Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik PLN Pada Kelompok Pelanggan Rumah Tangga (R VA) di Kabupaten Purworejo Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

Pengantar Ekonomi Mikro

Template Standar Powerpoint

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

Model Keseimbangan Pengeluaran Dua Sektor

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak buruk bagi kehidupan. untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Surakarta. Sumber Air

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. makroekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari. pendapatannya yang di belanjakan. Apabila pengeluaran pengeluaran

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Qx TUx MUx

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

Pengeluaran Agregat yang direncanakan (AE) dan Ekuilibrium Output

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

Add your company slogan. Permintaan Pasar LOGO

KONSUMSI DAN TABUNGAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ESTIMASI FUNGSI KONSUMSI PANGAN DAN NON PANGAN PENDUDUK PERKOTAAN PROPINSI JAMBI. Adi Bhakti ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHAN BATU

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

III. KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat

Fungsi Konsumsi Keynes

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. mempunyai kebutuhan sehingga disebut permintaan absolut atau potensial. Dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

KONSUMSI, DAN TABUNGAN, DAN INVESTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

ANALISIS PERMINTAAN LISTRIK RUMAH TANGGA (R1-900 VA) DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil

ANALISIS KAUSALITAS ANTARA KONSUMSI RUMAH TANGGA DENGAN PDRB PERKAPITA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

BAB 3 Pendapatan Nasional : Dari Mana Berasal dan Ke Mana Perginya

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

MODEL PENDEKATAN TEORI KONSUMSI DALAM MEMBUAT PROYEKSI POTENSI DANA PIHAK KETIGA (DPK) PADA BANK UMUM DI KOTA SURABAYA

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara, namun lebih dari itu pembangunan

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA KEGIATAN PRODUKSI:

TEORI KONSUMSI. Minggu 8

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Katalog BPS :

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

RUANG LINGKUP ILMU EKONOMI

Daftar Isi Standarisasi Harga dan Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

Materi 5 Ekonomi Mikro

Teori Konsumsi dan Utilitas. Copyright 2004 South-Western

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran

III. KERANGKA TEORITIS

Transkripsi:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik PLN Pada Kelompok Pelanggan Rumah Tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo Tahun 2002-2008 Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : CATUR SUTRISWANTO AJI F1105010 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Energi merupakan sumber daya yang dibutuhkan oleh kehidupan dan bagi pembangunan, terutama untuk mendukung proses industrialisasi. Pembangunan energi diarahkan untuk mendorong kegiatan pembangunan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat serta memenuhi kebutuhan energi masyarakat dengan menjamin tersedianya energi dan meningkatkan mutu pelayanannya. Pembangunan energi harus memperhatikan kelestarian energi untuk jangka panjang, kebutuhan energi dalam negeri, peluang ekspor dan keselamatan serta kelestarian fungsi lingkungan hidup. Untuk menjaga kelestarian sumber daya tersebut perlu diupayakan pemanfaatan secara optimal dan penggunaan peralatan dan teknologi hemat energi dalam rangka kebijakan energi nasional yang menyeluruh dan terpadu. Listrik sebagai komoditi tidak dapat disimpan dalam jumlah besar. Listrik harus dibangkitkan dan diproduksi seketika serta langsung disalurkan kepada pemakai akhir dalam kuantitas dan kualitas yang tepat saat dibutuhkan. Hal ini berbeda dengan BBM yang dapat disimpan dalam tanki untuk beberapa waktu sambil menyesuaikan dengan kebutuhan, karena itu perencanaan pengembangan tenaga listrik perlu dilakukan secara cermat, terutama proyeksi kebutuhan masa depan. Penyediaan tenaga listrik harus seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan. Energi lisrik yang berlebih mengakibatkan kapasitas yang terpasang yang ada tidak termanfaatkan, sehingga biaya persatuan kwh menjadi mahal. Begitu pula sebaliknya, ii

kekurangan persediaan listrik akan menyebabkan pemadaman bahkan menjurus pada kerawanan sosial dan politik. Dengan demikian keseimbangan pasar tenaga listrik sangat penting, sehingga perlu dilakukan pemantauan dan penyesuaian terus-menerus dari waktu ke waktu. Listrik merupakan satu energi vital pendukung pembangunan dalam suatu negara. Namun dalam skala besar saat ini belum ada teknologi yang cukup efisien digunakan untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh sebuah pembangkit atau lebih sering disebut dengan generator, yang kemudian langsung didistribusikan kepada konsumen akhir dengan mutu dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan saat itu (Listrikita, 2006). Tabel 1. Produksi dan Pembelian Tenaga Listrik di Jateng, Jawa, dan Indonesia Tahun 2000-2006 dalam (GWh). Tahun Nasional Jawa Jawa Tengah Produksi Dibeli Produksi Dibeli Produksi Dibeli 2000 84,190.14 9,135.14 66,617.29 8,301.12 0.38-2001 88,354.71 13,299.21 68,853.02 12,357.80 0.57-2002 89,293.24 19,066.61 68,787.48 17,671.11 0.28-2003 92,480.92 20,538.76 70,836.85 19,110.26 0.52-2004 96,191.17 24,053.14 73,163.69 22,236.90 0.28 9.22 2005 101,282.09 26,087.70 77,470.63 23,477.59 0.21 49.32 2006 104,468.62 28,639.75 79,909.22 24,865.86 0.3 57.49 Jumlah 656,260.89 140,820.31 505,638.18 128,020.64 2.54 116.03 Sumber: DJLPE ESDM dan PT. PLN (Persero), diolah. iii

Berdasarkan data pada tabel 1 diatas terlihat bahwa produksi dan pembelian tenaga listrik baik secara nasional maupun di pulau jawa dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan sedangkan untuk propinsi jawa tengah untuk produksi tenaga listrik mengalami pasang surut ini terlihat dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 mengalami kenaikan sebesar 0,19 GWh sedangkan untuk tahun 2001 sampai dengan tahun 2002 mengalami penurunan produksi sebesar 0,29 GWh dan pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2003 mengalami kenaikan lagi sebesar 0,24 GWh akan tetapi pada tahun 2004 mengalami penurunan produksi lagi sebesar 0,24 GWh. Untuk tahun berikutnya mengalami penurunan produksi yaitu sebesar 0,07 GWh pada tahun 2005 akan tetapi pada tahun 2006 terjadi kenaikan produksi sebesar 0,09 GWh dan untuk pembeliannya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Tenaga listrik sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia diera modern ini, karena hampir semua sektor industri bergantung pada energi listrik yang dihasilkan oleh PT. PLN (Persero). Saat ini energi listrik sudah digolongkan sebagai kebutuhan pokok suatu daerah yang digunakan oleh empat kelompok pemakai listrik. Kelompok pemakai tersebut adalah kelompok rumah tangga, industri, bisnis, dan umum (Hasid, 2005:20). Golongan rumah tanggalah yang merupakan kelompok pemakai energi listrik paling besar dalam setiap tahunnya. Didalam kelompok rumah tangga, listrik digunakan sebagai penerangan dan alat untuk mempermudah pekerjaan sehari-hari. Pada kelompok industri, seperti industri tekstil, alat berat, makanan, dan lain-lain. Listrik merupakan motor penggerak utama terselenggaranya proses produksi. Dalam kelompok bisnis yang meliputi berbagai bidang usaha seperti iv

penginapan, tempat hiburan, rumah makan, dan sebagainya. Sedangkan kelompok umum meliputi sosial, penerangan jalan umum dan kepentingan multiguna. Penggunaan listrik untuk kepentingan multiguna bersifat sementara contohnya untuk keperluan pesta, pameran, dan acara-acara khusus lain. Listrik juga menjadi kebutuhan wajib dalam menjalankan aktivitas usaha. Dengan listrik semua pekerjaan dapat dikerjakan dengan lebih praktis, apalagi dijaman serba cepat seperti sekarang ini, peralatan-peralatan kerja, perabot rumah tangga, bahkan sampai mainan anakanak menggunakan tenaga listrik. Tidak hanya di kota saja yang menganggap listrik sudah merupakan barang kebutuhan pokok, tetapi di desa juga begitu. Dengan demikian jaringan listrik semakin luas karena masyarakat desa sudah bisa menikmati adanya listrik, sehingga permintaan dan konsumsi akan listrik semakin meningkat. Konsumsi energi listrik terus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Semakin bertambah penduduknya maka konsumsi listrik juga akan mengalami peningkatan mengingat kebutuhan energi listrik sangat vital penggunaanya bagi masyarakat. Hal ini di tunjukan oleh besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan terbesar dari sektor: Pertanian (Bahan makanan, Perkebunan rakyat, Peternakan, Kehutanan, Perikanan); Industri pengolahan; Perdagangan. Tenaga listik merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang cukup penting dan menyangkut kepentingan umum, maka pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah walaupun dimungkinkan sektor swasta untuk berperan didalamnya. Listrik termasuk kebutuhan dasar masyarakat modern baik yang tinggal v

di daerah perkotaan maupun pedesaan, maka mendorong pemerintah untuk meningkatkan penyediaan tenaga listrik dengan melaksanakan program pengembangan tenaga listrik. Permintaan energi listrik terus mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Hal ini disebabkan semakin tingginya konsumsi listrik oleh masyarakat di Kabupaten Purworejo. Sejalan semakin membaiknya kondisi perekonomian akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam penggolongan untuk aktivitas sektor ekonomi dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu Rumah Tangga, Usaha, Industri, dan Umum. Rumah tangga adalah kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sebagai salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Kelompok usaha terdiri dari usaha penginapan, rumah makan, perdagangan, jasa keuangan, jasa hiburan, dan jasa sosial. Kelompok industri berupa industri makan, tekstil, logam, permesinan dan industri lainnya. Semua kelompok ini sebagai konsumen listrik, kebutuhannya terus meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka akan diadakan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo tahun 2002-2008. a. Rumusan Masalah Mengingat permintaan akan energi listrik yang terus meningkat, terutama pada kelompok pelanggan rumah tangga. Maka akan dilakukan analisa tentang vi

faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 2. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo? 3. Bagaimana pengaruh tarif dasar listrik terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo? 4. Bagaimana pengaruh harga minyak tanah terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo? E. Tujuan Penelitian Dengan melihat pada perumusan masalah diatas, maka penelitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh PDRB terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo. b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tarif dasar listrik terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo. c. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga minyak tanah terhadap konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo. vii

i. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo yang dipengaruhi oleh PDRB, tarif, dan harga minyak tanah maka penulis bermaksud untuk: a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan perlistrikan dan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi listrik PLN pada kelompok pelanggan rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo. b. Dapat dijadikan sebagai masukan kepada PLN di Kabupaten Purworejo agar dapat memberikan pelayanannya sebagai penyedia listrik di daerah dengan baik. c. Bagi peneliti dapat digunakan sebagai latihan dalam penulisan yang bersifat ilmiah dan untuk acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya. viii

BAB II Landasan Teori a. Pengertian Konsumsi Dalam kehidupan sehari-hari, istilah konsumsi dapat dikaitkan dengan makanan dan minuman yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam ilmu ekonomi, konsumsi tidak hanya terbatas pada persoalan makan dan minum, tetapi juga menyangkut semua kebutuhan hidup di masyarakat, baik kebutuhan jasmani maupun rohani. Konsumsi merupakan suatu perilaku ekonomi yang asasi dalam kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup pasti melakukan aktivitas konsumsi termasuk manusia. Pengertian konsumsi dalam kehidupan sehari-hari yang diartikan dengan perilaku makan dan minum (Yuliadi, 2001:282). Jadi, dapat diartikan bahwa konsumsi adalah setiap perilaku seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsep konsumsi berasal dari kata bahasa inggris Consumption yang berarti pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut (www.wikipedia.com). Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan tersebut maka diperlukan barang dan jasa. Menurut Yuliadi (2001:283), barang-barang konsumsi mempunyai ciri-ciri, diantaranya: 1. Barang yang dikonsumsi adalah barang yang dihasilkan oleh manusia. Barang yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup. ix

Penggunaan cangkul, gergaji, mesin, bangunan kantor, dan barang modal lainnya pada hakikatnya ditujukan untuk menghasilkan barang atau jasa sehingga tidak dapat dimasukan dalam pengertian konsumsi. 2. Barang yang dikonsumsi akan mengalami penyusutan sedikit demi sedikit sehingga lama-lama tidak dapat digunakan lagi. Dari pengertian tentang ciri-ciri barang konsumsi diatas, secara umum barang semacam itu dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Barang yang dapat dipakai sekali saja, seperti makanan, minuman, dan obatobatan. b. Barang yang dapat dipakai beberapa kali, seperti pakaian, perabot rumah tangga, dan kendaraan. Barang-barang seperti itulah yang akan mengalami penyusutan secara berangsur-angsur atau kegunaannya semakin berkurang sehingga akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Menurut definisi dari Biro Pusat Statistik (BPS), secara umum konsumsi dibagi dua macam yaitu konsumsi makanan dan konsumsi bukan makanan. Konsumsi makanan yaitu segala pengeluaran dalam bentuk makanan dan minuman. Sedangkan konsumsi bukan makanan yaitu segala pengeluaran pakaian, hiburan, pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain. Kemudian dalam ilmu ekonomi makro, pelaku konsumsi dibagi ke dalam dua macam yaitu konsumsi masyarakat dan konsumsi pemerintah. Secara makroagregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula pengeluaran konsumsinya (Dumairy, 1997:114). x

Tujuan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung. Hal ini berarti, bahwa penggunaan barang di luar tujuan tersebut tidak dapat dimasukan sebagai kegiatan konsumsi. Misalnya suatu kendaraan dapat digunakan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup pemiliknya atau disewakan kepada orang lain. Apabila digunakan sendiri oleh pemiliknya kendaraan itu merupakan barang konsumsi. Akan tetapi jika disewakan maka kendaraan itu bukan merupakan barang konsumsi. 1. Teori-Teori Konsumsi a. Teori Konsumsi Keynes Dalam buku the General Theory (1936) Keynes mengemukakan fungsi konsumsi yang didasarkan pada teori hipotesis pendapatan mutlak (absolute income hypothesis). Oleh karena itu, hubungan antara pendapatan dan konsumsi merupakan fungsi konsumsi jangka pendek. Persamaan fungsi konsumsi tersebut adalah : C C + cy Dimana C adalah konsumsi, C adalah konstanta (konsumsi otonomi), yaitu tingkat konsumsi yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal, Y merupakan pendapatan disposabel. Fungsi konsumsi diatas terbentuk berdasarkan tiga dugaan (Mankiw, 2003:425): 7. Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume) adalah antara nol dan satu, keynes menulis tentang hukum psikologis bahwa manusia diatur, sebagai sebuah peraturan dan berdasarkan rata-rata untuk meningkatkan xi

konsumsi ketika pendapatan naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan mereka. 8. Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun ketika pendapatan naik. 9. Konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. i. Hipotesis Pendapatan Relatif Hipotesis ini dikemukakan oleh James S. Duesenberry. Menjelaskan bahwa konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan saat ini relatif dalam perbandingannya dengan pendapatan tertinggi yang pernah dicapai sebelumnya. Demikian juga konsumsi masyarakat sekitar akan memberi pengaruh terhadap konsumsi seseorang. Akibatnya jika tingkat pendapatan individu itu bertambah tinggi maka konsumsi akan meningkat secara proporsional terhadap peningkatan pendapatan tersebut. Tetapi jika pendapatan turun, maka konsumsi turun secara proporsional mengikuti fungsi konsumsi jangka pendek. Jadi fungsi dasar hipotesis pendapatan relatif adalah fungsi konsumsi jangka panjang. Kemudian fungsi konsumsi jangka pendek diperoleh dengan melihat pergeseran pendapatan jangka pendek (Suparmoko, 1998:71). c. Hipotesis Daur-Hidup Hipotesis ini dikemukakan oleh Franco Modigliani. Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat menggerakan pendapatan dari masa hidupnya (Mankiw, 2003:439). xii

Karena orang cenderung menerima pendapatan rendah saat usia muda, tinggi saat usia menengah, dan pendapatan berkurang saat usia tua. Rasio tabungan akan berfluktuasi mengikuti perkembangan umur. Saat usia muda memiliki tabungan negatif, usia menengah menabung dan membayar kembali pinjaman pada masa muda, dan usia tua akan mengambil tabungan. Fungsi konsumsi daur-hidup : C W Y Dimana parameter adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal dari kekayaan, adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal pendapatan. Dari fungsi konsumsi tersebut dapat dinyatakan konsumsi bergantung pada kekayaan dan pendapatan (Mankiw, 2003:440). d. Hipotesis Pendapatan Permanen Hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh Milton Friedman dalam bukunya A Theory Of The Consumption Function. Hipotesis tersebut melengkapi hipotesis daur-hidup yang berpendapat bahwa konsumsi rumah tangga ditentukan oleh pendapatan jangka panjang. Menurut Friedman konsumsi seharusnya bergantung terutama pada pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dari pinjaman untuk meratakan konsumsi dalam menanggapi perubahan-perubahan transitoris dalam pendapatan (Mankiw, 2003). Yang dimaksud dengan pendapatan permanen menurut Friedman adalah pendapatan jangka panjang rata-rata yang diharapkan akan diterima dari human and nonhuman wealth. Pendapatan permanen pada suatu periode tertentu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pendapatan permanen pada tahun sebelumnya dan persentase xiii

dari perbedaan diantara pendapatan masa kini dengan pendapatan permanen pada tahun sebelumnya (Sukirno, 2000). Dari penjelasan diatas, disimpulkan bahwa fungsi konsumsi menurut Friedman adalah P C Y Dimana adalah konstanta yang mengukur bagian dari pendapatan permanen yang dikonsumsi. P Y adalah pendapatan permanen. a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Penentuan tingkat konsumsi rumah tangga selain dari pendapatan, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan konsumsi. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Sukirno, 2000:101-02): a. Kekayaan Kekayaan seseorang memiliki pengaruh besar terhadap konsumsi otonominya. Orang yang tidak memiliki kekayaan atau miskin tidak akan membeli barang-barang mewah. Mereka hanya akan membeli barang-barang kebutuhan dasar seperti makanan. Sebaliknya, seseorang yang digolongkan dalam kelompok orang kaya akan mampu untuk membeli barang-barang superior. Contoh ini jelas menunjukan bahwa kekayaan dapat mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga. b. Ekspektasi Ekspektasi mengenai keadaan dimasa datang sangat mempengaruhi konsumsi rumah tangga pada masa sekarang. Keyakinan bahwa dimasa mendatang akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi akan mendorong rumah tangga xiv

meningkatkan konsumsinya sekarang. Keadaan ekonomi yang diharapkan semakin pesat perkembangannya dimasa depan biasanya mendorong rumah tangga untuk meningkatkan pengeluaran konsumsinya. c. Jumlah Penduduk Dalam analisis mengenai pengeluaran agregat yang diperhatikan adalah konsumsi penduduk diseluruh negara. Oleh sebab itu, tingkat konsumsi bukan hanya tergantung tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang tetapi juga yang diterima penduduk secara keseluruhan. Sebagai contoh, penduduk Singapore menerima pendapatan lebih tinggi daripada Indonesia apabila dihitung dari segi keseluruhan jumlah konsumsi Indonesia lebih besar dari Singapore. Keadaan ini menunjukan bahwa disamping tingkat pendapatan individu, perlu juga diperhatikan jumlah penduduk dalam menganalisis tingkat konsumsi masyarakat. d. Suku Bunga Menurut pandangan Klasik, semakin tinggi suku bunga maka tabungan yang akan diciptakan masyarakat meningkat. Keynes mempunyai pendapat yang bertentangan. Menurut pendapatnya tingkat tabungan masyarakat sepenuhnya ditentukan oleh pendapatan masyarakat tersebut dan suku bunga tidak akan mempengaruhi. Dalam prakteknya tidak dapat disangkal bahwa suku bunga mempengaruhi tabungan namun tidak sebesar yang diyakini oleh ekonom Klasik. e. Tingkat Harga Apabila dalam suatu perekonomian mengalami inflasi, pendapatan riil masyarakat mengalami perubahan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap konsumsi. xv

Konsumsi secara nominal tidak berpengaruh namun konsumsi secara riil akan menurun. Selain faktor-faktor yang disebutkan diatas, terdapat pula faktor penting lainnya yang mempengaruhi konsumsi (Suparmoko,1998:79-80): 1. Selera Di antara orang-orang yang berumur sama dan berpendapat sama, beberapa orang dari mereka mengkonsumsi lebih banyak daripada yang lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sikap dalam penghematan. Bila masyarakat mengubah sikap maka fungsi konsumsi agregat akan berubah. Sebagai contoh, bila selera masyarakat menurun, masyarakat memutuskan untuk mengurangi konsumsi. Pengurangan konsumsi akan menggeser fungsi konsumsi (jangka pendek) ke bawah. 2. Faktor Sosial Ekonomi Beberapa yang termasuk dalam faktor sosial ekonomi antara lain: umur, pendidikan, pekerjaan, dan keadaan keluarga. Biasanya kelompok usia muda memiliki pendapatan yang tinggi dan mencapai puncaknya pada usia pertengahan. Pada kelompok usia tua pendapatan akan turun. Demikian juga dengan pendapatan yang di tabung, kelompok usia muda dan pertengahan adalah tinggi sedangkan kelompok usia tua adalah rendah. Yang berarti konsumsi relatif tinggi pada usia muda dan tua tetapi rendah pada usia pertengahan. Dengan adanya perbedaan konsumsi dalam kelompok umur maka naiknya umur rata-rata penduduk akan mengubah fungsi konsumsi agregat. xvi

3. Keuntungan/kerugian kapital (Windfall) Keuntungan kapital akan meningkatkan hasil bersih dari kapital sehingga mendorong tambahnya konsumsi. Sebaliknya dengan adanya kerugian kapital akan menurunkan konsumsi. Beberapa ahli ekonomi memiliki pandangan yang berbeda mengenai hubungan antara keuntungan/kerugian kapital dengan konsumsi. John J. Arena mengemukakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi agregat dengan keuntungan kapital. Karena sebagian saham dipegang oleh orang-orang yang berpendapatan tinggi, konsumsi mereka tidak terpengaruh oleh perubahan saham jangka pendek. Menurut Kul B. Bhatia dan Barry Boswort ada hubungan yang positif antara konsumsi agregat dengan keuntungan kapital a. Pengertian Permintaan 6. Definisi Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari titik tolak bahwa manusia mempunyai kebutuhan. Atas kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, semakin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan jenis barang (Sudarsono, 1992: 8). Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan antara istilah permintaan dengan jumlah barang yang diminta. Pengertian permintaan adalah keadaan keseluruhan dan hubungan diantara harga dan jumlah permintaan, sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu (Arsyad, 1987:26). xvii

Permintaan menurut ilmu ekonomi diartikan sebagai jumlah barang yang dibeli oleh sejumlah konsumen dengan harga tertentu pada waktu dan tempat tertentu (Samuelson, 2003). Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut atau potensial (Sudarsono, 1998). Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan. Analisis permintaan merupakan alat yang penting untuk: A. Memahami respon harga dan kuantitas suatu komoditas terhadap perubahan variabel-variabel ekonomi (misalnya variabel perubahan teknologi, selera konsumen, harga komoditas lain, harga faktor produksi). B. Menganalisis interaksi yang kompetitif antara penjual dan pembeli dalam menghasilkan harga dan kuantitas suatu komoditas. C. Menunjukan kebebasan yang diberikan pasar kepada konsumen dan produsen. D. Menganalisis efek berbagai intervensi kebijakan pemerintah di pasar (seperti pengendalian harga, kuota, pajak, subsidi, penetapan upah minimum, insentif produksi, dan lain-lain). Dua hal yang mendasari daya beli konsumen yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tergantung pada besar kecilnya pendapatan yang siap dibelanjakan (disposible income), b. Tergantung pada tingkat harga yang dikehendaki. xviii

Berdasarkan dua hal tersebut, maka apabila pendapatan dan harga berubah maka akan menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta. Pengaruh pendapatan dan harga terhadap jumlah barang yang diminta ini dapat dianalisis dengan pendekatan garis dan analisis. Dalam hal ini ahli ekonomi bernama Alfred Marshall menggunakan asumsi analisis bahwa hal-hal lain selain harga barang yang diamati bersifat konstan atau cateris paribus. Maka pengertian permintaan menurut Alfred Marshall adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga yang diamati. Adapun rumusan matematisnya sebagai berikut: Qd = f ( Px ) Dimana : Qd = jumlah barang yang diminta P = harga Karena Alfred Marshall masih menggunakan konsep cateris paribus maka kerangka pemikirannya bersifat parsial. Setelah masa itu timbul pemikiran baru yang lebih umum yang dikemukakan oleh Leon Walas, yang konsep pemikirannya dapat dirumuskan seperti berikut ini: Qd = f ( Px 1, Px 2, Px n, Y, E ) Dimana: Px 1 Px 2 Px n Y E = harga barang pertama = harga barang kedua = harga barang n = pendapatan konsumen yang siap dibelanjakan = selera / faktor lain yang tidak diobservasi xix

Dari kedua pendapat tersebut, yaitu pendapat Marshall dan Waralas dapat disimpulkan bahwa teori permintaan adalah suatu teori yang bertujuan mempelajari variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan. Ditinjau dari daya beli konsumen, permintaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu permintaan absolut, permintaan potensial dan permintaan efektif. Berikut ini masing-masing penjelasannya: o Permintaan absolut adalah permintaan yang tidak diikuti dengan daya beli. Permintaan absolut lebih merupakan angan-angan semata. o Permintaan potensial yaitu permintaan yang memiliki daya beli tetapi belum dilaksanakan. o Permintaan efektif artinya permintaan yang disertai daya beli dan dilaksanakan. Permintaan terhadap suatu barang dapat dilihat dari dua sudut yaitu permintaan yang dilakukan oleh seseorang dan permintaan yang dilakukan semua orang di pasar. Oleh karena itu, dalam analisis perlu dibedakan antara permintaan individu dan permintaan pasar (Sukirno, 2006: 78). A. Permintaan individu Permintaan individu adalah permintaan seorang individu terhadap produk tertentu. B. Permintaan pasar Permintaan pasar adalah penjumlahan dari permintaan individu. Permintaan akan suatu barang dapat dilihat dari permintaan yang dilakukan seseorang tertentu dan permintaan yang dilakukan oleh semua orang di dalam pasar. Permintaan pasar xx

adalah jumlah dari permintaan individu di dalam pasar sehingga kumpulan permintaan individu membentuk permintaan pasar. 7. Hukum Permintaan Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati dalam hukum permintaan yang menyatakan bahwa bila harga suatu barang naik cateris paribus, maka jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun dan sebaliknya jika harga barang tersebut turun maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen akan naik dengan syarat faktor-faktor lain dianggap cateris paribus. Cateris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta dianggap tidak berubah. Kenaikan harga dan permintaan seperti tersebut di atas disebabkan oleh (Arsyad, 1996: 26-27): 1. Kenaikan harga menyebabkan pembeli mencari barang yang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti atas barang yang mengetahui kenaikan harga, demikian sebaliknya. 2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli berkurang. Setiap penurunan harga suatu barang tanpa ada perubahan atas harga barang lain atau pendapatan uang yang diterimanya selalu berarti kenaikan pendapatan riil, yaitu jumlah barang yang dibeli. Gejala ini dinamakan efek dari penurunan harga. Kemudian apabila kualitas barang yang diminta cenderung turun apabila harga naik, terdapat dua alasan (Samuelson, 2003: 54): xxi

a. Efek substitusi (substitusion effect) Apabila harga sebuah barang naik, maka konsumen akan menggantikannya dengan barang-barang yang serupa lainnya (misalnya: ketika harga tahu naik konsumen akan makan lebih banyak tempe). Efek substitusi menerangkan bahwa perubahan harga suatu barang berpengaruh terhadap barang yang menjadi subsitusinya. Barang subsitusi adalah barang yang dapat menggantikan peran barang yang digantikannya. Jika suatu barang mengalami kenaikan harga, konsumen akan beralih pada barang yang menjadi substitusinya yang tidak mengalami kenaikan harga. Hal ini berakibat permintaan terhadap suatu barang tersebut turun sehingga hukum permintaan berlaku. Demikian pula sebaliknya, jika harga suatu barang turun, substitusi barang tersebut tidak lagi menarik karena barang yang digantikannya turun sehingga konsumen meminta lebih banyak barang tersebut yang mengakibatkan meningkatnya kuantitas yang diminta atas barang tersebut. b. Efek pendapatan (income effect) Apabila harga naik maka konsumen menganggap bahwa dirinya sekarang lebih miskin daripada sebelumnya (misalnya: apabila bahan kebutuhan pokok naik tiga kali lipat maka sebetulnya konsumen mempunyai pendapatan riil yang lebih sedikit sehingga akan menekan konsumsi akan bahan kebutuhan pokok dan barang-barang lain). Perubahan harga bisa menyebabkan efek pendapatan. Artinya, dengan naik turunya harga barang, pendapatan riil konsumen bisa berubah. xxii

D. Skedul dan Kurva Permintaan Para ekonom menganggap istilah permintaan mempunyai arti yang khusus. Permintaan adalah suatu skedul atau kurva yang menggambarkan hubungan antara berbagai kuantitas suatu barang yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga barang tersebut, cateris paribus. Sepanjang suatu kurva permintaan atau skedul permintaan hanya harga dan kuantitas yang berubah-ubah. Kurva permintaan diperoleh dengan menambahkan seluruh kuantitas yang diminta oleh seluruh induvidu pada tiap tingkat harga. Maka dari itu banyak faktor yang menentukan permintaan salah satunya yang terpenting adalah harga barang itu sendiri. Bila faktor-faktor lain, bukan harga mengalami perubahan maka lokasi kurva permintaan akan bergeser ke kiri atau ke kanan. Skedul dan kurva permintaan dapat diketahui melalui mekanisme berikut ini: a. Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga barang dengan jumlah barang yang diminta. b. Kurva permintaan adalah gambaran hubungan jumlah barang yang diminta dengan harganya. 1. Teori Permintaan Konsumen Asumsi dasar yang digunakan dalam pendekatan tradisional ini adalah daya guna (utilitas). Daya guna atau utilitas adalah kemampuan suatu barang untuk memberikan kepuasan kepada konsumen yang menggunakkan barang tersebut, hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakkan teori dibawah ini: xxiii

a. Teori Daya Guna Kardinal Teori Kardinal adalah teori yang menganggap besarnya daya guna yang diterima konsumen sebagai akibat dari tindakan mengkonsumsi barang itu dapat diukur. Teori ini beranggapan bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang tergantung dari subyek yang memberikan penilaian. Suatu barang akan mempunyai daya guna baginya. Suatu barang akan mempunyai daya guna baginya. Besarnya daya guna tergantung pada konsumsi orang yang bersangkutan sehingga pengukuran daya guna bersifat subyektif. Persoalan pokok yang terdapat dalam teori daya guna kardinal yaitu bagaimana cara membelanjakan kekayaan atau pendapatan sebaik-baiknya. Melalui kacamata ekonomi pengertian sebaik-baiknya diartikan sebagai memaksimalkan daya guna yang dapat diperoleh. Kemudian masalah yang timbul adalah dalam pengukuran daya guna yang bersifat subyektif. Oleh karena itu dipandang perlu mengajukan asumsi bahwa konsumen mampu mengukur daya guna jika menggunakkan beberapa asumsi: 1. Asumsi pertama bahwa mampu mengukur daya guna 2. Asumsi kedua konsumen bersifat rasional karena perilakunya harus dapat dipahami menurut logika umum, maka setiap konsumen dianggap mempunyai tujuan yang ideal yaitu daya guna marjinal 3. Asumsi ketiga menyangkut laju pertambahan daya guna, sehingga asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa setiap barang mempunyai kemampuan untuk memberikan daya guna pada konsumennya. Dengan makin banyaknya barang yang dikonsumsi makin besar pula daya guna total yang diperoleh, namun laju pertumbuhan daya guna total ini semakin lama xxiv

semakin rendah, dimana jumlah pertambahannya dapat menjadi nol. Secara grafis hubungan antara barang yang dikonsumsikan dengan daya guna total dan laju pertumbuhan daya guna dapat ditunjukan pada gambar berikut: Kurva U (x) diatas menunjukkan hubungan antara besarnya daya guna dengan banyaknya barang yang dikonsumsikan. Makin banyak barang yang dikonsumsikan makin besar pula jumlah daya guna yang diperoleh konsumen sampai dengan Xm lereng kurva U positif yang berarti terjadi penambahan daya guna bila konsumsi barang X diteruskan jumlah daya guna justru semakin menurun. Titik Xm mencerminkan jumlah barang X yang memberikan tingkat daya guna maksimal atau titik kepuasan maksimal. Pada titik A diman Xa dikonsumsikan kurva U (x) mempunyai lereng yang curam. Pada titik B dimana Xb dikonsumsikan lereng U (x) lebih landai yang berarti daya guna marjinalnya lebih rendah. Pada titik C dimana Xm dikonsumsikan barang xxv

X pada titik ini tidak menambah daya guna bagi konsumen, bahkan pada titik D daya guna menjadi negatif. b. Teori Daya Guna Ordinal Teori kurva indeferensi menyatakan bahwa permintaan terhadap suatu barang baru dapat disusun apabila konsumen mampu mengukur besarnya daya guna dari barang-barang yang dikonsumsi. Teori daya guna ordinal ini tidak menuntut konsumen untuk mengukur daya guna barang, namun konsumen perlu mempunyai kemampuan untuk membuat urutan preferensi dari kelompok barang yang dikonsumsikan. Urutan tersebut didasarkan atas utilitas dan konsumen bertujuan memaksimalkan daya guna, maka kombinasi yang mempunyai daya guna lebih tinggi menduduki urutan lebih atas akan disukai konsumen. Seperti halnya teori daya guna kardinal, teori daya guna ordinal juga menggunakkan asumsi rasionalitas, dimana dengan dana tertentu dan harga pasar tertentu konsumen dianggap selalu akan memiliki kombinasi barang yang memberikan daya guna maksimal. Konsumen juga dianggap mempunyai informasi sempurna atas uang yang tersedia baginya maupun harga barang dipasar. Asumsi lainnya adalah konsumsi perlu mempunyai skala preferensi yang disusun atas dasar urutan besar kecilnya daya guna antara berbagai kombinasi konsumsi sekelompok barang. Secara rasional konsumen selalu berusaha mencapai kurva indiferen adalah kurva yang menerangkan tempat kedudukan titik yang menunjukan kombinasi barang-barang yang dikonsumsi konsumen yang memberikan kepuasan yang sama bagi rumah tangga (Adiningsih, 1991:66). xxvi

Rumah tangga bersikap indiferen terhadap kombinasi-kombinasi yang ditunjukan oleh dua titik manapun pada satu kurva indeferen. Semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, maka semakin tinggi juga tingkat kepuasan yang disajikan oleh kombinasi barang manapun yang ditunjukkan oleh titik-titik pada kurva tersebut. Berapa banyak barang Y yang harus dikorbankan rumah tangga untuk memperoleh tambahan satu unit barang X dapat disebut dengan pengukuran tingkat substitusi marjinal untuk barang Y terhadap barang X. Tingkat substitusi marjinal adalah jumlah komoditi tertentu yang akan dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh suatu unit tambahan komoditi lain. Asumsi dasar dari teori indiferen adalah sebagai berikut : (Lipsey et al, 1995:202) xxvii

D. Nilai MRS selalu negatif. Hal tersebut berarti bahwa untuk meningkatkan konsumsi satu komoditi, maka rumah tangga siap menurunkan konsumsinya untuk komoditi yang lain. E. MRS antara dua komoditi maupun tergantung pada jumlah komoditi yang sekarang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut. Ciri-ciri kurva indiferen antara lain: a. Kurva indiferen berbentuk turun dari kiri atas kekanan bawah. Artinya kurva indiferen memiliki kemiringan negatif. Setiap konsumen menambah konsumsi suatu barang, konsumen harus mengurangi konsumsi barang lain. b. Kurva indiferen harus cembung terhadap titik origin (0). Artinya kurva indiferen harus menunjukan derajat penggantian antara satu barang dengan barang lain yang semakin kecil, yang berarti semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi. Kesimpulannya adalah bahwa kurva indiferen merupakan kurva yang menggambarkan preferensi konsumen terhadap kombinasi barang yang dikonsumsinya, dimana utilitas atau kepuasan sama. Angka utilitas yang diberikan terhadap suatu kurva indiferen merupakan angka numerik yang menunjukan kepuasan yang diperoleh konsumen dari kombinasi yang ia pilih. Hal inilah yang dimaksud dengan pendekatan ordinal, yaitu pemeringkatan kombinasi yang dipih dengan angka numerik. xxviii

2. Peta Indiferen Peta indiferen adalah himpunan beberapa kurva indiferen. Sebuah peta indiferen terdiri dari beberapa kurva indiferen. Semua titik pada suatu kurva tertentu merupakan konsumsi alternatif dari barang x dan barang y yang memberikan kepuasan yang sama bagi rumah tangga. Kurva yang makin jauh dari titik nol memberikan tingkat kepuasan yang makin tinggi (Lipsey et al, 1995:204). Sebagai contoh, I 3 merupakan kurva yang lebih tinggi dari I 2. Ini berarti bahwa semua titik pada I 3 memberikan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari pada yang diberikan oleh titik-titik I 2. Asumsi yang perlu diperhatikan dalam menggambar peta indiferen adalah sebagai berikut: 1. Rasional, artinya konsumen diasumsikan rasional dan berusaha memaksimalkan kepuasan. xxix

2. Selera konsumen tercermin dalam peta indiferen yang terdiri dari banyak kurva indiferen yang tidak saling berpotongan satu sama lain. 3. Kurva indiferen yang letaknya lebih jauh dari titik origin menggambarkan kepuasan konsumen yang lebih tinggi. 4. Dalam peta indiferen, kurva indiferen tidak boleh saling berpotongan. Jika kurva indiferen I 1 dan I 2 saling memotong, salah satu asumsi teori kurva indiferen dilanggar. Titik C lebih disukai dari pada titik B karena pada titik C kedua barang lebih banyak. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Menurut Sukirno (2006: 81) permintaan terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh hal-hal berikut: D. Harga barang itu sendiri Jika harga barang turun, maka permintaan terhadap barang tersebut semakin bertambah begitu pula sebaliknya. Dengan asumsi faktor lain dianggap cateris paribus. Jadi hubungan jumlah barang yang diminta dengan harga barang adalah negatif. E. Harga barang lain yang berkaitan (substitusi dan komplementer). Barang substitusi adalah barang pengganti, seperti beras disubstitusi dengan jagung, daging sapi disubstitusi dengan daging ayam, dan lain sebagainya. Jika terjadi kenaikan terhadap harga beras, maka permintaan akan beras turun dan permintaan terhadap jagung akan naik, karena jagung merupakan barang substitusi yang baik terhadap beras, dengan asumsi harga jagung relatif tetap. xxx

Sedangkan barang komplementer adalah barang pelengkap, seperti kopi dan gula, printer dengan tinta, dan motor dengan bensin. Jika harga gula turun, maka permintaan terhadap gula akan turun serta permintaan terhadap kopi juga berkurang. Karena gula merupakan barang komplementer kopi. Oleh karena itu, hubungan jumlah barang yang diminta dan harga barang lain ada dua: (1) jika barang substitusi hubungannya adalah positif (searah), dan (2) jika barang komplementer hubungannya adalah negatif (berlawanan). F. Tingkat pendapatan konsumen Tingkat pendapatan konsumen mencerminkan kemampuan atau daya beli konsumen. Semakin tinggi pendapatan konsumen, semakin besar permintaan terhadap suatu barang sebab daya belinya meningkat. Karena jenis barang dalam kaitannya dengan pendapatan ada dua, yaitu barang normal dan barang inferior, maka bentuk hubungan jumlah barang yang diminta juga ada dua: (1) hubungan positif (searah) untuk barang normal, dan (2) hubungan negatif (berlawanan) untuk barang inferior (Adiningsih, 1991: 88). Barang inferior adalah barang yang permintaannya semakin berkurang apabila pendapatan konsumen semakin naik, misalnya gaplek. G. Selera atau kebiasaan Selera dan kebiasaan akan mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Seperti selera dan kebiasaan mengkonsumsi beras, jagung, sagu dan sebagainya. Hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan selera adalah searah (positif). Dimana jika selera seseorang semakin tinggi maka permintaan terhadap barang tersebut juga semakin meningkat. xxxi

H. Jumlah penduduk Semakin banyak jumlah penduduk, semakin besar permintaan terhadap suatu barang dan jasa. Penduduk yang dimaksud adalah konsumen yang potensial dalam mengkonsumsi barang. Hubungan variabel jumlah barang yang diminta dengan konsumen potensial adalah positif. I. Usaha-usaha produsen dalam meningkatkan penjualan Contohnya adanya promosi dengan iklan yang akan mendorong penambahan jumlah permintaan barang oleh konsumen. Rangsangan berupa insentif seperti hadiah-hadiah juga dapat menjadi pendorong konsumen untuk meminta barang dan jasa tersebut. Dengan adanya iklan akan berpengaruh positif terhadap jumlah barang dan jasa yang diminta, sehingga hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan iklan dan hadiah (insentif) juga positif. J. Distribusi pendapatan Artinya ada sebagian kelompok masyarakat yang menguasai perekonomian menyebabkan mereka mempunyai daya beli lebih besar dibandingkan dengan kebanyakan kelompok masyarakat umum, sehingga daya beli mereka lemah dan berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. K. Perkiraan (estimate) Perkiraan atau ramalan konsumen terhadap harga dimasa datang pada suatu barang dapat mempengaruhi permintaan terhadap barang tersebut. Jika perkiraan harga barang tersebut dimasa datang naik, maka ada kecenderungan permintaan terhadap barang tersebut dimasa sekarang akan naik. Jadi, dalam hal ini mempunyai hubungan yang positif. xxxii

L. Harapan (expectation) Harapan konsumen terhadap ketersediaan barang dan jasa di masa mendatang dengan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Artinya jika ketersediaan barang dimasa datang cukup banyak, maka permintaan akan barang tersebut cenderung menurun. Sebaliknya jika ketersediaannya sedikit, maka permintaan terhadap barang tersebut akan naik. Kenyataan ini terjadi karena pada diri konsumen ada faktor kekhawatiran terhadap ketersediaan barang tersebut. b. Pengertian Konsumen 1. Definisi Konsumen Pengertian konsumen adalah mereka yang memiliki pendapatan (uang) dan menjadi peminta barang atau jasa dipasar. Kita semua adalah seorang konsumen pada pasar komoditas, terutama pasar barang atau jasa kebutuhan pokok baik kita sadari atau tidak. Biasanya masalah yang dihadapi oleh konsumen adalah bagaimana konsumen dapat mengalokasikan pendapatannya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa secara maksimal, supaya tingkat kesejahteraan yang diperoleh adalah maksimal (Sri Adiningsih,1991: 45). Dalam memaksimalkan kepuasan, konsumen dihadapkan pada dua permasalahan, yaitu: (1) barang- barang dan jasa-jasa ekonomi yang dikonsumsinya pasti mempunyai harga, serta (2) pendapatannya terbatas sehingga untuk mendapatkan tingkat kepuasannya juga terbatas. Para ekonom mengemukakan dua asumsi yang menonjol yang berkaitan dengan perilaku konsumen. Asumsi tersebut adalah sebagai berikut: xxxiii

2. Asumsi Rasionalitas, artinya bahwa seorang konsumen senantiasa berusaha menggunakan pendapatannya yang terbatas untuk memperoleh kombinasi barangbarang dan jasa-jasa konsumsi yang menurut perkiraannya akan mendapatkan kepuasan yang maksimum. 3. Asumsi Perfect Knowledge atau pengetahuan yang sempurna, khususnya pengetahuan mengenai macam-macam barang dan jasa konsumsi yang tersedia dipasar, harga masing-masing barang dan jasa, besarnya pendapatan yang mereka peroleh, dan cita rasa yang mereka inginkan (Machfudz, 2007:28). E. Garis Anggaran Konsumen (Budget Constraint) Garis anggaran merupakan kombinasi barang yang memerlukan dana sebesar uang yang dimiliki oleh konsumen. Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu mengenai kombinasi yang memberikan kepuasan maksimum (kombinasi terbaik) dan dana yang terbatas. Untuk pengertian ini guna mudah dipahami kita batasi dengan model. Misalkan barang dan jasa yang dikonsumsi hanya ada dua, yaitu X 1 dan X 2 dimana harganya masing-masing P 1 dan P 2, maka kombinasi barang yang dipilih (consumtion bundle) dapat ditulis (X 1, X 2 ), dimana banyaknya konsumsi barang pertama adalah sebesar X 1 dan banyaknya konsumsi barang kedua adalah X 2. Dari data yang ada tersebut kita dapat mencari berapa uang atau budget yang diperlukan untuk membiayai pembelian kedua barang tersebut. Misalkan jumlah uang yang diperlukan tadi adalah m, dengan demikian kita dapat menentukan budget constraintnya, yaitu P 1 X 1 +P 2 X 2 m xxxiv

Dimana = P 1 X 1 = Jumlah uang yang diperlukan untuk pembelian barang 1 P 2 X 2 = Jumlah pengeluaran untuk membeli barang 2 Ini berarti bahwa konsumen dapat membeli kombinasi barang yang memerlukan uang lebih kecil atau sama dengan jumlah dana yang dimiliki. Jadi kemampuan konsumen ditunjukan oleh kombinasi barang dan jasa yang dapat dibeli yang memerlukan dana lebih kecil atau sama dengan m. Himpunan yang menunjukkan kombinasi barang atau jasa yang dapat dibeli oleh konsumen pada harga P 1 dan P 2 disebut budget set Pada gambar diatas Budget Set ditunjukkan oleh segitiga OAB termasuk didalamnya garis yang menghubungkan A dan B. Sedangkan garis budget (budget line) ditunjukan oleh garis yang menghubungkan A dan B. Untuk menggambar garis budget kita mengubah persamaan garis budget diatas menjadi: X 2 = m - 1 P 2 P2 P X1 xxxv

Persamaan diatas menunjukan persamaan garis lurus pada gambar 2.1 yang merupakan garis budget. Intercept (perpotongan garis ini dengan sumbu vertikal) adalah m/p 2 sedangkan slopenya ditunjukkan oleh P 1 /P 2. Perpotongan antara garis vertikal dengan garis budget diperoleh dengan membagi seluruh dana yang ada yaitu dengan harga barang 2 karena titik perpotongan tersebut menunjukan berapa barang 2 yang dapat dibeli bila seluruh dana digunakan semua. Demikian titik potong antara garis horizontal dengan garis budget diperoleh dengan cara yang sama, yaitu dengan membagi m dengan harga barang 1. Garis budget dapat kita gambar dengan menghubungkan kedua titik potong tersebut. Jadi garis budget adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan kombinasi dua barang X dan Y yang dapat dibeli oleh konsumen dengan seluruh dana yang dimiliki konsumen. Model pendekatan untuk menghitung konsumsi suatu komoditi telah dicoba dengan berbagai penelitian. Knudsen dan Scandizzo 1982 menggunakan cara pendekatan utilitas untuk mendapatkan fungsi pengeluaran. Secara umum cara pendekatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Hermanto dan Andriati, 1986:35-36). Maks U = U (X 1,..., X m ) (1) Dengan pembatas X i = f i (q 1,..., q n ) (2) i = 1,2,3,..., m dan n j i P j q j -y = 0 (3) xxxvi

Dimana = U = fungsi utilitas X i = (i = 1,2,3,...,m) q j = jumlah komoditi yang dikonsumsi P j = harga pasar komoditi ke j y = pendapatan konsumen Dari persamaan (1), (2),(3) dapat diperoleh persamaan: L = U [f 1 (q 1,...,q n ),...f m (q 1,...q n )]- λ n j i P j q j -y L = Fungsi Permintaan Lagrange Berdasarkan pada konsep tersebut, ada dua hal penting yang relevan untuk dapat dijadikan dasar pembuatan model analisis konsumsi. Pertama adalah kurva fungsi permintaan dapat diturunkan dari fungsi utilitas dengan pembatasan pendapatan yang diperoleh. Kedua adalah bahwa permintaan pada masing-masing komoditi dalam anggaran belanja unit ekonomi ditentukan secara simultan. Artinya bahwa keputusan untuk membeli satu jenis barang ditentukan oleh sikap dari konsumen tersebut. c. Keseimbangan Konsumen Konsumen akan memperoleh kepuasan maksimum apabila menghabiskan semua pendapatannya untuk membeli dan mengkonsumsi kombinasi barang dimana garis anggaran tepat bersinggungan dengan kurva indiferen (Samuelson, 1996:120). Keadaan ini disebut keseimbangan konsumen. Keseimbangan konsumen ini terjadi saat marginal utility (nilai guna marginal) barang Y dibagi dengan harga barang Y xxxvii

sama dengan marginal utility (nilai guna marginal) barang X dibagi dengan harga barang X. Secara notasi dapat dinyatakan sebagai berikut: MUx MUy = Px Py Kondisi keseimbangan konsumen dapat digambarkan dengan menggabungkan kurva indiferen dan garis anggaran. Dengan cara ini akan terlihat salah satu kurva indiferen tersebut akan menyinggung garis anggaran. Dititik E konsumen mencapai kepuasan maksimal pada kurva indiferen tertinggi dengan anggaran terbatas. E merupakan titik singgung garis anggaran dengan kurva indiferen yang tertinggi. Saat persinggungan kurva indiferen dengan garis anggaran inilah terjadi keseimbangan konsumen seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. xxxviii

1) Pasar Monopoli a. Deskripsi Pasar Monopoli Sesuai dengan namanya, monopoli adalah struktur pasar dimana hanya terdapat satu penjual atau produsen yang melayani sedemikian banyak pembeli atau konsumen. Monopoli merupakan bentuk ekstrim dari struktur pasar selain pasar persaingan sempurna. Namun, jika persaingan sempurna sulit ditemukan maka monopoli lebih mudah dan cukup banyak pelakunya di Indonesia. Misalnya PT. PLN (Persero) yang melayani masalah kelistrikan, PT. KAI yang menyediakan angkutan kereta api, PT. PDAM yang melayani penyediaan air bersih, dan sebagainya. Monopoli tidak lahir begitu saja, sebab dan sumber-sumber terjadinya monopoli adalah sebagai berikut (www.wikipedia.com): b. Monopoli Sumber Daya Monopoli sumber daya adalah cara termudah untuk menjadi pelaku monopoli. Monopoli sumber daya ditandai oleh sebuah perusahaan yang menguasai sumber daya penting secara tunggal. Contohnya PT. Freeport di Papua yang menguasai sumber tembaga dan menjadi perusahaan monopolis dalam memproduksi emas dan tembaga. c. Monopoli Ciptaan Pemerintah Monopoli ciptaan pemerintah terjadi jika pemerintah memberikan hak cipta atas suatu produk kepada sebuah perusahaan tunggal tersebut. Biasanya hal ini merupakan penghargaan pemerintah atas prestasi perusahaan tertentu dalam menemukan teknologi atau produk baru yang inovatif. Tetapi ada kalanya monopoli ciptaan pemerintah merupakan sebuah solusi yang dibutuhkan untuk menghasilkan xxxix