Kata kunci : terapi elektro konvulsi, parameter praktik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persepsi adalah proses masuknya pesan atau informasi kedalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seminar Jurnal Electroconvulsive Therapy. Kelompok 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

PENUNTUN PRAKTIKUM NEUROPSIKIATRI CONVULSANT & ANTICONVULSANT

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN

Kata kunci: kualitas hidup, faktor yang terkait, orang dewasa, epilepsi, Nigeria

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS 1 PSIKIATRI DEPARTEMEN/SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA FK UNAIR - RSU dr.soetomo SURABAYA 2015

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

Cognitive Function Across Manic or Hypomanic, Depressed, and Euthymic States in Bipolar Disorder

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

BAB 1. PENDAHULUAN. Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sebagian besar penelitian telah menggunakan. istilah psikosis episode awal sebagai nama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DETEKSI DAN MANAJEMEN PENYAKIT SISTEMIK PADA PASIEN GIGI-MULUT DENGAN KOMPROMIS MEDIS. Harum Sasanti FKG-UI, Departemen Ilmu Penyakit Mulut

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

PAB: Maksud Anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah sering dilakukan dan kompleks Hal-hal tersebut membutuhkan: Pengkajian yang lengkap dan meny

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

Artikel Penelitian Majalah Kesehatan Pharmamedika 2013, Vol 5 No. 1 15

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

Psikoterapi Singkat Pada Pasien Dengan Kondisi Medis Umum

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB I PENDAHULUAN. antara 45% hingga 88% (Wing et al, 2012), sementara prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Kemunculan simtom depresi (seperti penarikan diri, ketiadaan inisiatif,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PORTOFOLIO PPDS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr. SOETOMO - SURABAYA

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

Electro Convulsive Therapy (ECT) M. Faisal Idrus

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

PORTOFOLIO PPDS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr. SOETOMO - SURABAYA

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

DAMPAK ELECTROCONVULSIVE THERAPY TERHADAP KEMAMPUAN MEMORY KLIEN DI RSJP BANDUNG

PORTOFOLIO PPDS-I PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr. SOETOMO - SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

PANDUAN INFORMED CONSENT

PSIKOFARMAKA atau PSIKOTERAPI Dr. Marga M. Maramis dr. SpKJ(K)

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB III PENUTUP. terhadap anggota keluarga penderita Skizofrenia yang mengalami. preventif dan rehabilitatif.

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

SURAT EDARAN NOMOR HK.03.03/MENKES/518/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN KLAIM INA-CBG DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

BEDA PERSEPSI DOKTER PUSKESMAS INTEGRASI DAN NON INTEGRASI DI KABUPATEN KLATEN TERHADAP PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan,

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa gangguan jiwa yang terjadi dari tahun ke tahun dan dari. waktu ke waktu akan berdampak negatif pada setiap individu yang

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

Transkripsi:

ABSTRAK Terapi elektro konvulsi (TEK) telah dikenal sebagai terapi pilihan untuk pengobatan gangguan jiwa. TEK diyakini mengubah neurokimia otak dalam banyak cara seperti halnya obat-obatan, tetapi perubahan pada pasien yang mendapat TEK terjadi lebih cepat daripada terapi dengan obatobatan atau psikoterapi. Efektifitas TEK dalam mengobati gangguan jiwa diakui oleh APA, dan organisasi lainnya di banyak negara. Salah satu hambatan dalam merujuk pasien untuk TEK adalah stigma dalam populasi umum dan kalangan profesional medis mengenai prosedur pengobatan yang kurang manusiawi. TEK adalah pengobatan yang paling kontroversial dalam psikiatri modern. Berkaitan dengan risiko, beberapa orang mengkritik TEK sebagai alat yang kejam dan pemaksaan dalam terapi gangguan jiwa. Pengobatan pasien dengan TEK sangat kompleks. TEK juga menimbulkan serangkaian masalah yang bersifat etis-moral jika dilakukan tanpa prosedur yang sesuai dengan standar parameter praktik, namun prosedur yang sesuai dengan standar parameter praktik masih perlu digali lebih dalam. Kata kunci : terapi elektro konvulsi, parameter praktik. i

TERAPI ELEKTRO KONVULSI (TEK) Dian Sita Hapsari 1 Suksmi Yitnamurti 2 I. PENDAHULUAN Terapi elektro konvulsi (TEK) merupakan salah satu pengobatan yang sudah digunakan sejak lama untuk mengobati berbagai gangguan jiwa dan masih terus digunakan hingga saat ini (Saddock, 2007). Saat ini prosedur tindakan TEK telah banyak berbeda, meskipun masih menimbulkan risiko efek samping (Dawkins, 2012). Untuk mencapai manfaat maksimal dengan risiko minimal, terapi ini berkembang jauh lebih baik dengan pemberian anestesi dan aliran arus listrik terkendali yang telah diperhitungkan secara medis, namun selain hal yang bersifat teknik, perihal etikomedikolegal sangat penting diketahui untuk panduan standar praktik terbaik sehingga TEK dapat digunakan secara aman dan efektif dan dengan cara yang menghormati hak hak, privasi, dan martabat setiap individu yang terlibat (ECT Manual Victoria Gov., 2009). II. TERAPI ELEKTRO KONVULSI (TEK) 2.1 Pengertian TEK Terapi elektro konvulsi (TEK) didefinisikan sebagai suatu tindakan terapi untuk episode depresi berat, mania dan beberapa jenis skizofrenia yang parah dengan menggunakan aliran listrik singkat dalam jumlah terkendali untuk menghasilkan kejang. Aktivitas kejang ini diyakini membawa perubahan biokimia tertentu yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala (Mankad, 2010) 2.2 Sejarah Perkembangan TEK Pada TEK dimana kejang yang terjadi disebabkan oleh listrik, adalah versi yang dikembangkan dari metode Meduna yang juga dikenal sebagai terapi kimia kejang. (Baran, 2008). Pada tahun 1938, Lucio Cerletti dan Ugo Bini melakukan induksi listrik pertama dari serangkaian serangan pada pasien katatonik dan menghasilkan respon pengobatan yang berhasil (Saddock, 2007). Sejak keberhasilan Lucio Cerletti dan Ugo Bini, terapi kejut listrik yang saat ini disebut sebagai TEK 1 Dokter Umum, peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis I, Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD dr.soetomo Surabaya 2 Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa/Psikiater (Konsultan), Staf pengajar pada Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD dr.soetomo Surabaya ii

kemudian menjadi salah satu pengobatan yang paling banyak digunakan sebagai pengobatan untuk skizofrenia sampai tahun 1970-an, ketika obat antipsikotik menjadi cara yang lebih efektif mengendalikan gejala psikotik (Noll, 2007). Di Amerika, American Psychiatric Association pada tahun 1990 merilis dokumen mengenai rincian khusus, pengiriman, pendidikan, dan pelatihan TEK. Dan pada tahun 2001 American Psychiatric Association merilis laporan terbaru yang menekankan pentingnya informed consent, dan memperluas peran TEK dalam kedokteran modern. (Electroconvulsive therapy history, 2012). 2.3 Mekanisme kerja TEK Terdapat beberapa teori yang memungkinkan mengenai bagaimana mekanisme kerja TEK, yaitu: teori psikologi,teori neurofisiologi,teori neurokimia. Akhir akhir ini mulai berkembang neuroplastisitas yang berhubungan dengan stimulasi kejang listrik (Saddock,2007). 2.4 Kategori Rekomendasi Pengobatan Berikut ini adalah kategori rekomendasi untuk menunjukkan tingkat kepentingan atau kepastian pengobatan yang dikutip dari Ghaziuddin Neera (2004) : "Standar Minimal" (Minimal Standard [MS]) adalah rekomendasi yang didasarkan pada bukti empiris substansial (seperti uji coba double-blind terkontrol) atau kesepakatan ahli klinis. Ketika praktisi tidak mengikuti standar ini dalam kasus tertentu, catatan medis harus menunjukkan alasan untuk ketidakpatuhan. "Pedoman Klinis" (Clinical Guidance [CG]) adalah rekomendasi yang didasarkan pada bukti empiri. "Opsi" (Option [OP]) adalah praktek-praktek yang dapat diterima tetapi tidak wajib diikuti. "Tidak Didukung" (Not Endorsed [NE]) mengacu pada praktek-praktek yang diketahui tidak efektif atau kontraindikasi(ghaziuddin, 2004). 2.5 Indikasi Berdasarkan pedoman American Psychiatric Association (APA) 2001 dan kumpulan data serta konsensus, sebelum dipertimbangkan untuk TEK pasien harus memenuhi tiga kriteria berikut ini yaitu: Diagnosis: Gangguan bipolar, depresi mayor atau mania persisten dengan atau tanpa gejala psikotik, gangguan skizoafektif,skizofrenia. iii

Keparahan gejala dan derajat gangguan fungsional yang dialami pasien: Berat atau ada agitasi ekstrim dan berkelanjutan, sedang dengan gejala telah ada bertahun tahun, pasien berada pada situasi yang mengancam kehidupan berupa kelemahan akibat kurang makanan, resiko bunuh diri atau membunuh. Kurangnya respon pengobatan : Kegagalan untuk merespon pada setidaknya dua uji coba psikofarmakologi yang adekuat. TEK dapat dipertimbangkan segera bila pasien tidak mampu mentolerir pengobatan psikofarmaka atau tidak dapat menunggu respon pengobatan psikofarmaka karena mengancam kehidupan. TEK dapat diindikasikan kembali jika ada riwayat respon positif terhadap TEK (Ghaziudin, 2004; Sackeim,2005; ECTGuide, 2006; McGorry, 2009; Mankad, 2010) 2.6 Kontraindikasi Menurut American Psychiatric Association (APA) 2001 tidak ada kontraindikasi absolut untuk TEK. Tetapi beberapa kondisi menimbulkan risiko yang relatif tinggi. (ECT Guide, 2006; Mankad, 2010) 2.7 Persiapan TEK a) Pelaksanaan, TEK hanya dapat dilakukan atas saran dari seorang dokter psikiater. Seorang dokter yang hadir dalam pelaksanaan TEK harus seorang dokter psikiater konsultan atau psikiater yang telah menyelesaikan kursus TEK dan berpengalaman dalam mengelola TEK. Dokter yang melakukan tindakan TEK adalah seorang dokter psikiater yang telah mendapat pelatihan resmi, dalam penggunaan TEK, sesuai dengan kriteria masing-masing institusi (ECT Manual Victoria Gov., 2009). b) Pemeriksaan status psikiatri, dokter psikiater menentukan bahwa pasien memiliki kondisi kualifikasi untuk TEK berdasarkan evaluasi status medis dan status psikiatri (Ghaziuddin, 2004). c) Komunikasi dan penyediaan informasi, tersedia secara tertulis disertai pertemuan yang cukup sering antara pasien, keluarga dan dokter untuk konsultasi sangat penting karena beberapa pasien yang sakit parah mungkin kesulitan mengingat konsultasi pra-tek. Disarankan bahwa lembar informasi mencakup sifat pengobatan, prosedur dan manfaat yang diharapkan serta risiko yang mungkin terjadi. (ECT Manual Victoria Gov., 2009). iv

d) Persetujuan pengobatan. Suatu bentuk persetujuan diberikan secara tertulis, ditandatangani dan harus diperoleh dari pasien dan keluarga pada setiap pengobatan TEK (ECT Guide, 2006). e) Penilaian kognitif. Berdasarkan fungsi kognitif direkomendasikan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) (ECT Guide, 2006). f) Pengobatan simultan, secara umum lebih baik untuk mengurangi atau menghentikan obat sebanyak mungkin untuk mengurangi risiko delirium dan meminimalkan efek samping kognitif. Obat obat yang akan mengganggu kejang (antikonvulsan dan benzodiazepin) harus diminimalkan, dan obat yang mengoptimalkan kondisi medis pasien harus diberikan sebelum TEK (Kellner, 2012) 2.8 Tindakan TEK a) TEK dengan prosedur anestesi, Selama tahun-tahun awal TEK diterapkan pada pasien tanpa anestesi atau relaksasi otot. Sejak tahun 1950-an dan 1960-an, beberapa jenis obat diperkenalkan untuk meningkatkan keselamatan dan akseptabilitas TEK. (Mankad,2010) b) Teknik TEK, untuk memberikan TEK yang tepat maka ambang kejang pasien harus terlampaui namun nilai sebenarnya dari jumlah listrik yang diperlukan untuk melakukan ini tergantung pada parameter stimulus yang dibangkitkan. Setiap mesin TEK mempunyai ukuran unit yang berbeda-beda untuk membangkitkan stimulus. Ukuran unit selalu disertakan pada petunjuk manual setiap mesin TEK (Robertson,1996). c) Kekerapan tindakan TEK, di United States TEK diberikan 3 kali dalam seminggu, biasanya untuk 6-12 kali pengobatan. Di United Kingdom dan negara lainnya, TEK diberikan 2 kali dalam seminggu (Mankad, 2010; Dawkins, 2012). TEK diberikan hingga didapat respon terapi maksimal. Respon maksimal dianggap telah terjadi bila pasien tidak menunjukan perbaikan gejala lagi (plateau) setelah 2 kali pelaksanaan TEK mendapat respon klinis yang tidak berbeda (Saddock, 2007). 2.9 Pemantauan Pasien Segera Setelah TEK Keberhasilan dari TEK secara klinis tergantung dari kualitas aktivitas kejang yang diinduksi. Kejang generalisata dapat dipantau secara inspeksi mengamati respon motor iktal (kejang) dan dengan memantau aktivitas iktal dengan electroencephalographic (EEG) Pemantauan EEG iktal telah direkomendasikan oleh APA (2001) untuk digunakan secara rutin (Allan, 2005) 2.10 Manajemen setelah TEK v

Meskipun TEK adalah pengobatan yang efektif dari suatu episode penyakit, belum ada bukti bahwa pengobatan TEK dapat mencegah kekambuhan di masa depan. Farmakoterapi dan/atau pengobatan pemeliharaan lainnya (dalam beberapa kasus termasuk pengobatan pemeliharaan TEK) harus dimulai setelah sesi pengobatan terakhir TEK (Ghaziuddin, 2004). III. EFEKTIFITAS DAN RISIKO EFEK SAMPING TEK 1.1 Efektifitas TEK Pada skizofrenia, penggunaan kombinasi TEK dengan obat antipsikotik untuk pasien yang mempunyai respon yang baik terhadap TEK adalah lebih unggul untuk pengobatan lanjutan daripada monoterapi hanya dengan obat antipsikotik atau dengan TEK saja dalam mencegah kambuh. Pasien dengan gambaran prognosis yang lebih baik membutuhkan frekuensi TEK pemeliharaan yang lebih sedikit. TEK pada fase akut dan pemeliharaan yang dikombinasikan dengan obat antipsikotik, efektif dalam meningkatkan fungsi sosial dan kualitas hidup pada pasien dengan Treatment Resistant Schizophrenia (TRS) yang memiliki riwayat respon yang baik terhadap TEK (Chanpattana, 2007). Pada depresi, penggunaan kombinasi TEK dengan obat antidepresan untuk pasien yang mempunyai respon yang baik terhadap TEK mempunyai angka kekambuhan yang lebih rendah dibandingkan monoterapi antidepresan saja ataupun placebo saja. TEK terutama dikombinasi dengan TCAs dan MAOI sebagai pengobatan lanjutan (Sackeim, 2005). Pada Mania, secara primer TEK bukan sebagai antimania tetapi secara klinis tampak jelas adanya perbaikan gejala. Stimulus dosis dua kali sampai empat kali ambang kejang cenderung meningkatkan kecepatan pemulihan dan mengurangi jumlah dan durasi pengobatan dengan TEK bilateral. Pemberian TEK tiga kali seminggu kecepatan responnya lebih cepat daripada TEK dua kali seminggu (Chanpattana,2 007). 3.2 Risiko Efek samping TEK Tidak ada pengobatan yang tidak mempunyai risiko dan efek samping, seperti halnya penanganan medis lain, TEK juga mempunyai beberapa risiko yang terbagi dalam tiga kategori risiko yaitu (Lawrence, 2011) : Kategori pertama adalah risiko kesehatan dan fisik, termasuk reaksi negatif terhadap obat anestesi dan obat relaksasi otot, komplikasi kardiovaskular, trauma fisik, nyeri, ketidaknyamanan, kejang berkepanjangan dan kematian. Kategori kedua adalah risiko disfungsi kognitif dan memori karena aliran listrik TEK diberikan pada area medial temporal yang berhubungan dengan memori termasuk hipokampus yang merupakan area yang mempunyai vi

ambang kejang rendah. Pasien harus diperingatkan akan risiko amnesia menetap dan kemungkinan gangguan kognitif. Kategori ketiga adalah risiko kerusakan pada alat TEK. Kualitas alat TEK yang digunakan harus memenuhi Standard International Elektrotechnical Commision. IV. RINGKASAN TEK efektif dalam berbagai gangguan jiwa seperti depresi, mania, skizofrenia terutama katatonia, tetapi tetap menjadi isu yang belum terselesaikan bagaimana mekanisme kerja TEK pada setiap gangguan jiwa tersebut. Keberhasilan dari TEK secara klinis tergantung dari kualitas aktivitas kejang yang dibangkitkan. Dokter harus menggunakan TEK secara bijaksana dan berhati-hati untuk meminimalkan risiko sebanyak mungkin. Standar parameter praktik harus diikuti untuk pelaksanaan TEK yang aman bagi semua pihak. Parameter praktik perlu terus dikembangkan untuk membantu dokter dalam proses pengambilan keputusan TEK. DAFTAR PUSTAKA Chanpattana, Worrawat, 2007, Electroconvulsive Therapy for Schizophrenia, Current Psychiatry Reviews, vol. 3, no. 1. pp.: 15-24, journal article. Dawkins, Karon, 2012, Refinements in ECT Techniques, Psychiatric Times, februari 2012, pp: 42-44, peer reviewed. Ghaziuddin, N, 2004, Practice Parameter for Use of Electroconvulsive Therapy With Adolescents, Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. Vol. 43, Issue 12, pp: 1521-1539, journal article. Grover, S & Kumar, S, 2005, Theories on Mechanism of Action of Electroconvulsive Therapy, German Journal of Psychiatry, vol. 8, pp : 70-84. journal article. Scott, Allan, 2005, The ECT Handbook. 2 nd edn, Royal College Psychiatrist. Great Britain. Bell & Bain Limited, Glasgow, pp:9 47, 124 170, book. Saddock, BJ & Saddock VA, 2007. Kaplan & Saddock s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10 th edn, pp: 467, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia USA, textbook. vii