KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT WACANA BERITA UTAMA MONITOR DEPOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT WACANA BERITA UTAMA MONITOR DEPOK"

Transkripsi

1 KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT WACANA BERITA UTAMA MONITOR DEPOK EDISI JANUARI 2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh RIZKA ARGAFANI NIM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

2

3

4

5 ABSTRAK Rizka Argafani ( ), Kohesi Gramatikal Antarkalimat Berita Utama Monitor Depok Edisi Januari 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan kohesi gramatikal antarkalimat berita utama Monitor Depok edisi Januari 2014, serta jenis kohesi gramatikal apa saja yang sering digunakan dalam Monitor Depok, dan bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kohesi gramatikal antarkalimat yang terdapat pada wacana berita utama Monitor Depok edisi Januari 2014 dan juga untuk mengetahui implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Agih. Metode Agih digunakan dengan teknik-teknik penyediaan data yang berfungsi untuk menjelaskan dan mendeskripsikan unsur-unsur dari data yang akan diteliti. Penulis juga menggunakan metode simak dalam mengumpulkan data, yakni dengan membaca enam berita utama yang telah dipilih. Kemudian penulis mencari data berupa jenis-jenis kohesi gramatikalnya. Hasil penelitian menunjukkan dari enam berita utama terdapat 167 penggunaan kohesi gramatikal antarkalimat yang terdiri dari 96 referensi, 33 substitusi, 23 elipsis, dan 15 konjungsi antarkalimat. Jenis kohesi gramatikal yang sering digunakan adalah referensi anafora. Hal ini disebabkan dalam berita utama penulis lebih banyak menuliskan tuturan langsung dari si penutur. Berita utama pada Monitor Depok dapat dijadikan sebagai pilihan bahan ajar dan media pembelajaran di sekolah untuk materi kohesi di SMP karena Monitor Depok salah satu harian lokal yang dapat menjadi referensi baru sebagai bahan ajar selain harian nasional. Kata Kunci : Kohesi gramatikal, wacana, berita utama, Monitor Depok.

6 ABSTRACT Rizka Argafani ( ), Kohesi Gramatikal Antarkalimat Wacana Berita Utama Monitor Depok Edisi Januari dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. The formulation of this research problem is how the grammatical use of headline news of Monitor Depok edition January 2014, and what kind of grammatical cohesion is often used in Monitor Depok, and how the implication to language learning in Junior High School. This study aims to describe the grammatical cohesion contained in the main news discourse of Monitor Depok edition January 2014 and also to determine the implications of Indonesian language learning in junior high grade. The method used in this research is Agih method. Agih method is used with the techniques of providing data that serves to explain and describe the elements of the data to be studied. The author also uses the method used to collect data, namely by reading the six headlines that have been selected. Then the author looks for data in the form of types of grammatical cohesion. The results show that from six headlines, there are 167 uses of grammatical cohesion between sentences consisting of 96 references, 33 substitutions, 23 ellipsis, and 15 conjunctions. The most commonly used type of grammatical cohesion is an anaphorous reference. This is because in the news, the author wrote more direct speech from the speaker. The daily Monitor Depok is worthy of being used as teaching material and instructional media in school for cohesion materials in junior high school because monitor depok one of local daily which can become new reference as teaching material in beside national newspaper. Keywords: grammatical cohesion, between sentences, headlines, Monitor Depok.

7

8

9 DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Penguji Surat Pernyataan Karya Sendiri ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v BAB 1 PENDAHULUAN A. B. C. D. E. Latar Belakang Masalah... Identifikasi Masalah... Pembatasan dan Perumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Wacana Pengertian Teks Pengertian Wacana Jenis Wacana. 4. Syarat-Syarat Wacana 5. Unsur-unsur Wacana.. B. Kohesi dan Koherensi Kohesi Kohesi Gramatikal... a. Referensi (Pengacuan).... b. Substitusi (Penyulihan)... c. Elipsis (Pelesapan).. d. Konjungsi (Perangkaian) 3. Koherensi... C. Artikel dan Berita Utama... a. Artikel.. b. Berita Utama... v

10 c. Jenis Berita... d. Unsur Berita... D. Penelitian yang Relevan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. B. C. D. Desain Penelitian... Sumber data... Teknik Pengumpulan Data... Metode dan Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian... B. Pembahasan Aanlisis Penggunaan Kohesi Gramatikal Analisis Referensi Analisis Substitusi Analisis Elipsis Analisis Konjungsi Antarkalimat... C. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indoensia di SMP BAB V PENUTUP A. Simpulan... B. Saran... Daftar Pustaka Lampiran-lampiran Riwayat Penulis vi 60 60

11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya setiap orang melakukan interaksi dengan sesamanya. Baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Namun, untuk kegiatan interaksi tersebut, diperlukan alat yang dinamakan bahasa. Bahasa tidak lain merupakan sarana manusia untuk mencapai berbagai tujuan baik secara lisan maupun tulisan. Tidak jarang dalam pendidikan formal bahasa diartikan sebagai alat komunikasi. Pernyataan bahwa bahasa adalah alat komunikasi, ini tidak salah, tetapi juga tidak benar, sebab jawaban tersebut hanya menyatakan bahasa adalah alat. Dengan demikian, biasanya hanya fungsi bahasa itu yang dijelaskan, bukan sosok bahasa itu sendiri. Kridalaksana mengemukakan bahwa bahasa merupakan system lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.1 Pernyataan tersebut tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan sosok bahasa itu sendiri. Secara lisan bahasa berkaitan erat dengan wacana. Melalui bahasa, wacana dapat menjadi objek peluapan segala rasa dan cermin dari penulis. Sedangkan wacana merupakan tataran yang paling besar dalam hierarki kebahasaan. Sebagai tataran terbesar dalam hierarki kebahasaan, Wacana tidak merupakan susunan kalimat secara acak, tetapi merupakan satuan bahasa, baik lisan, maupun tertulis. Untuk wacana yang disampaikan secara tertulis penyampaian isi atau informasi disampaikan secara tertulis dengan memperhatikan hubungan antarkalimat yang bertujuan agar tulisan tersebut dapat dipahami dan diinterprestasikan oleh pembaca. 1 Abdul Chaer, Linguistik Umum. ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003). h

12 2 Berkaitan dengan wacana, pada umunya kita dapat memperoleh informasi dari berbagai media komunikasi, salah satunya surat kabar atau harian. Surat kabar menjadi salah satu sumber informasi yang sering dicari oleh masyarakat hanya untuk mendapatkan berita yang sedang berkembang. Melihat hal tersebut, posisi surat kabar di masyarakat semata-mata hanya untuk menyampaikan informasi dan berita. Padahal surat kabar sendiri memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagai bahan penelitian. Dalam sebuah wacana yang ada di dalam surat kabar, majalah atau artikel, wacana tidak terlepas dari kalimat. Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, baik secara lisan maupun tulisan. Namun dalam sebuah wacana, kalimat menjadi satuan dasar yang akan hanya terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih, yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Salah satu wujud wacana tulis yang berasal dari media, seperti surat kabar ataupun majalah dapat dikaji, baik dari segi gramatikalnya maupun dari segi konteksnya adalah berita utama. Berita utama merupakan sebuah kepala berita atau suatu tulisan yang menjadi topik atau berita terkini yang ingin disampaikan oleh penulis berita kepada para pembaca. Dalam sebuah wacana berita tertulis memiliki unsur-unsur keterkaitan antarkalimat dan gramatikal. Unsur-unsur keterkaitan antarkalimat ini dapat dianalisis menggunakan analisis wacana. Wacana merupakan studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah melalui aneka fungsi bahasa. Sebagian besar para pembaca maupun masyarakat pada umumnya, mereka membaca surat kabar hanya sekedar mencari informasi dengan membaca biasa tanpa memperhatikan adanya kesalahan-kesalahan di dalamnya. Padahal, tanpa disadari kesalahan-kesalahan yang tidak sadari terkadang akan menimbulkan pemahaman yang berbeda antara informasi yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Salah satu kesalahan yang dapat kita analisis dalam sebuah wacana berita utama adalah kohesi gramatikal antarkalimat. Kohesi gramatikal merupakan salah satu unsur tata bahasa yang sangat

13 3 sering sekali dijumpai dalam berita utama. ini tidak disadari oleh para pembaca maupun para penulis berita, karena kurangnya pemahaman mereka akan unsur-unsur dari kohesi gramatikal tersebut. Harian Monitor Depok dapat dijadikan sebagai subjek analisis kohesi gramatikal antarkalimat, karena Monitor Depok merupakan harian lokal yaitu hanya beredar di daerah Depok. Meski harian ini cukup dikenal oleh masyarakat depok pada umumnya, akan tetapi masih banyak masyarakat yang kurang memperhatikan tentang pentingnya pemahaman tentang unsur-unsur terbentuknya sebuah wacana yang utuh antarkalimat dalam sebuah berita terutama berita utama. Jika kita kaitkan dengan pembelajaran bahasa di sekolah, hal ini juga dapat dijadikan sebagai pengaruh kurangnya perhatian para pembaca terutama siswa terhadap sumber bacaan. Dalam kegiatan belajar bahasa Indonesia di sekolah, pembelajaran tentang menyunting naskah merupakan salah satu indikator yang harus dikuasai siswa adalah siswa mampu mengalisis tentang kohesi antarkalimat dalam sebuah paragraf atau naskah. Sayangnya, dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah, guru hanya sekedar memberikan pemahaman pada pengertian kohesi itu sendiri tanpa adanya penjelasan yang lebih luas kepada siswa tentang unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Sehingga, apabila mereka membaca, mereka hanya sekadar mengetahui kohesi tanpa adanya pemahaman lebih lanjut. Selain itu, referensi mereka hanya mengacu pada teks yang ada di buku pegangan siswa. Tentu hal ini akan membatasi sumber belajar mereka, yang seharusmya bisa mengimplikasikan materi belajar mereka pada wacana atau jenis teks lainnya yang terdapat dalam surat kabar, majalah, dan lain sebagainya. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang kohesi gramatikal dalam berita utama harian Monitor Depok dengan judul Kohesi Gramatikal Antarkalimat Wacana Berita Utama Monitor Depok Edisi Januari 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

14 4 B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah bukan hanya untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi peneliti, tetapi juga untuk menetapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang dianalisis. Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan tersebut, diantaranya: Dalam sebuah penulisan seringkali penulis tidak memperhatikan tentang kohesi sehingga menjadi sebuah wacana yang kurang baik dan utuh, sedikit sekali yang mengetahui bentuk kohesi gramatikal yang sebenarnya sering dijumpai dalam wacana, para pembaca hanya mengetahui arti kohesi secara umum, tanpa adanya pemahaman yang lebih jelas tentang aspek-aspek kohesi, dan dalam dunia pendidikan khusunya pembelajaran bahasa di sekolah penjelasan tentang kohesi yang diajarkan masih kurang. Selain itu, sumber belajar yang digunakan siswa dalam pembelajaran kohesi gramatikal hanya mengacu kepada teks dalam buku panduan. C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah diperlukan untuk mempermudah proses pengkajian masalah. Dengan adanya pembatasan masalah, penelitian yang dikaji menjadi lebih terarah sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan yang ingin dimaksudkan dapat tercapai. Dalam penelitian ini yang berjudul Kohesi Gramatikal Antarkalimat dalam Wacana Berita Utama Monitor Depok edisi Januari 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP, peneliti akan membatasi kohesi dalam penelitian ini pada aspek gramatikal saja, yaitu referensi, subtitusi, elipsis, dan konjungsi. Berita Utama Harian Monitor Depok yang akan diteliti oleh peneliti adalah edisi Januari 2014, yang kemudian mendapatkan enam judul wacana berita utama.

15 5 Berdasarkan penggunaan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan menjadi, 1. Bagaimanakah penggunaan kohesi gramatikal dalam berita utama Harian Monitor Depok edisi 22 sampai dengan 29 Januari 2014? 2. Bagaimana implikasi analisis wacana sebagai bahan pembelajaran bahasa di sekolah? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis kohesi yang digunakan pada wacana tajuk rencana dalam Monitor Depok. 2. Untuk memaparkan implikasi yang dapat diperoleh tentang analisis wacana sebagai bahan pembelajaran bahasa Indonesia. E. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis 1. Sebagai landasan atau titik acuan bagi penjelasan dalam masalah penelitian. 2. Sebagai bahan referensi untuk pengetahuan mengenai kohesi dan koherensi dalam dunia pendidikan maupun umum. 3. Untuk memperkaya khasanah wacana bahasa Indonesia terutama aplikasi sarana kohesi. Manfaat praktis 1. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini dapat menjadi penambah wawasan bagi para pengajar maupun pelajar untuk menambah wawasan tentang kohesi. 2. Bagi media cetak, penelitian ini dapat menjadi penambah informasi dalam dunia menulis sebuah wacana berita. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan makna yang lebih menyeluruh dan mendalam mengenai analisis wacana yang diteliti.

16 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Wacana Sebelum memahami tentang kohesi dan kohesi gramatikal terlebih dahulu hendaklah memahami beberapa konsep yang terkait dengan kohesi tersebut. Konsep-konsep yang dimaksud adalah teks dan wacana. 1. Pengertian Teks Halliday menyatakan bahwa : A text is a unit of language in use. It is not a grammatical unit, like a clause or sentence; and it is not defined by its size. A text is sometimes envisaged to be some kind of super-sentence, a grammatical unit that is large than a sentence but is related to a sentence in the same way that a sentence is related to a clause, a clause to a group an so on.1 Berdasarkan kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa sebuah teks terdiri dari unit-unit bahasa dalam penggunaanya. Unit-unit bahasa tersebut adalah merupakan unit gramatikal seperti kalusa atau klaimat, namun tidak pula didefinisikan berdasarjan ukuran panjang kalimatnya. Teks terkadang pula digambarkan sebagai sejenis kalimat, yaitu sebuah unit gramatikal yang lebih panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain.. jadi, sebuah teks terdiri dari beberapa kalimat sehingga hal itulah yang membadakannya dengan pengertian kalimat tunggal. 2. Pengertian Wacana 1 Halliday, M, AK, dan Ruqaiyah Hasan. Cohession In English. ( New York: Longman Group Limited), 1976, h. 1. 6

17 7 Wacana banyak didefinisikan oleh banyak ahli dari sudut pandang yang beragam, sehingga menghasilkan definisi yang beragam pula. Secara umum, sebagaimana diungkapkan oleh Schifrin et al., terdapat tiga sudut pandang dalam mendefinisikan dan mengkaji wacana, yaitu (1) menganggap wacana sebagai unit linguistik, apapun bentuknya, yang lebih besar daripada kalimat; (2) mengangap wacana sebagai praktik penggunaan bahasa; dan (3) menganggap wacana sebagai praktik sosial yang meliputi unsur linguistik dan nonlinguistik.2 Kridalaksana mengungkapkan bahwa wacana atau dalam Bahasa Inggrisnya ialah discourse merupakan satuan bahasa yang lengkap, yaitu dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi ataupun terbesar. Wacana ini direalisasikam dalam bentuk karangan yang utuh seperti novel, buku seri ensklipodeia dan sebagainya, paragraf, kalimat atau kalimat yang membawa amanat yang lengkap. 3 Menurut Untung Yuwono, wacana adalah kesatuan makna (semantik) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Dengan kestuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. Di samping itu, wacana juga terkait pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar.4 Tarigan menyatakan wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan ataupun tertulis. Dari pengertian tersebut maka dalam menyusun wacana harus 2 Makyun Subuki. Mempertimbangkan Kembali Kohesi dalam Pemahaman Teks. Dialektika Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (Jakarta: PBSI UIN Jakarta. 2011), h Harimurti, Kridalaksana. Kamus Linguistik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama). 2008, h Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), hl.92.

18 8 selalu mempertimbangkan unsur-unsurnya sehingga terbentuk menjadi wacana yang utuh.5 Sebuah wacana merupakan unit bahasa yang terikat oleh suatu kesatuan. Kesatuan itu dapat dipandang dari segi bentuk dan segi maknanya. Oleh karena itu, sebuah wacana selalu direalisasikan dalam bentuk rangkaian kalimat-kalimat. Sebuah wacana dapat ditemukan dalam bentuk sebuah kalimat, bahkan dapat berupa sebuah frasa atau kata. Mulyana menjelaskan bahwa wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaanya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Secara singkat wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dibentuk dari rentetan kalimat yang kontiunitas, kohesif, dan koheren sesuai dengan konteks situasi. Dengan kata lain wacana adalah satuan-satuan tuturan yang merupakan realisasi bahasa dapat diwujudkan sekurang-kurangnya satu paragraf, paragraf dapat diwujudkan dalam satu kata atau lebih. Realisasi wacana dapat berupa karangan yang utuh yakni novel, buku, seri ensiklopedia dan realisasi wacana lisan adalah tuturan.6 Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa wacana dalam realisasinya selalu berupa kumpulan kalimat. Sebuah kalimat merupakan kumpulan beberapa kata dan kata merupakan kumpulan suku kata serta kata merupakan kumpulan huruf. Realisasi wacana tulis dapat berupa karangan yang utuh, yakni novel, buku, seri ensklopedia, dan realisasi wacana lisan adalah tuturan. Singkatnya wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dibentuk dari rentetan kalimat yang yang kontinuitas, kohesi, dan koheren sesuai dengan konteks situasi. 3. Jenis Wacana 5 Henry, Guntur Tarigan. Pengajaran Wacana. (Bandung: Angkasa Bandung. 2009), h. 26. Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 1. 6

19 9 Hubungannya dalam wacana, terdapat berbagai jenis wacana sesuai dengan sudut pandang dari wacana itu dilihat. Mulai berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana, berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana, dan berdasarkan cara penuturan wacana.7 Berdasarkan apakah wacana itu disampaikan dengan media tulis atau lisan, maka wacana dapat diklasifikasikan atas wacana tulis dan wacana lisan. Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan, wacana diklasifikasikan atas wacana langsung dan wacana tidak langsung, berdasarkan cara atau cara menuturkannya, maka wacana diklasifikasikan atas wacana pembeberan dan wacana penuturan. Bedasarkan bentunya, wacana dapat dibagi menjadi wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama.8 Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, pada umumnya wacana diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu wacana narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan deskripsi.9 Wacana narasi atau wacana penceritaan, disebut juga wacana penuturan yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu, dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi memaparkan terjadinya suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan maupun kenyataan. Berkenaan dengan peristiwa itu, dipaparkan siapa pelakunya, bagaimana perilakunya, di mana tempat peristiwa itu, kapan terjadinya, bagaimana suasana kejadiannya, bagaimana jalan ceritanya, dan siapa juru ceritanya. Wacana narasi dapat bersifat faktual maupun imajinatif seperti dongeng, novel, biografi, sketsa, dan anekdot. Wacana eskposisi atau wacana pembeberan yaitu wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku. Wacana ini berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis. Wacana 7 Tarigan. loc. Cit,. h.48 Ibid, Sumarlam, dkk. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Putaka Cakra, (2003). h

20 10 eksposisi atau bahasan adalah wacana yang isinya menjelaskan sesuatu, misalnya menerangkan arti sesuatu, menerangkan apa yang telah diucapkan atau ditulis oleh orang lain, menerangkan bagaimana terjadinya sesuatu, menerangkan peristiwa yang lalu dan sekarang, menerangkan pentingnya sesuatu, dan lain-lain. Pelajaran sekolah, ceramah, laporan, tajuk rencana, bisanya disusun dalam wacana eksposisi. Wacana argumentasi adalah wacana yang berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan data-data sebagai bukti dan bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran ide atau gagasannya. Pada wacana argumentasi dipaparkan alasan-alasan terhadap kebenaran atau ketidakbenaran sesuatu hal, dengan maksud agar pesapa dapat diyakinkan sehingga terdorong untuk melakukan sesuatu. Dalam mempertahankan atau menyanggah sesuatu hal tadi, dikemukakan alasan yang berdasarkan bukti, bukan berdasarkan perasaan atau hawa nafsu. Wacana persuasi ialah wacana yang isinya bersifat ajakan atau nasihat, biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau ajakan tesebut. Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan, menggambarkan, atau memerikan sesuatu menurut apa adanya. Wacana deskripsi berisi gambaran penginderaan (penglihatan, penciuman, kehausan, kelelahan), perasaan, dan perilaku jiwa (harapan, ketakutan, cinta, benci, rindu, dan rasa tertekan). Penginderaan itu dilakukan terhadap suatu peristiwa, keadaan, situasi, atau masalah. Melalui wacana deskripsi, pembaca diharapkan bisa seolah-olah melihat atau merasakan apa yang dideskripsikan pada wacana tersebut Syarat-syarat Wacana 10 Mulyati. Terampil Berbahasa Indonesia;untuk Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: Prenadamedia Group. (2015). h

21 11 Wacana yang ideal mengandung seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi. Selain itu juga dibutuhkan keteraturan atau kerapian susunan yang menimbulkan rasa koherensi. Dengan perkataan lain, kohesi dan koherensi merupakan faktor penting dalam peningkatan mutu wacana.11 Unsur yang menentukan keutuhan wacana adalah kohesi dan koherensi.12 Untuk membentuk sebuah wacana yang utuh ada sejumlah syarat. Syarat pertama adalah topik, kedua adanya tuturan pengungkap topik, dan ketiga adanya kohesi dan koherensi. a. Topik. Topik merupakan hal yang dibicarakan dalam sebuah wacana. Topik itu dapat dinyatakan dengan redaksi, tentang apa seseorang berbicara?, apa yang dikatakan seseorang?, apa yang mereka percakapkan?, dan sebagainya. Hal ini berarti topik menjiwai seluruh bagian wacana. Topiklah yang menyebabkan lahirnya wacana dan berfungsinya wacana dalam proses komunikasi. b. Tuturan Pengungkap Topik. Syarat wacana yang kedua adalah tuturan pengungkap topik. Topik perlu dijabarkan sehingga makna yang disusun dari beberapa kalimat menjadi utuh karena wujud konkret tuturan itu adalah hubungan paragraf dengan paragraf yang lain yang membentuk teks. Teks yang dimaksud di dalam wacana tidak selalu berupa tuturan tulis, tetapi juga tuturan lisan. Karena itu, di dalam kajian wacana terdapat teks tulis dan teks lisan. c. Kohesi dan Koherensi. Pada umumnya wacana yang baik akan memiliki kohesi dan koherensi. Kohesi dan koherensi adalah syarat wacana yang ketiga. Kohesi adalah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga terciptalah pengertian yang baik dan koheren. Kohesi merujuk pada 11 Henry, Guntur Tarigan. Pengajaran Wacana. Bandung : Angkasa. (1987). h. 70. Ibid,. h

22 12 pertautan bentuk, sedangkan koherensi merujuk pada pertautan makna. Wacana yang baik ada umumnya memiliki keduanya. Kalimat atau frasa yang satu dengan yang lainnya bertautan; pengertian yang satu menyambung dengan pengertian yang lain. Dalam kata kohesi terkandung pengertian kepaduan, keutuhan, sedangkan dalam koherensi terkandung pengertian pertalian atau hubungan. Kohesi mengacu kepada aspek bentuk sedangkan koherensi mengacu kepada aspek makna. Dengan adanya kohesi dan koherensi dalam sebuah wacana, menjadikan wacana tersebut mudah dibaca dan dipahami. Dengan kata lain, kohesi dan koherensi menentukan tingkat keterbacaan dan keterpahaman sebuah wacana. 5. Unsur-unsur Wacana Secara umum, wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Kedua unsur tersebut membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan lengkap.13 Unsur internal wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata adalah kata yang berposisi sebagai kalimat, atau yang juga dikenal dengan sebutan kalimat satu kata. Untuk menjadi satuan wacana yang besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian, dan bergabung membentuk wacana. a. Kata dan kalimat. Kata, dilihat dalam sebuah struktur yang lebih besar, merupakan bagian kalimat. Sebagaimana dipahami selama ini, kalimat selalu diandaikan sebagai susunan yang terdiri dari beberapa 13 Mulyana. Op.cit. h

23 13 kata yang bergabung menjadi satu oengertian dengan intonasi sempurna (final). b. Teks dan koteks. Istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis, dan wacana bahasa lisan. Dalam konteks ini, teks dapat disamakan dengan naskah. Sedangkan istilah koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainnya, teks yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya. Unsur eksternal (unsur luar) wacana adalah sesuatu yang menjadi bagian wacana, namun tidak nampak eksplisit. Sesuatu itu berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur, preuposisi, referensi, inferensi, dan konteks. Analisis dan pemahaman terhadap unsur-unsur tersebut dapat membantu pemahaman tentang suatu wacana. a. Implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang berbeda tersebut adalah maksud pembicara yang dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi. b. Istilah presuposisi adalah perkiraan, persangkaan, atau rujukan. Dengan kata lain presuposisi adalah anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuatu bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembicara. c. Referensi adalah hubungan antar kata dengan benda (orang, tumbuhan, buku, sesuatu lainnya) yang

24 14 dirujuknya. Referensi merupakan perilaku pembicara/penulis. d. Inferensi berarti kesimpulan. Dalam bidang wacana inferensi berarti sebagai proses yang harus dilakukan pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat di dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara/penulis. Dari keempat unsur eksternal wacana tersebut, bagian ke-3 teraplikasikan dalam RPP indikator ke-2 pada pertemuan keempat. Supardo mengemukakan bahwa sebuah wacana memiliki unsur-unsur yang meliputi (1) unsur bahasa seperti kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf; (2) konteks, yang terdapat di sekitar wacana; (3) makna dan maksud; (4) kohesi; (5) koherensi. Sedangkan Tarigan merinci unsur wacana menjadi lima, yaitu sebagai berikut. a. Tema adalah pokok pembicaraan yang ada dalam sebuah karangan, baik karangan tulis maupun karangan lisan. Tema ini dikembangkan dengan kalimat-kalimat yang padu sehingga akan melahirkan wacana yang kohesif dan koherensif. b. Unsur bahasa meliputi kata, frasa, klausa, dan kalimat. c. Konteks wacana dibentuk oleh berbagai unsur, yaitu situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, saluran. Konteks wacana meliputi: 1) konteks fisik (physical context) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa pada suatu komunitas, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku daripada peran dalam peristiwa komunikasi itu, 2) konteks epistemis (epistemic context) atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh para pembicara maupun pendengar, 3) konteks linguistik (linguistic context) yang terdiri atas kalimatkalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi, 4) konteks sosial (sosial kontext) yaitu relasi sosial dan latar yang melengkapi

25 15 hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar (mitra tutur). d. Makna dan maksud. Sesuatu yang berada di dalam suatu ujaran atau bahasa disebut makna. Maksud yaitu sesuatu yang berada di luar ujaran dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara. e. Kohesi dan koherensi. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang baik (koheren). Koherensi adalah penyatuan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya.14 Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, dan tuturan yang mengacu pada makna yang sama, yaitu wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar. Pemahaman terhadap wacana akan memudahkan kita memahami bahasa secara lebih luas tidak saja dari struktur formal bahasa tetapi juga dari aspek di luar bahasa (konteks). Wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkaitan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur eksternal wacana merupakan sesuatu yang menjadi bagian wacana, tetapi tidak nampak secara eksplisit. Kehadiran unsur eksternal berfungsi sebagai pelengkap keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal ini terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks. B. Kohesi dan Koherensi 1. Kohesi 14 Tarigan, op. cit, h. 104.

26 16 Menurut Gutwinsky, kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak pada bentuk). Kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah-wadah kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Menurut Hasan Alwi kohesi sering pula diciptakan dengan memakai kata yang maknanya sama sekali berbeda dengan makana kata yang diacunya. Akan tetapi, yang penting dalam hal ini ialah bahwa kata yang digantikan dan kata pengganti menunjuk ke referen yang sama. Dengan kata lai, kedua kata itu mempunyai koreferensi. 15 Dalam hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu.16 James menyebutkan bahwa suatu teks atau wacana benar-benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian secara bentuk bahasa (language form) terhadap ko-teks (situasi-dalam bahasa, sebagai lawan dari konteks atau situasi-luar bahasa).17 Dengan perkataan lain, ketidaksesuaian bentuk bahasa dengan koteks dan juga dengan konteks akan menghasilkan teks yang tidak kohesif. Kohesi dalam paragraf adalah tarik menarik antarkalimat dalam paragraf sehingga kalimat-kalimat itu tidak saling bertentangan, tetapi tampak menyatu dan bersama-sama mendukung pokok pikiran paragraf. Paragraf yang demikian disebut sebagai paragraf yang padu (kohesif).18 Selain itu, kohesi merupakan organisasi sintaksis dan merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan.19 Kohesi adalah hubungan antar kalimat di dalam sebuah wacana baik dalam skala gramatikal maupun dalam skala leksikal tertentu. Mulyana mengungkapkan bahwa kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Kohesikohesi pada dasarnya mengacu pada hubungan bentuk. Artinya, 15 Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarat: Balai Pustaka. (2000). h Tarigan, loc. cit. Ibid,. h Asul, Wiyanto. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo. (2004). h Tarigan, loc. cit. h

27 17 unsurunsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Mengenai hal tersebut,20 Dengan demikian jelaslah bahwa kohesi merupakan organisasi sintaktik, merupakan wadah kalimat-kalimat yang disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Haliday dan Hassan mengungkapkan bahwa kohesi merupakan konsep makna yang mengacu pada hubungan makna di dalam suatu wacana.21 Kohesi adalah kesatuan semantis antara. hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana baik dalam skala gramatikal maupun skala leksikal tertentu. Konsep kohesi mengacu pada hubungan bentuk antar unsur-unsur wacana sehingga memiliki keterkaitan secara padu. Dengan adanya hubungan kohesif itu, suatu unsur dalam wacana dapat diinterprestasikan sesuai dengan keterkaitannya dengan unsur-unsur yang lain. Hubungan kohesif dalam wacana sering ditandai dengan penanda-penanda kohesi, baik yang sifatnya gramatikal maupun leksikal. Ramlan menguraikan sejumlah penanda hubungan antarkalimat dalam wacana bahasa Indonesia. Penanda hubungan tersebut antara lain: 1) Penanda hubungan penunjukan yaitu penggunaan kata atau frasa untuk menunjuk atau mengacu pada kata, frasa, atau satuan gramatikal yang lain dalam suatu wacana. Hubungan penunjukan dapat bersifat anaforis maupun kataforis. Sejumlah kata yang berfungsi sebagai penanda hubungan penunjukan ini yaitu: ini, itu, tersebut, berikut, dan tadi. 2) Penanda hubungan pengganti yaitu penanda hubungan antarkalimat yang berupa kata atau frasa yang menggantikan kata, frasa, atau satuan gramatikal, lain yang terletak di depannya atau secara anaforik maupun di belakangnya atau secara kataforik. Bentuk-bentuk penanda 20 Mulyana, loc. cit. h. 26. Bambang, Hartono. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang Universitas Negeri Semarang (2000). h

28 18 hubungan ini diantaranya adalah kata ganti persona, kata ganti tempat, klitika-nya, kata ini, begitu, begini, dan demikian. 3) Penanda hubungan pelesapan atau elipsis yaitu, menghilangkan salah satu unsur pada kalimat berikutnya, tetapi kehadiran unsur kalimat itu dapat diperkirakan. 4) Penanda hubungan perangkaian, yaitu hubungan yang disebabkan oleh adanya kata yang merangkaikan kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam suatu paragraf. Kata atau kelompok kata yang berfungsi sebagai penanda hubungan perangkaian antara lain adalah dan, kemudian, tetapi, padahal, sebaliknya, malah, misalnya, kecuali itu, oleh sebab itu, selain dari pada itu, meskipun demikian, dan lain sebagainya. 5) Penanda hubungan leksikal yaitu hubungan yang disebabkan oleh adanya kata-kata yang secara leksikal memiliki pertalian. Penanda hubungan leksikal ini dapat dibedakan menjadi pengulangan, sinonim, dan hiponim.22 Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara structural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moelino menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat yang kohesif. Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk. 23 Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Menurut Anton untuk memperoleh wacana yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif.24 Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsure-unsur lainnya. Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. 22 Rahma R Saraswati, Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam sebuah Wacana diunduh pada 7 Februari 2015 dari 23 Anton, M. Moelino, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. (1988). h Ibid,. h. 96.

29 19 2. Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut. Orang tua ada yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena merela berpikir hal itu dapat memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya. Ketika telepon seluler berdering ketika guru sedang mengajar di dalam kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas. Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada contoh (2) frasa hal itu merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar. Sarana kohesi gramatikal meliputi referen, substitusi, elipsis, dan konjungsi. 1. Referen (pengacuan) Referensi atau pengacuan merupakan hubungan antara kata dengan acuannya. Kata-kata yang berfungsi sebagai pengacu disebut deiksis sedangkan unsur-unsur yang diacunya disebut antesedan. Referensi dapat bersifat eksoforis (situasional) apabila mengacu ke antesedan yang ada di luar wacana, dan bersifat endoforis (tekstual) apabila yang diacunya terdapat di dalam wacana. Referensi endoforis yang berposisi sesudah antesedennya disebut referensi anaforis, sedangkan yang berposisi sebelum antesedennya disebut referensi kataforis. Referen atau pengacuan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain

30 20 (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya. Satuan lingual yang acuannya berada di dalam teks wacana disebut pengacuan endofora, sedangkan satuan lingual yang acuannya berada di luar teks wacana disebut pengacuan eksofora. Pengacuan endofora berdasarkan arah pengacuannya dibedakan menjadi dua yaitu a) Pengacuan Anaforis (anaphoric reference). Pengacuan anaforis adalah jika satuan lingual mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, mengacu anteseden di sebelah kiri. Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebut terdahulu. b) Pengacuan Kataforis (cataphoric reference) Pengacuan Kataforis adalah jika satuan lingual mengacu pada satuan lingual lain yang mengkutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan. Pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan, atau mengacu pada unsur yang baru disebutkan kemudian. Satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain ini dapat berupa persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan komparatif (satuan yang berfungsi membandingkan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya). Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau suatu acuan) yang mendahului atau mengikutinya.25 Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam atau di luar teks, maka pengacuan dibedakan 25 Sumarlam, Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra. (2003). h

31 21 menjadi dua jenis: (1) pengacuan endofora apabila acuannya (satuan lingual yang diacu) berada atau terdapat di dalam teks wacana itu, dan (2) pengacuan eksofora apabila acuannya berada atau terdapat di luar teks wacana. Jenis kohesi yang pertama yaitu pengacuan endofora. Berdasarkan arah pengacuannya endofora dibedakan menjadi dua jenis lagi, yaitu pengacuan anaforis dan pengacuan kataforis. Pengacuan anaforis adalah salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahuluinya, atau mengacu anteseden di sebelah kiri, atau mengacu pada unsur yang telah disebut terdahulu. Sementara itu, pengacuan kataforis merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden di sebelah kanan, atau mengacu satuan lingual lain yang mengikutinya, atau mengacu anteseden yang baru disebutkan kemudian. Satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain itu dapat berupa persona (kata ganti orang), demonstratif (kata ganti penunjuk), dan komparatif (satuan lingual yang berfungsi membandingkan antara unsur satu dengan unsur lainnya). Dengan demikian, jenis kohesi gramatikal pengacuan tersebut diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu pengacuan persona, pengacuan demonstratif, dan pengacuan komparatif. a) Pengacuan Persona Pengacuan persona direalisasikan melalui pronomina persona (kata ganti orang), yang meliputi persona pertama (persona 1), kedua (persona 2), dan ketiga (persona 3), baik tunggal maupun jamak. Pronomina persona tunggal ada yang berupa bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang terikat (morfem terikat). Selanjutnya ada yang berupa bentuk

32 22 terikat ada yang melekat di sebelah kiri (lekat kiri) dan ada yang melekat di sebelah kanan (lekat kanan). Berikut klasifikasi pengacuan pronomina persona. (1) Persona 1 (a) Tunggal: aku, saya, hamba, gua/gue, ana/ane Terikat lekat kiri: ku Terikat lekat kanan: ku (b) Jamak: kami, kita semua, kita (2) Persona 2 (a) Tunggal: kamu, anda, kau, saudara Terikat lekat kiri: kau Terikat lekat kanan: mu (b) Jamak: kalian, kamu semua, anda semua (3) Persona 3 (a) Tunggal: dia, ia, beliau Terikat lekat kiri: di Terikat lekat kanan: nya (b) Jamak: mereka26 Berikut contoh penggunaan pengacuan persona dalam kalimat. I. Saya tidak setuju dengan penambahan anggaran proyek ini, karena tahun lalu dana juga tidak habis. Sudah saatnya kita menghemat uang rakyat. 27 Saya pada kalimat di atas merupakan pengacuan persona pertama tunggal, selain itu terdapat juga persona pertama jamak yaitu kita. II. Ia tidak mungkin menemukan buku fiksi di perpustakaan itu. Ia pada kalimat di atas merupakan persona ketiga tunggal Ibid,. h. 24. Mulyana, op.cit. h. 34.

33 23 III. Tahun ini mereka bertekad membangun rumah sendiri. Sudah lama sekali mereka numpang di rumah saudaranya. Mereka merupakan persona ketiga jamak, -nya bentuk persona ketiga tunggal. b) Pengacuan Demonstratif Pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional). Pronomina demonstratif waktu ada yang mengacu pada waktu kini, lampau, akan datang, dan netral. Pronomina demonstratif tempat atau lokasi yang dekat dengan pembicara, agak jauh dengan pembicara, jauh dengan pembicara, dan menunjuk tempat secara eksplisit. Berikut klasifikasi pronomina demonstratif. (1) Demonstratif waktu (a) Kini: sekarang, hari ini, kini, sekarang, saat ini (b) Lampau: kemarin, dahulu, kebelakang, dulu, yang lalu (c) Yang akan datang: besok, esok, kedepan, depan, yang akan datang (d) Netral: pagi, siang, sore, malam (2) Demonstratif tempat (a) Dekat dengan penutur: ini, di sini, ke sini (b) Agak dekat dengan penutur: itu, di situ, kesitu (c) Jauh dari penutur: sana, di sana, ke sana

34 24 (d) Eksplisit: Semarang, Demak, Solo, Yogya.28 Berikut contoh penggunaan pengacuan demonstratif dalam kalimat. II.a sudah lama aku di kota ini mencarinya. Alamat itu tak juga kutemukan. Kata ini dan itu merupakan pengacuan demonstratif tempat. c) Pengacuan komparatif (Perbandingan) Pengacuan komparatif (perbandingan) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, perilaku, dan sebagainya. Kata-kata membandingkan yang misalnya biasa kaya, digunakan mirip, persis, untuk dan sebagainya. 2) Substitusi (penyulihan) Substitusi mengacu ke penggantian kata-kata dengan kata lain. Substitusi hampir sama dengan referensi. Perbedaan antara keduanya adalah referensi merupakan hubungan makna sedangkan substitusi merupakan hubungan leksikal atau gramatikal. Selain itu, substitusi dapat berupa proverba, yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukan tindakan, keadaan, hal, atau isi bagian wacana yang sudah disebutkan sebelum atau sesudahnya juga dapat berupa substitusi klausal. Substitusi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu 28 Sumarlam, loc.cit.

35 25 dengan satuan lingual yang lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda.29 a) Substitusi nominal Substitusi nominal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori nomina. Misalnya kata derajat, tingkat diganti dengan pangkat, kata gelar diganti dengan titel. Perhatikan contoh berikut. III.a Agus sekarang sudah berhasil mendapat gelar Sarjana Sastra. Titel kesarjanaannya itu akan digunakan untuk mengabdi kepada nusa dan bangsa melalui sastranya. b) Substitusi verbal Substitusi verbal adalah penggantian satuan lingual yang berkategori verba (kata kerja) dengan satuan lingual lainnya yang juga berkategori verba. Misalnya, kata mengarang digantikan dengan kata berkarya, kata berusaha digantikan dengan kata berikhtiar, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut. IV.a Wisnu mempunyai hobi mengarang cerita pendek. Dia berkarya sejak masih di bangku sekolah menengah pertama. c) Substitusi frasal Substitusi frasal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Misalnya pada contoh berikut. V.a Maksud hati mau menengok orang Mumpung hari Minggu, senyampang hari libur. d) Substitusi klausal 29 Ibid,. h.28 tua.

36 26 Substitusi klausal adalah penggantian satuan lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat dengan satuan lingual lainnya yang berupa kata atau frasa. Perhatikan contoh tuturan berikut ini. S: Jika perubahan yang dialami oleh Anang tidak bisa diterima dengan baik oleh orang orang di sekitarnya; mungkin hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa orang-orang itu banyak yang tidak sukses seperti Anang. T: Tampaknya memang begitu. 3) Elipsis (pelesapan) Elipsis adalah sesuatu yang tidak terucapkan dalam wacana, artinya tidak hadir dalam komunikasi, tetapi dapat dipahami. Jadi pengertian tersebut tentunya didapat dari konteks pembicaraan, terutama konteks tekstual. Sebagai pegangan, dapat dikatakan bahwa pengertian elipsis terjadi bila sesuatu unsur yang secara struktural seharusnya hadir, tidak ditampilkan. Sehingga terasa ada sesuatu yang tidak lengkap. Hubungan kohesif elipsis/pelesapan pada dasarnya sama dengan hubungan kohesif substitusi/ penyulihan. Hanya saja pada hubungan pelesapan ini unsur penggantinya itu dinyatakan dalam bentuk kosong (zero). Sesuatu yang dinyatakan kata, frasa, atau bagian kalimat tertentu dilepaskan karena sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya atau sesudahnya. Penamaan pelesapan biasanya dengan fungsi atau peran sintaksis. Misalnya pelesapan subjek (fungsi), dan pelesapan pelaku (peran). Perhatikan contoh berikut. Budi seketika itu terbangun. Ø menutupi matanya karena silau, Ø mengusap muka dengan sapu tangannya, lalu Ø bertanya, Di mana ini? Pelesapan dapat dibagi menjdi pelesapan lokatif, pasientif, agentif, tindakan instrumental, dan temporal.

37 27 a) Pelesapan lokatif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan tempat. b) Pelesapan pasientif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan sasaran atau objek. c) Pelesapan agentif terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa pelaku atau subjek. d) Pelesapan tindakan terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa tindakan, perbuatan atau predikat. e) Pelesapan instrumental terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan alat. f) Pelesapan temporal terjadi jika unsur yang dilesapkan berupa kata yang menunjukkan waktu. 4) Konjungsi (perangkaian) Konjungsi (kata sambung) adalah bentuk atau satuan kebahasaan yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai atau penghubung antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan seterusnya. Konjungsi disebut juga sarana perangkaian unsurunsur kewacanaan. Konjungsi mudah dikenali karena keberadaannya terlihat sebagai pemarkah formal. Beberapa jenis konjungsi antara lain adalah: a ) konjungsi adservatif (namun, tetapi), b) konjungsi kausal (sebab, karena), c) konjungsi korelatif (apalagi, demikian juga), d) konjungsi subordinatif (meskipun, kalau), dan e) konjungsi temporal (sebelumnya, sesudahnya, lalu, kemudian). Konjungsi atau kata sambung mempunyai tugas menghubungkan dua satuan lingual. Satuan yang dimaksud adalah klausa, frasa, dan kata. Jadi, konjungsi dapat menghubungkan antarsatuan lingual sejenis atau antarsatuan lingual jenis yang satu dengan satuan lingual jenis yang lain. Dilihat dari

38 28 perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dibagi menjadi lima yaitu sebagai berikut. a) Konjungsi koordinatif Konjungsi koordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur sintaksis yang memiliki status yang sama, baik unsur itu klausa, frasa, kata. Contohnya yaitu: dan, dengan, serta, atau, kemudian, lantas, terus, adapun, dan lagi, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. b) Konjungsi subordinatif Konjungsi subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur sintaksis yang berupa klausa yang tidak memiliki status yang sama. Jenis konjungsi subordinatif yaitu : penanda hubungan waktu: (sejak, semenjak, sewaktu, ketika, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, sambi, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, hingga, sampai), penanda hubungan sebab (sebab, karena itu, karena, oleh karena, oleh sebab), pengandaian: (andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya), penanda hubungan syarat (jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala), penanda hubungan tujuan: (agar, supaya, biar), penanda hubungan konsesif: biarpun, meski(pun), walau(pun),sekali(pun), sungguh(pun), kendati(pun), penanda hubungan pengandaian: (seakan-akan, seolah-olah, seperti, sebagai, laksana, laksana, ibarat), penanda hubungan hasil: (sehingga, sampai (-sampai), maka(nya) penanda hubungan alat: (dengan, tanpa), penanda hubungan cara: (dengan, tanpa), penanda hubungan komplementasi: (bahwa), penanda hubungan atribut: (yang), penanda hubungan perbandingan: (sama dengan, lebih dari(pada).) c) Konjungsi korelatif Konjungsi korelatif yaitu konjungsi yang terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa atau klausa yang dihubungkan. Konjungsi korelatif bertugas menandai hubungan perlawanan dan hubungan pertingkatan. Contoh:... baik.. maupun. tidak hanya..tetapi juga, bukan hanya... melainkan juga, demikian..

39 29 sehingga..., sedemikian rupa sehingga, apa(kah).atau, entah.entah, jangankan.. pun d) Konjungsi antarkalimat Konjungsi ini bertugas menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Konjungsi ini secara bentuk berada bersama-sama dengan suatu kalimat, sehingga menjadi bagian dari kalimat yang bersangkutan, akan tetapi secara maknawi juga terikat pada kalimat yang lain (kalimat yang berada di depannya). Contoh: biarpun demikian, sekalipun demikian, walaupun demikian, meskipun demikian, sungguhpun demikian, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambah pula, lagipula, selain itu, sebaliknya, sesungguhnya, malah(an), bahkan, (akan) tetapi, namun, kecuali, dengan demikian, kendati demikian, oleh karena itu, oleh sebab itu. e) Konjungsi antarparagraf. Konjungsi ini menghubungkan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Contoh: selain itu. 4. Koherensi Gorys Keraf mengemukakan bahwa koeherensi adalah kekompakan hubungan antar kalimat dalam wacana. Koherensi juga hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat. Sejalan dengan hal tersebut Halliday dan Hasan menegaskan bahwa struktur wacana pada dasarnya bukanlah struktur sintaktik, melainkan struktur semantik, yakni semantik kalimat yang di dalamnya mengandung proposisi-proposisi.30 Sebab beberapa kalimat hanya akan menjadi wacana sepanjang ada hubungan makna (arti) di antara kalimatkalimat itu sendiri. Koherensi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara eksplisit atau nyata dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang 30 Mulyana, op. cit. h

40 30 mengungkapkannya.31 Harimurti Kridalaksana mengemukakan bahwa hubungan koherensi wacana sebenarnya adalah hubungan semantis. Artinya, hubungan itu terjadi antarproposisi.32 Secara struktural, hubungan itu direpresentasikan oleh pertautan secara semantis antara kalimat (bagian) yang satu dengan kalimat lainnya. Hubungan maknawi ini kadang-kadang ditandai oleh alat leksikal, namun kadang-kadang tanpa petanda. Hubungan semantis yang dimaksud antara lain (1) hubungan sebab akibat, (2) hubungan sarana hasil, (3) hubungan alasan sebab, (4) hubungan sarana tujuan, (5) hubungan latar kesimpulan, (6) hubungan kelonggaran hasil, (7) hubungan syarat-hasil, (8) hubungan perbandingan, (9) hubungan parafrastis, (10) hubungan amplikatif, (11) hubungan aditif waktu (simultan dan berurutan), (12) hubungan aditif nonwaktu, (13) hubungan identifikasi, (14) hubungan generik spesifik, dan (15) hubungan ibarat. Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana, dan kohesi merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Koherensi merupakan salah satu aspek wacana yang penting dalam menunjang keutuhan makna wacana. Bila suatu ujaran tidak memiliki koherensi, hubungan semantikpragmatik yang seharusnya ada menjadi tidak terbina dan tidak logis. Brown dan Yule menegaskan bahwa koherensi berarti kepaduan dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau tuturan. 33 Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan. Keutuhan yang koheren tersebut dijabarkan oleh adanya hubungan-hubungan makna yang terjadi antarunsur secara semantis. Pada dasarnya hubungan koherensi adalah suatu rangkaian fakta dan gagasan yang teratur dan tersusun secara logis. Koherensi dapat terjadi secara implisit (terselubung) karena berkaitan dengan bidang makna yang memerlukan interprestasi. Di samping itu, pemahaman hubungan koherensi dapat ditempuh dengan cara menyimpulkan hubungan antarproposisi dalam tubuh wacana itu. Kohesi dapat diungkapkan secara 31 Hasan Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. (2003) h Mulyana, loc. cit. h Ibid,. h

41 31 eksplisit, yaitu dinyatakan dalam bentuk penanda koherensi yang berupa penanda hubungan antarkalimat. Penanda hubungan itu berfungsi untuk menghubungkan kalimat sekaligus menambah kejelasan hubungan antarkalimat dalam wacana. Beberapa bentuk atau jenis hubungan koherensi dalam wacana telah dideskripsikan oleh para ahli. D Angelo misalnya menyatakan bahwa yang termasuk unsur-unsur koherensi wacana diantaranya mencakup: unsur penambahan, repetisi, pronomina, sinonim, totalitas bagian, komparasi, penekanan, kontras, simpulan, contoh, paralelisme, lokasi anggota, dan waktu.34 Tujuan aspek pemakaian aspek atau sarana koherensi antara lain ialah agar tercipta susunan dan struktur wacana yang memiliki sifat serasi, runtut, dan logis. Sifat serasi artinya sesuai, cocok, dan harmonis. Kesesuaian terletak pada serasinya hubungan antarproposisi dalam kesatuan wacana. Runtut artinya urut, sistematis, tidak terputus-putus, tetapi bertautan satu sama lain. Sedangkan sifat logis mengandung arti masuk akal, wajar, jelas, dan mudah dimengerti. Suatu rangkaian kalimat yang tidak memiliki hubungan bentuk dan makna secara logis, tidak dapat dikatakan sebagai wacana. C. Artikel dan Berita Utama a. Artikel Dalam lingkup jurnalistik, para ahli komunikasi menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut pandang masing-masing. Menurut R. Amak Syarifuddin artikel adalah tulisan tentang berbagai soal, mulai politik, social, ekonomi budaya, teknologi, olahraga, dan lain-lain. Misalnya tulisan mengenai kewanitaan, pemuda, sejarah, film, dan sebagainya. Pakar komunikasi lain, yakni Asep Syamsul M Romli menyatakan artikel sebagai sebuah karangan faktual (nonfiksi),tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tidak ditentukan, untuk dimuat di surat kabar, majalah, maupun bulletin, dengan tujuan untuk menyampaikan 34 Tarigan, op.cit. (1987). H. 105)

42 32 gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan masalah, ataupun untuk menghibur.35 b. Berita Utama Berita utama secara ringkas dapat dikatakan dengan jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yakni peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.36 Berita utama adalah berita atau informasi penting yang harus segera diketahui oleh pemirsanya dan bersifat aktual.37 Disebut berita utama karena pembaca pada umumnya ketika pertama kali melihat berita, maka yang dibacanya yaitu berita yang paling utama. Berita utama yang menarik adalah berita yang mampu menerangkan keseluruhan isi beritanya. Dalam buku Bahasa Jurnalistik berita dapat digolongkan menjadi berita keras dan lunak. Kemudian berita keras juga disebut dengan berita lurus yaitu berita penting yang segera harus disampaikan ke masyarakat.38 Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa berita adalah informasi yang terkait dengan peristiwa. Berita mempunyai jalan cerita yang harus segera disampaiakn ke masyarakat karena sifat berita adalah aktual. c. Jenis Berita Ada dua jenis berita berdasarkan definisinya. Pertama adalah hard news (berita hangat), yakni berita yang mempunyai arti penting bagi 35 Totok Djuroto dan Bambang Suprijadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. (2005), h Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), h Regi Darian, Global Live Book; Pengertian Berita Utama Menurut para Ahli, 2013, ( 38 Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, ( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), h. 28

43 33 banyak pembaca, pendengar, atau pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang terkini yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik, hubungan luar negeri, pendidikan, ketenagakerjaan, dan sebagainya. Kedua adalah soft news (berita ringan), yakni berita yang kurang penting karena biasanya berisi tentang hiburan. Berita seperti ini sering kali buka berita terbaru. Di dalamnya memutar berita human interest atau rubric feature. Berita jenis ini lebih menarik emosi ketimbang akal pikiran.39 Luwi Ishwara mengungkapkan bahwa terdapat dua jenis berita, yakni berita yang terpusat pada peristiwa yang khas menyajikan peristiwa hangat yang baru terjadi, dan pada umumnya tidak terinterpretasikan dengan konsep yang minimal, tidak dihubungkan dengan peristiwa lain. Kedua adalah berita yang berdasarkan proses yang disajikan dengan interpretasi tentang kondisi dan situasi dalam masyarakat dan dihubungkan dalam konteks yang luas dan melampaui waktu40 Syarifusin Yunus berpendapat ada tiga jenis berita. Pertama berita elementary, berita intermediate, dan berita advance. Berita elementary terdiri atas tiga jenis yaitu straigt news report, ialah berita yang berwujud laporan langsung dari suatu peristiwa, kemudian dept news report, ialah berita yang berwujud laporan fakta-fakta mengenai peristiwa yang terjadi dan dikaitkan dengan fakta-fakta sebelum/sesudah kejadian yang mempengaruhinya, dan yang terakhir adalah comprehensive news ialah berita tentang suatu peristiwa dengan sajian fakta-fakta secara menyeluruh. Berita intermediate terbagi menjadi dua jenis, yaitu interpretative news dan feature story report. Interpretative news adalah berita yang memfokuskan pada peristiwa yang bersifat 39 Tom E.Rolnicki, dkk., Pengantar Dasar Jurnalisme, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h Luwi Ishwara, Catatn-Catatan Jurnalisme Dasar. (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2007), h.51.

44 34 kontroversial dengan fakta-fakta yang ada, sedangkan feature story report adalah berita yang menyajikan informasi dan fakta yang menarik perhatian pembaca dengan gaya penulisan yang berbeda. Berita advance terbagi menjadi tiga jenis, yakni depth reporting, investigative report, dan editorial news.41 Berdasarkan pendapat di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ada dua jenis berita. Pertama adalah berita yang berisi tentang peristiwa terhangat, yang biasanya baru saja terjadi dan didukung oleh fakta-fakta yang menarik bagi pembacanya. Kedua, adalah berita yang berisi tentang hal yang sudah lama terjadi. Biasanya berisi tentang hiburan. Berita ini juga dilengkapi dengan fakta-fakta yang dapat menarik perhatian pembacanya. d. Unsur Berita Masri Sareb mengatakan bahwa berita mempunyai enam unsur, yakni who (siapa), what (apa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa), dan how (bagaimana). Keenam unsur berita tersebut sering dikenal dengan istilah 5W+1H. Masri berpendapat juga bahwa unsur berita sama dengan apa yang dimaksud oleh Lasswell tentang hakikat komunikasi, yaitu who say what in which chanel to whom with what effect. 42 Dalam buku bahasa jurnalistik, dijelaskan bahwa unsur berita mempunyai nilai penting bagi jurnalis dalam menulis berita. Setiap jurnalis harus memikirkan unsur berita yakni berupa 5W+ 1H. Jurnalis harus memikirkan bagaimana unsur berita tersebut dapat dimuat di paragraf-paragraf terdepan Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h Masri Sareb Putra, Teknik Menulis Berita dan Feature, (Jakarta: Gramedia, 2006), 43 Suhaimi dan Rulli Nasrullah, op.cit. h. 31. h.37.

45 35 D. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai analisis kohesi sebelumnya pernah dilakukan oleh Rotua Siregar (2009) dalam skripsi yang berjudul Analisis Sarana Kohesi pada Tajuk Rencana dalam Harian Sinar Indonesia Baru. Penelitian tersebut mendeskripsikan sarana-sarana kohesi gramatikal dan menganalisis sarana kohesi pada tajuk rencana dalam harian Sinar Indonesia Baru. Metode yang digunakan pada penelitian Rotua Siregar menggunakan metode simak dan catat. Hasil dari penelitian tersebut yaitu diperoleh sejumlah sarana kohesi garmatikal pada tajuk rencana dalam Sinar Indonesia Baru yang membentuk kekohesifan dan kekoherensifan wacana. Persamaan penelitian Rotua dengan penelitian ini adalah samasama meneliti kohesi. Namun penelitian Rotua objek penelitiannya dalah tajuk rencana sedangkan penelitian ini objeknya adalah berita utama. Prasetyani (2009) menulis skripsi yang berjudul Kohesi Gramatikal Antarkalimat dan Antarparagraf Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Pekalongan. Metode yang digunakan pada penelitian Prasetyani adalah deskriptif kualitatif sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik simak dan catat. Berdasarkan analisis kohesi gramatikal dalam wacana argumentasi siswa kelas X dapat ditarik simpulan bahwa kekohesifan sarana argumentasi siswa diwujudkan oleh beberapa sarana kohesi gramatikal. Sarana kohesi gramatikal antarkalimat meliputi pengurutan, pengacuan, penyulihan, pelesapan, inversi, pemasifan kalimat, dan nominalisasi. Adapun sarana kohesi gramatikal yang ditemukan antarparagraf meliputi pengurutan koordinatif dan pengurutan subordinatif. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyani dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti kohesi gramatikal antarkalimat. Namun selain kohesi gramatikal antaraklimat, penelitian Prasetyani meneliti antarparagraf sedangkan dalam penelitian ini hanya sarana kohesi gramatikal antarkalimat. Perbedaan penelitian yang dilakukan Prasetyani dengan penelitian ini adalah objek kajiannya. Pada penelitian Prasetyani objek yang dikaji 11 menggunakan wacana

46 36 argumentasi siswa, sedangkan pada penelitian ini menggunakan wacana berita utama Monitor Depok. Priyo Anggono (2011) yang berjudul Analisis Kohesi Gramatikal Kolom Tajuk Rencana di harian Suara Merdeka,bertujuan untuk mendeskripsikan penanda kohesi gramatikal antarkalimat kolom tajuk rencana pada harian Suara Merdeka. Subjek penelitian adalah wacana tajuk rencana surat kabar Suara Merdeka tahun edisi terbit 2007 sedangkan objek penelitian ini adalah penggunaan penandaan kohesi gramatikal antarkalimat wacana berita utama Monitor Depok edisi Januari Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak catat, sedangkan analisis data menggunakan metode distribusional. Keabsahan data diperoleh dengan trianggulasi data baik secara interrater dan intrarater. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penanda kohesi gramatikal antarkalimat kolom tajuk rencana harian Suara Merdeka ada tiga macam, yaitu referensi, substitusi, dan konjungsi. Penanda substitusi meliputi substitusi nomina, substitusi frasa, dan substitusi klausa. Penanda konjungsi meliputi konjungsi koordinatif, dan konjungsi idiomatik. Persamaan penelitian Priyo Anggono dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti kohesi gramatikal. Namun penelitian Priyo Anggono menggunakan metode distribusional sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode Agih. Meskipun metode yang digunakan berbeda, tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sama yaitu teknik simak dan catat.

47 37

48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode merupakan cara yang harus dilakukan seorang peneliti untuk mengkaji data-data yang menjadi objek penelitian. Metode dan teknik analisis data dalam penelitian apapun memegang peranan yang sangat penting. Ia tidak saja berfungsi sebagai pengaruh jalannya penelitian tetapi lebih sebagai pisau analisis yang akan digunakan dalam membedah data dari konteksnya (aspek lain seperti lingkungan fisik atau sosial berkaitan dengan ujaran tertentu). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penilitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadiankejadian. Dalam arti, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat juga mencakup metode-metode deksriptif.1 Penelitian deskriptif tidak bermaksud mengidentifikasi hubungan antar variable. Oleh karena itu, berbeda dengan penelitian analitik, penelitian deskriptif tidak memerlukan teorisasi dan hipotesis.2 Dengan demikian metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang dapat memberikan gambaran secara keseluruhan tentang data alamiah berupa penggunaan unsur-unsur bahasa di dalam konteks keberadaannya. Dalam penelitian ini dengan menggunakan metode tersebut, peneliti ingin memberikan gambaran secara alamiah tentang penggunaan piranti-piranti 1 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997). hlm Taliziduhu Ndraha, Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bina Aksara, 1987). hlm

49 38 kohesi gramatikal berupa referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi secara struktural pada suatu wacana yang utuh yang terdapat pada berita utama Monitor Depok. B. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berita utama yang terdapat dalam harian Monitor Depok yang terbit dari tanggal Januari 2014, ditemukan enam berita utama yang menjadi bahan penelitian, diantaranya: 1) Dapur Rumah Ambles Tergerus Air Ciliwung (Rabu, 22 Januari 2014) 2) Jembatan Penghubung Depok-Bogor Terputus (Kamis, 23 Januari 2014) 3) Ratusan Siswa SD Belajar di Musala (Jumat, 24 Januari 2014) 4) Depok Sepi Bus AKAP (Sabtu, 25 Januari 2014) 5) Sehari, 3 Rumah disatroni Maling (Senin, 27 Januari 2014) 6) Dikencani, Siswa SMP Tusuk Banci (Rabu, 29 Januari 2014) Pertimbangan mengenai pemilihan berita utama secara berturutturut selama enam hari dikarenakan dapat memudahkan peneliti dalam mengetahui tingkat penggunaan bahasa tulis berita utama yang terdapat pada harian Monitor Depok. Judul dan wacana yang berbeda dalam setiap harinya itulah, maka skala penggunaan bahasa tulis pun memungkinkan akan meningkat ataupun menurun. Berita-berita utama tersebut kemudian dianalisis guna menemukan piranti-piranti kohesi gramatikal, yaitu referensi, substitusi, ellipsis, dan konjungsi. Dalam buku Bahasa Jurnalistik berita dapat digolongkan

50 39 menjadi berita keras dan lunak.3 Penulis juga akan menyajikan hasil analisis pemilihan data berita utama keras dan lunak tersebut ke dalam bentuk tabel sebagai berikut, Judul Berita Utama Jenis Keras (Hard News) Ciri-ciri Lunak (Soft News) Tanggal Kejadian Tanggal Terbit Jumlah Paragraf C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untu mencapai tujuan penelitian. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian analisis kohesi gramatikal ini adalah dengan metode simak dan metode catat. Metode simak digunakan guna untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis.4 Namun, pada penelitian ini peneliti menggunakan metode simak untuk menyimak penggunaan bahasa dalam sebuah wacana. Selanjutnya penulis juga akan menggunakan metode catat. Metode catat merupakan kelanjutan dari metode simak. Setelah menyimak serta mengamati wacana yang akan diteliti, penulis akan mencatat hasil dari simak yang telah dilakukan guna memudahkan dalam tindakan selanjutnya. 3 Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, ( Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), h Mahsun. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan Tekniknya. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005). h.92.

51 40 D. Metode dan Teknik Analisis Data Metode yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah metode Agih. Metode Agih suatu metode yang alat penetunya alat penentu bagian dari bahasa yang akan diteliti. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung. digunakan pada awal kerja analisis data dengan membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian atau unsur, dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Teknik pada metode agih dapat dibedakan menjadi dua: teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar metode agih disebut teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Menurut Sudaryanto teknik lanjutan pada metode Agih setidaknya ada tujuh macam, yaitu : 1. Pelesapan, delesi, atau teknik lesap; 2. Penggantian, subtitusi, replasemen, atau teknik ganti; 3. Perluasan, ekspansi, ekstensi, atau teknik perluas; 4. Penyisipan, interupsi, atau teknik sisip; 5. Pembalikan, permutasi, atau teknik balik; 6. Pengubahan wujud, parafrasa, atau teknik ubah ujud; dan 7. Pengulangan, repetisi, atau teknik ulang.5 Sesuai dengan metode yang telah dijelaskan di atas, maka teknik analisis data ditempuh melalui sejumlah tahapan, yaitu: 1) Menemukan piranti-piranti kohesi gramatikal yang terdapat dalam bentuk berita utama di Harian Monitor Depok, diantaranya: a. 5 Referensi Sukrisno, Santoso. Metode Penelitian Bahasa: Metode Agih, Teknik Dasar dan Lanjutan. Diunduh pada tanggal 28 Juli 2017.

52 41 b. Substitusi c. Elipsis d. Konjungsi 2) Memberikan tanda-tanda pada kata atau kalimat yang dianggap salah satu piranti kohesi gramatikal dalam Harian Monitor Depok, 3) Menganalisis satu per satu kata atau kalimat yang mengandung unsur dari piranti-piranti kohesi gramatikal yang terdapat dalam berita utama Harian Monitor Depok; 4) Menyajikan hasil analisis piranti kohesi gramatikal ke dalam tabel; 5) Menyimpulkan hasil analisis data berdasarkan data dalam tabel analisis kohesi gramatikal antarkalimat sebagai berikut: No Kalimat Jenis Piranti Kohesi Gramatikal

53 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis pada berita utama Monitor Depok, penulis akan mendeskripsikan penggunaan kohesi gramatikal yang telah ditemukan dalam berita utama Monitor Depok. Data yang akan dideskripsikan ini merujuk pada tabel penyajian data. Tabel penyajian data tersebut berisikan tentang seluruh data berupa pirantipiranti kohesi gramatikal yang terdapat pada enam berita utama. Berikut tabel hasil analisis data penggunaan kohesi gramatikal antarkalimat pada berita utama Monitor Depok: No Data Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi Jumlah Antarkalimat Kohesi gramatikal 1 Data Data Data Data Data Data Jumlah B. Pembahasan Analisis Penggunaan Kohesi Gramatikal 1. Analisis Referensi Referensi atau pengacuan merupakan hubungan antar kata dengan acuannya. Berdasarkan tabel penyajian data, penulis menemukan 95 42

54 43 dieksis atau kata pengacuan yang termasuk ke terdapat dalam enam berita utama. Data nomor 1, ditemukan 23 kata yang menjadi kata pengacu atau dieksis. Dalam data tersebut ditemukan penggunaan 15 jenis referensi anafora, 3 jenis referensi katafora, dan 3 jenis referensi eksofora, dan 2 referensi komparatif. (1.2) Akibat dapur rumahnya tersapu arus air, Nurhayati tidak bisa memasak makanan meski diri-nya sempat menyelamatkan semua barang miliknya ke halaman depan. (1.5) Kami enggak tahu kapan dapur rumah kami yang hanyut akan diperbaiki karena kondisi air Sungai Ciliwung masih tinggi, jelas seorang anak Nurhayati. (1.18) Musibah banjir dan tanah longsor hingga kemarin masih terjadi di beberapa wilayah Kota Depok. Dalam kalimat (1.2) terdapat dua pronominal, kata dirinya dan miliknya memiliki pronominal, yaitu [-nya]. Pronominal -nya tersebut mengacu ke kata yang mendahuluinya, yaitu Nurhayati. Hubungan anatara pronominal dengan anteseden yang mendahuluinya disebut dengan referensi anafora. Namun, adanya suatu konteks tertentu, pronomina mungkin mengacu kepada anteseden yang mengikutinya yang disebut dengan referensi katafora. Seperti dalam kalimat (1.5), kata ganti kami mengacu kepada anak Nurhayati yang terdapat sesudah kata ganti kami. Hubungan kataforis ini biasanya terdapat dalam klausa bukan antarklausa. Namun, pada kalimat (1.18) kata kemarin yang merupakan kata penunjuk waktu lampau, mengacu kepada objek yang berada di luar teks. Hal ini disebabkan karena kata kemarin tersebut tidak dijelaskan tepat tanggal, bulan, dan tahunnya dalam teks. Dengan demikian referensi eksofora ersebut dikatakan referensi demonstratif waktu. Data nomor 2, penulis menemukan 22 kata yang menjadi kata pengacu atau dieksis. dalam data tersebut ditemukan penggunaan 19 referensi anafora, 1 referensi katafora, dan 2 referensi eksofora.

55 44 (2.35) Jembatan alternatif panjang 25 meter, lebar satu meter yang dibangun warga ini sudah putus tiga kali, tahun 2011, 2013 dan Januari 2014, (2.55) Runtuh-nya jalan permanen yang dibangun Pemkot Depok itu karena kurang matang,. (2.37) Dia mengungkapkan, jembatan ini putus beberapa hari lalu ketika air Kali Angke meluap. Dalam kalimat (2.35) kata acuan demonstratif ini mengacu kepada suatu hal yang diketahui oleh si penutur (Dion Wijaya). Berdasarkan berita utama tersebut, kata ini mengacu kepada jembatan yang dibangun oleh warga, yang telah dijelaskan juga pada kalimat sebelumnya. Berbeda dengan kalimat nomor (1.2), yang pronominal -nya didahului antesedennya, pada kalimat nomor (2.55) pronominal nya mendahului antesedennya, yaitu jalan permanent sehingga dikatakan referensi katafora. Namun, pada kalimat (2.37) kata hari lalu yang merupakan kata penunjuk waktu lampau, mengacu kepada objek yang berada di luar teks. Hal ini disebabkan karena kata hari lalu tersebut tidak disertai penjelasan yang tepat seperti tanggal, bulan, dan tahunnya dalam teks. Dengan demikian referensi eksofora ersebut dikatakan referensi demonstratif waktu. Data nomor 3, penulis menemukan 17 kata yang menjadi kata pengacu atau dieksis. Dalam data tersebut ditemukan 14 referensi anafora, 1 referensi katafora, 1 referensi eksofora, 1 referensi komparatif. (3.76) Karenanya, pihak sekolah memindahkan aktivitas itu ke musala dan perpustakaan. (3.84) Daud memaparkan, ruangan kepala sekolah juga mengalami hal serupa. Dalam kalimat (3.76) terdapat kata demonstratif tempat, yaitu itu. Kata itu sama halnya dengan kata ini. Pada kalimat (3.76), kata itu mengacu kepada anteseden suatu hal yang terdapat pada kata sebelumnya,

56 45 sehingga dikatakan sebagai referensi anafora. Sedangkan dalam kalimat (3.84) terdapat penggunaan kata serupa. Penggunaan kata serupa ini bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kemiripan atau kesamaan. Dalam wacana berita utama teks tersebut, hal yang dijadikan sebagai kesamaan keadaan banjir dan bocor yang dialami ruang belajar siswa dengan ruang kepala sekolah. Penggunaan tersebut dikatakan referensi komparatif. Data nomor 4, penulis menemukan 12 kata yang menjadi kata pengacu atau dieksis. Dalam data tersebut terdapat 7 referensi anafora, 3 referensi katafora, 1 referensi eksofora, dan 1 referensi komparatif. (4.109) Kemudian untuk AKDP, PO MGI yang melayani jalur DepokBandung juga sudah mengurangi armada-nya. (4.113) Sepi-nya halaman terminal, lanjutnya, juga diikuti berkurangnya angkutan kota (angkot) yang melayani trayek dalam Kota Depok. (4.116) Hal yang sama turut dilakukan PO Budiman untuk DepokTasikmalaya-Pangandaran, karena banjir melanda Wilayah Pangandaran. Dalam kalimat (4.109) kata armada-nya memiliki pronominal, yaitu [nya]. Pronominal -nya tersebut mengacu ke kata yang mendahuluinya, yaitu AKDP PO MGI. Hubungan anatara pronominal dengan anteseden yang mendahuluinya disebut dengan referensi anafora. Namun, adanya suatu konteks tertentu, pronomina mungkin mengacu kepada anteseden yang mengikutinya yang disebut dengan referensi katafora. Seperti dalam kalimat (4.113), pronominal nya pada kata sepi-nya mengacu kepada halaman terminal yang terdapat sesudahnya. Pada data 4 ini juga ditemukan 1 referensi komparatif, seperti dalam kalimat (4.116). Dalam kalimat tersebut terdapat kata sama. Sama dalam kalimat ini mengacu kepada sikap yang dilakukan oleh Po Budiman, karena hal tersebut digunakan referensi komparatif.

57 46 Data nomor 5, penulis menemukan 12 kata yang menjadi kata pengacu atau dieksis. 9 referensi anafora, 1 referensi katafora, 1 referensi eksofora, dan 1 referensi komparatif. (5.132) Dia hanya menyampaikan bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan. (5.129) Kasus tersebut masih didalami oleh anggota kami dan Polsek Sukmajaya dengan melakukan olah TKP dan meminta keterangan para korban, terang Kapolres Depok, Kombes Achmad Kartiko, Berdasarakan kalimat (5.132) yang ada di dalam wacana berita utama, penggunaan kata ganti dia atau persona 3 tunggal ini mengacu kepada Kompol agus Widodo. Penulisan Kompol Widodo pada kalimat sebelumnya, menjadikan kata dia tersebut sebagai dieksis dari antesedenya, yaitu Kompol Agus Widodo dan dikatakan sebagai referensi anafora. Berbeda dengan kalimat (5.129) kata persona jamak (kami) ini mengacu kepada anteseden yang mengikuti, yaitu Achmad Kartiko. Dengan adanya anteseden yang mengikuti dieksis, maka dikatakan kalimat (5.129) menggunakan referensi katafora. Selanjutnya, pada data nomor 6, penulis menemukan 9 penggunaan referensi di dalam wacana berita utama tersebut. Dari data tersebut terdapat, 7 referensi anafora, dan 2 referensi katafora. (6.146) Sedangkan korbannya adalah seorang waria. (6.147) Diceritakan dia, dalam menjalankan aksi kriminalnya, pelaku tidak sendirian. Kalimat (6.146) pronominal nya pada korbannya mengacu kepada waria, berinisial SU. Berhubung antesedennya mengkuti pengacunya, sehigga referensi pada kalimat ini dikatakan referensi katafora. Sedangkan pada kalimat (6.147), kata ganti dia atau persona 3 tunggal mengacu kepada Kompol Bambang Irianto. Antesedennya tersebut terdapat pada kalimat sebelum kalimat pengacunya. Dengan demikian, referensi tersebut dikatakan referensi anafora.

58 47 Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa dari 167 kohesi gramatikal dalam enam berita utama, terdapat 96 referensi yang ditemukan oleh penulis. Oleh karena itu, penggunaan referensi anafora lebih sering digunakan dalam berita utama Monitor Depok. Selain itu, dari keenam data yang dianalisis data 2 yang berjudul Jembatan Penghubung Depok-Bogor Terputus, (Kamis, 23 Januari 2014) merupakan berita utama yang paling banyak ditemukan referensi. 2. Analisis Substitusi Substitusi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu dengan dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Berdasarakan tabel penyajian data, penulis menemukan 33 penggunaan substitusi dari 172 kohesi gramatikal dalam enam berita utama Monitor Depok. Data 1, terdapat 6 penggunaaan substitusi, terdiri dari 3 substitusi frasa, 1 substitusi nomina, 1 substitusi klausal, dan 1 substitusi verbal. (1.26) a. Dapur rumah warga milik Nurhayati itu ambles karena tersapu air Sungai Ciliwung. b. Musibah banjir dan tanah longsor hingga kemarin masih terjadi di beberapa wilayah Kota Depok. Pada kalimat (1.26)a terdapat frasa tersapu arus, frasa tersebut merupakan pengganti frasa pada kalimat sebelumnya, yaitu tanah longsor pada kalimat (1.26)b tersapu air yang dimaksud dalam kalimat (1.26)a sama maknanya dengan longsor pada kalimat (1.26)b yang terajdi di rumah Nurhayati. Dikatakan susbtitusi frasa karena satuan yang digantikan merupakan frasa. Dengan adanya susbtitusi tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua kalimat tersebut memiliki kekohesifan. Data 2, penulis menemukan 7 penggunaan substitusi, terdiri dari 2 substitusi frasa, 4 substitusi verba, dan 1 stubstitusi nominal.

59 48 (2.59) a Pun sebaliknya dengan warga Desa Gunung Sindur tidak bisa melintas ke wilayah Kelurahan Curug, Depok. b Kata Dion, selain mengganggu aktivitas, putusnya jembatan ini mematikan akses warga Curug yang hendak ke pemakaman. Pada kalimat (2.59)a terdapat kata kerja atau kata verba melintas. Kata tersebut merupakan substitusi dari kata pada kalimat sebelumnya yaitu kata mematikan pada kalimat (2.59)b. jika dilihat dari konteks kalimatnya, kata tidak melintas dengan kata mematikan memiliki makna yang sama, berkaitan dengan kegiatan aktivitas warga. Dikatakan susbtitusi verba karena satuan lingual yang digantikan dan yang menggantikan termasuk kata kerja. Data 3, penulis mendapatkan 7 penggunaan susbtitusi, terdiri dari 5 substitusi frasa, dan 2 substitusi verbal. (3.86) a Kebocoran ruang belajar diketahui saat turun hujan, kata Daud, kepada Monde, kemarin. b. Menurut Daud, guru SD setempat, kebocoran ini sudah berlangsung lama pasca ruang kelas tersebut dibnagun tahun 2008 Pada kalimat (3.86)a terdapat frasa ruang belajar, frasa tersebut merupakan pengganti frasa pada kalimat sebelumnya, yaitu ruang kelas pada kalimat (3,86)b. ruang belajar yang dimaksud dalam kalimat (3.86)a sama maknanya dengan ruang kelas pada kalimat (3.86)b yang mengalami kebcocoran. Dikatakan susbtitusi frasa karena satuan yang digantikan merupakan frasa. Dengan adanya susbtitusi tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua kalimat tersebut memiliki kekohesifan. Data 4, penulis menemukan 3 penggunaan substitusi, terdiri dari 2 susbtitusi frasa, dan 1 subtsitusi verba. (4.118) a Begitu juga bus ke Jakarta sangat sedikit, penumpang pun beralih ke angkutan kereta api,

60 49 b Dalam 4 hari terakhir ini bus AKDP dan AKAP tidak masuk Terminal Depok, calon penumpang lari ke Terminal Kampung Rambutan. Pada kalimat (4.118)a terdapat kata kerja atau kata verba beralih. Kata tersebut merupakan substitusi dari kata pada kalimat sebelumnya yaitu kata lari pada kalimat (4.118)b. jika dilihat dari konteks kalimatnya, kata beralih dengan kata lari memiliki makna yang sama, berkaitan dengan perpindahannya penumpang ke angkutan lain.. Dikatakan susbtitusi verba karena satuan lingual yang digantikan dan yang menggantikan termasuk kata kerja. Data 5, penulis menemukan 4 penggunaan substitusi, terdiri dari 1 substitusi frasa, 2 substitusi verba, dan 1 substitusi nomina. (5.139)a Rumah terakhir yang menjadi korban pencurian adalah milik Handari dan Wisnu. b. Diduga pelaku yang menyatroni ketiga rumah itu adlah orang yang sama. Pada kalimat (5.139) a terdapat nomina terakhir. Kata tersebut mensusbtitusikan kata yang terdapat pada kalimat sebelumnya yaitu ketiga dalam kalimat (5.139) b. kedua kata tersebut memiliki maksud yang sama yakni rumah kosong yang disantroni maling. Rumah terakhir masih termasuk ke dalam ketiga rumah yang dimaksud sebelumnya. Oleh karena itu, kedua kata tersebut mengalami penggantian kata nomina ketiga menjadi terakhir. Data 6, penulis menemukan 3 penggunaan substitusi, terdiri dari 1 susbtitusi frasa dan 2 substitusi verba. (6.156) a Melihat korban tak sadar, pelaku mengambil barang berharga milik korban a.l telepon genggam dan sepeda motor jenis matic bernopol B 3256 CB. (6.156) b Tujuannya adalah agar korban tidak sadarkan diri sehingga pelaku bisa leluasa menggasak barang milik korban.

61 50 Pada kalimat (6.156) a terdapat kata verba, yaitu mengambil. Kata mengambil tersebut merupakan substitusi dari kata menggasak yang lebih dahulu digunakan dalam kalimat sebelumnya. Jika melihat konteks wacananya, kata mengambil dan menggasak memiliki makna yang sama, akan tetapi, kata mengambil lebih halus dibanding dengan kata menggasak. Oleh karena itu, substitusi dikatakan substitusi verba. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa dari 167 kohesi gramatikal dalam enam berita utama, terdapat 33 substitusi yang ditemukan oleh penulis. Dari keenam data yang dianalisis, substitusi banyak ditemukan pada data 2 dan data 3 yaitu terdapat 7 penggunaan substitusi dari masing-masing data. 3. Analisis Elipsis Elipsis adalah sesuatu yang tidak terucapkan dalam wacana, artinya tidak hadir dalam komunikasi, tetapi dapat dipahami. Hanya saja pada hubungan pelepasan ini unsur penggantinya itu dinyatakan dalam bentuk kosong (zero). Berdasarkan tabel penyajian data, penulis menemukan 23 penggunaan ellipsis dari enam data berita utama Monitor Depok. Data 1, penulis menemukan 4 elipsis dalam data tersebut, terdiri dari 2 elipsisi agentif, 1 elipsis lokatif, dan 1 elipsis tindakan. (1.30) a. Musibah banjir dan tanah longsor hingga kemarin masih terjadi di beberapa wilayah Kota Depok. b. Peristiwa paling terbaru adalah longsornya dapur rumah warga di Kampung Mentengan, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji. c. Peristiwa banjir dan tanah longsor paling terbaru adalah longsornya dapur rumah warga di Kampung Mentengan, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji. Pada kalimat (1.30) a terdapat frasa banjir dan tanah longsor menjadi topik dalam wacana berita utama tersebut. Namun, pada kalimat berikutnya, yaitu kalimat (1.30) b hanya tedapat kata peristiwa tanpa diikuti frasa banjir dan

62 51 tanah longsor. Padahal mengacu kepada peristiwa yang sama. Maka dalam kalimat (1.30) b adanya pelesapan atau elipsis yang merupakan subjek dalam kalimat, yaitu banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam (1.30) b terjadi pelesapan agentif. Jika dalam kalimat tidak terjadi pelesapan maka kalimat tersebut seperti pada kalimat (1.30) c. Meskipun demikian, kalimat yang tidak mengandung unsur yang lengkap tidak selalu berarti tidak kohesif. (1.32) a. Darta, salah satu pengendara motor, mengaku baru mengetahui jalan terputus ketika hendak berangkat kerja. b. Semua mutar balik, karena tertutup pohon dan tanah. Jalan juga retak, c. Semua mutar balik, karena jalan tertutup pohon dan tanah. Jalan juga retak, Pada kalimat (1.32) a terdapat kata lokatif yang menjadi unsur penunjuk tempat dalam wacana berita utama tersebut. Namun, pada kalimat berikutnya, yaitu kalimat (1.32) b tanpa diikuti kata jalan. Padahal mengacu kepada tempat yang sama. Maka dalam kalimat (1.32) b adanya pelesapan atau elipsis yang merupakan kata penunjuk tempat, yaitu jalan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam (1.32) b terjadi pelesapan lokatif. Jika dalam kalimat tidak terjadi pelesapan maka kalimat tersebut seperti pada kalimat (1.32) c. Meskipun demikian, kalimat yang tidak mengandung unsur yang lengkap tidak selalu berarti tidka kohesif. Data 2, penulis menemukan 3 elipsis dalam data tersebut, terdiri dari 2 elipsisi temporal, dan 1 elipsis instrumental. (2.63) a Jembatan juga ambruk ketika banjir pada tahun 2011 dan b Jembatan juga ambruk ketika banjir pada tahun 2011 dan tahun Pada kalimat (2.63) a terdapat penggunaan kata waktu tahun sebelum keterangan watu. Namun, pada kalimat (2.63) b hanya tedapat kata keterangan waktu saja tanpa didahului kata temporal setelah ada konjunsu

63 52 dan. Padahal mengacu kepada waktu yang sama. Maka dalam kalimat (2.63) b adanya pelesapan atau elipsis yang merupakan kata temporal dalam kalimat, yaitu tahun. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam (2.63) b terjadi pelesapan temporal. Data 3, penulis menemukan 7 elipsis dalam data tersebut, terdiri dari 5 elipsisi tagentif, 1 elipsis lokatif, 1 elipsis pasientif. (3.100) a. Sedangkan jumlah siswa ada 600 lebih. b. Sedangkan jumlah siswa SDN Duren Mekar 04 ada 600 lebih. Pada kalimat (3.100) a terdapat penggunaan nama sekolah SDN Duren Seribu 04 Namun, pada kalimat (3.100) b hanya tedapat kata siswa saja tanpa didahului kembali nama sekloan SDN Duren Seribu 04. Padahal mengacu pada siswa SDN Duren Seribu 04.. Maka dalam kalimat (3.100) b adanya pelesapan atau elipsis yang merupakan kata subjek dalam kalimat, yaitu SDN Duren Seribu 04. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam (3.100) b terjadi pelesapan agentif. Data 4, penulis menemukan 3 elipsis dalam data tersebut, terdiri dari 1 elipsisi temporal, 1 elipsis tindakan, dan 1 elipsis instrumental. ( 4.122) a Dalam 4 hari terakhir ini bus AKDP dan AKAP tidak masuk Terminal Depok, b Dalam 4 hari terakhir ini bus AKDP dan AKAP tidak masuk Terminal Depok, Pada kalimat (4.122) a terdapat penggunaan kata yang menunjukkan alat se. Namun, pada kalimat (4.122) b hanya tedapat kata AKAP saja tanpa didahului kata yang menunjukkan alat setelah ada konjungsi dan. Padahal mengacu kepada alat yang sama. Maka dalam kalimat (4.122) b adanya pelesapan atau elipsis yang merupakan kata yang menunjukkan alat dalam kalimat, yaitu bus. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam (4.122) b terjadi pelesapan instrumental.

64 53 Data 5, penulis menemukan 3 elipsis dalam data tersebut, terdiri dari 1 elipsisi lokatif, 1 elipsis pasientif, dan 1 elipsis tindakan. (5.140) a Ketiga rumah itu berlokasi di Jalan Merdeka Blok 6 No 5, No 13 dan No 14, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya. b Ketiga rumah itu berlokasi di Jalan Merdeka Blok 6 No 5, No 13 dan No 14, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya. Pada kalimat (5.140) a terdapat penggunaan kata yang menunjukkan tempat. Namun, pada kalimat (5.140) b hanya tedapat kata nomor rumah saja tanpa disertai dengan nama jalan. Padahal mengacu kepada alamat yang sama. Maka dalam kalimat (5.140) b adanya pelesapan atau elipsis yang merupakan kata yang menunjukkan tempat dalam kalimat, yaitu Jalan Merdeka. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam (5.140) b terjadi pelesapan lokatif. Data 6, penulis menemukan 4 elipsis dalam data tersebut, terdiri dari 2 elipsisi lokatif, 1 elipsis tindakan, dan 1 elipsis pasientif. (6.162) a Nahas, saat ketiga pelaku berusaha melarikan diri membawa motor curian itu, korban tiba-tiba terbangun dan berusaha melawan. b Nahas, saat ketiga pelaku berusaha melarikan diri membawa motor curian itu, korban tiba-tiba terbangun dan berusaha melawan. c Nahas, saat ketiga pelaku berusaha melarikan diri membawa motor curian itu, korban tiba-tiba terbangun dan berusaha melawan pelaku. Pada kalimat (6.162) c terdapat penggunaan kata yang menunjukka adanya kata objek pelaku. Namun, pada kalimat (6.162) a setelah kata kerja melawan tidak ada objek atau sasaran. Maka dalam kalimat (6.162) b adanya pelesapan atau elipsis yang merupakan kata yang menunjukkan objek atau sasaran, yaitu pelaku. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam (6.162) b terjadi pelesapan pasientif.

65 54 Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa dari 167 kohesi gramatikal dalam enam berita utama, terdapat 23 elipsis yang ditemukan oleh penulis. Hasil dari analisis keenam data, elipsis sering digunakan pada data 3 yaitu terdapat 7 penggunaan kohesi gramatikal elipsis. 4. Analisis Konjungsi Antarkalimat Konjungsi ini berfungsi menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Berdasarkan tabel penyajian data, penulis menemukan 15 konjungsi antarkalimat yang termasuk dalam enam berita utama Monitor Depok. Pada data 1, penulis menemukan tidak menemukan penggunaan konjungsi antarkalimat. Pada data 2, penulis menemukan 2 konjungsi dalam data tersebut, terdiri dari 1 konjungsi antarkalimat menyatakan akibat, dan konjungsi antar kalimat yang menyatakan keterkaitan. (2.66) Akibatnya, sampai kemarin warga Curug dan Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, tidak bisa menyebrang. Pada kalimat (2.66) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan sebab-akibat pada kalimat sebelumnya. Sebelum konjungsi tersebut, terdapat kalimat, Dia mengungkapkan, jembatan ini putus beberapa hari lalu ketika air Kali Angke meluap., hal ini menjelaskan bahwa kalimat tersebutmenyatakan sebab. Sehingga pada kalimat (2.70) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan akibat dari sebab tersebut. Pada data 3, penulis menemukan 6 konjungsi dalam data tersebut, terdiri dari 1 konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan, 1 konjungsi yang menyatakan perbandingan, 1 konjungsi yang menytakan sebab akibat, 1 konjungsi yang menytakan perbandingan, 2 konjungsi yang menyatakan pertentangan.

66 55 (3.103) Namun karena lantai dua belum dibangun ruangan sehingga air rembes ke cor beton yag mengakibatkan ruangan di bawahnya becek. Pada kalimat (3.103) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan pada kalimat sebelumnya. Sebelum konjungsi tersebut, terdapat kalimat, Padahal, lanjut dia, bangunan SDN Duren Seribu 04 merupakan bangunan sekolah yang cukup kokoh setelah direhab dengan konstruksi bangunan dua lantai, hal ini menjelaskan bahwa kalimat tersebut menyatakan sebab. Sehingga pada kalimat (3.103) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan. Pada data 4, penulis menemukan1 konjungsi dalam data tersebut, terdiri dari 1 konjungsi antarkalimat yanga menyatakan adanya kesammaan. (4.127) Begitu juga bus ke Jakarta sangat sedikit. Pada kalimat (4.127) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakanadanya kesesuiaian dengan kalikat sebelumnya. Pada kalimat sebelumnya menyatakan bahwa bus AKAP dan AKDP sangat sepi, begitu juga dengan bus ke Jakarta. Hal ini menjelaskan bahwa kalimat tersebut menyatakan adanya kesaamaan keaddan yang terjadi pada ketiga bus tersebut. Sehingga pada kalimat (3.170) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan persamaan. Pada data 5, penulis menemukan 3 konjungsi dalam data tersebut, terdiri dari 2 konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan, dan 1 konjungsi yang menyatakan perbandingan, (5.148) Sedangkan dari rumah kedua milik Lisa Fransiska, para pelaku membawa kabur tiga laptop, satu handphone Blackberry, satu tablet Samsung, perhiasan emas sekitar 60 gram, dan uang tunai Rp 200 ribu. Pada kalimat (5.148) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan adanya perbandingan sebelumnya. Pada kalimat sebelumnya menyatakan bahwa adanya perbandingan antara rumah Lisa dengan kedua rumah

67 56 lainnya yang disantroni oleh maling. Hal ini menjelaskan bahwa kalimat tersebut menyatakan adanya perbandingan. Sehingga pada kalimat (5.148) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan perbandingan. Pada data 6, penulis menemukan 3 konjungsi dalam data tersebut, terdiri dari 1 konjungsi antarkalimat yang menyatakan perbandingan, 1 konjungsi yang menyatakan pertentangan, dan 1 konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan. (6.172) Sebelumnya, kasus kejahatan dimana pelajar sebagai pelaku utamanya juga diungkap aparat Polsek Sukmajaya. Pada kalimat (6.172)) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan adanya penegasan adanya kesamaan kejadian yang terjadi. Pada kalimat sebelumnya menyatakan bahwa adanya kejadian penangkapan siswa karena tindak kejahatan. Hal ini menjelaskan bahwa kalimat tersebut menyatakan adanya penegasan. Sehingga pada kalimat (6.172) terdapat konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan pada kejadian yang terjadi sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa dari 167 kohesi gramatikal dalam enam berita utama, terdapat 15 konjungsi antarkalimat yang ditemukan oleh penulis. Hasil dari analisis keenam data, konjungsi antarkalimat sering digunakan pada data 3 yaitu terdapat 7 kata konjungsi antarkalimat. C. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Pembelajaran adalah suatu proses pemberian pengetahuan kepada seseorang, sedangkan bahasa adalah sarana yang penting bagi manusia untuk berkomunikasi. Selain itu, informasi juga menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh manusia, melalui media elektronik, media cetak, maupun lisan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diselengggarakan dalam rangka pengembangan pengetahuan berbahasa

68 57 Indonesia agar siswa dapat melakukan kegiatan komunikasi, serta menyampaikan maupun menerima informasi dengan baik dan benar. Tujuan belajar adalah hasil yang harus dicapai dalam proses pembelajaran karena pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk menambah pengetahuan siswa dalam memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka diperlukan media yang dapat mendukung hal tersebut. Dalam hal ini, salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah surat kabar. Surat kabar merupakan suatu media cetak yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara aktual setiap hari kepada pembaca. Dengan begitu, diperlukan suatu sarana agar pesan itu dapat disampaikan kepada pembaca. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan penanda kohesi gramatikal berupa, referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi dengan tujuan agar paragraf menjadi karangan yang utuh. Berkaitan dengan itu, berita utama Monitor Depok merupakan sumber data yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian. Berita utama ini dijadikan sebagai sumber data oleh penulis karena mengandung sejumlah penanda kohesi gramatikal yang berperan penting dalam mempermudah pemahaman siswa. Selain itu, berdasarkan tabel pemilihan data, keenam berita utama yang digunakan termasuk berita utama keras (hard news). Berdasarkan ciri-cirinya hard news memiliki nilai lebih pada sifat aktualitasnya. Berita utama yang bersifat aktual dan faktual, dapat menambah wawasan siswa dalam mengetahui informasi terbaru. Hal ini, dapat dilihat dari tabel pemilihan data berita utama Monitor Depok yang digunakan oleh penulis berikut ini : Berita Utama Keras dan Lunak Judul Berita Utama Jenis Ciri-ciri Keras Lunak Tanggal (Hard (Soft Kejadian News) News) Dapur Rumah Ambles Tidak V Tergerus Air Ciliwung tertera Tanggal Terbit Jumlah Paragraf Rabu, Paragraf Januari

69 58 Jembatan Penghubung Depok-Bogor Terputus V Ratusan Siswa Belajar di Musala SD V Depok AKAP Bus V Sehari, 3 Rumah disatroni Maling V Dikencani, Siswa SMP Tusuk Banci V Sepi tanggal kejadiannya secara tertulis Tidak tertera tanggal kejadiannya secara tertulis Tidak tertera tanggal kejadiannya secara tertulis Tidak tertera tanggal kejadiannya secara tertulis Tidak tertera tanggal kejadiannya secara tertulis Tidak tertera tanggal kejadiannya secara tertulis 2014 Kamis, paragraf Januari 2014 Jumat, paragraf Januari 2014 Sabtu, paragraf Januari 2014 Senin, 27 8 paragraf Januari 2014 Rabu, paragraf Januari 2014 Berdasarkan tabel tersebut, Monitor Depok tidak menuliskan tanggal kejadian peristiwa dalam berita. Namun, secara umum berita tersebut termasuk jenis berita utama keras karena informasi atau berita yang disajikan masih memiliki nilai lebih sifat keaktualannya dari katakata keterangan waktu yang ada dalam teks berita utama tersebut. Selain

70 59 itu, berita tersebut termasuk berita yang sangat penting dan terjadi secara tiba-tiba. Dengan demikian, hasil penelitian dapat diimplikasikan dengan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. Hal tersebut disebabkan karena di dalam kurikulum 2013 terdapat komponen-kompenen pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan kohesi gramatikal untuk mewujudkan kepaduan dan keutuhan suatu teks dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia. Adapun standar kompetensi yang digunakan pada penelitian ini adalah memahami dan menganalisis unsur kebahasaan (kohesi gramatikal) dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP kelas VIII..

71 60.

72 61

73 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kohesi gramatikal pada wacana berita utama Monitor Depok edisi Januari 2014, maka dapat disimpulkan: 1. Penggunaan kohesi gramatikal banyak ditemukan dalam berita utama harian Monitor Depok diantaranya, referensi, substitusi, elipsis, dan konjungsi. Berdasarkan enam data berita utama yang dianalisis oleh penulis, diperoleh 167 kohesi garamatikal secara keseluruhan, yang terdiri dari 96 referensi, 33 substitusi, 23 elipsis, dan 15 konjungsi antarkalimat. Dengan demikian, piranti kohesi gramatikal yang sering digunakan dalam berita utama Monitor Depok adalah referensi anafora. Hal ini disebabkan karena dalam sebuah berita biasanya penulis menggunakan banyak tuturan langsung dari si penutur sehingga, penggunaan kata acuan terhadap kata-kata pada kalimat sebelumnya sering digunakan. 2. Implikasi pembelajaran materi kohesi gramatikal dengan menjadikan berita utama Monitor Depok sebagai sumber belajar siswa sudah tepat. Analisis kohesi gramatikal dapat membantu siswa untuk memperdalam pemahaman mengenai suatu wacana. Selain itu, Siswa tidak hanya menjadikan buku pelajaran, serta hanya mengenal surat kabar nasional. Akan tetapi, siswa juga dapat menjadikan surat kabar lokal untuk dijadikan sebagai referensi pilihan atau bahan belajar siswa dalam mendapatkan informasi terkini. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka terdapat saran dan masukan kepada: 1. Guru hendaknya menggunakan koran atau media lain sebagai sumber pembelajaran pada materi kohesi gramatikal di sekolah. 60

74 61 Selain siswa mampu memahami lebih tentang kohesi gramatikal, siswa juga mampu memperoleh informasi selain dari buku pegangan siswa. 2. Peneliti lain yang ingin menganalisis hal sejenis agar lebih mendalami apa yang dimaksud dengan kohesi gramatikal dan piranti-piranti yang ada dalam kohesi gramatikal

75 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta, Darian, Regi. Global Live Book; Pengertian Berita Utama Menurut para Ahli, 2013, ( Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. (2005). Halliday dan Ruqaiyah Hasan. Cohession In English. New York: Longman Group Limited, Hartono, Bambang. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Universitas Negeri Semarang, Ishwara, Luwi, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas Media Nusantara, Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Kushartanti, dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Moelino, Anton M, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

76 Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana Mulyati. Terampil Berbahasa Indonesia;untuk Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: Prenadamedia Group Ndraha, Taliziduhu. Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bina Aksara, Putra, Masri Sareb, Teknik Menulis Berita dan Feature, Jakarta: Gramedia, Rolnicki, Tom E, dkk., Pengantar Dasar Jurnalisme, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Santoso, Sukrisno. Metode Penelitian Bahasa : Metode Agih, Teknik Dasar dan Lanjutan. metode-agih.html. Diunduh pada tanggal 28 Juli 2017 Saraswati, Rahma R, Kohesi diunduh pada Gramatikal dan Leksikal dalam sebuah Wacana 7 Februari 2015 dari Siregar, Rotua. Analisis Sarana Kohesi pada Tajuk Rencana dalam Harian Sinar Indonesia Baru. Universitas Sumatera Utara, Medan, Subuki, Makyun. Mempertimbangkan Kembali Kohesi dalam Pemahaman. Dialektika Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PBSI UIN Jakarta

77 Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, Sumarlam, dkk. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Putaka Cakra, Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo, Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Bandung Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru, Jakarta: Kalam Indonesia, Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010).

78

79 TABEL ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT A. Data 1 Judul : Dapur Rumah Ambles Tergerus Air Ciliwung ( Rabu, 22 Januari 2014) Nomor (1.1) Kalimat Jenis Piranti Kohesi Gramatikal Peristiwa terbaru adalah Referensi katafora, pronominal [-nya] Longsor [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sesudahnya. (1.2) Dapur rumah warga milik Referensi anafora demonsratif tempat, Nurhayati itu ambles kata itu merupakan demonstratif tempat yang mengacu kata tempat pada anteseden sebelumnya. (1.3) Akibat rumah[-nya]. Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (1.4) meski diri [-nya]. Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (1.5) Kami enggak tahu Referensi katafora persona 1 jamak, kata ganti kami mengacu pada anteseden kalimat sesudahnya. (1.6) yang nama[ -nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] enggan dikorankan. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (1.7) Menurut dia oranng tuanya Referensi anafora persona 3, kata ganti. dia mengacu kepada anteseden pada kalimat sebelumnya.

80 (1.8) Menurut dia orang tua [- Referensi anafora, pronominal [-nya] nya]. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (1.9) Kamar mandi yang lokasi Referensi anafora, pronominal [-nya] [-nya]. yang mengacu pada anteseden kata sebelumnya. (1.10) Banjir di kawasan Beji ini Referensi anafora demonstratif tempat yang mengacu pada kedekatan dengan penutur terhadap tempat. (1.11) Mereka kompak turun ke Referensi anafora persona 3 jamak, lokasi banjir. kata ganti mereka mengacu kepada anteseden pada kalimat sebelumnya. (1.12) sebagian rumah warga Referensi anafora persona 1 jamak, kami kata ganti kami mengacu kepada anteseden pada kalimat sebelumnya. (1.13) Ya rumah kami masih. Referensi katafora persona 1 jamak, kata ganti kami mengacu kepada anteseden pada kalimat sesudahnya. (114) Longsoran tanah[-nya]. Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (1.15) Kejadian ini baru. Referensi anafora demonstratif, kata ini mengacu kepada suatu hal yang diketahui oleh si penutur. (1.16) Diri [-nya] terpaksa Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya (1.17) namun semua [-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] sudah dibatasi. yang mengacu pada anteseden kata sebelumnya.

81 (1.18) tanah longsor kemarin Referensi masih terjadi eksofora demonstartif waktu, kata kemarin mengacu pada waktu yang dimaksid oleh penutur dan tidak terdapat dalam teks. (1.19) terendam banjir habis Referensi semalam. eksofora demonstartif waktu, kata semalam mengacu pada waktu yang dimaksud oleh penutur dan tidak terdapat dalam teks. (1.20) Hujan deras yang terjadi Referensi dini hari kemarin eksofora demonstartif waktu, kata semalam mengacu pada waktu yang dimaksud oleh penutur dan tidak terdapat dalam teks. (1.21) Tidak hanya dapur yang Referensi hanyut. hanya komparatif, pada membuktikan frasa kalimat adanya tidak tersebut kesamaan kejadian yang terjadi pada dapur dan kamar mandi si penutur. (1.22).hingga kemarin masih Referensi komparatif, frasa masih terjadi. terjadi pada kalimat tersebut membuktikan adanya kesamaan suatu kejadian. (1.23) akibat peristiwa Referensi tersebut. anafora, kata tersebut mengacu kepada anteseden dalam kalimat sebelumnya. (1.24) Peristiwa paling terbaru, Substitusi frasal yang menggantikan frasa pada klaimat sebelumnya yaitu Musibah banjir dan tanah longsor (1.25) milik Nurhayati itu Substitusi frasal yang menggantikan ambles. frasa pada kalimat sebelumnya yaitu warga di Kampung Mentengan,

82 Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji. (1.26) - karena tersapu air Substitusi frasa yang menggantikan Sungai Ciliwung. frasa pada kata dalam paragraf - tersapu arus air, pertama, yaitu Musibah banjir dan tanah longsor (1.27) Mereka. Substitusi nomina yang menggantikan nomina pada kalimat sebelumnya, yaitu lurah Kemirimuka, Ramdani,. (1.28), warga setempat. Substitusi klausal yang menggantikan klausa pada kalimat sebelumnya, yaitu Sementara di lokasi langganan banjir di Rt 02/03 Kelurahan Beji, (1.29) Semua mutar balik Substitusi verbal yang menggantikan kata verbal pada kalimat sebelumnya, yaitu Dirinya terpaksa berputar arah untuk. (1.30) Peristiwa paling terbaru Ellipsis agentif, kata yang dilesapkan adalah longsornya beberapa adalah berupa subjek pada kalimat, yaitu banjir dan tanah longsor wilayah (1.31) mengaku baru Ellipsis agentif, kata yang dilesapkan mengetahui jalan terputus adalah pelaku yaitu, dia (Darta) ketika hendak berangkat kerja. (1.32) Semua mutar balik, karena Ellipsis lokatif, kata yang dilesapkan tertutup pohon yaitu jalan. tanah. (1.33) dan berupa kata yang menunjukkan tempat Semua mutar balik, karena Ellipsis tindakan, kata yang dilesapn tertutup pohon dan berupa kata kerja pasif yaitu tertutup

83 tanah. B. Data 2 Judul : Jembatan Penghubung Depok-Bogor Terputus (Kamis, 23 Januari 2014) Nomor (2.34) Kata dan Kalimat Jenis Piranti Kohesi Gramatikal Putus [-nya] jembatan yang Referensi anafora, pronominal [-nya] dibangun. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (2.35) yang dibangun warga Referensi anafora demonstratif, kata ini sudah putus tiga kali ini mengacu kepada suatu hal yang diketahui oleh si penutur (2.36) (2.37), ulas Kasie Ekonomi Referensi eksofora demonstartif dan Pembangunan, waktu, kata kemarin mengacu pada Kelurahan Curug, Dion waktu yang dimaksud oleh penutur Wijaya, kemarin. dan tidak terdapat dalam teks Dia mengungkapkan, Referensi persona 3 tunggal (anafora), kata dia mengacu pada Dion Wijaya. (2.38), jembatan ini putus Referensi demonstratif (anafora), kata beberapa hari lalu ini mengacu pada kata jembatan alternatif pada kalimat sebelumnya. (2.39), jembatan ini putus Referensi demonstratif waktu lampau beberapa hari lalu (2.40) Akibat[-nya], sampai Referensi anafora, pronominal [-nya] mengacu pada jembatan alternatif Depok-Bogor putus akibat diterjang banjir. (2.41) Padahal jembatan itu Referensi demonstratif tempat

84 merupakan (anafora), kata itu mengacu kepada jembatan alternatif. (2.42) Jembatan itu merupakan Referensi jembatan sementara demonstratif (anafora), kata itu tempat mengacu pada kalimat sebelumnyan yaitu, jembatan alternatif. (2.43), putus[-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] jembatan yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (2.44), jembatan ini, Referensi demonstratif (anafora), kata mematikan akses ini mengacu pada kata jembatan alternatif pada kalimat sebelumnya. (2.45) Referensi anafora, pronominal [-nya] Dion sudah melaporkan putus[-nya] (2.46) sebelumnya. diterjang air pada tahun Referensi demonstratif waktu lampau 2013 silam. (2.47) yang mengacu pada tahun Dia berharap pemerintah Referensi persona 3 tunggal (anafora), (2.48) yang mengacu pada anteseden kalimat kata dia mengacu kepada Dion. berharap pemerintah Referensi anafora, pronominal [-nya] merespon[-nya].. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (2.49) Putus[-nya] jembatan Referensi anafora, pronominal [-nya] alternatif yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya.pada kalimat sebelumnya. (2.50) Dituturkan[-nya], Referensi anafora, pronominal [-nya] masyarakat kesulitan yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (2.51) terpaksa jalan[-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat

85 sebelumnya. (2.52) jalannya wilayah memutar ke Referensi anafora, pronominal [-nya] Parung-Kabupaten yang mengacu pada anteseden kalimat Bogor yang jarak-[-nya] (2.53) jaraknya sebelumnya. puluhan Referensi anafora, pronominal [-nya] kilometer, ungkap[-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (2.54) Dia berharap Pemkot Referensi anafora persona 3, kata Depok. ganti dia mengacu kepada anteseden pada kalimat sebelumnya (2.55) Runtuh[-nya] jalan Referensi katafora, pronominal [-nya] permanen yang mengacu pada anteseden kalimat sesudahnya. (2.56) Jembatan juga ambruk. Substitusi, kata putus pada kalimat sebelumnya diganti dengan kata ambruk pada kalimat berikutnya (2.57) penggerak roda ekonomi Substitusi frasal, frasa warga Curug setempat. dan warga Dese Curug, Kecamatan Gunung Sindur pada kalimat sebelumnya disubstitusikan menjadi kata setempat. (2.58).sudah runtuh diterjang Substitusi, kata ambruk pada kalimat air sebelumnya disubstitusikan dengan kata runtuh pada kalimat berikutnya. (2.59).tidak bisa melintas ke Substitusi verbal, kata tidak bisa wilayah melintas menstubstitusikan kata kerja mematikan akses pada kalimat sebelumnya. (2.60) jalan pemanen yang Substitsi putus sangat vital permanen nominal, kata jalan menggantikan kata

86 jembatan alternatif yang digunakan pada kalimat sebelumnya. (2.61) karena kerap Kali Substitusi, kata runtuh pada kalimat Angke rawan ambrol sebelumnya digantikan dengan kata ambrol. (2.62).ketika banjir pada tahun Elipsis temporal, kata tahun yang 2011 dan merupakan kata temporal dilesapkan dalam kalimat tersebut. (2.63) tahun 2011, 2013, Elipsis temporal, kata tahun yang dan Januari 2014, merupakan kata temporal dilesapkan dalam kalimat tersebut (2.64). Bisa melintas di kolong Elipsis instrumental, kata permanen jalan tersebut, yang merupakan kata alat dilesapkan dalam kalimat tersebut. (2.65)., demikian Saefudin. Substitusi, kata demikian menggantikan kata ungkapnya. (2.66) Akibatnya, sampai kemarin Konjungsi antarkalimat, warga Curug. akibat menyatakan yang dari kalimat antarkalimat, yang sebelumnya. (2.67) Pun sebaliknya dengan Konjungsi warga Desa Gunung Sindur menyatakan.. C. adanya keterkaitannya dengan kalimat sebelumnya. Data 3 Judul : Ratusan Siswa SD Belajar di Musala (Jumat, 24 Januari 2014) Nomor (3.68) Kalimat Jenis Piranti Kohesi Gramatikal Lantaran ruang kelas[-nya] Referensi katafora, pronominal [-nya] bocor, ratusan siswa mengacu kepada anteseden pada kata berikutnya.

87 (3.69)., kebocoran ini sudah Referensi anafora demonstratif, kata berlangsung lama. ini mengacu kepada suatu hal yang diketahui oleh si penutur. (3.70). Pasca ruang tersebut Referensi dibangun tahun anafora, kata tersebut mengacu kepada anteseden dalam kalimat sebelumnya (3.71) kata Daud, kepada Referensi Monde, kemarin. eksofora demonstartif waktu, kata kemarin mengacu pada waktu yang dimaksid oleh penutur dan tidak terdapat dalam teks (3.72) Terlebih kata intensitas hujan dia, Referensi anafora persona 3, kata ganti dia mengacu kepada anteseden pada kalimat sebelumnya (3.73) menetes hingga lantai[- Referensi anafora, pronominal [-nya] nya]. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (3.74) ungkap[-nya]. Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (3.75), dampak kebocoran ini Referensi anafora demonstratif, kata membuat aktivitas. ini mengacu kepada suatu hal yang diketahui oleh si penutur. (3.76). Memindahkan aktivitas Referensi anafora demonstratif, kata itu ke perpustakaan. (3.77) musala dan itu mengacu kepada suatu hal dalam kata sebelumnya. Dia berharap dinas terkait Referensi anafora persona 3, kata. ganti dia mengacu kepada anteseden pada kalimat sebelumnya. (3.78) bangunan sekolah[-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] bocor. yang mengacu pada anteseden kalimat

88 sebelumnya. (3.79) Diakui[-nya], kondisi Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (3.80) kondisi ini membuat Referensi anafora demonstratif, kata tidak nyaman ini mengacu kepada suatu hal yang diketahui oleh si penutur. (3.81).ujar[-nya]. Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (3.82) Padahal, bangunan lanjut SDN dia, Referensi anafora persona 3, kata Duren ganti dia mengacu kepada anteseden Seribu 04 (3.83) pada kalimat sebelumnya. ruangan di bawah[-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] becek, yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya (3.84).mengalami hal serupa. Referensi komparatif, kata serupa pada kalimat tersebut membuktikan adanya kesamaan kejadian yang terjadi.. (3.85) tempat para menuntut ilmu. siswa Substitusi frasa, frasa menuntut imu pada kalimat tersebut menggantikan frasa kegiatan belajar pada kalimat sebelumnya. (3.86) Kebocoran ruang belajar Substitusi frasa, frasa ruang belajar tersebut. pada kalimat tersebut menggantikan frasa ruang kelas pada kalimat sebelumnya. (3.87)., ungkapnya. Subtsitusi ungkapnya verbal, kata kerja menggantikan kata

89 bebernya yang terdapat pada kalimat sebelumnya. (3.88).kegiatan belajar Substitusi frasa, frasa kegiatan belajar mengajar. mengajar pada kalimat tersebut menggantikan frasa aktivitas belajar mengajar yang terdapat pada kalimat sebelumnya. (3.89) kelas yang bocor di Subtsitusi SDN verbal, menggantikan kata kata bocor menetes yang terdapat pada kalimat sebelumnya. (3.90) konstruksi bangunan dua Substitusi frasa, frasa bangunan dua lantai. lantai menggantikan frasa bangunan sekolah pada kata sebelumnya. (3.91), dijadikan tempat para Ellipsis agentif, kata SDN Duren siswa menuntut ilmu Mekar 04 yang berperan sebagai pelaku dilesapkan pada kalimat tersebut. (3.92) Menurut Daud, guru SD Substitusi setempat, kebocoran ini frasa, kata setempat menggantikan frasa nomina tempat yang terdapat pada kalimat sebelumnya (3.93).sehingga ruang siswa Elipsis agentif, kata SDN Duren menjadi becek. Mekar 04 yang berperan sebagai pelaku dilesapkan pada kalimat tersebut. (3.94) Enam ruang belajar dan Elipsis lokatif, kata ruang yang satu merupakan ruangan menunjukkan tempat dilesapkan pada kepala sekolah. (3.95) kalimat tersebut. Sedangkan siswa ada Elipsis agentif, kata SDN Duren 600 lebih, Mekar 04 yang berperan sebagai

90 pelaku dilesapkan pada kalimat tersebut. (3.96) Karenanya, pihak sekolah Elipsis agentif, kata SDN Duren memindahkan aktivitas Mekar 04 yang berperan sebagai pelaku " dilesapkan pada kalimat pasientif, kata belajar yang digunakan tersebut (3.97) memindahkan itu ke aktivitas Elipsis musala dan mengajar pada kalimat sebelumnya dilesapkan pada perpustakaan. kalimat tersebut. (3.98).sehingga para siswa Elipsis agentif, kata SDN Duren dapat belajar dengan Mekar 04 yang berperan sebagai pelaku nyaman. dilesapkan pada kalimat tersebut (3.99) Selain di musala, Konjungsi antarkalimat, menyatakan perpustakaan adanya penambahan dari kalimat yang dijelaskan sebelumnya. (3.100) Sedangkan jumlah siswa Konjungsi ada 600 menyatakan ketidaksesuian antarkalimat yang adanya suatu atau perbandingan dengan kalimat sebelumnya. (3.101) Karenanya, pihak sekolah Konjungsi antarkalimat yang memeindahkan sebab-akibat dengan menyatakan adanya keterkaitan pada kalimat dia, Konjungsi antarkalimat yang Duren menyatakan adanya suatu sebelumnya. (3.102) Padahal, bangunan Seribu. lanjut SDN ketidaksesuian atau perbandingan dengan kalimat sebelumnya. (3.103) Namun karena lantai dua Konjungsi antarkalimat yang

91 belum dibangun menyatakan pertentangan dengan keadaan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. (3.104) Tapi kami sudah laporkan Konjungsi antarkalimat yang ke dinas terkait pertentangan dengan menyatakan keadaan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. D. Data 4 Judul : Jalur Pantura kebanjiran, Depok sepi bus AKAP Nomor (4.105) Kalimat Jenis Piranti Kohesi Gramatikal.ke dalam terminal yang Referensi anafora demonsratif tempat, berlokasi di Jalan Margonda kata Raya itu. itu merupakan demonstratif tempat yang mengacu kata tempat pada anteseden sebelumnya (4.106)., kata Reynold yang Referensi anafora, pronominal [-nya] ditemui Monde dikantor[- yang mengacu pada anteseden kalimat nya] (4.107) sebelumnya... yang ditemui Monde Referensi dikantornya, kemarin. eksofora demonstartif waktu, kata kemarin mengacu pada waktu yang dimaksid oleh penutur dan tidak terdapat dalam teks. (4.108) Menurut[-nya], bus AKAP Referensi anafora, pronominal [-nya] trayek Depok-Kuningan yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (4.109). sudah mengurangi Referensi anafora, pronominal [-nya] aramada[-nya]. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (4.110) Sampai hari kelima ini, Referensi anafora demonstratif tempat

92 yang mengacu pada kedekatan dengan penutur terhadap tempat (4.111) Selain sepi[-nya] armada Referensi katafora, pronominal [-nya] AKDP dan AKAP, yang mengacu pada anteseden kalimat sesudahnya. (4.112) Kondisi tersebut Referensi disebabkan anafora, kata tersebut mengacu kepada anteseden dalam kalimat sebelumnya. (4.113) Sepi[-nya] halaman Referensi katafora, pronominal [-nya] terminal, yang mengacu pada anteseden kalimat sesudahnya. (4.114) Ramai[-nya] angkot yang Referensi katafora, pronominal [-nya] masuk terminal yang mengacu pada anteseden kalimat sesudahnya. (4.115)., kata[-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (4.116) Hal yang sama turut Referensi komparatif, kata sama pada dilakukan kalimat tersebut mengacu kepada tindakan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. (4.117) terminal yang berlokasi Substitusi frasa, terminal yang di Jalan Margonda Raya berlokasi di Jalan Margonda Raya menggantikan frasa yang digunakan pada kalimat sebelumnya. (4.118) penumpang pun beralih Substitusi ke anagkutan kereta api verba, menggantikan kata kata lari beralih yang digunakan pada kalimat sebelumnya. (4.119) wilayah ibu kota yang Substitusi frasa, frasa tergenang air masih tergenang air. menggantikan kata yang banjir yang

93 digunakan pada kalimat sebelumnya. (4.120) terjadi hanya pada pagi Elipsis temporal, kata hari yang dan sore hari menunjukkan kata temporal pada kalimat ini mengalami pelesapan. (4.121) melanda Jalur Pantai Elipsis tindakan, Utara (Pantura) dan DKI merupakan Jakarta mengakibatkan kata kata melanda tindakan yang mengalami pelesapan dalam kalimat tersebut. (4.122) Empat hari bus AKDP dan Elipsis instrumental, kata bus yang AKAP tidak masuk. merupakan alat, dalam kalimat tersebut mengelami pelesapan. (4.123) Begitu juga bus ke Jakarta Konjungsi antarkalimat, sangat sedikit. E. Data 5 Judul : Sehari, 3 Rumah disatroni Maling (Edisi Senin, 27 Januari 2014) Nomor (5.124) Kalimat Jenis Piranti Kohesi Gramatikal.ditinggal pemilik[-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] berpergian yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (5.125) Ketiga rumah itu berlokasi Referensi anafora demonsratif tempat, di Jalan Merdeka. kata itu merupakan demonstratif tempat yang mengacu kata tempat pada anteseden sebelumnya (5.126) menyantroni rumah itu adalah. ketiga Referensi anafora demonsratif tempat, kata itu merupakan demonstratif tempat yang mengacu kata tempat pada anteseden sebelumnya.

94 (5.127) Namun di rumah itu Referensi anafora demonsratif tempat, kata itu merupakan demonstratif tempat yang mengacu kata tempat pada anteseden sebelumnya. (5.128) pelaku tidak berhasil Referensi anafora, pronominal [-nya] melakukan aksi[-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (5.129) Kasus tersebut masih Referensi didalami oleh anggota anafora, kata tersebut mengacu kepada anteseden dalam kalimat sebelumnya. (5.130) masih didalami oleh Referensi katafora persona 1 jamak, anggota kami dan Polsek kata ganti kami Sukmajaya mengacu kepada dengan anteseden pada kalimat sesudahnya. melakukan olah TKP (5.131) perihal aksi pencurian di Referensi anafora demonsratif tempat, tiga rumah itu. kata itu merupakan demonstratif tempat yang mengacu kata tempat pada anteseden sebelumnya. (5.132) Dia hanya menyampaikan Referensi persona 3 tunggal (anafora), bahwa kata dia mengacu kepada Kompol Agus Widodo. (5.133) menyampaikan bahwa Referensi anafora, pronominal [-nya] pihak[-nya] masih yang mengacu pada anteseden kalimat melakukan (5.134) saat sebelumnya. dikonfirmasi Referensi wartawan, kemarin. eksofora demonstartif waktu, kata kemarin mengacu pada waktu yang dimaksid oleh penutur dan tidak terdapat dalam teks (5.135). ketiga rumah itu adalah Referensi komparatif, kata sama pada orang yang sama. kalimat tersebut mengacu kepada

95 pelaku. (5.136) sebanyak tiga rumah di Substitusi frasa, kawasan Sukmajaya yang Sukmajaya pada ditinggal pemiliknya di kawasan kalimat tersebut menggatikan frasa Kota Depok yang terdapat pada kalimat sebelumnya. (5.137) pelaku menggondol satu Substitusi verba, kata menggondol unit Play Station Portable pada kalimat tersebut menggantikan (PSP). kata menggasak pada kalimat sebelumnya. (5.138) para pelaku berhasil Substitusi verba, kata membawa kabur membawa kabur tiga laptop pada kalimat tersebut menggantikan. kata menggondol pada kalimat sebelumnya. (5.139) Rumah terakhir menjadi yang Substitusi nomina, kata terakhir pada korban kalimat tersebut menggantikan kata pencurian. (5.140) ketiga dalam kalimat sebelumnya..rumah itu berlokasi di Elipsis lokatif, Jalan Merdeka yang Jalan Merdeka Blok 6 No 5, merupakan No 13, dan No 14 kata penunjuk tempat mengalami pelesapan dalam kalimat tersebut. (5.141) karena sang pemilik Elipsis pasientif, kata Hamdari dan rumah ternyata berada di Wisnu merupakan nominan dilesapkan dalam kalimat tersebut. dalam rumah (5.142) yang.dan meminta Elipsis tindakan, kata pencurian yang keterangan para korban merupakan kata tindakan mengalami pelesapan pada kalimat tersebut. (5.143) Namun, ketika mereka beraksi ketiga.. di gagal Konjungsi antarkalimat, kata namun rumah yang menyatakan pertentangan dengan keadaan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya.

96 (5.144) Sedangkan, dari rumah Konjungsi antarkalimat, kata kedua milik Lisa Fransisca sedangkan yang menyatakan adanya perbandingan dengan keadaan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. (5.145) Namun di rumah itu para Konjungsi antarkalimat, kata namun pelaku yang menyatakan pertentangan dengan keadaan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. F. Data 6 Judul Nomor (6.146) : Dikencani, siswa SMP tusuk banci ( Rabu, 29 Januari 2017) Kalimat Sedangkan Jenis Piranti Kohesi Gramatikal korban[-nya] Referensi katafora, pronominal [-nya] adalah seorang waria. yang mengacu pada anteseden kalimat sesudahnya. (6.147) Diceritakan dia, dalam Referensi persona 3 tunggal (anafora), menjalankan. kata dia mengacu kepada Kompol Bambang Irianto. (6.148) menjalankan aksi Referensi anafora, pronominal [-nya] kriminal[-nya],. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya (6.149) GSK ditemani dua rekan[- Referensi katafora, pronominal [-nya ] nya] yakni. mengacu kepada anteseden yang mengikutinya. (6.150) Ketiga[-nya] saat itu Referensi anafora, pronominal [-nya] mengunjungi salon. yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya (6.151) Upaya itu pun berhasil. Referensi anafora demonsratif tempat, kata itu merupakan demonstratif tempat yang mengacu kata tempat

97 pada anteseden sebelumnya. (6.152) karena luka[-nya] Referensi anafora, pronominal [-nya] cukup serius yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (6.153) Hasil[-nya] untuk jajan Referensi anafora, pronominal [-nya] yang mengacu pada anteseden kalimat sebelumnya. (6.154) kami mendapatkan Referensi anafora persona 1 jamak, bayaran sekitar kata ganti kami mengacu kepada anteseden pada kalimat sebelumnya. (6.155) kepada pelaku setelah Susbtistusi frasa, frasa berhubungan berhubungan badan, badan pada kalimat tersebut menggantikan frasa hubungan seks pada kalimat sebelumnya. (6.156). Pelaku barang mengambil Substitusi verba, kata mengambil pada berharga korban milik kalimat tersebut menggantikan kata verba menggasak yang terdapat dalam kalimat sebelumnya. (6.157).. karena kedapatan Substitusi verba, kata mejual pada menjual ganja. kalimat tersebut menggantikan kata verba kejahatan yang terdapat dalam kalimat sebelumnya. (6.158), itu adalah prostitusi Elipsis tindakan, kata kasus yang dan pencurian kendaraan merupakan suatu tindak kejahatan pada kalimat tersebut dilesapkan. bermotor (6.159).melakukan hubungan Substitusi nomina, SU seorang waria seks dengan korban. pada kalimat tersebut digantikan menjadi kata korban. (6.160) Ketiganya mengunjungi saat itu Substitusi nomina, kata ketiganya salon milik pada kalimat tersebut menggantikan

98 korban nama-nama pelaku yang telah sebutkan pada kalimat sebelumnya. (6.161) Salah satu dari mereka Referensi persona 3 jamak, kata yakni GSK, mereka mengacu kepada anteseden sebelumnya yakni pelaku kejatan. (6.162) korban tebangun tiba-tiba Elipsis pasientif, kata yang dilesapkan dan berusaha pada kalimat tersebut adalah kata yang melawan (6.163) menunjukkan sasaran yaitu pelaku. Kalau bermain dengan Elipsis agentif, kata yang dilesapkan korba, kami mendapatkan pada kalimat tersebut berupa pelaku atau subjek yakni kami. (6.164) Hasilnya Elipsis agentif, kata yang dilesapkan untuk pada kalimat tersebut berupa pelaku jajan,.. atau subjek yakni kami. (6.165) Sedangkan korbannya Konjungsi adalah seorang waria, antarkalimat, kata sedangkan yang menyatakan adanya perbandingan dengan keadaan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. (6.166) Namun, para pelaku Konjungsi antarkalimat, kata namun sebelumnya. yang menyatakan pertentangan dengan keadaan yang dijelaskan pada kalimat sebelumnya. (6.167) Sebelumnya, kasus Konjungsi kejahatan dimana pelajar sebelumnya yang antarkalimat, menegaskan serupa sebelumnya. dengan konjungsi kejadian kejadian

99 Lampiran Wacana Berita Utama Monitor Depok Data 1: Dapur Rumah Ambles Tergerus Air Ciliwung ( Rabu, 22 Januari 2014) Musibah banjir dan tanah longsor hingga kemarin masih terjadi di beberapa wilayah Kota Depok. Peristiwa paling terbaru adalah longsornya dapur rumah warga di Kampung Mentengan, Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji. Dapur rumah warga milik Nurhayati itu ambles karena tersapu air Sungai Ciliwung.Berdasarkan di pos ketinggian air Jembatan Panus, permukaan air sudah menyentuh angka 300 sentimeter (siaga 3). Akibat dapur rumahnya tersapu arus air, Nurhayati tidak bisa memasak makanan meski dirinya sempat menyelamatkan semua barang miliknya ke halaman depan. Kami enggak tahu kapan dapur rumah kami yang hanyut akan diperbaiki karena kondisi air Sungai Ciliwung masih tinggi, jelas seorang anak Nurhayati yang namanya enggan dikorankan. Menurut dia orang tuanya mengalami kerugian senilai belasan juta rupiah akibat peristiwa tersebut. Tidak hanya dapur yang hanyut terbawa arus Sungai Ciliwung kamar mandi yang lokasinya sekitar lima meter dari bibir Sungai Ciliwung juga terendam air Ciliwung, katanya.3 Banjir di kawasan Beji ini mendapatkan perhatian dari Lurah Kemirimuka, Ramdani, Danramil 02/Beji, Kapten (Inf) Kasim, Babin- Kamtibnas, Babinsa. Mereka kompak turun ke lokasi banjir. Alhamdulillah hanya sebagian rumah warga kami yang terendam namun semuanya sudah dibatasi dengan persiapan sehingga tidak menimbulkan korban jiwa, simpul Lurah Kemirimuka, Ramdani. Sementara di lokasi langganan banjir di Rt 02/03 Kelurahan Beji, masih terendam banjir dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter. Ya rumah kami masih terendam banjir habis semalam hujan turun dengan deras sekali, timpa Mariyam, warga setempat. Hujan deras yang terjadi dini hari kemarin juga mengakibatkan tebing di Jalan Flamboyan RT 03/07, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas, longsor.

100 Longsoran tanahnya bahkan sampai menutupi jalan setapak yang biasa digunakan warga. Kejadian ini baru diketahui warga sekitar pukul karena lokasi longsor adalah kawasan bukit seluas satu hectare dengan ketinggian lebih dari 10 meter, Darta, salah satu pengendara motor, mengaku baru mengetahui jalan terputus ketika hendak berangkat kerja. Dirinya terpaksa berputar arah untuk menuju ke Jalan Margonda. Semua mutar balik, karena tertutup pohon dan tanah. Jalan juga retak, cerita Darta. (fx) Data 2 : Jembatan Penghubung Depok-Bogor Terputus (Kamis, 23 Januari 2014) Jembatan alternatif yang menghubungkan Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari dengan Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, Bogor, putus akibat diterjang banjir. Putusnya jembatan yang dibangun warga dan anggota Koramil Sawangan, bukan kali pertama terjadi. Jembatan juga ambruk ketika banjir pada tahun 2011 dan Jembatan alternatif panjang 25 meter, lebar satu meter yang dibangun warga ini sudah putus tiga kali, tahun 2011, 2013 dan Januari 2014, ulas Kasie Ekonomi dan Pembangunan, Kelurahan Curug, Dion Wijaya, kemarin. Dia mengungkapkan, jembatan ini putus beberapa hari lalu ketika air Kali Angke meluap. Akibatnya, sampai kemarin warga Curug dan Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, tidak bisa menyebrang. Padahal jembatan itu merupakan salah satu penggerak roda ekonomi warga setempat. Jembatan itu merupakan jembatan sementara, karena jalan yang dibangun Pemkot Depok sudah runtuh diterjang air pada 2013 silam, terang Dion. Kata Dion, selain mengganggu aktivitas, putusnya jembatan ini mematikan akses warga Curug yang hendak ke pemakaman. Pun sebaliknya dengan warga Desa Gunung Sindur tidak bisa melintas ke wilayah Kelurahan Curug, Depok. Dion sudah melaporkan putusnya jembatan itu ke dinas terkait. Dia berharap pemerintah meresponsnya mengingat akses jalan permanenyang putus sangat vital bagi masyarakat.

101 Putusnya jembatan alternatif ini juga dikeluhkan pengurus LPM Curug, Saefudin. Dituturkannya, masyarakat kesulitan menuju pemakaman. Beberapa hari lalu ada warga yang meninggal dan untuk menuju pemakaman terpaksa jalannya memutar ke wilayah Parung-Kabupaten Bogor yang jaraknya puluhan kilometer, ungkapnya. Dia berharap Pemkot Dopok segera memperbaiki jalan penghubung yang telah runtuh dengan konstruksi yanglebih baik, sehingga jalan penghubung itu tidak ambruk terbawa air. Runtuhnya jalan permanent yang dibangun Pemkot Depok itu karena perencanaan kurang matang, seharusnya karena turap Kali Angke rawan ambrol, Pemkot Depok membuat konstruksi jalan, tetapi konstruksi jembatan sehingga saat terjadi banjir air bisa melintas di kolong jalan tersebut, demikian Saefudin. (sud) Data 3: Ratusan Siswa SD Belajar di Musala (Jumat, 24 Januari 2014) Lantaran ruang kelasnya bocor, ratusan siswa SDN Duren Seribu 04, Kecamatan Bojongsari, terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di musala. Informasi yang dihimpun Monde menyebutkan, KBM di musala sduah berlangsung selama satu pekan. Selain di musala, perpustakaan juga dijadikan tempat para siswa menuntut ilmu. Menurut Daud, guru SD setempat, kebocoran ini sudah berlangsung lama pasca ruang kelas tersebut dibnagun tahun Kebocoran ruang belajar diketahui saat turun hujan, kata Daud, kepada Monde, kemarin. Daud memaparkan, ruangan kepala sekolah juga mengalami hal serupa. Terlebih, kata dia, intensitas hujan satu pekan terkahir cukup tinggi sehingga ruag belajar siswa menjadi becek. Hujan membuat ruangan belajar membuat ruangan belajar tidak pernah kering karena air dari atas selalu menetes hingga lantainya jadi becek, bebernya. Lebih lanjut dikatakan Daud, jumlah ruangan kelas yang bocor di SDN Duren Seribu 04 sebanyak enam lokal. Jumlah ruangan yang bocor ada tujuh dari 16 lokal. Enam ruangan belajar dan satu merupakan ruangan kepala sekolah. Sedangkan jumlah siswa ada 600 lebih, ungkapnya.

102 Kata Daud, dampak kebocoran ini membuat aktivitas belajar-mengajar terganggu. Karenanya, pihak sekolah memindahkan aktivitas itu ke musala dan perpustakaan. Dia berharap dinas terkait segera memperbaiki bangunan ruangan kelas dan ruangan kepala sekolah yang bocor, sehingga para siswa kembali belajar dengan nyaman. Dihubungi terpisah, Kepala SDN Duren Seribu 04, Lahmudin, membenarkan adanya bangunan sekolahnya bocor. Diakuinya, kondisi ini membuat tidak nyaman kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini terjadi sudah cukup lama, bahkan sudah pernah disusulkan oleh kepala sekolah sebelumnya, namun perbaikan belum juga dilakukan, ujarnya. Padahal, lanjut dia, bangunan SDN Duren Seribu 04 merupakan bangunan sekolah yang cukup kokoh setelah direhab dengan konstruksi bangunan dua lantai. Namun karena lantai dua belum dibangun ruangan sehingga air rembes ke cor beton yag mengakibatkan ruangan di bawahnya becek. Tapi kami sudah laporkan ke dinas terkait untuk diperbaiki, urai Lahmudin. (sud) Data 4: Jalur Pantura kebanjiran, Depok sepi bus AKAP Banjir yang melanda Jalur Pantai Utara (Pantura) dan DKI Jakarta mengakibatakan bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) di Terminal Terpadu Depok sepi. Empat hari bus AKDP dan AKAP tidak masuk ke dalam terminal yang berlokasi di Jalan Margonda Raya itu. Dalam 4 hari terakhir ini bus AKDP dan AKAP tidak masuk Terminal Depok, calon penumpang lari ke Terminal Kampung Rambutan. Begitu juga bus ke Jakarta sangat sedikit, penumpang pun beralih ke angkutan kereta api, kata Reynold yang ditemui Monde di kantornya, kemarin. Menurutnya, bus AKAP trayek Depok-Kuningan yang dilayani 3 unit PO Luragung dalam 4 hari terakhir ini belum ada yang memasuki terminal. Disusul PO Dewi Sri yang melayani rute Depok-Pekalongan juga belum ada yang masuk Terminal Terpadu Depok.

103 Kemudian untuk AKDP, PO MGI yang melayani jalur Depok-Bandung juga sudah mengurangi armadanya. hal yang sama turut dilakukan PO Budiman untuk Depok-Tasikmalaya-Pangandaran, karena banjir melanda Wilayah Pangandaran. Sampai hari kelima ini, baru satu unit bus PO Luragung yang masuk terminal pada Jumat pagi tadi. Itu pun setelah adanya pengalihan rute dari Pantura ke jalur selatan melalui Jalan Tol Sadang, beber Reynold. Selain sepinya armada AKDP dan AKAP, tambah Reynold, angkutan bus ke Jakarta juga mengalami pengurangan. Kondisi tersebut disebabkan adanya beberapa wlayah ibu kota yang masih tergenang air. Calon penumpang tujuan Jakarta umunya beralih menggunakan angkutan kereta api dari Stasiun Depok dan Starsiun Depok Baru atau stasiun lainya di Koata Depok, urai Reynold. Sepinya halaman terminal, lanjutnya, juga diikuti berkurangnya angkutan kota (angkot) yang melayani trayek dalam Kota Depok. Kondisi tersebutdisebabkan banyaknya angkot yang tidak beroperasi karena hujan dan sepinya penumpang. Saat siang hari, angkot yang masuk terminal juga berkurang. Ramainya angkot yang masuk terminal terjadi hanya pada pagi dan sore hari di saat jam sibuk. Banyak angkot yang tidak beroperasi di siang hari karena hujan dan penumpang sepi, katanya. (ash) Data 5 : Sehari, 3 Rumah disatroni Maling (Edisi Senin, 27 Januari 2014) Aksi pencurian rumah kosong (rumsong) di Kota Depok semakin meresahkan. Sabtu, 25/1, sebnayak tiga rumah di kawasan Sukmajaya yang tinggal pemiliknya berpergian disatroni maling. Ketiga rumah itu berlokasi di Jalan Merdeka Blok 6 No 5, No 13 dan No 14, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya. Diduga pelaku yang menyatroni ketiga rumah itu adlah orang yang sama. Namun, mereka gagal ketikaberaksi di rumah ketiga. Para pelaku hanya berhasil menggasak barang berharga milik korban d rumah pertama dan kedua. Dari rumah pertama yang diketahui milik Suyono, pelaku menggondol satu unit Play Station Portabel (PSP).

104 Sedangkan dari rumah kedua milik Lisa Fransiska, para pelaku - membawa kabur tiga laptop, satu handphone Blackberry, satu tablet Samsung, perhiasan emas sekitar 60 gram, dan uang tunai Rp 200 ribu. Rumah terakhir yang menjadi korban pencurian adalah milik Handari dan Wisnu. Namun di rumah itu para pelaku tidak berhasil melakukan aksinya karena sang pemilik rumah ternyata berada di dalam rumah. Ya, ada aksi pencurian di rumah kosong di Sukmajaya. Kasus tersebut masih didalami oleh anggota kami dan Polsek Sukmajaya dengan melakukan olah TKP dan meminta keterangan para korban, terang Kapolres Depok, Kombes Achmad Kartiko, saat dikonfirmasi wartawan, kemarin. Terpisah, Kapolsek Sukmajaya, Kompol Agus Widodo, belum bisa berkomentar lebih jauh perihal aksi pencurian di tiga rumah itu. Dia hanya menyampaikan bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan. Data 6 : Dikencani, siswa SMP tusuk banci (Edisi Rabu, 29 Januari 2014) Aparat kepolisisan kembali menangkap seorang pelajara di Kota Depok yang diduga menjadi pelaku kejahatan. Kali ini, kasus ynag menjerat pelajar SMP berinisial GSK (15 tahun), itu adalah prostitusi dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Sedangkan korbannya adalah seorang waria, SU (41 tahun). Peristiwa penusukan yang dilakukan pelajara SMP itu pada hari Selasa 28/1 dini hari, sekitar pukul 03.00, korbannya adalah waria, tutur Kapolsek Cimanggis, Kompol Bambang Irianto, Kepada Monde, kemarin. Diceritakan dia, dalam menjalankan aksi kriminalnya, pelaku tidak sendirian. GSK ditemani dua rekannya yakni PPU (17 tahun) dan BS (32 tahun). Ketiganya saat itu mengunjungi salon milik korabn di RT 02/05 Kelurahan Cilangkap, Kecamatan Tapos. Salah satu dari mereka yakni GSK, ternyata melakukan hubungan seks dengan korban. (10) Korban mengiming-imingi uang Rp 50 ribu kepada pelaku setelah berhubungan badan, jelas Kompol Bambang. Namun, para pelaku sebelumnya mencekoki korban dengan minuman keras. Tujuannya adalah agar korban tidak sadarkan diri sehingga pelaku bisa leluasa menggasak barang milik korban.

105 Upaya itu pun berhasil. Korban tak sadarkan diri setelah selesai berhubungan badan dengan salah satu pelaku. Melihat korban tak sadar, pelaku mengambil barang berharga milik korban a.l telepon genggam dan sepeda motor jenis matic bernopol B 3256 CB. Nahas, saat ketiga pelaku berusaha melarikan diri membawa motor curian itu, korban tiba-tiba terbangun dan berusaha melawan. Tanpa rasa iba, pelaku langsung menusuk kuping korban dengan gunting. Korban berteriak dan warga setempat langsung terjaga. Ketiga pelaku yang hendak melarikan diri itu akhirnya berhasil ditangkap warga. Saat ini korban masih mendapatkan perawatan di salah satu rumah sakit di Jalan Raya Bogor karena lukanya cukup serius, terang Kompol Bambang. Sementara salah satu pelaku mengaku sudah kenal dengan korban sejak lama. Kalau bermain dengan korabn, kami mendapatkan bayaran sekitar Rp 50 ribu. Hasilnya untuk jajan, timpal pelaku lainnya yang masih duduk di bangku SMK. Sebelumnya, kasus kejahatan dimana pelajar sebagai pelaku utamanya juga diungkap aparat Polsek Sukmajaya. Berinisial ERS (16 tahun), pelajar SMK di Cilodong ini harus mendekam di ruang tahanan Polsek Sukmajaya karean kedapatan menjual ganja. ERS diciduk polisi di Gang KUD, kawasan Jalan Raya Bogor, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Minggu, 26/1.

106 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Satuan Pendidikan : MTs AL-INAAYAH BOGOR Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA Kelas/Semester : VIII / 2 Karakter : Rasa ingin tahu dan tekun A. Standar Kompetensi 1. Memahami struktur, dan unsur kebahasaan teks diskusi B. Kompetensi Dasar 1.1 Memahami teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui lisan maupun tulisan C. Indikator Pertemuan pertama : 1. Menentukan struktur teks diskusi 2. Menemukan ide pokok teks diskusi Rasa ingin tahu dan tekun Pertemuan kedua : 1. Menyusun/merangkai ide pokok teks diskusi 2. Menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi teks diskusi Rasa ingin tahu dan tekun Pertemuan ketiga : 1. Membandingkan teks diskusi dengan teks eksposisi 2. Membuat teks diskusi Rasa ingin tahu dan tekun Pertemuan keempat : 1. Menentukan unsur kebahasaan dalam sebuah teks diskusi 2. Menentukan kohesi gramatikal dari sebuah wacana Rasa ingin tahu dan tekun

107 D. Alokasi Waktu : 6x 40 menit ( 4 pertemuan) E. Tujuan Pembelajaran Pertemuan pertama : Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa mampu : Menentukan struktur teks diskusi Menemukan ide pokok teks diskusi Memiliki Rasa ingin tahu dan tekun Pertemuan kedua : Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa mampu Menyusun ide pokok teks diskusi Menjawab pertanyaan berkaitan dengan teks diskusi Memiliki Rasa ingin tahu dan tekun Pertemuan ketiga : Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa mampu Membandingkan teks diskusi dengan teks lain Membuat teks diskusi Memiliki Rasa ingin tahu dan tekun Pertemuan keempat : Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa mampu Menentukan unsur kebahasaan dalam teks diskusi Menemukan kohesi gramatikal dalam sebuah teks Memiliki Rasa ingin tahu dan tekun F. Materi Pembelajaran : Teks Diskusi Teks diskusi merupakan suatu teks yang berisi argumen mendukung dan menentang tentang suatu pemsalahan yang menimbulkan pro-kontra di masyarakat.

108 1. Isu Banyak sekolah terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama melarang siswanya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan. Dengan demikian, pelarangan siswa membawa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan. 2. Argumentasi mendukung Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal kondisi darurat, dan sejenisnya. Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah. Akibatnya, waktu yang berharga bisa hilang. Apalagi saluran telepon di sekolah sedang sibuk. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk menerima telepon. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sbagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik. 3. Argumentasi menolak. Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, kegiatan pembelajaran akan terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas. Di samping itu, siswa dapat

109 menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti transaksi narkoba, pencurian, dan sejenisnya. Aplikasi internet di telepon seluler memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari jawaban pada saat ulangan. Siswa bisa membawa teks contekan di dalam telepon seluler. Kadang-kadang banyak anak-anak dari keluarga mampu yang memiliki telepon seluler. Ha ini dapat menyebabkan banyak masalah sosial, seperti kecemburuan, pencurian, dan pelecehan. Proses penyesuaian di sekolah menjadi agak sulit karena adanya kesenjangan sosial. 4. Kesimpulan/ saran Cara untuk mengatasi masalah ini adalah pihak sekolah berdiskusi dan bermusyawarah denga orang tua agar menghasilkan kebijakan yang tepat. Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belajar. Ciri kebahasaan 1. penggunaan konjungsi perlawanan (tetapi, namun, melainkan) Contoh: banyak sekolah yang melarang siswa membawa teleponseluer, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler 3. penggunaan kohesi leksikal (kepaduan pemilihan kata) pengulangan, sinonim, antonim, hiponim Contoh: 1) pengulangan banyak sekolah yang melarang siswa membawa teleponseluer, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler 2) sinonim Telepon seluler dilengkapi beberapa aksesoris. Aplikasi di dalamnya berupa. 3) antonim

110 banyak sekolah yang melarang siswa membawa teleponseluer, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler 4) hiponim Telepon seluler dilengkapi beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. 2. penggunaan kohesi gramatikal rujukan, substitusi, dan ellipsis Contoh: 1) Rujukan Masyarakat setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena hal itu dapat memudahkan orang tua menghubungi anaknya. 2) subtisusi tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan. Dengan demikian, pelarangan siswa membawa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan. 3) ellipsis Aplikasi internet di telepon seluler memberikan kesempatan (kepada siswa) untuk melakukan kecurangan. 4. penggunaan modalitas kata yang bermakna kamungkinan, kenyataan, keharusan, (harus, akan, ingin, dapat, mungkin) Contoh: 1) dapat

111 di samping itu siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk melawan hukum. 2) akan Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan menegajar. 3) Harus Jika ingin menghubungi orang tua, siswa harus menggunakan telepon sekolah G. Model/ Metode Pembelajaran : Model Pembelajaran : Cooperative Learning dan pembelajaran langsung Metode : Diskusi dan Pemberian tugas H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama 1) Kegiatan Awal ( 10 menit ) Guru hadir tepat waktu, memimpin doa, menyapa dengan salam dan mengecek kehadiran siswa Appersepsi : 1. Mengingat kembali tentang pengertian diskusi 2. Mengingat kembali tentang pengertian teks 3. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran 4. Guru mengingatkan pada siswa bahwa dengan metode diskusi maka kita harus saling menghargai pendapat orang lain, bekerjasama dalam kelompok dan hendaknya menyampaikan pendapat dengan santun Motivasi : Menginformasikan kegunaan berdiskusi dalam kehidupan seharihari 2) Kegiatan Inti : ( 60 menit )

112 GURU SISWA WAKT U Guru mermbimbing siswa dalam Siswa mencari kelompok belajarnya pembentukan kelompok belajar masing-masing yang terdiri dari 4-5 (eksplorasi) orang Guru memberi pre test tentang diskusi. (eksplorasi) Siswa berlomaba-lomba untuk 5 menit 5 menit menjawab pertanyaan tentang kegiatan diskusi Guru memberi pre test tentang teks diskusi. (eksplorasi) Siswa berlomaba-lomba untuk menjawab pertanyaan tentang teks 5 menit diskusi Dengan media power point guru memberikan pengertian teks Dengan penuh rasa ingin tahu siswa memperhatikan penjelasan guru 10 menit diskusi, struktut, dan unsur kebahasaan Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. (elaborasi) Siswa menerima LKS yang Guru mengajak kepada setiap 1 menit dibagikan oleh guru kelompok untuk mendiskusikan materi yang ada di LKS Guru meminta setiap kelompok Bersama kelompoknya dengan tekun 20 menit siswa mendiskusikan pengertian mempresentasikan hasil diskusinya diskusi, struktur teks diskusi, dan ide dan ditanggapi oleh kelompok pokok dalam teks diskusi lain.(elaborasi) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dari kelompoknya di wakil Guru mempertegas hasil diskusi.(konfirmasi) oleh salah satu anggotanya, sementara anggota yang lain 15 menit

113 menanggapi jika ada pertanyaan dari kelompok lain Siswa memperbaiki hasil diskusi yang kurang tepat 3) Kegiatan Akhir ( 10 menit ) Penutup 1. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran yang telah dipelajari. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Guru memberi tugas ( PR ) 4. Guru dan siswa mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah 5. Guru menberi salam Pertemuan Kedua 1) Kegiatan Awal ( 10 menit ) Guru hadir tepat waktu, memimpin doa, menyapa dengan salam dan mengecek kehadiran siswa Apersepsi : 1. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran 2. Membahas PR 3. Mengingant kembali tentang pengertian teks diskusi. 4. Guru mengingatkan pada siswa bahwa dengan metode diskusi maka kita harus saling menghargai pendapat orang lain, bekerjasama dalam kelompok dan hendaknya menyampaikan pendapat dengan santun 4 menit

114 Motivasi : Menginformasikan kegunaan menentukan ide pokok dalam sebuah teks 2) Kegiatan Inti : ( 60 menit ) GURU SISWA WAKT U Guru mermbimbing siswa dalam Siswa mencari kelompok belajarnya pembentukan kelompok belajar masing-masing yang terdiri dari 4-5 (eksplorasi) orang Guru memberi pre test tentang ide Siswa berlomba-lomba untuk pokok dalam sebuah teks. menjawab pertanyaan tentang ide (eksplorasi) pokok dalam sebuah teks Dengan media power point guru memberikan contoh tentang ide 5 menit 7 menit Dengan penuh rasa ingin tahu siswa memperhatikan penjelasan guru 7 menit pokok dalam sebuah teks Guru membagikan LKS yang berisi soal-soal tentang teks diskusi Siswa menerima LKS yang 1 menit dibagikan oleh guru Guru mengajak kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan soal-soal teks diskusi(elaborasi) Bersama kelompoknya dengan tekun Guru meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya 20 menit siswa mendiskusikan soal-soal tentang teks diskusi dan ditanggapi oleh kelompok lain.(elaborasi) Siswa mempresentasikan hasil diskusi dari kelompoknya di wakil oleh salah satu anggotanya, 15 menit

115 Guru mempertegas hasil diskusi.(konfirmasi sementara anggota yang lain menanggapi jika ada pertanyaan dari kelompok lain Siswa memperbaiki hasil diskusi yang kurang tepat 3) Kegiatan Akhir ( 10 menit ) Penutup 1. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran yang telah dipelajari. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Guru memberi tugas ( PR ) 4. Guru dan siswa mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah 5. Guru menberi salam Pertemuan Ketiga 1) Kegiatan Awal ( 10 menit ) Guru hadir tepat waktu, memimpin doa, menyapa dengan salam dan mengecek kehadiran siswa Apersepsi : 1. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran 2. Membahas PR 3. Guru mengingatkan pada siswa bahwa dengan metode diskusi maka kita harus saling menghargai pendapat orang lain, bekerjasama dalam kelompok dan hendaknya menyampaikan pendapat dengan santun Motivasi : Menginformasikan kegunaan teks diskusi dalam kegiatan seharihari 5 menit

116 Kegiatan Inti : ( 60 menit ) GURU SISWA WAKT U Guru mermbimbing siswa dalam Siswa mencari kelompok belajarnya pembentukan kelompok belajar masing-masing yang terdiri dari 4-5 (eksplorasi) orang Guru memberi pre test tentang teks eksposisi (eksplorasi) Siswa berlomba-lomba untuk 5 menit 7 menit menjawab pertanyaan tentang teks eksposisi Dengan media power point guru memberikan contoh tentang perbedaan teks diskusi dengan teks Dengan penuh rasa ingin tahu siswa memperhatikan penjelasan guru 7 menit eksposisi Guru membagikan LKS yang berisi soal-soal teks tentang perbedaan teks diskusi dengan teks Siswa menerima LKS yang 1 menit dibagikan oleh guru eksposisi. (elaborasi) Guru mengajak kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan Bersama kelompoknya dengan tekun soal-soal tentang perbedaan teks siswa mendiskusikan perbedaan teks diskusi dengan teks eksposisi. diskusi dengan teks eksposisi Guru meminta setiap kelompok Siswa mempesentasikan hasil mempresentasikan hasil diskusinya diskusi dari kelompoknya di wakil dan ditanggapi oleh kelompok oleh salah satu anggotanya, lain.(elaborasi) sementara anggota yang lain menanggapi jika ada pertanyaan dari 20 menit 15 menit

117 kelompok lain Guru mempertegas hasil diskusi.(konfirmas Siswa memperbaiki hasil diskusi yang kurang tepat 2) Kegiatan Akhir ( 10 menit ) Penutup 1. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran yang telah dipelajari. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi 3. Guru memberi tugas ( PR ) 4. Guru dan siswa mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah 5. Guru menberi salam Pertemuan Keempat 1) Kegiatan Awal ( 10 menit ) Guru hadir tepat waktu, memimpin doa, menyapa dengan salam dan mengecek kehadiran siswa Apersepsi : 1. Mengingat kembali materi sebelumnya 2. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran 3. Membahas PR 4. Guru mengingatkan pada siswa bahwa dengan metode diskusi maka kita harus saling menghargai pendapat orang lain, bekerjasama dalam kelompok dan hendaknya menyampaikan pendapat dengan santun Motivasi sehari-hari : Menginformasikan kegunaan tentang teks diskusi dalam kehidupan 5 menit

118 2) Kegiatan Inti : ( 60 menit ) GURU SISWA WAKT U Guru mermbimbing siswa dalam Siswa mencari kelompok belajarnya pembentukan kelompok belajar masing-masing yang terdiri dari 4-5 (eksplorasi) orang Guru memberi pre test tentang Siswa berlomba-lomba untuk unsur kebahasaan dalam teks menjawab pertanyaan tentang teks diskusi(eksplorasi) diskusi 5 menit 7 menit Dengan penuh rasa ingin tahu siswa Dengan media power point guru memperhatikan penjelasan guru 1 menit contoh tentang unsur kebehasaan teks diskusi Siswa menerima LKS yang Guru membagikan LKS kepada 27 menit dibagikan oleh guru setiap kelompok. (elaborasi) Bersama kelompoknya dengan tekun Guru mengajak kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan siswa mendiskusikan unsur kohesi gramatikal 15 menit unsur kebahasaan dalam teks diskuis (elaborasi) Siswa mempresentasikan hasil Guru meminta setiap kelompok diskusi dari kelompoknya diwakili mempresentasikan hasil diskusinya oleh salah satu anggotanya, dan ditanggapi oleh kelompok sementara anggota yang lain lain.(elaborasi) menanggapi jika ada pertanyaan dari kelompok lain 5 menit

119 Guru mempertegas hasil Siswa memperbaiki hasil diskusi diskusi.(konfirmasi) yang kurang tepat 3) Kegiatan Akhir ( 10 menit ) Penutup 1. Guru membimbing siswa untuk merangkum materi pelajaran yang telah dipelajari. 2. Guru dan siswa melakukan refleksi. 3. Guru memberi tugas ( PR ). 4. Guru dan siswa mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan Alhamdulillah 5. Guru menberi salam I. Alat dan Sumber Belajar Buku paket bahasa Indonesia untuk kelas VIII, Depdiknas, cet. ke-1, halaman LKS J. Penilaian a. Teknik Penilaian : Tes Tertulis b. Bentuk Penilaian : Ulangan Harian c. Instrumen penilaian Bogor, Juli 2017 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran, Kepala Madrasah NIP. NIP.

120

121 LEMBAR UJI REFERENSI Nama : Rizka Argafani NIM : Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul : Kohesi Gramatikal Antarkalimat Wacana Berita Utama Harian Monitor Depok Edisi Januari 2014 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP No Nama Referensi Paraf Pembimbing 1 Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta, Darian, Regi. Global Live Book; Pengertian Berita Utama Menurut para Ahli, 2013, ( 4 Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. (2005). 5 Halliday dan Ruqaiyah Hasan. Cohession In English. New York: Longman Group Limited, Hartono, Bambang. Kajian Wacana Bahasa Indonesia. Semarang: Universitas Negeri Semarang, Ishwara, Luwi, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas Media Nusantara, Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta:

122 PT. Gramedia Pustaka Utama, Kuhartanti, dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Moelino, Anton M, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Mulyana. Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana Mulyati. Terampil Berbahasa Indonesia;untuk Perguruan Tinggi Negeri. Jakarta: Prenadamedia Group Ndraha, Taliziduhu. Disain Riset dan Teknik Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bina Aksara, Putra, Masri Sareb, Teknik Menulis Berita dan Feature, Jakarta: Gramedia, Rolnicki, Tom E, dkk., Pengantar Dasar Jurnalisme, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Saraswati, Rahma R, Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam sebuah Wacana diunduh pada Februari dari 17 Siregar, Rotua. Analisis Sarana Kohesi pada Tajuk Rencana dalam Harian Sinar Indonesia Baru. Universitas Sumatera Utara, Medan, Subuki, Makyun. Mempertimbangkan Kembali Kohesi dalam Pemahaman Teks. Dialektika Jurnal

123 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: PBSI UIN Jakarta Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, Sumarlam, dkk. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Putaka Cakra, Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo, Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa Bandung Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru, Jakarta: Kalam Indonesia, Yunus, Syarifudin. Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia, Ciputat, 17 Juli 2017 Pembimbing Dr. Makyun Subuki, M.Hum NIP

124 RIWAYAT PENULIS RIZKA ARGAFANI, lahir di Bogor, 18 Oktober Menuntaskan pendidikan dasar di SD Negeri Pondok Petir 02,. Kemudian melanjutkan jenjang ke MTs Negeri II Pamulang, dan MAN 1 Kota Bogor. Pada tahun 2010, penulis meneruskan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sejak kuliah di Jakarta, anak sulung dari Andi Rusyandi dan Siti Nurhayati ini tinggal di daerah Bojongsari, Kota Depok bersama ayahnya yang bekerja sebagai wiraswasta. Sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Kini ia menjadi seorang istri dari Muhammad Hamdan Ramdoni. Sebagai mahasiswa, penulis banyak memperoleh pengalaman yang didapat selama masa kuliah. Selama menjadi mahasiswa hingga saat ini ia masih aktif dalam menyumbangkan ilmunya pada beberapa lembaga pendidikan. Ia menjadi guru di Pondok Pesantren Al-Inaayah Pondok Miri Rawakalong-Bogor, pengajar bimbel di Alumni Pandawa, dan menjadi guru tetap di TK/TPQ Majelis Talim Al-Muhimmat Serua. Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan pemuda dan karang taruna serua dan pengajian pemuda di lingkungannya. Guru yang sangat hobi bermain badminton ini juga memiliki berbagai prestasi yang ia dapatkan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan

Lebih terperinci

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan - ARTIKEL I. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM Oteh Asrul Khairillrsibuan IYIM 2113210005 Dosen Pembimbing Skripst Prof. Dr. Biner Ambarita, M-Pd.

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM.

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM. KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM. 10080207 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL DALAM WACANA TAJUK RENCANA HARIAN SINGGALANG EDISI APRIL-MEI 2014 ARTIKEL ILMIAH DESI PATRI YENTI NPM

PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL DALAM WACANA TAJUK RENCANA HARIAN SINGGALANG EDISI APRIL-MEI 2014 ARTIKEL ILMIAH DESI PATRI YENTI NPM PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL DALAM WACANA TAJUK RENCANA HARIAN SINGGALANG EDISI APRIL-MEI 2014 ARTIKEL ILMIAH DESI PATRI YENTI NPM 10080151 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS Jurnal Skripsi Oleh TENRI MAYORE NIM. 070911001 JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2013 0 ABSTRACT

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Semester :Genap/ VI Jumlah Peserta : Nama Dosen Penguji : 1. Dr. Suhardi 2. Yayuk Eny. R., M. Hum Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2006 Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSIAL DALAM WACANA BERITA SITUS EDISI DESEMBER 2015 JANUARI 2016

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSIAL DALAM WACANA BERITA SITUS  EDISI DESEMBER 2015 JANUARI 2016 K o h e s i G r a m a t i k a l R e f e r e n s i a l... 1 KOHESI GRAMATIKAL REFERENSIAL DALAM WACANA BERITA SITUS HTTP://WWW.KOMPAS.COM EDISI DESEMBER 2015 JANUARI 2016 COHESION OF GRAMMATICAL REFERENTIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI

REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI REFERENSI DALAM WACANA TULIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI JANUARI 2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI  SKRIPSI 0 ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI HTTP://WWW.E-SMARTSCHOOL.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Narasi Siswa (Zuh Rufiah) 61 KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO Zuh Rufiah SMPN 6 Bojonegoro Telp. 089677086474 Pos-el zuhrufiah2r@gmail.com

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS  SKRIPSI PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X

ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X ANALISIS DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENULIS DI KELAS X Oleh: Isnani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS

JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS JURNAL KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PEMBACA MENULIS DI JAWA POS COHESION AND COHERENCE OF DISCOURSE READERS WRITING IN JAWA POS Oleh: LINDA DWI RAHMAWATI 12.1.01.07.0053 Dibimbing oleh: 1. Dr. Andri Pitoyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi Astri Saraswati, Martono, Syambasril Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak

Lebih terperinci

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan sarana komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan masyarakat. Adanya suatu bahasa sebagai sarana

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh :

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS  SKRIPSI RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN WACANA YANG UTUH

KOHESI DAN KOHERENSI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN WACANA YANG UTUH KOHESI DAN KOHERENSI SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN WACANA YANG UTUH I Nyoman Mandia Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Bali Kampus Bukit Jimbaran, Bali, Telp.(0361) 701981 ext. 177 E-mail:nyomanmandia@pnb.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Suatu penelitian memerlukan adanya pengacuan terhadap penelitian-penelitian yang sejenis. Hal ini dilakukan agar menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 REMBANG PURBALINGGA SKRIPSI

ANALISIS PENGGUNAAN KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 REMBANG PURBALINGGA SKRIPSI ANALISIS PENGGUNAAN KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 REMBANG PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia dan selalu diperlukan dalam setiap kegiatan. Bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

PEMARKAH KOHESI LEKSIKAL DAN KOHESI GRAMATIKAL (Analisis pada Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia)

PEMARKAH KOHESI LEKSIKAL DAN KOHESI GRAMATIKAL (Analisis pada Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia) PEMARKAH KOHESI LEKSIKAL DAN KOHESI GRAMATIKAL (Analisis pada Paragraf dalam Skripsi Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia) Anie Wulandari Azis Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 95 102 95 PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Rina Hayati Maulidiah 1, Khairun Nisa 2, Wan Nurul Atikah Nasution 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Wacana a. Pengertian Wacana Djajasudarma (1994:1) menyatakan bahwa wacana memuat rentetan kalimat yang berhubungan, menghubungkan proposisi yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut adalah kajian yang sejenis dengan penelitian ini : 1) Penelitian karya Elisabeth Dyah Primaningsih yang berjudul Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM

PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM PENGGUNAAN ANAFORA DAN KATAFORA DALAM RUBRIK BERITA UTAMA HARIAN KOMPAS EDISI JUNI-JULI 2015 JURNAL ILMIAH NOVI TRI WAHYUNI NPM 11080250 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 Oleh: Eka Pertiwi NIM RRA1B110059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008 PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan 269 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun simpulan yang dapat penulis kemukakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini manusia dituntut dapat berkomunikasi dengan baik untuk memenuhi kepentingan mereka, baik secara individu maupun kelompok.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL DALAM KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI

KOHESI GRAMATIKAL DALAM KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI KOHESI GRAMATIKAL DALAM KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI Feni, Sisilya Saman, Laurensius Salem Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak Email: feni0223@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk kepaduan dan keutuhan sebuah wacana adalah pemakian konjungsi dalam sebuah kalimat atau wacana. Penggunaan konjungsi sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci