BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSIAL DALAM WACANA BERITA SITUS EDISI DESEMBER 2015 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERKAIT. Halliday dan Hasan (1976: 1) menyatakan bahwa teks adalah kumpulan sejumlah

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI

PRATIWI AMALLIYAH A

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

PEMARKAH KOHESI SEBAGAI PENYELARAS WACANA: TESIS

PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR

PEMARKAH KOHESI LEKSIKAL DAN KOHESI GRAMATIKAL (Analisis pada Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penelitian yang relevan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

PEMARKAH KOHESI SEBAGAI PENYELARAS WACANA: TESIS

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi

WACANA adalah... Wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KOHESI GRAMATIKAL DALAM TEKS LAPORAN PENELITIAN DOSEN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

BAB II KAJIAN TEORETIK

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT WACANA BERITA UTAMA MONITOR DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

BAB II UNSUR KOHESI GRAMATIKAL. kalimat yang utuh. Secara etimologis istilah wacana berasal dari

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

PENGACUAN PRONOMINA PERSONA

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Alat-alat kohesi..., Astri Yuniati, FIB UI, 2009

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan bahasa untuk berkomunikasi. Komunikasi

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PEMAHAMAN SISWA SLTP KELAS II ETNIS TIONGHOA DI KOTA SINGKAWANG TERHADAP WACANA BAHASA INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Terdahulu Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

KOHESI GRAMATIKAL DALAM KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

K A N D A I. Volume 12 No. 1, Mei 2016 Halaman 71 84

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

WACANA NARATIF SHORT-SHORT STORY BOKKOCHAN KARYA HOSHI SHIN ICHI

Pena. Vol 5 No.2 Desember 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

تماسك : درجة التجاذب بين عنصرين لغويين في جملة واحدة

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA NARASI DALAM MODUL KARYA GURU

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract

Azis dan Juanda. Keywords: grammatical cohesion, unity of discourse

KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL FEATURE DALAM PESONA ALAM DAN BUDAYA JOGJA: ANTOLOGI FEATURE BENGKEL SASTRA INDONESIA 2010

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, wacana tidak merupakan susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa baik lisan maupun tertulis, yang tersusun berkesinambungan dan membentuk suatu kepaduan (Suladi dkk., 2000: 1). Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk kesatuan. Untuk membentuk suatu wacana yang apik, kalimat-kalimat yang digunakan untuk menyatakan hubungan antarproposisi harus kohesif dan koheren. Suatu wacana dikatakan kohesif apabila hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana tersebut serasi sehingga tercipta suatu pengertian yang apik dan koheren (Alwi et al. dalam Suladi dkk., 2000: 1). Halliday dan Hasan (1976:2) mengatakan bahwa teks (wacana) juga harus dipahami sebagai satu kesatuan semantik dan bukan kesatuan gramatikal (seperti: morfem, kata, klausa, atau kalimat). Artinya, sejumlah kalimat dapat disebut teks (wacana) apabila memiliki tekstur yang saling berkait sehingga membentuk suatu maujud. Untuk membentuk tekstur diperlukan ikatan antarbagian di dalam teks. Ikatan di dalam teks (wacana) inilah yang disebut kohesi. Lebih lanjut, Halliday dan Hasan (1976:10) mengatakan bahwa kohesi sebagai serangkaian pertalian makna untuk menghubungkan satu komponen dalam teks (wacana) dengan apa yang telah disebutkan sebelumnya. Kohesi terjadi bila penafsiran suatu bagian dalam teks (wacana) bergantung pada bagian yang lain. Dengan kata lain, sejumlah kalimat dapat dianggap satu teks (wacana yang utuh) jika kalimat tersebut saling berkait. Kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal oleh alat bahasa, yang disebut pemarkah kohesi (cohesive marker), misalnya kata ganti (pronomina), kata tunjuk (demonstrativa), kata sambung (konjungsi), dan kata yang diulang. Pemarkah kohesi yang digunakan secara tepat menghasilkan kohesi

dengan jenis sebagai berikut, yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal adalah hubungan semantis antarunsur yang dimarkahi alat gramatikalalat bahasa yang digunakan dalam kaitannya dengan tata bahasa. Kohesi gramatikal dapat berwujud referensi atau pengacuan, substitusi atau penyulihan, elipsis atau pelesapan, dan konjungsi atau penghubungan. Sedangkan yang dimaksud kohesi leksikal adalah hubungan semantis antarunsur pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau kata. Kohesi leksikal dapat diwujudkan dengan reiterasi dan kolokasi (Halliday dan Hasan, 1976: 4-6). Namun, pada kesempatan kali ini, peneliti akan mengkhususkan diri pada masalah referensi atau pengacuan. Referensi dapat disebut pula acuan atau penunjukan. Referensi ialah penggunaan kata atau frase untuk mengacu atau menunjuk pada kata, frase, atau mungkin juga satuan gramatikal yang lain seperti klausa. Zuhud (dalam Yakub Nasucha dan Atiqa Sabardila, 2002: 58) mengatakan bahwa acuan adalah pemunculan kembali hal yang sama. Lyon (dalam Brown dan Yule, 1996: 28) mendefinisikan referensi sebagai hubungan yang ada antara kata-kata dengan benda-benda, kata-kata yang mengacu kepada benda-benda. Jadi, referensi merupakan acuan atau penunjukan kata yang sama terhadap kata yang sudah ada. Referensi atau pengacuan mencakup dua hal, yaitu eksofora dan endofora (Halliday dan Hasan, 1976: 31-37). Baik di dalam referensi endofora maupun di dalam referensi eksofora, sesuatu yang direferensikan harus bisa diidentifikasi. Referensi eksofora adalah pengacuan terhadap antiseden yang terdapat di luar bahasa (ekstratekstual), seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya, atau suatu peristiwa. Sementara itu, referensi endofora adalah pengacuan terhadap antiseden yang terdapat di dalam teks atau intratekstual. Sifat yang diacu di dalam referensi endofora adalah koreferensial. Referensi endofora mencakupi referensi persona, referensi penunjukan, dan referensi perbandingan. Referensi persona adalah penunjukan kembali fungsi atau peran dalam situasi ujaran dengan menggunakan kategori persona (Halliday dan Hasan, 1976: 37). Referensi persona diekspresikan melalui pronomina dan determinator (pewatas). Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi orang dan objek yang disebutkan dalam suatu titik dalam teks (Nunan, 1993: 23). Determinator adalah

partikel yang ada di lingkungan nomina (di depan atau di belakangnya) dan membatasi maknanya (Kridalaksana, 1993: 41). Referensi persona ini dapat bersifat eksoforis (situasional) yang mengacu kepada sesuatu di luar teks dan endoforis (tekstual) yang mengacu kepada sesuatu di dalam teks. Sementara itu untuk referensi penunjukan direalisasikan dengan determinator dan adverbia dan berfungsi untuk menunjukkan unsur-unsur teks yang dipandang dari segi lokasi. Di pihak lain, referensi pembandingan dinyatakan dengan adjektiva dan adverbia dan berfungsi untuk membandingkan unsur-unsur di dalam teks yang dipandang dari segi identitas atau kesamaan. Berdasarkan arah acuannya, referensi endofora terbagi menjadi dua macam, yaitu referensi anafora dan katafora (Halliday dan Hasan, 1976: 33). Referensi anafora adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebutkan terdahulu. Sedangkan referensi katafora adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian (Indiyastini, 2006: 39). Demikianlah, dari deskripsi itu dapat digambarkan di dalam bagan berikut ini. Referensi Eksofora (Situasional) Endofora (Tekstual) Anafora (Ke arah yang telah disebutkan Katafora (Ke arah yang disebutkan kemudian) (Halliday dan Hasan, 1976: 33)

Seperti yang telah dikemukakan, referensi atau pengacuan endofora itu memiliki hubungan interpretasi kata di dalam kata. Contoh berikut ini menggambarkan bagaimana hubungan antara pengacu dan yang diacu di dalam referensi endofora. (1) Bu Mastuti belum mendapat pekerjaan, padahal dia memperoleh ijazah sarjananya dua tahun lalu (Alwi, dkk, 2000: 43). (2) Setelah dia masuk, langsung Tony memeluk adiknya (Alwi, dkk, 2000: 43). Contoh (1) merupakan bentuk anafora, hal ini ditandai kata dia beranafora dengan Bu Mastuti. Sedangkan di dalam contoh (2) merupakan katafora ditandai dengan kata dia mengacu pada konstituen yang berada di sebelah kanan, yaitu Tony. Di dalam bahasa Arab sendiri realisasi konsep anafora dan katafora dapat pada contoh berikut. محمد طبيب. هو يعمل في المستشفى /Muhammadun thabi:bun. Huwa ya malu fi: al-mustasyfa:/ Muhammad seorang dokter. Dia bekerja di rumah sakit Pada contoh di atas pronomina persona ketiga tunggal maskulin هو /huwa/ dia mengacu pada kata محمد /muhammad/ Muhammad yang terletak sebelumnya dan bersifat anafora. Dalam linguistik Arab, kajian mengenai kohesi referensial pada dasarnya sudah pernah dilakukan, seperti yang pernah dilakukan oleh Siti Chodijah dalam skripsinya yang berjudul Kohesi Referensial Teks Iklan Berbahasa Arab dan oleh Makyun Subuki dalam tesisnya yang berjudul Kohesi dan Koherensi dalam Surat Al-Baqarah. Namun, di dalam penelitian ini, peneliti ingin membahas masalah tersebut dengan mengambil satu cerpen yang berjudul وردة الهاني /wardah alha:ni:/ Wardah Hani. Cerpen tersebut terdapat di dalam kumpulan cerpen yang berjudul Al-Arwah Al-Mutammaridah karya Kahlil Gibran (1981: 27-52).

1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang pada (1.1) di atas, peneliti akan mengkaji dua pokok permasalahan yang akan dipaparkan dalam skripsi ini. Permasalahan tersebut yaitu: 1. Jenis referensi apa yang paling sering digunakan dalam cerpen yang berjudul وردة الهاني /wardah al-ha:ni:/ Wardah Hani? 2. Alat referensi apa yang banyak digunakan dalam karya sastra tersebut? 3. Ke arah mana alat kohesi tersebut harus diacukan agar dapat diketahui maknanya? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini akan membahas sesuai dengan yang telah diuraikan pada (1.2), yaitu: 1. Menjelaskan jenis referensi yang digunakan dalam cerpen yang berjudul Hani. /wardah al-ha:ni:/ Wardah وردة الهاني 2. Mengungkapkan alat referensi apa saja yang terdapat di dalam karya sastra tersebut. 3. Menjelaskan ke arah mana alat kohesi tersebut harus diacukan agar dapat diketahui maknanya. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini peneliti batasi hanya pada masalah anafora dan katafora, referensi, baik berupa referensi persona, referensi demonstrativa, dan referensi perbandingan. Untuk masalah referensi ini, peneliti membatasi pada referensi yang mempunyai wujud morfologis, dan tidak membahas mengenai referensi yang tidak mempunyai wujud morfologis. 1.5 Metodologi Penelitian 1.5.1 Korpus dan Data Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam lisan atau ragam ujaran, dan ragam tulisan. Dari dua jenis ragam tersebut, peneliti memilih ragam tulisan sebagai data dengan pertimbangan bahwa ragam tulisan lebih terang, jelas, eksplisit, dan dapat dipertanggungjawabkan. Data utama yang peneliti pakai dalam skripsi adalah sebuah karya sastra dari Jubra:n Khali:l

Jubra:n (Kahlil Gibran) yang berjudul Al-Arwa:h Al-Mutammaridah (1981). Di وردة dalam karya sastra tersebut terdapat empat buah cerita, di antaranya berjudul al-qubu:r-i/ /shura:khu صراخ القبور Hani ; /wardah al-ha:ni:/ Wardah الهاني Jeritan dari Liang Kubur ; مضجع العروس /madhja u al- uru:s-i/ Ranjang Pengantin ; dan خليل الكافر /khali:lu al-ka:fir-i/ Khalil si Bocah Kafir. Namun di وردة الهاني skripsi ini, peneliti hanya mengambil satu cerita saja yang berjudul /wardah al-ha:ni:/ Wardah Hani, yang akan peneliti analisis, dengan alasan, di dalam cerita ini banyak ditemukan data-data yang akan peneliti kaji, terutama mengenai hal referensi. Selain buku Al-Arwa:h Al-Mutammaridah yang peneliti jadikan sebagai data utama dalam menganalisis masalah referensi, peneliti juga menggunakan terjemahan dari buku Al-Arwa:h Al-Mutammaridah yang berjudul Jiwa-Jiwa Pemberontak karya K. Suhardi (2008), sebagai data pembantu dalam menganalisis masalah referensi. 1.5.2 Teknik Pemerolehan Data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, peneliti melakukan pencarian buku Jubra:n Khali:l Jubra:n (Kahlil Gibran) yang berjudul Al-Arwa:h Al-Mutammaridah, lalu peneliti melakukan penelusuran bagian-bagian atau kata- وردة الهاني kata yang mengandung kaidah referensi, khususnya dalam cerpen /wardah al-ha:ni:/ Wardah Hani. 1.5.3 Prosedur Analisis Prosedur analisis yang peneliti lakukan adalah: 1. Membaca karya sastra Jubra:n Khali:l Jubra:n (Kahlil Gibran) yang berjudul وردة الهاني /wardah al-ha:ni:/ Wardah Hani, 2. Mendata kata-kata yang mengandung kaidah referensi, 3. Menyeleksi data berdasarkan jenis referensi, 4. Menyeleksi data berdasarkan alat referensi, 5. Menyeleksi data berdasarkan arah acuan yang digunakan, 6. Menghitung jumlah referensi yang ditemukan, 7. Menarik kesimpulan.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini terbagi ke dalam lima bab pembahasan dengan perincian : Bab 1 adalah Pendahuluan, berisi latar belakang pokok bahasan, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup dan cakupan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 adalah Kajian Pustaka, berisi kajian terdahulu yang telah dilakukan dalam masalah referensi sebagai salah satu alat kohesi dalam sebuah wacana. koherensi. Bab 3 adalah Kerangka Teori tentang wacana dan teks, kohesi, referensi, dan وردة Bab 4 adalah Analisis Kohesi Referensi terhadap cerpen yang berjudul /wardah al-ha:ni:/ Wardah Hani karya Jubra:n Khali:l Jubra:n. Di الهاني dalamnya peneliti menjelaskan serta menganalisis bentuk-bentuk referensi serta acuan-acuan yang digunakan berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya. Bab 5 adalah Kesimpulan, berisi kesimpulan dari hasil analisis yang di dapat dari bab sebelumnya.