BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penelitian yang relevan dengan
|
|
- Utami Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu: Venesianty Jafar Tuna tahun 2005 tentang Analisis Kohesi Cerpen Ibu Karya Sumartono. Penelitian ini terfokus dalam kajian tentang kohesi pada cerpen Ibu karya Sumartono, yang sarana-sarana kohesi itu terdiri dari prominal, subsitusi, elipsis, konjungsi, dan leksikal. Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan teknik dokumentasi. Hasil analisis yang diuraikan pada bab pembahasan mennguraikan jumlah penggunaan pada kohesi yang terdiri atas promina, subsitusi, elipsis, konjungsi dan leksikal. Berdasarkan hasil penelitian relevan oleh Venesianty Jafar Tuna. Penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaan yang terdapat pada penelitian Venesianti Jafar Tuna dan penelitian ini yaitu samasama mengkaji tentang kohesi, metode yang digunakan pun sama, yaitu menggunakan metode deskriptif dan tekhnik dokumentasai, dan sama-sama menggunakan karya sastra sebagai objek penelitian. Perbedaan dari penelitiannya Venesianty Jafar Tuna dengan penelitian ini adalah penelitian tersebut mengangkat judul tentang kohesi, sedangkan penelitian ini terfokus pada kohesi gramatikal saja. Objek yang digunakan pada penelitian diatas adalah cerpen Ibu Karya Sumartono sedangkan penelitan ini menggunakan novel autobiografi Habibie dan Ainun.
2 2.2 Kajian Teori Pengertian Kohesi Kohesi adalah suatu konsep semantik yang menampilkan hubungan makna antar unsur teks, dan menyebabkannya dapat disebut teks. Kohesi terjadi apabila interpretasi salah satu unsur teks tergantung dari unsur lainnya. Unsur yang satu berkaitan dengan yang lain. Unsur tersebut benar-benar dapat dipahami tanpa yang lain. Kaitan makna yang ini disebut kohesi. Menurut Halliday dan Hasan (dalam Zaimar dan Harapan 2009:115), kohesi adalah keterkaitan semantis antar unsur pembentuk wacana. Kohesi merupakan konsep semantik yang juga merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa.yayat Sudaryat (2008: 151) menyatakan bahwa kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam organisasi sintaksis, wadah kalimatkalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Sedangkan Abdul Rani, Bustanul Arifin, Martutik (2006: 88) menyatakan bahwa kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa. (Gutwinsky dalam Yayat Sudaryat, 2008: 151) menyatakan bahwa kohesi mengacu pada hubungan antarkalimat dalam wacana, baik dalam tataran gramatikal maupun tataran leksikal. Contoh (Rani, dkk 2006: 88): Perkuliahan Bahasa Indonesia acapkali sangat membosankansehingga tidak mendapat perhatikan sama sekali dari mahasiswa. Hal Itu disebabkan bahkan kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui oleh mahasiswa atau merupakan masalah yang tidak diperlakukan mahassiswa. Di samping itu, mahasiswa sudah mempelajari Bahasa Indonesia sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari Bahasa Indonesia selama dua belas tahun, mersa sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan
3 kuliah yang akan diberikan kepada mahasiswa merupakan kesulitan tersendiri bagi paa pengajar Bahasa Indonesia. Kata Penghubungkan informasi antarkalimat dalam wacana di atas digunakan kata hal itu, di samping itu, dan akibatnya. Kata-kata pengikat ide itu dapat dilihat dengan jelas. Oleh sebab itu, kata-kata itu disebut penanda katon atau pengikat formal. Selanjutnya, istilah yang digunakan untuk mengacu penanda katon pengikat formal itu disebut Piranti Kohesi Kohesi Gramatikal Kohesi gramatikal adalah kohesi yang terbentuk oleh tata bahasa. Menurut Halliday dan Hasan (dalam Zaimar dan Harapan 2009:117) kohesi gramatikal dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, yaitu referensi, subsitusi, elipsis, konjungsi. 1. Kohesi Referensi Referensi menampilkan hubungan antara bahasa dan dunia. Dalam setiap bahasa yang tidak dipahami berdasarkan dirinya sendiri, melainkan merujuk (mengacu) pada hal untuk pemahamannya, informasi yang diberikannya rergantung pada hal lain. Ini adalah salah satu alat kohesi, yaitu yang disebut referensi. Dalam hal ini, informasi yang didapat kembali itu adalah identitas sesuatu yang diacu, yang bersifat khas. Kohesi terletak pada kontinuitas acuan. Ketika hal yang sama masuk ke dalam wacana untuk kedua kalinya, ketiga kalinya, dan seterusnnya. Suatu unsur yang mempraanggapkan, mempunyai makna yang sesuai dengan hal lain yang dipraanggapkan. Di sini terdapat pertautan makna antar unsur teks yang mengacu
4 dengan hal lain yang diacu. Untuk dapat memahami referensi, terlebih dahulu kita perlu mengenal sistem rujukannya, yaitu referensi tekstual (endofora) dan referensi situasional (eksofora). Sebelum penjelasannya, terlebih dahulu di sini akan dikemukakan bagan referensi menurut Halliday dan Hasan: 1976(dalam Zaimar dan Harapan, 2009:18): REFERENSI Refernesi Tekstual (endofora) Referensi Situasional (eksofora) Anafora Katafora Acuan tetap acuan Berfariasi a. Kohesi Referensi Situasional (Eksofora) Referensi eksofora adalah pengacuan terhadap antiseden di luar bahasa, yaitu pada konteks situasi. Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu diluar teks, yaitu benda yang berpijar yang menerangi alam ini (Rani dkk, 2006:99). Teks ada unsur yang tidak dipahami apabila tidak dibantu oleh informasi (sesuatu) yang lain. Teks itu tidak dipahami berdasarkan dirinya sendiri, melainkan harus mengacu pada sesuatu yang lain. Apabila yang diacu itu berada di luar teks, maka biasanya disebut referensi situasional. Hal ini terdapat dalam komunikasi langsung, jadi melibatkan pengirim dan penerima dalam komunikasi,
5 juga hal-hal yang berada di sekitar tempat berlangsungnya komunikasi (Zaimar dan Harapan, 2009:118). b. Referensi Tekstual (Endofora) Referensi endofora adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam bahasa (ekstratekstual), seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya, atau acuan kegiatan. Referensi endofora adalah pengacuan terhadap anteseden yang terdapat di dalam teks (intertekstual) dengan menggunakan pronomina, baik pronomina persona, pronomina demonstrativa, maupun pronomina komparatif. Pengacu dan yang diacu adalah koreferensial (halliday dan Hasan:1979, lyons:1985, Dardjowidjojo, 1986, Malmkjaer, 1991 dalam Rani dkk, 2006:98). Berdasarkan arah acuannya, referensi endofora dibedakan menjadi dua macam, yaitu referensi anafora dan katafora (Halliday dan Hasan dalam Rani, dkk,2006:98). Referensi anafora adalah pengacuan oleh pronomina terhadap antiseden yang terletak di kiri. Sebaliknya, referensi katafora adalah pengacuan pronomina terhadap anteseden yang terletak di kanan. Dalam analisis wacana, referensi katafora dianggap sebagai tanduk si penutur. Contoh: (Rani, dkk, 2006:98) Yang merah yang aku senangi maksud dari kata yang merah hanya dapat ditafsirkan dengan melihat tuturan sebelumnya. Akan tetapi, jika ada kalimat: Ton, di lemari ada celana, kemeja, rok, dan jilbab. Itu boleh kamu pakai. Yang dimaksud dengan itu adalah celana dan kemeja dan bukan rok dan jilbab karena dari pengetahuan tentang dunia bahwa Tono sebagai laki-laki tidak mingkin memakai busana rok dan jilbab. Disamping hubungan antarkalimat,
6 pengetahuan tentang dunia ini pun juga menentukan referensi itu sekaligus menentutukan makna tuturan. Referensi endofora yaitu referensi kepada sesuatu (anteseden) yang berada di dalam teks. Dengan kata lain, sesuatu yang diacu dapat ditemukan di dalam teks. Jika yang diacu (antiseden) lebih dahulu dituturkan atau ada pada kalimat yang lebih dahulu sebelum pronomina dinamakan anafora sedangkan antiseden yang ditemukan sesudah pronomina dinamakan katafora. Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora menggunakan pronomina persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif. Pronomina persona adalah deiktis yang mengacu pada orang secara berganti-ganti bergantung pada topeng yang diperankan oleh partisipan wacana. Pronomina yang berfungsi sebagai alat kohesi adalah pronomina persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga, baik tunggal maupun jamak, baik anafora maupun katafora. Pronomina demonstratif adalah kata deiktis yang dipakai untuk menunjuk (menggantikan) nomina. Dilihat dari segi bentuknya, promina demonstrasi dibedakan antara promina demonstrasi tunggal, seperti ini dan itu, promina demonstrasi turunan, seperti berikut dan sekian, pronomina demonstrasi gabungan seperti di sini, di situ, di sana, di sana sini, pronomina demonstrasi reduplikasi, seperti begitu-begitu (Kridalaksana, dkk 1985 dalam Rani, dkk, 2006:102). Pronomina komperatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi antisedennya. Kata-kata yang termasuk kategori pronomina komparatif antara lain: sama, persis, identik, serupa, selain, berbeda, dan sebagainya (Rani, dkk, 2006:104)
7 Ada dua jenis referensi dalam teks, yaitu referensi pronomina dan referensi demonstratif. Referensi pronomina persona 1 tunggal, berbentuk bebas, yaitu saya dan referensi ponomina persona 1 jamak yaitu kami Sumarlan:2005( dalam Darma 2009:37) 2. Kohesi Subsitusi Subsitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama. Dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frase atau klausa (Halliday dan Hasan 1978 dalam Rani, Dkk,2006: 105). Subsitusi adalah penggantian suatu unsur dalam teks oleh unsur lain. Seperti dalam referensi, dalam subsitusi juga dikenal sistem rujukan, meskipun terutama rujukan tekstual saja (endofora) baik yang berupa anafora maupun katafora. Sistem rujukan situasional jarang ada dalam kategori ini. Hal ini mudah dipahami karena subsitusi adalah penyulihan (penggantian) suatu unsur bahasa sebabnya sering ada kesulitan dalam membedakan referensi dengan subsitusi. Untuk itu, perlu dikemukakan persamaan dan perbedaan di antara kedua kategori kohesi ini ( dalam Zaimar dan Harapan, 2009: 124), yaitu: a) Subsitusi lebih mengemukakan hubungan kata-kata (baik gramatikal maupun leksikal), sedangkan referensi mengemukakan hubungan makna. Dengan demikian, subsitusi adalah hubungan antar unsur linguistik, misalnya hubungan antar kata, frase, atau klausa. Itu berarti subsitusi merupakan hubungan yang ada pada tataran lexico-grammatikal, yaitu tataran tata bahasa dan kosa kata, jadi tataran bentuk linguistik. Padahal, referensi berada pada tataran semantik, kohesinya terletak pada identitas semantik.
8 b) Subsitusi adalah hubungan antarunsur yang berada dalam teks, sesuatu yang digunakan untuk menggantikan pengulangan. Dalam persyaratan wacana yang baik, selalu ada pengulangan. Suatu unsur teks seringkali diulang-ulang untuk memperjelas makna. Itulah sebabnya maka diperlukan unsur-unsur bahasa yang lain untuk menggantikan pengulangan kata, antara lain dengan unsur gramatikal agar tidak membosankan, dan wacana tampak lebih bervariasi, tidak memberikan kesan berat sedangkan dalam referensi, yang penting adalah bahwa baik unsur yang mengacu maupun unsur yang diacu mempunyai referen (acuan) yang sama dalam dunia nyata. c) Subsitusi memiliki kemiripan dengan referensi karena keduanya secara potensial bersifat anaforis pada dasarnya, referensi merupakan hubungan semantik. Dalam referensi, suatu unsur bahasa dapat mengacu ke unsur bahasa yang sudah disebut sebelumnya (anafora) atau keunsur bahasa yang dituturkan sesudahnya (katafora) maupun keluar teks (eksofora) (Zaimar dan Harapan,2009: 124). 3. Kohesi Elipsis Elipsis adalah sesuatu yang tidak terucapkan dalam wacana, artinya tidak hadir dalam komunikasi tetapi dapat dipahami. Pengertian itu tentunya didapat dari konteks pembicaraan, terutama konteks tekstual. Dalam elipsis, ada unsur yang hilang, dan unsur itu merupakan celah dalam struktur yang harus diisi dari bagian lain teks itu. Jadi elipsis mengacu pada kalimat, klausa, frasa ataupun kata yang hadir dalam teks sebelumnya, yang kemudian menjadi sumber bagi informasi yang hilang (Zaimar dan Harapan, 2009:127).
9 Yayat Sudaryat (2008: 155) mengatakan elipsis merupakan penghilangan satu bagian dari unsur kalimat. Sebenarnya ellipsis sama dengan subtitusi, tetapi elipsis disubtitusi oleh sesuatu yang kosong. Elipsis biasanya dilakuakan dengan menghilangkan unsur-unsur wacana yang telah disebutkan sebelumnya. Sedangkan pendapat harimurti Kridalaksana (dalam Mulyana,2005:280) elipsis (penghilangan/pelesapan) adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain. Bentuk atau unsur yang dilesapkan dapat diperkirakan wujudnya dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa. Menurut Halliday dan Hasan (dalam Zaimar & Harapan 2009:127) elipsis ini sama betul dengan subsitusi, hanya saja, bila dalam subsitusi ada unsur bahasa yang menggantikan dalam elipsis sama sekali tidak ada. Jadi dikatakan bahwa elepsis adalah subsitusi kosong. Ducrot dan Todorov (dalam Tarigan, 1985: 144) menyatakan elipsis merupakan penghilangan salah satu unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih. Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis. Unsur yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saatsaat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih. 4. Kohesi Konjungsi Konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggambungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat,
10 atau paragraf dengan paragraf Kridalaksana (dalam Zaimar dan Harapan, 2009:130). Konjungsi berfungsi untuk merangkaikan atau mengikat beberapa proposisi dalam wacana agar perpindahan ide di dalam wacana itu terasa lembut. Sesuai dengan fungsinya, konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat digunakan untuk merangkaikan ide, baik dalam satu kalimat (intrakalimat) maupun antarkalimat. Klasifikasi kohesi konjungsi berdasarkan hubungan proposisi yang diwujudkan dalam dua kalimat. Pengklasifikasi piranti kohesi tersebut berdasarkan jenis hubungan yang diciptakan: 1) Piranti Penambahan Penambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan dua proposisi atau lebih. Kata yang digunakan yaitu dan, juga, baik, maupun, lagi pula, selain, itu, tambahan pula. Contoh: Tingkah lakunya menawan. Tutur katanya sopan. Murah senyum, jarang marah, dan tidak pernah berbohong. Juga tidak mau mempercakapkan orang lain. Selain itu, ia suka menolong sesama teman. Dan dia penyabar. 2) Piranti Penegasan Piranti ini digunakan untuk usaha menyampaikan proposisi kepada penerima, pengirim pesan agar dapat dipahaminya. Kata yang digunakan yaitu: bahkan, malahan, lebih-lebih, apalagi (Rani, dkk, 2006). Contoh: Demikian juga dengan pilihan kata penggunakan struktur kalimat, antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki cara yang berbeda-beda. Bahkan, dapat terjadi bahwa bahasa-bahasa orang yang satu daerah juga banyak memiliki perbedaan.
11 3) Piranti Pertentangan (Kontras). Piranti pertentangan terjadi apabila ada dua ide atau proposisi yang menunjukkan kebalikan atau kekontrasan. Piranti yang digunakan yaitu tetapi, padahal, meskipun, biarpun, sekalipun, namun, walaupun, sedangkan, sebaliknya, kendatipun, kendatipun demikian, biarpun demikian/begitu, sungguhpun, demikian/begitu, meskipun demikian/ begitu (Rani, dkk, 2006:120). Contoh: Nyamuk berseliweran, pengemis, pelacur, pencoleng, dan gelandangan berkeliaran. Namun, di kampung kumuh tersebut sedang dibangun sekolah mewah. 4) Piranti Pilihan Piranti Pilihan digunakan menyatakan pilihan antara dua hal. Konjungsi yang digunakan yaitu : atau, entah...entah. contoh: Fitri bingung ingin mencari pekerjaan atau menenurskan studinya. 5) Piranti Waktu Piranti waktu merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan kesejajaran atau urutan waktu (Rani, dkk, 110). Konjungsi yang digunakan yaitu: Sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selama, hingga, sampai kemudian, sesudah itu, selanjutnya, sebelum itu, akhirnya. Contoh: Yanti bangun tidur pukul 05.00, kemudian ambil air wudhu. Setelah itu dia menunaikan sholat subuh dengan khusyuk. Lalu tak lupa ia mengaji. 6) Piranti Syarat Piranti syarat merupakan proposisi yang menunjukkan suatu hubungan syarat. Kata yang digunakan yaitu: jika, kalau, asalkan, bila, manakala, seharusnya (Zaimar dan Harapan, ). Contoh: Jika bulan ini aku bisa bekerja lebih giat maka gajiku akan bertambah.
12 7) Piranti Misalan atau Contohan Piranti misalan atau contohan berguna untuk menghubungkan bagian yang satu dengan bagian lain yang menunjukkan contoh atau misalan. Kata yang digunakan yaitu: Andaikan, seandainya, umpamanya, misalnya, contohnya (Rani, dkk, 2006: 124). Contoh: Departemen Tenaga Kerja bisa juga menyidik seseorang hingga jadi terdakwa di meja hijau. Contohnya, Hakim Kuastin Efendi dari Pengadilan Negeri Medan telah memvonis Nyonya Tio Kaso, 4 tahun, dengan hukuman denda p 10 ribu atau kurungan selama tujuh hari pada 6 Maret silam. Padahal, yang menyidik Nyonya Tio itu adalah M. Puba, seorang pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Medan. 8) Piranti Tujuan Piranti tujuan terjadi sebagai pewujudan untuk menyatakan tujuan yang ingin dicapai. yang digunakan yaitu: agar, supaya, untuk. Contoh: Pemerintah hendaknya membangun sekolah, agar rakyat menjadi pandai. 9) Piranti Konsesif Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim pesan mengakui sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu disadari oleh pengirim pesan, tetapi yang bersangkutan. Pengakuan itu dapat dinyatakan dengan kata memang atau tentu saja. Proposisi pengakuan itu disadari oleh pengirim pesan, tetapi yang bersangkutan tidak dapat mengatasi hal yang diakui itu( Rani, dkk, 2006:126). Contoh: Apabila terdapat bahasa Indonesia logat yang bersifat geografis atau horisontal atau lebih dapat bersifat etnis, tedapat pula bahasa Indonesia logat yang bersifat sosial atau vertikal atau besifat profesi. Para pemuda, misalnya, memakai bahasa Indonesia yang tercampur dengan istilah dan ungkapan yang khusus mereka pahami sendiri, sedangkan orang lain, terlebih orang-orang tua, sukar sekali atau tidak dapat memahami bahasa pemuda semacam itu. Memang, dapat dipahami bahwa kelompok-kelompok sosial tertentu seperti wartawan, dokter, pedagang, makelar, nelayan, pelaut, seniman-seniwati, dan kelompok sosial yang lain mempeergunakan banyak istilah dan ungkapan profesi tertentu sehingga menyebabkan orang lain di luar kelompok mereka sukar memahami bahasa Indonesia mereka.
13 Kata piranti lainnya yang digunakan yaitu: biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, kendatipun. 10) Piranti Pemiripan. Kata yang digunakan yaitu: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana ( Zaimar dan Harapan, 2009:236). Contoh: Kedua sejoli itu merasa seakan-akan dunia milik mereka. 11) Piranti Kausal/Sebab-Akibat. Terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya. Kata yang digunakan yaitu: Oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga, maka, sampai-sampai, karena itu, oleh sebab itu, konsekuensinya. Contoh: Adik sakit sehingga tidak masuk sekolah. 12) Piranti Penjelasan. Dalam menyampaikan pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal, adakalanya, seorang penyampai merasa belum puas dalam penyampaiannya. Ia merasa apa yang disampaikan belum seluruhnya dipahami oleh penerima, untuk itu perlu ada penjelasan agar apa yang disampaikan dipahami oleh penerima. Kata yang digunakan yaitu: yang dimaksud, Artinya. Contoh: Faktor yang keempat, yaitu saluran. Yang dimaksud saluran dalam pembicaraan ini adlah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam suatu kegiatan bertutur. 13) Piranti Ragu-Ragu (Dubitatif)
14 Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan, barangkali, mungkin, kemungkinan besar dan sebagainya (Rani, dkk, 2006: 125) contoh: Tidak banyak tokoh yang tampil dua kali dalam kulit muka majalah Tempoh. Yustedjo Tarik termasuk dalam jumlah sedikit itu. Kali pertama, ketika ia membawa mendali emas dari Asian Games di New Delhi Kali keduannya, padaa pekan ini. Mungkin, karena Yustedjo mempunyai daya tarik kuat untuk menjadi berita. 14) Piranti Ringkasan dan Simpulan Piranti ini beguna untuk mengantarkan ringkasan dari bahwa bagian yang berisi urasian. Biasanya, ringkasi berupa simpulan yang ditarik dari sejumlah data yang telah diungkapkannya. Kata-kata yang biasanya digunakan untuk mengantarkan ringkasan dan simpulan misalnya singkatannya, pendeknya, pada umumnya, jadi kesimpulannya, dengan ringkasnya dan sebagainya ( Rani, dkk, 2006:123). Contoh: Hukum tidak hanya untuk orang kaya. Semua orang mempunyai derajat yang sama di depan hukum. Hukum tidak memandang kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda, pembesar atau rakyat jelata, dan ABRI atau bukan ABRI. Jadi, hukum berlaku untuk siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Ada dua jenis konjungsi menurut Sumarlan: 2005 ( dalam Darma, 2009: 39) yaitu konjungsi sekuensial dan konjungsi optatif. Konjungsi sekuensi menyatakan hubungan makna urutan antara tuturan sebelum konjungsi dansesudahn konjungsi misalnya Terima kasih Pak, lalu adalah konjungsi sekuensial. Konjungsi optatif menyatakan hubungan makna harapan, yaitu harapan si penerima pesan, misalnya: semoga orang yang meninggal itu tergolong khusnul khotimah. Konjungsi semoga merupakan konjungsi optatif Konsep Novel
15 Novel merupakan suatu ragam sastra yang memberikan gambaran pengalaman manusia, yang disusun berdasarkan peristiwa, tingkah laku tokoh, waktu dan plot, suasana dan latar Watt (dalam Tuloli, 2000:17). Dalam arti luas adalah cerita berbentuk prosa dalam bentuk luas. Ukuran yang luas di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita yang beragam pula. Namun ukuran luas di sini juga tidak mutlak demikian, mungkin yang luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya, sedang karakter, seting, dan lain-lainnya hanya satu saja (Sumardjo dan Saini, 1986:29). Novel merupakan salah satu ragam sastra yang yang diciptkan pengarang berdasarkan pengalaman yang dialaminya berupa suatu peristiwa.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut
Lebih terperinciB AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperincizs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan
- ARTIKEL I. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM Oteh Asrul Khairillrsibuan IYIM 2113210005 Dosen Pembimbing Skripst Prof. Dr. Biner Ambarita, M-Pd.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam
Lebih terperinciPENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007
PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu berinteraksi antarsesama. Untuk menjalankan komunikasi itu diperlukan bahasa karena bahasa adalah alat komunikasi.
Lebih terperinciKOHESI GRAMATIKAL DALAM KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI
KOHESI GRAMATIKAL DALAM KUMPULAN CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI Feni, Sisilya Saman, Laurensius Salem Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan, Pontianak Email: feni0223@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciKOHESI GRAMATIKAL REFERENSIAL DALAM WACANA BERITA SITUS EDISI DESEMBER 2015 JANUARI 2016
K o h e s i G r a m a t i k a l R e f e r e n s i a l... 1 KOHESI GRAMATIKAL REFERENSIAL DALAM WACANA BERITA SITUS HTTP://WWW.KOMPAS.COM EDISI DESEMBER 2015 JANUARI 2016 COHESION OF GRAMMATICAL REFERENTIAL
Lebih terperinciANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013
ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari kalimat yang disebut wacana. Wacana merupakan satuan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
Lebih terperinciPRATIWI AMALLIYAH A
KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciKohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi
KOBUKURO, DUO ASAL OSAKA YANG BERANGKAT DARI JALANAN KOHESI GRAMATIKAL 1 demonstratif. ini termasuk kata ini mengacu dari awal kalimat Berasal dari dua nama keluarga... kalimat ini terdapat 2 substitusi,
Lebih terperinciKOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah dasar. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari alat
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciKOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM.
KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM. 10080207 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciAnalisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat
Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinciWACANA NARATIF SHORT-SHORT STORY BOKKOCHAN KARYA HOSHI SHIN ICHI
WACANA NARATIF SHORT-SHORT STORY BOKKOCHAN KARYA HOSHI SHIN ICHI Setyani Wardhaningtyas Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Short-short story merupakan salah satu genre karya sastra yang khas Jepang. Karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahasa merupakan media yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan dan
Lebih terperinciPENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI
PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciPENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009
PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan
Lebih terperinciMata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)
Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Semester :Genap/ VI Jumlah Peserta : Nama Dosen Penguji : 1. Dr. Suhardi 2. Yayuk Eny. R., M. Hum Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2006 Waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif atau wacana naratif. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti penunjukan secara langsung (Purwo, 1984: 2). Dardjowidjojo (1988: 35) bersama beberapa ahli bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam
Lebih terperinciPENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015
PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciKEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO
Kohesi dan Koherensi dalam Karangan Narasi Siswa (Zuh Rufiah) 61 KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO Zuh Rufiah SMPN 6 Bojonegoro Telp. 089677086474 Pos-el zuhrufiah2r@gmail.com
Lebih terperinciDari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:
Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Referensi Eksoforis (Eksofora) Referensi dengan objek acuan di luar teks. Saya belum sarapan pagi ini. Kata saya merupakan referensi eksoforis.
Lebih terperinciKOHESI GRAMATIKAL DALAM TEKS LAPORAN PENELITIAN DOSEN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 29 Nomor 2 tahun 2011 KOHESI GRAMATIKAL DALAM TEKS LAPORAN PENELITIAN DOSEN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Rahayu Pristiwati Fakultas Bahasa Abstract.
Lebih terperinciKOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI
KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih
51 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan
Lebih terperinciSARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA
SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS Jurnal Skripsi Oleh TENRI MAYORE NIM. 070911001 JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2013 0 ABSTRACT
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada
Lebih terperinciKONJUNGSI DAN PREPOSISI
KONJUNGSI DAN PREPOSISI BAYU DWI NURWICAKSONO, M.PD. MATA KULIAH BAHASA INDONESIA LITERASI PROGRAM STUDI PENERBITAN POLITEKNIK NEGERI MEDIA KREATIF 2017 Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciPEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN CERPEN BINTANG KECIL DI LANGIT KELAM KARYA JAMAL T. SURYANATA
PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN CERPEN BINTANG KECIL DI LANGIT KELAM KARYA JAMAL T. SURYANATA Oleh: Hevy Metalizka Antony 1, Novia Juita 2, Ngusman 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebuah wacana memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan,
Lebih terperinciPENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI
PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan
269 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun simpulan yang dapat penulis kemukakan adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi mengenai wacana sangat menarik untuk dilakukan terutama mengenai analisis wacana. Analisis wacana dapat berupa kajian untuk membahas dan menginterpretasi
Lebih terperinciKAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI
KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Perstaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Di
Lebih terperinciPENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009
PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERKAIT. Halliday dan Hasan (1976: 1) menyatakan bahwa teks adalah kumpulan sejumlah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERKAIT 2.1 Teks dan Wacana Halliday dan Hasan (1976: 1) menyatakan bahwa teks adalah kumpulan sejumlah unsur bahasa baik lisan maupun tulis. Teks adalah satuan bahasa
Lebih terperinciBahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri
Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1 Penulis: Editor: Ika Setiyaningsih Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri DISKLAIMER Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain. Dalam mengungkapkan ide atau gagasan itu diperlukan bahasa. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP
PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP oleh: Eliza Ratna Asih Wulandari Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2004:17). Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan alat atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antarindividual melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau
Lebih terperinciUnsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI
Unsur-unsur Pengait Paragraf 1. KONJUNGSI 2. KATA GANTI Definisi Konjungsi kata hubung Kata yang bertugas menghubungkan atau menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam sebuah kalimat dengan ide atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi dan komunikasi. Alat komunikasi manusia yakni bahasa bersifat manusiawi, dalam arti hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini manusia dituntut dapat berkomunikasi dengan baik untuk memenuhi kepentingan mereka, baik secara individu maupun kelompok.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciKOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI
KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013
ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013 Oleh: Eka Pertiwi NIM RRA1B110059 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti. Pertama, klasifikasi proposisi menurut hal yang menyungguhkan atau mengingkari kemungkinan atau
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
Lebih terperinciKATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA
KATA SAJA DALAM BAHASA INDONESIA B.B.Dwijatmoko b.b.dwijatmoko@gmail.com Universitas Sanata Dharma 1. PENDAHULUAN Sebagai alat komunikasi, bahasa Indonesia mempunyai satuan-satuan yang lengkap untuk menyampakan
Lebih terperinciPEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI
PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu. Dalam kegiatan komunikasi, katakata dijalin satukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan, sebagai alat menyampaikan pikiran, gagasan, konsep ataupun perasaan,
Lebih terperinci