BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Perkembangan suatu kota merupakan sebuah bentuk adaptasi masyarakat yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat meregenerasikan semangat historis dengan mempertahankan karakter, skala, dan atribut lainnya yang mencerminkan keaslian kawasan tersebut (Garnham, 1985).Keaslian suatu kawasan di dapat dengan mempertahankan kualitas visual pembentuk karakter visual kawasan. Kualitas visual pembentuk karakter visual mencakup kualitas estetika (proporsi,komposisi, pola tatanan, dan imegeability) yang berkaitan dengan image visual yang ditonjolkan.kualitas visual merupakan suatu atribut khusus yang ada pada suatu sistem visual yang ditentukan oleh nilai nilai kultural dan properti fisik yang hakiki ( Smardon,thn.. ). Dari kualitas visual inilah maka menimbulkan karakter visual suatu kawasan. Karakter visual kawasan dipengaruhi oleh sistem visualnya. Sistem visual merupakan susunan dari komponen-komponen visual dari suatu perkotaan/kawasan yang membentuk suatu kesatuan, memberikan kenyamanan dan kenikmatan visual yang dihasilkan oleh ruang ruang kota sebagai hasil bentukan dari elemen fisik kota / kawasan tersebut. Elemen fisik kota yang ditampilkan secara menarik baik secara bangunan ataupun lingkungannya dapat memberikan karakter yang khas. Kekhasan elemen 1
pembentuk fisik kota ini diperkuat dengan struktur lingkungan sekitarnya dan memberikan ciri serta kejelasan bagi lingkungan yang terwujud dalam rancangan maupun perletakannya terhadap elemen fisik yang lainnya (Cullen, 1961). Sebagai contoh kawasan Pecinan dengan bentuk bangunan cina memiliki karakter yang unik dan khas, selain itu juga suatu kawasan pemukiman yang berada di Sumatra Barat, memiliki bentuk fisik bangunan yang unik dengan bentuk rumah panggung dan rumah gadangnya. Elemen elemen fisik yang ada memberikan suatu karakter yang khas dan juga membentuk ruang ruang lingkungan sesuai dengan karakter yang ditimbulkan. Demikian juga dengan kawasan Menteng yang memiliki bentuk langgam bangunan colonial. Perkenalan bangsa Indonesia dengan peradaban barat dalam seni bangunan, diawali dalam sejarah bangunan kolonialisasi Belanda. Karya seni bangunan selalu siap diaktualisasikan keberadaannya dimana makna yang berlaku di zaman kolonial Belanda mempunyai ukuran, bentuk, ciri-ciri khas yang mewakili masanya. Bangunan kolonial (Indische Architecture) terasa menonjol karena monumentalis perpaduan antara senibangunan barat dan Indonesia yang menolak internasionalisme yang terlalu steril (atap datar,dinding putih,anti ornamen) dan bangunan modern yang diperkaya oleh seni dekoratif (Wiryomartono, 1995). Pada bangunan yang ada di Indonesia, karyaindische Architecture adalah karya yang mewakili aliran atau langgam ekspresi tertentu seperti pengaruh De Stijl, Bauhaus, Praire school, dan Art Deco (Djefry,1990). Ruang yang terbentuk dengan hadirnya bangunan Indische Architecture memberikan konstribusi dalam pembentukan visual kawasan dan memperjelas keberadaan penampilan bangunan, 2
baik dari segi bentuk maupun perletakannya seperti desain bangunan-bangunan yang telah memberikan karakter khas bagi ciri fisik dan kualitas visual lingkungannya.sebagai studi kasus adalah kawasan pemukiman Menteng Jakarta. Menteng, sebuah nama yang sejak dulu menyiratkan makna elite baik bagi penghuni di masa awal abad ke 20 ketika kawasan ini mulai dibangun, hingga sekarang pada awal abad ke 21. Sejarah menunjukan bahwa pada perkembangannya. Kawasan Menteng lebih ditujukan untuk pemukiman. Bentuk arsitektur di kawasan ini memang cukup beragam, dan kaya akan improvisasi dari masa itu.hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengaruh dalam bentuk bangunan. Memang sudah sejak awal dibangun, kawasan in dapat dikatakan sebagai kota satelit pertama di Batavia, bahkan di HindiaBelanda. Sebuah kawasan pemukiman yang dirancang dengan standar ruang kota sangat baik. Lengkap dengan segala fasilitas umum yang tersebar di dalam maupun pinggiran kawasan ini.. 3
Pengembangan kawasan Menteng Kawasan Menteng awal Gambar 1.1. Pengembangan kawasan Menteng. Sumber : RUTR, 2010 Pemekaran Kota Jakarta setelah merdeka, menghantarkan kawasan Menteng ini menjadi salah satu area jantung kota. Perkembangannya yang pesat, mengingatkan kepada Gubernur DKI Jakarta pada saat itu (1975) untuk memulai memperhatikan kotanya. Tindakan yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Salah satunya adalah menetapkan sejumlah gedung lama sebagai cagar budaya dan kawasan Menteng sebagai Lingkungan pemugaran (Conservation District). Dengan mengeluarkan ketetapan tentang kriteria klasifikasi 4
penggolongan bangunan yang dilindungi (golongan A-C), berkaitan dengan nilai sejarah, keaslian, kelangkaan, umur dan arsitektur. Saat ini, sebuah realitas yang tengah terjadi di sebuah wilayah yaitu kawasan Menteng - Jakarta yang sudah dinyatakan sebagai kawasan konservasi (lingkungan pemugaran) sejak lebih 25 tahun lalu. Kita dapat melihat bangunan rumah lama yang sudah rata dengan tanah dan dibangun kembali menjadi sebuah bangunan yang modern-kebanyakan merupakan bangunan dilindungi dari kelas C, atau sebuah bangunan yang telah dinyatakan sebagai bangunan dilindungi kelas A (utama), mulai dipreteli satu persatu bagiannya supaya dapat dinyatakan rusak sehingga boleh dirobohkan. Dengan alasan lahannya ingin dipakai untuk fasilitas lain atau model bangunan yang sudah tidak menarik / ketinggalan zaman. Perlu disadari, dengan hilangnya salah satu bangunan di suatu kawasan akan menyebabkan perubahan pada atmosfir kawasan yang akan dibentuk oleh karakter visual dan aktifitasnya. (Cohen,1999). Konservasi bangunan dan lingkungan bersejarah lebih dari sekedar upaya mempertahankan bentuk fisik ruang dan bentuk kota yang unik, namun yang lebih penting adalah pelestarian kota dapat menjamin kesempatan bagi generasimu dan untuk dapat tetap merasakan semangat historis masa lampau yang terkandung didalamnya. 1.1.1. Rumusan Masalah Saat ini kawasan konservasi Menteng menghadapi tekanan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kota. Masalah utama di kawasan ini adalah turunnya kualitas visual, faktor kunci karakter visual kawasan, serta merambatnya 5
perkembangan daerah komersial baik dari koridor Jln M.H Thamrin ke daerah komersial yang terjadi di Jln. HOS Tjokroaminoto. Terjadinya perubahan tipologi bangunan yang asli dengan maksud mengakomodasikan kebutuhan kebutuhan dan pola hidup baru. Masalah ini menjadi pokok pembahasan utama dalam perencanaan dan pelestarian karakter kawasan konservasi Menteng. Dari rumusan masalah tersebut, diperlukan pertanyaan penelitian untuk membantu fokus pengamatan, melalui tinjauan pustaka yang terkait dengan rumusan masalah. Pertanyaan penelitian tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Seperti apa kondisi pelestarian kawasan konservasi Menteng saat ini? 2. Sejauh Mana kebijakan / peraturan yang ada mengatur komponen visual kawasan konservasi saat ini? 3. Bagaimana arahan kawasan selanjutnya? 6
1.1.2. Keaslian Penelitian No JudulPenelitian NamaPenelit i 1 Preservasi dan konservasi kawasan bersejarah Pusat Kota Lama Padang. Satu kajian awal menuju suatu guidelines 2 Karakter visual kawasan Arahan dan Acuan pertumbuhan bangunan tinggi kawasan pusat kota studi kasus jalan Asia Afrika Bandung 3 Rencana bagian wilayah kota 1985-2005 4. Arahan Rancangan untuk menjaga karakter visual pada jalur komersial di pusat kota Historis. Studi kasus pada Malioboro- Yogyakarta. 5 Perubahan karakter kawasan studi kasus kawasan Sagan - Yogyakarta Tahun Peneli tian Haryani 1996 Deskriptifrasionalistik YohanesFirza l Kussoy Wailan John Evelyn, Stephanie Teori / Metode yang digunakan Lokasi Fokus 2002 Deskriptifrasiona listik Kota Lama Padang, Sumatra Barat Jalan Asia Afrika Bandung Kec. Menteng Jakarta Pusat 1999 Empiris Maliobo Ro-Yogya karta 2011 Deskriptif Rasionalistik Sagan Yogyakarta Karakter visual kawasan bersejarah Karakter visual kawasan komersil Rencana pengembangan bagian wilayah kec Menteng Jakarta - Pusat Karakter visual pada elemen fasade bangunan histories Perubahan karakter kawasan 6 Eksistensi faham aliran De Stilj pada komposisi fasade bangunan kolonial Belanda Rumah Kontemporer Hariyadi, Salendra 2010 Empiris Kota Baru Yogyakarta Langgam De Stijl 7 Karakter visual kawasan kota Baru Yogyakarta Berdasarkan konsep Garden City Kesuma, Yuanita 2013 DeskriptifRasion alistik Kota Baru - Yogyakarta Karakter visual kawasan pada konsep Garden City kawasan Kota Baru Yogyakarta Tabel 11. Keaslian Penulisan Sumber : Olah data peneliti 2013 7
1.1.3. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang hendak dilakukan adalah: penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu desain guideline (arahan perancangan) pemilik rumah atau perencana dalam melakukan pengembangan fisik bangunan, sesuai dengan evaluasi kebijakan pelestarian kawasan konservasi terhadap bangunan indisch berkaitan dengan nilai sejarah, keaslian, kelangkaan, umur dan nilai Arsitektur di kawasan Menteng. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan Penelitian Mengevaluasi kebijakan pemerintah tentang kawasan konservasi di menteng, mengarahkan perkembangan fisik bangunan pemugaran,memberikan batasan-batasan yang mendukung konsep pemugaran. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek pelestarian (kawasan Menteng) 1.2.2. Sasaran Penelitian Sasaran yang dicapai adalah : 1. Mengidentifikasi komponen komponen visual yang merupakan elemen kunci karakter kawasan Menteng. 2. Mengidentifikasi format-format kriteria evaluasi kebijakan pelestarian kawasan konservasi. 8
3. Analisis evaluasi kebijakan yang dipakai terhadap data area pengamatan yang mempengaruhi pengembangan kawasan Menteng di masa yang akan datang. 4. Merumuskan kesimpulan hasil evaluasi kebijakan terhadap kawasan Menteng menghasilkan quideline menitik beratkan pada bangunan Indisch di kawasan Menteng. 1.3. Metode dan Proses Penelitian Metodelogi penelitian yang dipakai untuk komponen visual adalah pendekatan evaluatif. Penelitian ini akan mengamati elemen komponen visual yang mempengaruhi karakter visual suatu kawasan untuk memberikan arahan design (faktor penentu design) visual kawasan pemukiman peninggalan Belanda, yaitu kawasan Menteng Jakarta. Informasi yang dikumpulkan dipaka iuntuk observasi lapangan dengan membuat dokumentasi visual berupa foto-fotoberwarna, slide, peta peta sebagai data pendukung analisa. Pengamatan penelitian dilakukan pada komponen visual pembentuk karakter kawasan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengeluarkan arahan rancangan ( design guideline) yang dapat diaplikasikan di lokasi studi ataupun lokasi lokasi lain yang mempunyai kesamaan kasus fungs iserupa. ( hasil penelitian tidak mengarah pada lahirnya teori baru ). Pada penelitian ini, dibuat suatu klasifikasi dari wilayah menteng berdasarkan data-data dan kondisi di lapangan. Adapun pengklasifikasian wilayah Menteng dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : 9
1. Berdasarkan keaslian bangunan dan sedikit berubah 2. Bangunan baru atau dengan banyak perubahan. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan kedua klasifikasi diatas dengan mengambil sample spot wilayah amatan. 1.4. Lingkup Bahasan Penelitian Lingkup penulisan yang membatasi penelitian ini adalahpada komponen visual bangunan Indisch kawasan konservasi lingkungan pemukiman peninggalan Belanda, kawasan Menteng, Jakarta.Sedangkan materi yang dibahas adalah pembahasan teori dan analisa komponen visual ( pada front fasade ) kawasan konservasi. I. 5. Pola pikir penelitian 10
Latarbelakang Realitas disebuah wilayah yaitu kawasan Menteng, dimana mulai di preteli satu persatu bagiannya supaya dapat dinyatakan rusak sehingga boleh dirobohkan. Dan dibangun baru lagi. Bangunan baru dengan fisik mengikuti fasade masa kini dapat menyebabkan hilangnya identitas kawasan tersebut yang dibentuk oleh karakter visual dan aktifitasnya (cohen) Dikuatirkan pada suatu saat nanti generasi mendatang tidak akan dapat melihat lagi sejarah, yang tercermin pada fisik bangunan, atau suatu daerah yang tercermin dalam suatu lingkungan binaannya Tujuan penelitian Mengevaluasi kebijakan pemerintah tentang kawasan konservasi di menteng, mengarahkan perkembangan fisik bangunan pemugaran,memberikan batasan-batasan yang mendukung konsep pemugaran. Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin dalam objek pelestarian (kawasan Menteng) Perumusan masalah 1. Seperti apa kondisi pelestarian kawasan Menteng saat ini? 2. Sejauh mana kebijakan/peraturan yang ada mengatur komponen visual kawasan konservasi saat ini? 3. Bagaimana arahan kawasan selanjutnya? Studi kasus / Evaluasi Kebijakan Teori Metode yang dipakai : Pendekatan Evaluatif Batasan wilayah penelitian Kawasan Menteng = fokus Area perumahan situ lembang = lokus Klasifikasi pemilihan unit amatan : 1. Berdasarkan keaslian bangunan dan sedikit perubahan 2. Bangunan baru atau asli dengan banyak perubahan Klasifikasi Bangunan konservasi a. kelas A b. kelas B c. kelas C Ditentukan bangunan dengan perbandingan perubahan yang terjadi Variabel Penelitian Analisis / Pembahasan Teori Kebijakan Analisis 1 Analisis 2 Analisis 3 Temuan / Hasil Evaluasi Kesimpulan Skema 1.2 : Alur jalannya penelitian : Sumber penulis 2013 Guideline 11