses pencucian alat makan dengan metode three compartement sink dalam menurunan jumlah angka kuman alat makan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta? METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperiment dengan rancangan acak lengkap (RAL). Populasi dari penelitian ini adalah semua alat makan yang ada di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang berupa piring, sendok dan gelas. Sampel yang digunakan adalah 3 alat makan yang berupa 1 buah usap dari piring, 1 buah usap dari gelas dan 1 buah usap dari sendok. Jumlah unit percobaan dalam penelitian ini adalah 3 alat makan x 3 ulangan x 2 pemeriksaan = 18 unit percobaan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pencucian alat makan Three compartment sink dengan larutan detergent dan larutan klorin.variabel terikat dalam penelitian ini yaitu penurunan jumlah angka kuman. Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah perlengkapan pemeriksaan jumlah kuman angka kuman dengan metode Total plate count dan perlengkapan proses pencucian alat makan dengan metode Three compartment sin.k Data penelitian yang telah dikumpulkan akan diolah dan dianalisa dengan uji-t. Keputusan hipotesis penelitian di dasarkan pada tingkat kepercayaan 95 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Gambaran proses pencucian alat makan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Gambar 3 menunjukkan proses pencucian dengan metode TCS secara lengkap. Pada gambar 3a menunjukkan sarana pencucian yang terdiri dari 3 bak yang fungsinya terlihat pada gambar 3b, bak pertama untuk menghilangkan sisa detergent, bak kedua untuk membilas alat makan dengan larutan klorin dengan ukuran 50cc/liter, dan bak ketiga untuk membilas alat makan dengan air bersih. Gambar 3c terlihat panci yang berisi air panas yang berfungsi untuk mendisinfeksi alat makan yang telah dicuci. Sarana yang dipakai adalah spon, detergent, air mengalir dan air panas serta klorin 381

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 382 2. Hasil pemeriksaan jumlah angka kuman. U n a b c Gambar 3 Proses Pencucian Alat Makan dengan Metode TCS Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Jumlah Angka Kuman Alat Makan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta Jumlah angka kuman (koloni/cm) Piring Gelas Sendok x y z x y z x y z I 1 805 86 719 270 33 237 2659 110 2549 II 1 459 139 320 240 12 228 1180 10 1170 II 1 175 0 175 270 50 220 1430 20 1410 3 1439 225 1214 780 95 685 5269 140 5129 x 479.67 75 404.67 260 31.67 228.33 1756.33 46.67 1709.67 Sumber : hasil pemeriksaan Keterangan : U : Ulangan X : Sebelum pencucian Y : Setelah pencucian N : Sampel Z : Penurunan x : Rata-rata : Jumlah Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui rata-rata jumlah angka kuman sebelum pencucian pada piring sebesar 479,67 koloni/cm², pada gelas sebesar 260 koloni/cm² dan pada sendok sebesar 1756,33 koloni/cm². Jumlah angka kuman setelah pencucian menggunakan metode TCS dengan larutan detergent dan klorin sebesar 75 koloni/cm² pada piring, pada gelas sebesar 31,67 koloni/cm² dan pada sendok sebesar 46,67 koloni/cm². 382

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 383 Alat Tabel 3 Rekapan Jumlah Angka Kuman Alat Makan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta Makan Pre Post Penurunan % 1 805 86 719 89.3 2 459 139 320 69.71 3 175 0 175 100 4 270 33 237 87.77 5 240 12 228 95 6 270 50 220 81.48 7 2659 110 2549 95.86 8 1180 10 1170 99.15 9 1430 20 1410 98.60 Total 7488 460 7028 93.85 Rata-rata 832 51.11111 780,89 90.85 Sumber : data primer diolah Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui rata-rata jumlah angka kuman sebelum pencucian yaitu sebesar 832 koloni/cm². Rata-rata jumlah angka kuman setelah pencucian sebesar 51.11 koloni/cm². Dan rata-rata penurunan jumlah angka kuman alat makan setelah dilakukan pencucian dengan metode TCS dengan larutan detergent dan larutan klorin sebesar 780,89 koloni/cm² atau sebesar 90,85 % Kelompok observasi Alat makan Tabel 4 Rerata jumlah angka kuman pretest dan post test pada metode pencucian TCS Rerata Uji Statistik Keterangan Pretest Postest t p 832 51,11 2,913 0,019 Signifikan Sumber : data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4 terlihat rerata alat makan sebelum dicuci sebesar 832 koloni/cm² dan setelah pencucian sebesar 51,11 koloni/cm². Hasil uji statistic dengan uji t P= 0,019 jadi lebih kecil dari 0,05. hal ini membuktikan bahwa pencucian dengan metode TCS dengan larutan desinfektan dan larutan klorin berpengaruh dalam menurunkan jumlah angka kuman alat makan. 383

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 384 Pembahasan Penelitian 1. Jumlah angka kuman pada alat makan sebelum proses pencucian dengan larutan detergent dan larutan klorin pada metode three compartement sink di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Rata-rata jumlah angka kuman alat makan sebelum pencucian sebesar 832 koloni/cm². Pada tabel 2 jumlah angka kuman tertinggi terdapat pada alat makan sendok sebesar 1756,33 koloni/cm². Hal ini terjadi karena alat makan sendok merupakan alat makan yang kontak langsung dengan sumber penyakit yaitu mulut pasien. Faktor yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit di rumah sakit adalah adanya sumber penyakit, dalam hal ini pasien merupakan sumber penyakit (Musadad, 1995: 1-3). Kontaminasi silang adalah kontaminasi dari bahan makanan melalui pembawa dalam hal ini lewat alat makan. terutama sendok ( Purnawijayanti, 2001: 50). 2. Jumlah angka kuman pada alat makan setelah proses pencucian dengan larutan detergent dan larutan klorin pada metode three compartement sink di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Rata-rata jumlah angka kuman alat makan setelah pencucian sebesar sebesar 51.11 koloni/cm². Hal ini sangat bagus karena berada jauh di bawah standar yang telah ditetapkan oleh Depkes RI yaitu bahwa angka kuman yang boleh ada dipermukaan alat makan harus dibawah 100 koloni/cm². Untuk rata- rata jumlah angka kuman tertinggi setelah pemcucian adalah pada piring sebesar 75 koloni/cm², ttapi hal ini tidak jadi masalah karena masih dibawah standart yang telah ditentukan. 3. Analisis pengaruh larutan detergent dan larutan klorin pada proses pencucian alat makan dengan metode three compartement sink dalam menurunan jumlah angka kuman alat makan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Hasil uji statistic dengan uji-t menunjukkan bahwa ada pengaruh larutan detergent dan larutan klorin terhadap penurunan jumlah angka kuman alat makan. Hal ini berarti jumlah angka kuman yang ada pada alat makan akan turun setelah dilakukan pencucian dengan metode three compartement sink dengan menggunakan larutan detergen berupa sunglit dan larutan klorin. Jumlah angka kuman yang boleh ada di permukaan alt makan adalah di bawah 100 koloni/cm² ( Depkes RI, 2001: 202). Pada proses pencucian kali ini rata-rata hasil pemeriksaan jumlah angka kuman setelah dicuci sebesar 51,1 koloni/cm², hal ini menunjukkan bahwa pada proses pencucian alat makan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta baik, terbukti jumlah angka kuman yang dihasilkan dibawah standar Depkes RI. 384

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 385 Hasil penurunan jumlah angka kuman terlihat pada tabel 3, dimana pada proses pencucian di PKU Muhammadiyah Surakarta mampu menurunkan jumlah angka kuman yang cukup besar yaitu 90,85 %. Hal ini di karenakan proses pencucian yang dilakukan cukup bagus, penggunaan detergent yang tepat dan proses desinfeksi yang baik. Proses pencucian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah telah mengikuti tahapan yang benar meliputi : pembuangan sisa makanan, pencucian dengan detergent, pembilasan, sanitasi/desinfeksi, penirisan atau pengeringan dan penyimpanan ( Purnawijayanti, 2001: 35). Penggunaan detergent di RS PKU Muhammadiyah Surakarta dengan menggunakan Sunligt. Sunligt merupakan cairan yang berisi detergent yang dimodifikasi dengan jeruk nipis. Detergent bersifat hydrophobic dan hydrophilic. Fungsi dari hidropobic adalah bekerja melepaskan kotoran yang menempel pada alat makan yang dicuci. Hydropilic berfungsi untuk mengangkat kotoran dari permukaan alat makan sehingga terhindar pembentukan noda baru. Detergent juga bersifat bakterisida yang menghilangkan kuman yang ada, namun demikian campuran 1/4 amonium mempunyai efek yang kecil dalam membunuh E.Coli dan L.innocua (Lee at all, 2007: 885-891). Jeruk nipis yang berada dalam larutan bisa merusak membrane sel, hal ini dikarenakan dalan jeruk nipis tersusun persenyawaan fenol yang menyebabkan bocornya metabolit penting dan menginaktifkan sejumlah system enzim bakteri. Jadi detergent dikatakan ideal apabila memenuhi syarat mampu melunakkan air, tidak menyebabkan korosi, mematikan bakteri dan tidak mahal ( Purnawijayanti, 2001: 23). Namun demikian dalam upaya untuk membunuh bakteri secara baik terutama di rumah sakit yang identik dengan kuman penyakit tidaklah cukup apabila proses pencucian hanya dilakukan dengan metode tersebut perlu disenfeksi yang lebih untuk membunuh kuman penyakit. Di RS PKU Muhammadiyah ini menggunakan air panas dan klorin. Upaya sanitasi dengan metode air panas dilakukan dengan merendam alat makan dalam air panas bersuhu 80 ºC atau lebih. Energi panas diperkirakan menyebabkan denaturasi protein dalam sel mikroorganisme yang akan menyebabkan kematiannya. Metode ini cukup efektif dan dapat diterapkan pada senua jenis permukaan yang bersentuhan dengan makanan. Meskipun demikian metode ini memiliki kelemahan karena tidak dapat mematikan spora bakteri yang tahan terhadap panas( Purnawijayanti, 2001: 26). 385

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 386 Upaya sanitasi dengan klorin juga digunakan di rumah sakit ini karena harganya murah, spectrum jenis bakteri yang dimatikan luas yaitu bakteri gram positif, bakteri gram negative dan spora bakteri serta tetap aktif digunakan dalam air yang sadah. Kelemahan desinfeksi klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada ph yang rendah, sedangkan konsentrasi yang diperlukan agar klorin efektif untuk membunuh mikroorganisme adalah 50-100 ppm (part per million) dengan waktu kontak sekitar 1 menit pada suhu minimum 24 C ( Purnawijayanti, 2001: 19). Mekanisme cara senyawa klorin dapat mematikan kuman bakteri yaitu asam hipoklorit yang merupakan senyawa klorin yang paling aktif akan menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme, dengan cara menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Klorin cair atau natrium hipoklorit dalam air akan terhidrolisis membentuk hipoklorit, selanjutnya asam hipoklorit akan terdisosiasi membentuk ion hydrogen dan hipoklorit. Senyawa klorin lebih aktif bila menggunakan pada ph rendah, karena keberadaan asam hipoklorit lebih dominan. Akan tetapi perlu diingat bahwa daya korosi senyawa klorin juga akan meningkat pada ph yang rendah. Pada ph yang tinggi ion hipoklorit tidak memiliki aktivitas bakterisida, sehingga menurunkan efektivitas disinfesi senyawa klorin ( Purnawijayanti, 2001: 29). Selain metode pencucian dan detergent banyak faktor lain yang mempengaruhi tingginya jumlah angka kuman pada alat makan : Tingkat pengetahuan pencuci, tenaga pengambil sample, tentang waktu dan jarak tempuh dan sumber air. SIMPULAN Jumlah angka kuman pada alat makan sebelum proses pencucian dengan larutan detergent dan larutan klorin pada metode three compartement sink di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta rata-rata sebesar 832 koloni/cm², sedangkan jumlah angka kuman pada alat makan setelah proses pencucian dengan larutan desinfektan dan larutan klorin pada metode three compartement sink di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta rata-rata sebesar 51,11 koloni/cm². Jadi ada pengaruh larutan detergent dan larutan klorin pada proses pencucian alat makan dengan metode three compartement sink dalam menurunkan jumlah angka kuman alat makan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. 386

GASTER, Vol. 5, No. 1 Februari 2009 (379-387) 387 DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 1991. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI. Depkes RI. 1999. Prinsip-Prinsip Higiene Sanitasi Maknan. Jakarta : Dirjen PPM & PLP. Depkes RI. Depkes RI. 2001. Modul Kursus Penyehat Makanan dan Minuman Untuk Pengusaha Makanan dan Minuman. Pencucian dan Penyimpanan Peralatan Pengolahan Makanan. Jakarta : Ditjen P2M & PL. Depkes RI Musadad, DA. 1995. Perilaku Petugas dalam Pengelolaan Makan di Rumah Sakit. Cermin Dunia Kedokteran. No.100 : 1-3 [ Diakses 5 Desember 2007 ]. Purnawijayanti, H. 2001. Sanitasi Higiene dan Keselamatan Kerja dalam Pengelolaan Makanan. Kanisius. Lee H., Cartwrigth R., Grueser T., Pascall MA 2007. Efficiency of manual dishwashing conditions on bacterial survival on eating utensils. Journal of Food Engineering. V.80 : 885-891. [ Diakses 7 November 2007]. Saksono, L. 1986. Pengantar Sanitasi Makanan. Bandung : P.T Alumni.. 387