Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjalin relasi sosial. Kebutuhan individu untuk. membangun relasi sosial meningkat seiring bertambahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia ini menganggap jaringan dalam tubuh sebagai benda

BAB I PENDAHULUAN. kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Data Yayasan Lupus Indonesi (YLI) menunjukkan bahwa jumlah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma di suatu lingkungan masyarakat (Santoso, 2003). Salah satu

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai derajat psychological wellbeing

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB II LANDASAN TEORI. Teori kesejahteraan psikologis yang menjelaskan sebagai pencapaian penuh dari potensi

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

BAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara fisik. Sebagian orang harus menderita penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 2014), terlebih bagi individu yang sudah bekerja dan hanya memiliki latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sumber daya manusia itu sendiri dapat dirincikan menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. individu-individu yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada buku karangan Aristotetea yang berjudul Nicomacheon Ethics

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam dan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan manusia,

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN...ii. KATA PENGANTAR...iii. DAFTAR ISI..vi. DAFTAR BAGAN.ix. DAFTAR TABEL...x. DAFTAR LAMPIRAN.xi BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB V PENUTUP. orang lain, memiliki otonomi, dapat menguasai lingkungan, memiliki. tujuan dalam hidup serta memiliki pertumbuhan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta restrukturisasi organisasi, begitu pula di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterikatan aturan, emosional dan setiap individu mempunyai peran

PEMETAAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS GURU PG PAUD SE KOTA PEKANBARU

BAB II LANDASAN TEORI. Bradburn (1969 dalam Ryff, 1989) membedakan psychological

BAB I PENDAHULUAN. manusia menggunakan fungsi panca indera dan bagian-bagian tubuh lainnya, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang paling dinanti-nantikan. Pada pasangan yang sulit memiliki anak, segala

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Psychological Well-Being menjelaskan istilah Psychological Well-Being sebagai

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian Dan Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasar kepribadiannya. Seberapa besar ia menghayati agama yang dianutnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

Gambaran Psychological Well-Being pada Odha Stadium IV di LSM Rumah Cemara Bandung

BAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis

Prosiding Psikologi ISSN:

LAMPIRAN A. Alat Ukur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. potensi individu dimana individu dapat menerima kekurangan dan kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di antara makhluk lainnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flow menggambarkan pengalaman subjektif ketika keterampilan dan

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Flow dengan Psychological Well-Being Mahasiswa Psikologi UNISBA yang Aktif Organisasi. Adinda Dwi Fajrina, 2 Dewi Rosiana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles yang selanjutnya dalam ilmu psikologi menjadi istilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa. Hal ini

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori dari Carol D. Ryff mengenai psychological

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB 5 Simpulan, Diskusi, Saran

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai kewajiban untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 1 Hany Fakhitah, 2 Temi Damayanti Djamhoer 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 email: 1 fakhitahhany@gmail.com, 2 temidamayanti@gmail.com Abstrak. Kanker merupakan salah satu penyakit yang mematikan. Hal ini disebabkan karena biasanya penderita kanker baru mendapat diagnosis kanker saat kanker telah mencapai stadium III. Keterlambatan dalam pemberian tindakan medis dapat menimbulkan kematian. Keadaan yang tidak terduga inilah yang membuat orang yang didiagnosis kanker merasa stress. Penderita kanker seringkali menyalahkan Tuhan mengapa memberikan penyakit yang sulit untuk disembuhkan kepada mereka. Namun, keadaan yang berbeda ditemukan pada survivor kanker yang tergabung ke dalam Bandung Cancer Society (BCS). Menyalahkan dan menjauhi Tuhan memang terjadi di awal saat mereka mendapatkan diagnosis kanker. Seiring berjalannya waktu, mereka pun menyadari bahwa hanya Tuhan-lah tempat mereka dapat menggantungkan harapan. Perasaan puas dan bahagia atas kehidupan yang dijalani pun dirasakan survivor kanker setelahnya. Survivor kanker menggali potensi dirinya untuk menghadapi segala hambatan yang muncul. Survivor kanker tidak ingin penyakit yang mereka derita menjadi halangan bagi mereka untuk mendapatkan kepuasan akan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai kesejahteraan psikologis pada survivor kanker. Subjek penelitian berjumlah 9 orang survivor kanker yang tergabung di dalam Bandung Cancer Society (BCS). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kesejahteraan psikologis dari Carol D. Ryff yang dimodifikasi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa dari 9 orang survivor kanker, keseluruhannya memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Kata kunci: kesejahteraan psikologis, survivor kanker, support group kanker A. Pendahuluan Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan juga dapat menjadikan individu lebih produktif di dalam hidupnya. Pada kenyataannya, tidak semua individu dapat merasakan kesehatan. Seringkali individu menderita sakit yang dapat menghambat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penyakit yang diderita pun beragam, dari penyakit yang mudah disembuhkan, seperti flu, batuk, demam, sampai penyakit yang sulit disembuhkan, seperti kanker. Kanker merupakan salah satu penyakit yang sulit dideteksi secara dini. Gejala kanker muncul apabila sudah berkembang ke tahap atau stadium lanjut. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pasien yang didiagnosis menderita kanker menjadi kaget dan sulit untuk menerima kenyataan. Penderita kanker dihadapkan oleh beberapa rangkaian pengobatan. Banyak yang mencoba pengobatan herbal, namun biasanya kurang berhasil karena penyakit kanker yang diderita telah mencapai stadium lanjut. Pengobatan medis yang ditawarkan mulai dari obat-obatan yang harus dikonsumsi secara rutin, penyinaran sinar radiologi untuk menghilangkan sel-sel kanker, sampai operasi yang dilakukan untuk mengangkat sel-sel kanker. Penderita yang telah menyelesaikan rangkaian-rangkaian pengobatan tersebut umumnya disebut sebagai survivor kanker. Survivor kanker tetap harus menjalani kontrol rutin untuk memeriksa apakah masih terdapat sel-sel kanker di tubuhnya atau tidak. 649

650 Hany Fakhitah, et al. Survivor kanker pada saat menerima diagnosis kanker umumnya merasa kecewa, sedih, tidak percaya, bahkan merasa marah pada Tuhan. Survivor kanker merasakan beberapa perubahan-perubahan secara fisik dan psikis. Perubahan-perubahan secara fisik seperti menjadi mudah letih, lebih mudah terserang penyakit, turunnya berat badan, dan mengalami kerontokan rambut. Sementara perubahan-perubahan psikis lebih dirasakan oleh survivor kanker, seperti susah mengendalikan emosi marah, kecewa dengan takdir yang Tuhan berikan, takut akan kematian, takut dalam menghadapi rangkaian pengobatan, takut ditinggalkan oleh keluarga, dan lain sebagainya. Seiring berjalannya waktu, survivor kanker mulai dapat menerima bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Perasaan marah terhadap Tuhan mulai berganti dengan keadaan pasrah. Survivor kanker juga mencoba untuk menumbuhkan motivasi dalam diri agar dapat bertahan melawan penyakit yang dideritanya tersebut. Para survivor ingin membuktikan bahwa mereka dapat bertahan hidup lebih lama lagi, tidak seperti diagnosis dokter yang hanya beberapa bulan. Survivor kanker beranggapan, kalaupun harus meninggal dalam waktu dekat, mereka ingin melakukan banyak kegiatan positif dan bermanfaat bagi banyak orang dalam waktu hidup yang tersisa. Para survivor bertekad untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti sebelum mereka jatuh sakit, bahkan melebihinya. Salah satu kegiatan yang sering mereka lakukan adalah berbagi pengalaman dengan para penderita kanker melalui sebuah support group bernama Bandung Cancer Society (BCS). BCS didirikan oleh beberapa survivor kanker yang berdomisili di Bandung. BCS merupakan support group untuk penderita kanker yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Melalui BCS, para survivor memberikan banyak support kepada para penderita kanker di Bandung, seperti memfasilitasi keingintahuan penderita mengenai kanker lebih jauh melalui seminar-seminar, melakukan kunjungan-kunjungan kepada pasien kanker yang sedang menjalani pengobatan, atau sharing dalam kelompok kecil. Saat ini, BCS memiliki anggota yang berjumlah ±30 orang, 9 orang diantaranya merupakan survivor kanker yang telah menyelesaikan rangkaian pengobatannya. Survivor kanker yang tergabung ke dalam Bandung Cancer Society (BCS) telah menyelesaikan rangkaian pengobatan kanker. Namun, ada beberapa obat yang harus di konsumsi untuk menjaga kondisi tubuh dan pemeriksaan ultrasonografi rutin yang harus mereka jalani. Survivor kanker juga harus menjalani gaya hidup sehat dan makan makanan sehat. Para survivor saat ini telah aktif kembali menjalani aktivitasnya seharihari, salah satunya adalah kegiatan sosial di dalam Bandung Cancer Society (BCS). Para survivor mengaku merasa lebih puas dengan kehidupan yang dijalaninya saat ini. Keadaan-keadaan negatif yang dirasakan saat menderita sakit kanker dan dalam menjalani masa pengobatan terdahulu telah dapat dilalui dengan baik. Survivor kanker merasa bersyukur dengan apa yang telah terjadi pada kehidupannya dan apa yang telah mereka raih selama ini. Penyakit yang diderita tentu saja membuat hidup mereka berubah, tetapi mereka terus berusaha agar perubahan yang dirasakan tidak menjadikan hambatan dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Walaupun menderita penyakit yang sulit untuk disembuhkan dan dianggap mematikan, survivor kanker tidak berkecil hati dan menarik diri dari lingkungan sekitar. Para survivor menyadari betul bahwa penyakit kanker telah membuat keadaan dalam diri mereka berubah. Namun, survivor kanker tidak ingin membatasi kegiatan yang mereka biasa lakukan hanya karena penyakit tersebut. Bahkan para survivor ini bertekad untuk menjadi lebih produktif dibandingkan dengan mereka yang dahulu sebelum menderita penyakit kanker. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 651 Para survivor pun dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar mereka. Bergabung ke dalam Bandung Cancer Society (BCS) menjadi salah satu jalan untuk mereka agar dapat berbagi dengan banyak orang mengenai penyakit yang mereka derita. Mereka seringkali berbagi informasi mengenai penyakit kanker yang mereka derita, bahwa penyakit kanker bisa juga disembuhkan dan tidak selalu menyebabkan kematian bagi penderitanya. Perubahan-perubahan dalam diri yang timbul akibat penyakit yang diderita kini pun telah mampu diatasi dengan baik oleh survivor kanker. Seperti saja keadaan fisik yang cepat lelah, yang tentu saja menimbulkan masalah bagi mereka yang memang banyak memiliki kegiatan di luar rumah. Hal ini disiasati dengan mengatur waktu-waktu tertentu untuk beristirahat dan waktu lainnya untuk bekerja dengan lebih giat mengejar goal yang telah ditargetkan. Para survivor mengakui mereka merasa puas dengan kehidupan yang mereka jalani kini. Walaupun banyak orang yang menilai menderita suatu penyakit, apalagi penyakit yang sulit untuk disembuhkan, merupakan cobaan hidup yang berat, para survivor merasa dapat melaluinya dengan baik. Keadaan yang dialami survivor kanker ini dijelaskan Ryff sebagai kesejahteraan psikologis. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran kesejahteraan psikologis pada survivor kanker di Bandung Cancer Society (BCS). B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai kesejahteraan psikologis pada survivor kanker di Bandung Cancer Society (BCS). C. Landasan Teori Ryan dan Deci (2001), mengemukakan dua perspektif mengenai kesejahteraan. Pendekatan hedonik, yang mendefinisikan kesejahteraan sebagai kesenangan atau kebahagiaan dan pendekatan eudaimonik, yang berfokus pada realisasi diri, ekspresi personal, dan tingkat dimana individu mampu mengaktualisasikan kemampuannya. Waterman (1993), menekankan bahwa eudaimonik terdiri dari pemenuhan atau menyadari siapa dirinya sebenarnya. Teori kesejahteraan psikologis dikembangkan oleh Ryff pada tahun 1989. Kesejahteraan psikologis merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktivitas hidup sehari-hari. Segala aktivitas yang dilakukan oleh individu yang berlangsung setiap hari dimana dalam proses tersebut kemungkinan mengalami fluktuasi pikiran dan perasaan yang dimulai dari kondisi mental negatif sampai pada kondisi mental positif, misalnya dari trauma sampai penerimaan hidup dinamakan kesejahteraan psikologis (Bradburn, dalam Ryff&Keyes, 1995). Ryff (dalam Keyes, 1995) menjelaskan istilah kesejahteraan psikologis sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hihdup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Ryff menyebutkan bahwa kesejahteraan psikologis terdiri dari enam dimensi, yaitu dimensi penerimaan terhadap diri sendiri, dimensi hubungan yang positif dengan orang lain, dimensi kemandirian, dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, dan dimensi pertumbuhan pribadi. Setiap dimensi dari kesejahteraan psikologis Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

652 Hany Fakhitah, et al. menjelaskan mengenai tantangan yang berbeda yang harus dihadapi oleh individu untuk berusaha berfungsi positif. Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis memiliki enam dimensi pendukung. Masing-masing dimensi dalam kesejahteraan psikologis menjelaskan tantangan-tantangan yang berbeda yang dihadapi individu untuk dapat berfungsi secara penuh dan positif (Ryff & Singer, 1996). Dimensi-dimensi tersebut adalah: 1) Penerimaan Diri (Self Acceptance) Dimensi ini mendefinisikan sebagai karakteristik utama dari kesehatan mental, aktualisasi diri, berfungsi optimal dan kematangan. Penerimaan diri berarti sikap yang positif terhadap diri sendiri dan kehidupan di masa lalu, serta mampu menerima kekurangan dan kelebihan serta batasan-batasan yang dimiliki dalam aspek diri individu. 2) Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth) Dimensi ini didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang, perkembangan diri, serta keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru. 3) Tujuan Hidup (Purpose in Life) Dimensi ini menekankan pentingnya memiliki tujuan, pentingnya keterarahan dalam hidup dan percaya bahwa hidup memiliki tujuan dan makna. Individu yang memiliki tujuan hidup yang baik, memiliki target dan cita-cita serta merasa bahwa baik kehidupan di masa lalu dan sekarang memiliki makna tertentu. 4) Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery) Dimensi ini ditandai dengan kemampuan individu untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang cocok atau untuk mengatur lingkungan yang kompleks. 5) Otonomi (Autonomy) Dimensi ini dideskripsikan dengan individu yang mampu menampilkan sikap kemandirian, memiliki standard internal dan menolak tekanan sosial yang tidak sesuai. 6) Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others) Dimensi ini ditandai dengan adanya hubungan yang hangat, memuaskan, saling percaya dengan orang lain serta memungkinkan untuk timbulnya empati dan intimasi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis Beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologispada diri seseorang, yaitu: 1) Faktor Demografis a. Usia Ryff & Keyes (1995) mengemukakan bahwa perbedaan usia mempengaruhi perbedaan dalam dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis. Dalam penelitiannya, Ryff & Keyes (1995) menemukan bahwa dimensi penguasaan lingkungan dan dimensi otonomi mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia, terutama dari dewasa muda hingga dewasa madya. b. Jenis Kelamin Wanita menunjukkan psychological well being yang lebih positif jika dibandingkan dengan pria. Ryff (1989) menunjukkan bahwa pada dimensi relasi positif, wanita menunjukkan skor yang lebih tinggi dibandingkan pria. c. Status Sosial Ekonomi Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 653 Status sosial ekonomi berhubungan dengan dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan pertumbuhan diri. Individu yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik dari dirinya (Ryff, 1995). Status sosial ekonomi terdiri dari tingkat pendidikan, penghasilan, dan pekerjaan. d. Budaya Ryff (1995) mengatakan bahwa sistem nilai individualisme atau kolektivisme memberi dampak terhadap kesejahteraan psikologis yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya Barat memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan otonomi, sedangkan Budaya Timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme memiliki nilai yang tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. 2) Dukungan Sosial Davis (dalam Pratiwi, 2009), individu yang mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi. Dukungan ini dapat berasal dari berbagai sumber, diantaranya pasangan, keluarga, teman, rekan kerja, dokter, maupun organisasi sosial. 3) Evaluasi terhadap Pengalaman Hidup Evaluasi individu terhadap pengalaman hidupnya memiliki pengaruh yang penting terhadap tingkat kesejahteraan psikologis (Ryff, 1995). 4) Religiusitas Religiusitas menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan psikologis (Argyle, 1997). D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran pada responden dengan menggunakan alat ukur Kesejahteraan Psikologis, maka diperoleh hasil tingkat Kesejahteraan Psikologis oleh Ryff, menghasilkan kategori kesejahteraan psikologis yang dapat digambarkan melalui tabel dan diagram berikut: Tabel 2. Tabel Distribusi Frekuensi Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis Total No. Dimensi F % F % F % 1. Penerimaan Diri (Self Acceptance) 9 100 - - 9 100 2. Pertumbuhan Pribadi (Personal 9 100 - - 9 100 Growth) 3. Otonomi (Autonomy) 9 100 - - 9 100 4. 5. 6. Tujuan Hidup (Purpose in Life) 9 100 - - 9 100 Hubungan Positif dengan Orang Lain (Positive Relations with Others) Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery) 9 100 - - 9 100 9 100 - - 9 100 Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

654 Hany Fakhitah, et al. Penerimaan Diri Pertumbuhan Pribadi Otonomi Tujuan Hidup Hubungan Positif dengan Orang Lain Penguasaan Lingkungan Diagram 1. Diagram Batang Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Psikologis Ryff (1989) mengemukakan bahwa Psychological Well-Being merupakan pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Dari 9 orang survivor kanker yang menjadi subjek penelitian,keseluruhannya memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi. Para survivor merasa puas dengan kehidupannya saat ini, walaupun dengan kenyataan bahwa mereka belum bisa dikatakan telah benar-benar bebas dari penyakit kanker. Perasaan bangga mereka rasakan karena telah dapat mengatasi hambatan-hambatan yang muncul akibat penyakit yang diderita. Survivor kanker memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi pada dimensi penguasaan lingkungan, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dan dimensi penerimaan diri. Berdasarkan diagram 1 dapat dilihat bahwa terdapat 3 dimensi dengan nilai ratarata terendah, yaitu dimensi pertumbuhan pribadi, dimensi otonomi, dan dimensi tujuan hidup. Beberapa faktor dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kesejahteraan psikologis. Faktor-faktor tersebut antara lain: faktor demografis (usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan budaya), dukungan sosial, evaluasi terhadap pengalaman hidup, dan religiusitas. Para survivor kanker mendapat banyak dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya. Dukungan sosial yang diperoleh survivor kanker tidak hanya berasal dari keluarga. Rekan-rekan di Bandung Cancer Society (BCS) juga aktif dalam memberikan dukungan sosial. Hal sama yang mereka rasakan membuat antara survivor yang satu dengan yang lainnya saling menguatkan. Survivor kanker juga saling bertukar informasi mengenai banyak hal yang berkaitan dengan pengobatan atau pola hidup sehat yang dapat mereka jalani. Masalah yang mereka hadapi bersama justru menjadi penggerak untuk saling menguatkan dalam menghadapi cobaan tersebut. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Sosial dan Humaniora)

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS) 655 Religiusitas juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (Argyle, 1997). Penelitian Krause dan Ellison (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara religiusitas dan kesejahteraan psikologis. Hal ini berkaitan dengan transendensi segala persoalan hidup kepada Tuhan. Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai kejadian di dalam hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna, dapat terhindar dari stres dan depresi. Saat awal didiagnosis kanker, survivor kanker sulit untuk menerima. Namun, seiring berjalannya waktu, para survivor dapat menerima keadaan mereka. Para survivor menyerahkan segala permasalahan yang dihadapi kepada Tuhan. Para survivor menjadi lebih menghayati ibadah-ibadah yang dijalani dan doa-doa yang dipanjatkan. Survivor kanker juga seringkali berdiskusi dengan ahli agama mengenai cobaan yang sedang mereka hadapi. Kedekatan dengan Tuhan yang mereka rasakan sangat membantu mereka dalam menghadapi cobaan berupa penyakit kanker yang sedang mereka hadapi ini. E. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Survivor kanker yang tergabung dalam Bandung Cancer Society (BCS) memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Keseluruhan dimensi memiliki peranan pada tingginya kesejahteraan psikologis. 2) Dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi tujuan dalam hidup menjadi dua dimensi tertinggi pada survivor kanker di Bandung Cancer Society (BCS). 3) Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis antara lain adalah dukungan sosial dan religiusitas. Dukungan sosial dari keluarga, terutama pasangan, dan komunitas sosial membantu dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis pada survivor kanker. Tingkat religiusitas memberikan kontribusi penting dalam penerimaan keadaan pada diri survivor kanker. DAFTAR PUSTAKA Argyle, M. & Benjamin Beit-Hallahmi. (1997). The Psychology of Religious Behaviour, Belief, and Experience. London: Routledge. Krause, N. (2003). The Journals of Gerontology. Vol.58B, pp. 160-170. Ryan, R.M. & Edward L. Deci (2001). Annual Review of Psychology. Vol.52, pp.141 66 Ryff, C. D. (1989). Journal of Personality and Social Psychology. Vol.57, pp.1069-1081 Ryff, C.D.& C.L.M. Keyes (1995). Journal of Personality and Social Psychology. Vol.69, No.4, pp. 719-727. Ryff, C.D & Burton S. (1996). Psychother Psychosom. Vol.65, pp. 14-23. Psikologi, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015