PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

kinerja keuangan, diperlukan tolak ukur tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Raden Muh. Adlan Rahim

BAB II URAIAN TEORITIS. antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. UNITED TRACTORS, Tbk. : Nadya Soalagogo NPM :

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI PENGUKUR PENINGKATAN KINERJA KEUANGAN PADA PT. XL AXIATA, TBK

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EVA (ECONOMIC VALUE ADDED) PADA PT. TIMAH (PERSERO) TBK PERIODE

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Penulis menggunakan konsep metode EVA dan FVA untuk mengukur kinerja

Penilaian Kinerja Keuangan Pada PT. ASIA PAPER MILLS Dengan Metode Economic Value Added (EVA)

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pendekatan Metode Economic Value Added (EVA) pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Tabel. IV.1 RKAP Asuransi Jasindo

EMA SUNDARI Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Anita Wasutiningsih, MM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. 2.1 Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan. dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001:415).

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir EVA sederhana yaitu suatu perusahaan dikatakan dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentanoe Kertonegoro

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENILAIAN KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ilmiah yang ditujukan dengan bagaimana kepatuhan peneliti

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK.

III. METODE PENELITIAN

Nama : Hidayati Husnul Arifin Kelas : 3EB25 NPM : Pembimbing : Ratih Juwita, S.E., MM.,

ANALISIS PENGUKURAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT SEPATU BATA TBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang sebanyak-banyaknya

Nama : Susi Susanti NPM : Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Periode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah saham-saham yang

I. PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan telah menjadi perhatian sejak

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA, TBK.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti perlu menetapkan metode penelitian

ANALISIS PENERAPAN RASIO KEUANGAN DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DALAM MENILAI KINERJA KEUANGAN PT MAYORA INDAH Tbk AGUS NURAMIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sentano Kertonegoro (1995 ; 3)

Economic Value Added (EVA)

ABSTRAK. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan Yang Tergabung Dalam LQ-45

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN 41

PUTRI AYU NINGSIH / Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE.,MMSI

DAFTAR ISI. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Laporan Keuangan 41

meneliti catatan laporan keuangan yang berkaitan dengan perpajakan. Demikian juga dengan bad debt reserve, goodwill amortization, interest expense

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk DENGAN MENGGUNAKANMETODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis mengadakan penelitian di PT Toyota Astra Financial Services yang

kapitalisasi pasar BEJ sehingga pergerakan transaksi perusahaan yang Obyek penelitian adalah perusahaan - perusahaan go publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk

BAB V PEMBAHASAN. bahwa EVA dan MVA secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh

Cost of Equity Cost of Preferred Stock Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) JURNAL PUBLIKASI

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS EVA (Economic Value Added) pada PT LMG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT UNILEVER INDONESIA TBK

PENILAIAN KINERJA LAPORAN KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT.MAYORA INDAH,TBK CHITRA AMALIA WINARSYAH

BAB IV ANALISIS KASUS

BAB II URAIAN TEORITIS. Struktur Modal dengan Economic Value Added (EVA) Guna Menilai Kinerja

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. HERO SUPERMARKET TBK DENGAN MENGGUNAKAN RATIO PROFITABILITAS DAN ECONOMIC VALUE ADDED

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. saham yang ada di BEI, Jakarta Islamic Index (JII) adalah satu-satunya yang. beroperasi berdasarkan prinsip syariah.

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kinerja Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk Sebelum dan

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus memanfaatkan sumber daya seefisien dan seefektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Economic Value Added (EVA)

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TELKOM INDONESIA Tbk DENGAN MENGGUNAKAN METODE EVA. FEGGY NURCHOLIFAH EB09 Dr. Sri Supadmini SE.

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 KINERJA KEUANGAN PADA PT ASTRA AGRO LESTARI, Tbk.

KINERJA KEUANGAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT MANDOM INDONESIA, Tbk.

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

PENERAPAN ECONOMIC VALUE ADDED UNTUK MEMAKSIMALKAN NILAI PERUSAHAAN: STUDI KASUS PT XYZ

ABSTRACT. The Effect Of Economic Value Added And Market Value Added To The Stock Returns Of Manufacturing Companies

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk angka-angka. Data ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DITINJAU DARI ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED

I. PENDAHULUAN. Semua kegiatan investasi adalah mencari keuntungan atau dalam rangka untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan

BAB I PENDAHULUAN. melalui investasi pada suatu perusahaan dinilai prospektif atau menguntungkan. Hal

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

Evaria Novita, Achmad Husaini, MG Wi Endang Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Abstrak

ANALISIS IMPLEMENTASI KONSEP ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP PENINGKATAN NILAI TAMBAH MODAL DAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN PADA PT. XYZ INDONESIA, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi, lembaga yang sudah dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya Kampus ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya, Indonesia e-mail: moses@ie.its.ac.id ABSTRAK Perusahaan publik merupakan perusahaan yang modalnya berasal dari investor (pemegang saham). Sebagai perusahaan publik, kinerja perusahaan tidak lagi hanya dipertanggungjawabkan ke pihak intern perusahaan, melainkan juga kepada investor sebagai penyedia dana. Untuk menutupi resiko yang harus ditanggung pemegang saham sebagai akibat melakukan investasi pada portofolio yang mengandung resiko, tingkat pengembalian yang harus dihasilkan perusahaan pun harus lebih tinggi sehingga mampu menutupi resiko yang ditanggung. Pada saat ini, perusahaan-perusahaan tidak hanya harus dapat bersaing dalam pasar perdagangan, namun juga dalam pasar modal, jika tidak maka akan ditinggalkan investor. Menanggapi permasalahan ini, kebutuhan akan pengukuran kinerja yang memperhatikan kepentingan dan harapan pemegang saham tidak dapat dipungkiri lagi. Economic Value Added (EVA) sebagai metode yang memperhitungkan biaya modal sebagai pengganti resiko perusahaan diyakini merupakan metode yang tepat untuk mengukur nilai perusahaan. EVA mampu mencerminkan nilai bisnis riil perusahaan karena melibatkan penghitungan biaya modal yang mencerminkan pengembalian yang dibutuhkan untuk menutup resiko yang dihadapi perusahaan. Dalam rangka mengaplikasikan metode ini, sekaligus mencoba menerapkannya untuk mengukur kinerja divisi perusahaan publik, diambil studi kasus di PT X. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai EVA yang dihasilkan PT X tahun 1 dan 2 adalah negatif, sementara tahun 3 dan 4 berhasil dicapai nilai EVA yang positif. Meskipun di tahun 1 dan 2 perusahaan tercatat mampu menghasilkan laba positif, namun dengan nilai EVA negatif menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan nilai perusahaan. Kata kunci : Economic Value Added, Pengukuran Kinerja, pemberian bonus. PENDAHULUAN Perubahan yang pesat di segala bidang dewasa ini telah menyebabkan terjadinya berbagai revolusi pemikiran di bidang ilmu pengetahuan, tidak terkecuali pengetahuan dibidang ekonomi, manajemen dan bisnis. Maka sebagai dampaknya lahirlah caracara baru bagi pelaku bisnis dalam menjalankan aktivitas usahanya. Dalam bidang keuangan, sudah lama para praktisi mencoba memikirkan sesuatu cara untuk mengukur kinerja perusahaan secara tepat dengan memperlihatkan sepenuhnya kepentingan dan harapan penyedia dana. Selama ini ukuran yang dipakai untuk melakukan penilaian terhadap perusahaan sangat beragam dan terkadang berbeda dari satu industri ke industri lainnya.

Salah satu teknik untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah Economic Value Added (EVA). EVA merupakan salah satu konsep ukuran kinerja keuangan yang dipopulerkan pertama kali oleh analis keuangan, Stewart dan Stern (2001) dalam usahanya untuk memperoleh jawaban terhadap metode penilaian yang lebih baik. Metode ini digunakan terutama disebabkan terdapat beberapa kelemahankelemahan dan ketidakpastian dalam pengukuran kinerja tradisional, sehingga para praktisi dan akademisi mencoba untuk mengembangkan konsep baru dalam pengukuran kinerja. EVA merupakan suatu perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata operasi perusahaan. Fenomena yang membuat EVA berbeda dengan penghitungan konvensional lain adalah digunakannya biaya modal dalam perhitungannya, yang tidak dilakukan dalam penghitungan konvensional. Kondisi EVA yang positif mencerminkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat biaya modal. EVA yang positif menunjukkan kemampuan manajemen dalam menciptakan peningkatan nilai kekayaan perusahaan /pemilik modal, dan sebaliknya, EVA negatif menyiratkan adanya penurunan nilai kekayaan. Perusahaan mempunyai kinerja yang semakin bagus bila mampu menghasilkan nilai EVA yang semakin positif. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik. Suatu perusahaan publik yang menghasilkan nilai EVA negatif meskipun mampu membukukan laba bersih yang tinggi sekalipun, berarti perusahaan ini belum mampu menghasilkan tingkat pengembalian modal yang sepadan untuk menutup resiko dan biaya investasi yang ditanamkan pemilik modal (investor). Atau secara lebih sederhana jika dana pemilik modal tersebut ditanam pada investasi bebas resiko seperti SBI (Sertifikat Bank Indonesia) atau deposito, hasilnya justru akan lebih besar tanpa keluar keringat dan ketakutan terkena resiko fluktuasi di tengah kondisi yang tidak menentu. ECONOMIC VALUE ADDED EVA berangkat dari konsep biaya modal, yakni resiko yang dihadapi perusahaan dalam melakukan investasinya. Semakin tinggi tingkat resiko investasi, semakin tinggi pula tingkat kembalian (pendapatan) yang dituntut investor. Jika model Return on Invesment (ROI) atau Return on Equity (ROE) berhenti pada laba (return) yang diraih, EVA mengurangi laba dengan biaya modal sehingga manajemen perusahaan dituntut untuk mampu memilih investasi dengan tingkat kembalian optimum dan dengan tingkat resiko minimum Secara sederhana, angka EVA diperoleh dari laba usaha dikurangi biaya-biaya (charges) atas kapital yang diinvestasi (invested capital). EVA = Laba Operasi Setelah Pajak Total Biaya Modal.. (1) Total biaya modal menunjukkan besarnya pengembalian yang dituntut oleh investor atas modal yang diinvestasikan di perusahaan. Besarnya pengembalian tergantung pada tingkat resiko perusahaan yang bersangkutan, dengan asumsi bahwa investor tidak suka dengan resiko (risk averse), semakin tinggi tingkat resiko, semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang dituntut investor. Biaya modal = Tingkat biaya modal x Total modal yang diinvestasikan... (2) Modal berasal dari dua sumber dana yaitu hutang dan ekuitas. A-21-2

Besarnya tingkat biaya modal (WACC) pada persamaan diatas ditentukan berdasarkan rata-rata tertimbang dari tingkat bunga setelah pajak dan tingkat biaya modal atas ekuitas, sesuai dengan proporsi hutang dan ekuitas pada struktur modal perusahaan. Dengan kata lain, perhitungan WACC adalah dengan melihat proporsi struktur modal perusahaan yang terdiri dari Modal Utang (debt) dan modal saham (equity) Rumus perhitungan WACC dapat dituliskan sebagai berikut : WACC = m x k ) + ( m x k ).(3) ( 1 d after tax 2 e dimana : m 1 = Proporsi modal utang m 2 = Proporsi modal ekuitas k d = Biaya Hutang (setelah pajak) = Cost of Debt k e = Biaya terhadap Equity = Cost of Equity Biaya hutang adalah tingkat bunga sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjamannya. Biaya hutang dihitung dari besarnya beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan tersebut dalam periode 1 tahun dibagi dengan jumlah pinjaman yang menghasilkan bunga tersebut. k = Beban bunga x100% d Besar pinjaman (4) Selanjutnya karena pembayaran utang ini mengurangi besar pendapatan kena pajak, maka ongkos utang itu harus dikalikan dengan faktor (1-t) untuk mendapatkan biaya bunga setelah pajak, dimana t adalah tingkat pajak yang harus dibayarkan (%). Pajak yang dibayarkan t =. (5) Pendapa tan sebelum pajak Oleh karena itu, besarnya cost of debt setelah pajak dapat dihitung sebagai berikut : k d after tax dimana : k = Biaya utang setelah pajak t k d d after tax = k x ( 1 t).. (6) dx = tingkat pajak = Biaya bunga sebelum pajak Dalam menghitung Cost of Equity, digunakan prinsip bahwa tingkat kembalian yang diharapkan dari suatu investasi beresiko sama dengan tingkat kembalian investasi bebas resiko (risk free) ditambah suatu risk premium (menggunakan prinsip model CAPM). Cost of Equity = Risk Premium + Risk Free. (7) dimana : RF : Risk Free Invesment Rate, tingkat bunga investasi bebas resiko RP : Risk Premium Invesment Rate, tingkat resiko yang dihasilkan sebagai akibat melakukan pembiayaan dengan penerbitan saham. Risk Premium mencerminkan resiko yang timbul sebagai akibat perusahaan melakukan investasi dalam ekuitas perusahaan. Semakin beresiko suatu perusahaan, A-21-3

semakin besar nilai Risk Premiumnya (RP). Tabel berikut ini menunjukkan besar Risk Premium untuk berbagai jenis resiko investasi yang berbeda. (Roztocki, 2000): Range RP Kurang dari 6% Tabel 1 Jenis-jenis Risk Premium Jenis Resiko Investasi Resiko sangat rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow yg sangat stabil 6% - 12% Resiko rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow yang berfluktuasi sedang. 12%-18% Resiko cukup tinggi, perusahaan berkembang dengan cash flow yang berfluktuasi cukup tinggi. Lebih dari 18% Perusahaan dengan tingkat resiko tinggi Dari perhitungan dengan formula tersebut maka hasil akhir dari perhitungan adalah : EVA > 0 (positif) Jika EVA > 0 maka telah terjadi penambahan nilai ekonomis ke dalam perusahaan dan perusahaan dapat menciptakan nilai perusahaan. EVA = 0 (impas) Jika EVA = 0 maka secara ekonomis perusahaan dalam keadaan impas karena semua laba yang ada digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyedia dana baik kreditor maupun pemegang saham atau dengan kata lain laba yang ada habis digunakan untuk biaya modal. EVA < 0 (negatif) Jika EVA < 0 maka tidak ada nilai tambah di perusahaan karena dana yang tersedia tidak memenuhi harapan-harapan kreditor dan terutama para pemegang saham (tidak mampu menutup nilai perusahaan). LANGKAH-LANGKAH PENGHITUNGAN Langkah-langkah Penghitungan EVA Langkah-langkah penghitungan EVA secara terinci adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Mereview data keuangan perusahaan Informasi yang diperlukan dalam perhitungan EVA ini didapat dari data-data laporan keuangan PT X yang terdiri dari Neraca tanggal 31 Desember tahun 1, 2, 3, dan 4; serta Laporan Rugi Laba tahun 1, 2, 3, dan 4. Langkah 2 : Mengidentifikasikan Company s Capital (C) Struktur modal perusahaan terdiri dari 2 jenis yaitu hutang, dan ekuitas atau biasa dikenal dengan modal ekuitas dan modal hutang. Tiap-tiap model pembiayaan ini menimbulkan biaya yaitu biaya modal hutang (cost of debt) dan biaya modal saham (cost of equity). Besarnya ekuitas dan hutang PT X untuk tahun 1-4 adalah: Tabel 2 Struktur Modal PT X Tahun Ekuitas Hutang 1 1,027,261,304,541 1,019,796,939,145 2 990,012,171,343 1,045,724,746,237 3 936,969,648,645 1,175,762,538,348 4 976,860,392,162 1,122,024,117,838 Langkah 3 : Menentukan tingkat biaya modal perusahaan atau Company s Cost of Capital Biaya modal perusahaan terdiri dari biaya modal ekuitas dan biaya modal saham. Dalam menghitung Cost of Equity digunakan prinsip bahwa tingkat kembalian yang diharapkan dari suatu investasi beresiko sama dengan tingkat kembalian investasi A-21-4

bebas resiko (risk free) ditambah suatu risk premium (menggunakan prinsip model CAPM). Pada perhitungan biaya modal ekuitas, untuk mendapatkan tingkat bunga investasi bebas resiko (risk free), digunakan rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka 3 bulan. Rata-rata tingkat suku bunga SBI berjangka 3 bulan untuk tahun 1 sampai 4 adalah sebagai berikut : Tabel 3 Data suku bunga SBI Tahun SBI 1 0.1125 2 0.3793 3 0.1264 4 0.1431 Untuk mengetahui besarnya resiko premium (risk premium), digunakan acuan berikut (Narcysz Roztocki, 2000): Range RP Kurang dari 6% Tabel 4 Jenis-jenis Risk Premium Jenis Resiko Investasi Resiko sangat rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow sangat stabil 6% - 12% Resiko rendah, perusahaan berkembang dengan cash flow berfluktuasi sedang. 12%-18% Resiko cukup tinggi, perusahaan berkembang dengan cash flow berfluktuasi cukup tinggi. Lebih dari 18% Perusahaan dengan tingkat resiko tinggi Disesuaikan dengan kondisi PT X dalam tahun 1-4, maka besarnya risk premium PT X diasumsikan sebesar 12%. Besarnya cost of equity dihitung dengan menggunakan rumus : Cost of Equity = Risk Premium + Risk Free.. (10) Berdasarkan hal ini maka besarnya Cost of Equity PT X untuk tahun 1-4 adalah sebagai berikut : Tabel 5 Nilai Cost of Equity Tahun RP RF Ke 1 0.12 0.1125 0.2325 2 0.12 0.3793 0.4993 3 0.12 0.1264 0.2464 4 0.12 0.1431 0.2631 Biaya hutang adalah tingkat bunga sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjamannya. Langkah pertama dalam menghitung biaya modal hutang adalah menghitung biaya hutang sebelum pajak (cost of debt). K d Dihitung dari besarnya beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan tersebut dalam tahun 1 tahun dibagi dengan jumlah pinjaman yang menghasilkan bunga tersebut. Selanjutnya karena pembayaran utang ini mengurangi besar pendapatan kena pajak, maka ongkos utang itu harus dikalikan dengan faktor (1-t) untuk mendapatkan biaya bunga setelah pajak, dimana t adalah tingkat pajak yang harus dibayarkan. A-21-5

Besarnya cost of debt PT X untuk tahun 1-4 adalah sebagai berikut : Utang Tabel 6. Cost of debt PT X 1 2 3 4 1,019,796 juta 1,045,724 juta 1,175,762 juta 1,122,024 juta Beb bunga 94,718 juta 121,553 juta 135,938 juta 95,996 juta Pajak (t) 0.30 0.30 0.30 0.30 Kd 0.092880144 0.116238102 0.11561715 0.085556971 Kd After Tax 0.0650 0.0814 0.0809 0.0599 Setelah diperoleh tingkat biaya modal ekuitas (Cost of Equity), dan tingkat biaya modal hutang (Cost of Debt), maka dapat dihitung besarnya tingkat biaya modal dari PT X. Biaya modal dihitung dengan menggunakan WACC. Perhitungan WACC adalah dengan melihat proporsi struktur modal perusahaan yang terdiri dari Modal Hutang (debt) dan modal saham (equity) Besarnya WACC PT X untuk tahun 1-4 adalah sebagai berikut: Tabel 7 Weight Average Cost of Capital (WACC) 1 2 3 4 m1 0.4982 0.5137 0.5565 0.5346 Kd after tax 0.0650 0.0814 0.0809 0.0599 m2 0.5018 0.4863 0.4435 0.4654 Ke 0.2325 0.4993 0.2464 0.2631 WACC 0.1491 0.2846 0.1543 0.1545 Langkah 4 : Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Perusahaan Net Operating Profit After Tax (NOPAT) adalah laba usaha setelah pajak sebelum beban bunga. NOPAT merupakan laba yang didapatkan perusahaan dari kegiatan operasional. Penghitungan NOPAT tidak mengikutsertakan faktor nonoperasional, misalnya laba/rugi atas penjualan aktiva tetap, penghentian usaha, dan penjualan investasi. Beberapa akun dalam rugi/laba lain-lain sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan operasional rutin perusahaan, dan tidak ada keterangan jelas dalam catatan atas laporan keuangan juga tidak diikutsertakan dalam penghitungan NOPAT. Jadi hanya akun-akun yang berkaitan dengan operasional perusahaan saja yang diperhitungkan. Akun-akun yang merupakan akun yang berkaitan dengan operasional perusahaan adalah laba usaha, penghasilan bunga, pendapatan imbal jasa, beban imbal jasa, penunjang dan lain-lain yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Besarnya NOPAT PT X untuk tahun 1-4 adalah sebagai berikut : Laba usaha Tabel 8 NOPAT PT X 1 2 3 4 482,189 jt 641,750 jt 795,080 jt 916,070 jt Pend imbal jasa 1,031 jt 1,583 jt 2,428 jt 3,725 jt Beb imbal jasa -246,921 jt -282,265 jt -322,668 jt -368,854 jt Penunjang 149 jt 183 jt 1jt 14 jt Lain-lain 16,134 jt 15,659 jt 23,406 jt 25,704 jt NOP Pajak (30%) NOPAT 252,583 jt 376,910 jt 498,249 jt 576,661 jt 75,775 jt 113,073 jt 149,474 jt 172,998 jt 176,808 jt 263,837 jt 348,774 jt 403,663 jt A-21-6

Langkah 5 : Menghitung Economic Value Added Langkah terakhir adalah perhitungan EVA yang dihitung dengan mengurangi capital charge (Cost of Capital) dari NOPAT sebagai berikut EVA = NOPAT Capital Charge EVA = NOPAT (Capital x WACC) Selengkapnya nilai EVA untuk tahun 1-4 adalah sebagai berikut : Tabel 9. Economic Value Added 1 2 3 4 NOPAT 176,808 juta 263,837 juta 348,774 juta 403,663 juta Cost of Capital 305,141 juta 579,400 juta 326,026 juta 324,209 juta EVA -128,332 juta -315,562 juta 22,748 juta 79,453 juta Tahun 1, nilai EVA adalah sebesar Rp 128 Milyar. Hal ini berarti tingkat kembalian (profit) yang dihasilkan sebesar 178 Milyar belum mampu menutupi resiko /biaya modal (305 Milyar) yang harus ditanggung perusahaan. Dengan kata lain, terjadi penurunan kekayaan /penghancuran nilai perusahaan. KESIMPULAN 1. Selama tahun 1-4, PT X mampu menghasilkan laba bersih positif yang jumlahnya menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Laba bersih tahun 1 adalah sebesar Rp 177,906,842,200, tahun 2 sebesar Rp 264,446,008,595, tahun 3 Rp 348,585,938,400, tahun 4 sebesar Rp 403,642,914,500. Bila dilihat dari jumlah laba bersih yang selalu positif dan meningkat ini, dapat dikatakan PT X telah mempunyai kinerja yang baik. 2. Bila kinerja PT X diukur dengan metode EVA, nilai EVA tahun 1 adalah sebesar Rp -128,332,674,581, tahun 2 Rp -315,562,526,485, tahun 3 Rp 22,748,211,811 dan tahun 4 adalah sebesar Rp 79,453,163,048. Nilai EVA tahun 1 dan tahun 2 yang negatif menunjukkan bahwa pada tahun tersebut PT X tidak mampu menghasilkan tingkat kembalian operasi yang melebihi biaya modal, dengan kata lain meskipun perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi, akan tetapi perusahaan sebenarnya mengalami penurunan / penghancuran nilai. 3. Tahun 2, PT X membukukan nilai EVA yang paling buruk diantara tahun-tahun lain. Struktur modal perusahaan pada tahun tersebut didominasi oleh hutang. Namun yang paling utama berpengaruh adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia dan suku bunga pinjaman yang melambung tinggi, sebagai dampak krisis ekonomi, sehingga meningkatkan biaya modal. Dalam kondisi demikian, keputusan menginvestasikan dana ke perusahaan mengandung resiko yang sangat tinggi, sehingga tingkat pengembalian yang dituntut investor pun semakin tinggi. 4. Pada tahun 3 dan 4 perusahaan berhasil mencapai nilai EVA yang positif, menunjukkan bahwa pihak manajemen perusahaan mempunyai kemampuan untuk menciptakan peningkatan nilai perusahaan. Artinya perusahaan telah menghasilkan return yang melebihi biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping karena NOPAT yang dihasilkan tinggi, juga suku bunga pinjaman relatif rendah dan suku bunga SBI relatif tidak tinggi, sehingga biaya modalnya menjadi rendah. A-21-7

DAFTAR PUSTAKA Biddle, G., R.M. Bwen and J.S. Wallace, 1996, Evidence on The Relative and Incremental Information content of EVA, Residual Income, Earning and Operating Cash Flow, University of Washington, Seattle, WA. Pujawan, Nyoman (1995). Ekonomi Teknik, PT Guna Widya, Jakarta. Roztocki, N., 2001, EVA for Small Manufacturing, Journal. Stern, M. J. and J. Shiley, 2001, The EVA Challenge : Implementing Value Added Change in an Organization. John Willey & Sons, New York. Swasembada No. 20/ XVII 4-17 Oktober 2001. Usahawan No. 01 Th XXVIII Januari 1999. Weston, J. F., 1994, Manajemen Keuangan, Edisi kedelapan. Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Young, S. D and S. F. O Byrne (2000), EVA and Value based Management: A Practical Guide To Implementation, Mc Graw-Hill. A-21-8