III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Tahapan penelitian disajikan pada gambar dibawah ini. Mulai. Identifikasi masalah

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI IV. 4.1 Deskripsi Kegiatan. 4.2 Metode Kerja Aspek Umun

. II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Ergonomi Pada Penyiapan Lahan Sawah Lebak Menggunakan Alat Tradisional Tajak di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PEMBUATAN GULUDAN DI LAHAN KERING

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Beban Kerja pada Proses Penggilingan Padi, Studi Komparasi antara Penggilingan Padi Skala Kecil dan Besar

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA ANTROPOMETRI PETANI PRIA KECAMATAN DRAMAGA

PERANCANGAN TATA KERJA BAGIAN KUPAS-PERIKSA DALAM PROSES PENGOLAHAN UBI JALAR DI PT GALIH ESTETIKA INDONESIA NORISA ADHI TINA

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PENGEPRASAN TANAMAN TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L.) LAHAN KERING DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR TANGAN ABSTRACT

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan

ANTROPOMETRI PETANI PRIA DAN APLIKASINYA PADA DESAIN TANGKAI CANGKUL (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor) SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI A. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN B. ALAT DAN BAHAN C. METODE PELAKSANAAN MAGANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

:Dr. Ir. Rakhma Oktavina, MT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

MODUL I DESAIN ERGONOMI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

111. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah tenaga penyarad. Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Alam PT. Yos Raya Tiniber yang

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia Tahun. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

ANALISIS BEBAN KERJA DAN OPTIMASI TATA LAKSANA KERJA PADA AKTIVITAS PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. SARI LEMBAH SUBUR, RIAU NIWAYAN DESI PURWANTINI

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 (Tabel Antropometri)

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

ANALISIS WAKTU BAKU DAN BEBAN KERJA UNTUK OPTIMASI JUMLAH DAN DISTRIBUSI PEKERJA PADA PRODUKSI BUAH KALENG

PERATURAN BARIS BERBARIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS BEBAN DAN KAPASITAS KERJA PADA PROSES PRODUKSI NANAS KALENG DI PT GGP LAMPUNG TENGAH MUHAMMAD RIZKI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1: Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk

LAMPIRAN A Data Anthropometry Orang Dewasa Di Indonesia

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

ANALISIS BEBAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. ANEKA INTI PERSADA, MINAMAS PLANTATION, TELUK SIAK ESTATE, RIAU.

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

Surat Persetujuan. Lampiran 1.1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, yaitu : Nama : Umur :. tahun. Alamat :..

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

BAB III METODE PENELITIAN

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data

Transkripsi:

Sumber : Openshaw (2006) dalam Rahmawan (2011) Gambar 12 Macam-macam selang gerakan pada saat menajak III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan rawa lebak Desa Sungai Rangas Hambuku, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dari bulan Februari Oktober 2010 meliputi penelitian pendahuluan, pengambilan data, dan pengolahan data Desa Sungai Rangas Hambuku terletak di kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar. Terletak antara 3 17 39-3 21 54 Lintang Selatan dan 114 42 44-114 48 52 Bujur Timur, disebelah utara berbatasan dengan Desa Sungai Rangas Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sungai rangas Ulu, sebelah selatan berbatasan dengan desa Sungai Rangas Tengah, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Pengalaman (Pemerintah Kabupaten Banjar, 2010). 3.2 Peralatan dan Subyek Penelitian

3.2.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tajak Bedandan dan Tajak Surung, Heart Rate Monitor (HRM), Heart Rate Monitor Interface, Digital Metronom, bangku step test, Timbangan, Meteran, Jangka Sorong, Penggaris, Stopwatch, Thermometer, Time study sheet, Handycam, Kaset mini DVD, Software Studio Plus, dan Komputer. 3.2.2 Subyek Penelitian Subyek yang diobservasi untuk dilakukan analisis atas aktivitas penajakan serta respon denyut jantungnya adalah petani pengguna tajak di Desa Sungai Rangas Hambuku. Laki-laki, sehat, berjumlah 4 orang, dan berusia 25-35 tahun. Disamping itu ada 60 orang petani tradisional pengguna tajak di Kecamatan Martapura Barat sebagai sampel subjek untuk diukur antropometri dan dimensi tajak yang digunakannya. 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Tahapan Penelitian Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu penelitian pendahuluan, pengukuran data di lapangan, dan pengolahan data dengan menggunakan komputer. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan lokasi penelitian yang representatif, menyesuaikan metode pengambilan data yang tepat sesuai tujuan penelitian, menentukan subjek, jumlah, dan perlakuan, serta luas lahan yang akan digunakan. Pengukuran data di lapang meliputi pengambilan data dimensi tajak dan antropometri, sampel gulma, data kalibrasi step test, serta data serta perekaman pada aktivitas menajak. Selanjutnya pengolahan dan analisis data. 3.3.2 Pengukuran Metabolisme Basal (Basal Metabolic Energy) Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengetahui nilai BME adalah dengan menghitung dimensi tubuh (luas permukaan tubuh), yang kemudian dapat dikonversi ke dalam volume oksigen (VO 2 ). Dalam persamaan oksidasi metabolik, diketahui bahwa setiap konsumsi satu liter oksigen (O 2 ) melalui pernafasan adalah setara dengan pembangkitan 5 kkal energi. Luas

permukaan tubuh dapat dihitung dengan menggunakan persaman Du Bois (Syuaib, 2003): 0.725 0.425 A h w 0.007246 Dimana : A = Luas permukaan tubuh (m 2 ) H = Tinggi tubuh (cm) W = Berat tubuh (kg) Berdasarkan perhitungan luasan tubuh dengan menggunakan persamaan tersebut, BME (ekuivalen terhadap VO2) bisa ditentukan dengan menggunakan tabel konversi yang ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2 Konversi BME ekuivalen dengan VO 2 berdasarkan luas permukaan tubuh 1/100 m 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1.1 136 137 138 140 141 142 143 145 146 147 1.2 148 150 151 152 153 155 156 157 158 159 1.3 161 162 162 164 166 167 168 169 171 172 1.4 173 174 176 177 178 179 181 182 183 184 1.5 186 187 188 189 190 192 193 194 195 197 1.6 198 199 200 202 203 204 205 207 208 209 1.7 210 212 213 215 215 217 218 219 220 221 1.8 223 224 225 228 228 229 230 231 233 234 1.9 235 236 238 240 240 241 243 244 245 246 (*) untuk perempuan, nilai VO2 harus dikalikan 0.95 (Sumber: Syuaib, 2003) 3.3.3 Pengukuran Beban Kerja Kuantitatif Pengambilan data dimulai dengan memberikan penjelasan prosedur kerja dan latihan menggunakan HRM kepada subjek sehingga cukup familiar dengan alat ukur HRM. Pengambilan data dimulai dengan pengambilan data kalibrasi pengukuran denyut jantung dengan metode Step Test (ST) kalibrasi menggunakan HRM. HRM terdiri dari (1) rubber belted electrode, sebagai sensor dan transmitter, yang diikatkan pada dada subyek, dan (2) digital data receiver and memory, yang dipasang pada pergelangan tangan subyek seperti sebuah jam tangan. Pemasangan rubber belted electrode dan digital data receiver and memory dilakukan pada saat subyek pengukuran sebelum mulai melakukan aktivitas. Ritme kecepatan langkah yang diukur pada frekuensi 20, 25, dan 30 siklus/menit. Step test dilakukan oleh masing-masing subjek dengan prosedur

sebagai berikut: istirahat 1 (awal) selama 10 menit step test 1 pada frekuensi 20 istirahat 2 selama 10 menit step test 2 pada frekuensi 25 istirahat 3 selama 10 menit step test 3 pada frekuensi 30 istirahat 4 (akhir) selama 10 menit. Pergerakan step test mengikuti irama metronom. Tinggi bangku ST yang digunakan 30 cm. Denyut jantung direkam secara kontinyu pada interval 5 detik. Kemudian pada tahapan kalibrasi ini dihitung tenaga masing-masing (Work Energy Cost/WEC) subjek yang dibutuhkan pada saat step test, dapat dicari dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : WEC ST n w g 2 f h 3 4.2 10 Dimana : WEC ST = Work Energy Cost saat step test (kkal/menit) n = ulangan w = berat badan (kg) g = percepatan gravitasi (9,8 m/detik2) f = frekuensi step test h = tinggi bangku step test (meter) 4,2 = faktor kalibrasi satuan dari Joule menjadi kalori Gambar 13 Step Test Kalibrasi Pada saat melakukan KST, secara otomatis denyut jantung akan terekam di dalam HRM. Setelah KST selesai dilakukan, data kemudian ditransfer ke media

komputasi dengan menggunakan Interface HRM. Dari data yang didapat, kemudian diplot ke dalam bentuk grafik untuk mempermudah pencarian denyut jantung rata-rata. Adapun ketentuan untuk menentukan nilai denyut jantung ratarata adalah sebagai berikut : a. Denyut jantung pada saat istirahat adalah denyut jantung rata-rata dari data stabil terendah, minimal enam data stabil. Data yang diambil adalah denyut jantung yang tidak berada pada menit-menit awal dan akhir. Hal ini dikarenakan pada menit awal dan akhir denyut jantung masih bias. b. Pada saat KST, data yang diambil adalah denyut jantung tertinggi pada menitmenit akhir. Data yang diambil diusahakan data stabil minimal enam data. Subyektifitas nilai denyut jantung (HR) hasil KST harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang lebih obyektif. Normalisasi dilakukan dengan cara perbandingan HR relatif saat ST ( HR STn ) terhadap HR saat istirahat. Nilai perbandingan tersebut dinamakan Increase Ratio of Heart Rate (IRHR) dengan persamaan berikut : IRHRsteptest HRSTn HRrest Setelah diperoleh nilai IRHR masing-masing maka nilai tersebut diplotkan untuk dibuat grafik untuk melihat korelasi antara WEC ST dengan IRHR sehingga dari plot titik- titik nilai tersebut diperoleh persamaan linear yang merupakan bentuk umum untuk masing-masing subyek seperti persamaan yang memiliki persamaan fungsi: Y = ax + b Dimana : Y = IRHR X = WEC (kkal/menit) Selanjutnya mencari IRHR pada saat bekerja (menajak) dengan metode yang sama dengan IRHR step test. Yaitu dengan membandingkan IRHR pada saat menajak dengan IRHR saat istirahat awal. HRwork IRHRwork HRrest n

Nilai IRHR pada saat menajak dimasukkan ke persamaan subyek sebagai y sehingga didapatkan nilai x sebagai konsumsi energi kerja pada saat menajak (WECwork). TEC ( Total Energy Cost) merupakan penjumlahan dari energi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan (Work Energy Cost) dan energi yang dibutuhkan untuk menghidupi fungsi minimal fisiologi (Basal Metabolic Energy), dijelaskan dalam persamaan berikut : Dimana : TEC = Total Energy Cost (kkal/menit) WEC = Work Energy Cost (kkal/menit) TEC = WEC + BME BME = Basal Metabolic Energy (kkal/menit) Dalam terminologi kebutuhan energi kerja, terdapat istilah Total Energy Cost per Weight (TEC ). TEC merupakan nilai dari TEC yang dinormalisasi untuk mengetahui nilai beban kerja objektif yang diterima oleh seseorang saat melakukan kerja. Nilai TEC perlu dihitung untuk mengetahui nilai TEC pada masing-masing subjek dengan menghilangkan faktor berat badan. Hal ini dikarenakan berat badan seseorang mempengaruhi beban kerja yang diterima, sehingga pengaruh berat badan harus ditiadakan. Satuan nilai TEC yang digunakan adalah kkal/kg.jam (Soleh, 2011). TEC dapat dihitung dengan persamaan : TEC TEC' w Dimana : TEC = Total Energy Cost per Weight (kal/kg.jam) WEC = Work Energy Cost (kal/menit) w = Berat badan (kg) 3.3.4 Pengukuran Beban Kerja Kualitatif Pengukuran beban kerja ini dilakukan dengan melihat tingkat beban kerja seseorang berdasarkan nilai rata-rata perbandingan denyut jantung relatif saat kerja terhadap denyut jantung saat istirahat atau yang disebut Increase Ratio of

Heart Rate (IRHR) yang diperoleh masing-masing subjek. Nilai kategori masingmasing tingkat beban kerja dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR Kategori Nilai IRHR Sangat Ringan 1.0 < IRHR < 1.25 Ringan 1.25 < IRHR < 1.50 Sedang 1.50 < IRHR < 1.75 Berat 1.75 < IRHR < 2.00 Sangat berat IRHR > 2.00 Sumber: Syuaib (2003) 3.3.5 Studi Gerak Aktivitas Menajak di Lahan Rawa Pengambilan video menajak diambil bersamaan dengan pengambilan data beban kerja kuantitatif. Pola gerak kegiatan menajak dipelajari dengan menggunakan software Studio Plus, software ini mampu memperlambat gerakan hingga 1/30 detik dan mebuatnya menjadi gambar-gambar, sehingga dapat dipelajari pola gerakan kegiatan menajak. 3.3.6 Pengukuran Antropometri Petani dan Dimensi Tajak Pengukuran antropometri dilakukan tidak hanya pada empat subjek yang terlibat di dalam penelitian ini. Namun juga melibatkan mengukur antropometri petani pengguna tajak di Kecamatan Martapura Barat. Untuk ukuran sampel, menurut Haitao Hu (2007) dalam Anindita (2003), jumlah sampel diperkirakan berdasarkan persamaan yang tersedia pada gabungan ISO 15535 : 2003 Persyaratan Umum dalam Membangun Data Base Antropometri dengan selang kepercayaan 95% untuk persentil ke-5 dan ke-95: Dimana : N = Ukuran sampel CV = Coefficient of Variation Α = Percentage of Relative Accuracy Desired Dengan Dimana :

CV σ = Coefficient of Variation = Standar Deviasi µ = Nilai rata-rata Ukuran sampel dihitung berdasarkan data dari penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Anindita (2003). Data ini digunakan untuk mengatasi keterbatasan waktu, tenaga dan biaya dalam penelitian, dengan asumsi antropometri petani suku Banjar tidak jauh berbeda atau mendekati antropometri petani suku Jawa. Dipilihnya parameter berat badan pada penelitian sebelumnya karena setelah dilakukan perhitungan diperoleh ukuran sampel minimum yang diambil yang terbesar ada pada parameter tersebut yaitu sebesar 57 sampel, agar data yang diperoleh lebih baik maka dalam penelitian ini diambil 60 sampel di tiap-tiap kecamatan. Dalam perhitungan ukuran sampel, nilai CV, σ, dan µ parameter berat badan sebesar CV = 0.125, σ = 7.444, dan µ = 59.525. Dengan nilai CV = 0.125 dan α dipilih 0.05, sehingga diperoleh ukuran sampel sebesar 57, diambil 60. Hasil perhitungan ukuran sampel dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengalokasian pengambilan sampel dilihat dari persentase populasi di tiap-tiap desa. Rincian pengambilan sampel di tiap-tiap desa dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengambilan Sampel Petani Pengguna Tajak No Nama Desa Σ Penduduk Th. 2010 % Populasi Σ Sampel 1. Penggalaman 2169 12.78 8 2. Sungai Batang 1777 10.47 6 3. Telok Selong Ulu 1018 6.00 4 4. Telok Selong 1252 7.38 4 5. Tangkas 1075 6.33 4 6. Sei.Batang Ilir 1545 9.10 5 7. Sei.Rangas Ulu 1720 10.13 6 8. Sei.Rangas Hambuku 1763 10.39 6 9. Sei.Rangas Tengah 641 3.78 3 10. Sei.Rangas 578 3.40 2 11. Keliling benteng Ulu 1829 10.77 6 12. Keliling Benteng Tengah 1127 6.64 4 13. Antasan Sutun 482 2.84 2 Total 16976 100 60 Diolah dari : BPS Kabupaten Banjar (2010)

Ilustrasikan pengukuran antropometri terhadap petani pengguna tajak dapat dilihat pada Gambar 14-20. Berikut penjelasan bagaimana cara pengukuran dan posisi sampel/orang yang diukur : 1. Pengukuran untuk parameter berat badan. Pengukuran dilakukan dengan timbangan dengan keadaan sampel dalam posisi badan tegap dan dalam posisi seimbang atau tidak bergerak ke kiri, kanan, depan, maupun belakang serta tidak melakukan gerakan loncatan-loncatan. 2. Pengukuran untuk parameter nomor 2 sampai 11. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Dan pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Berikut ilustrasi pengukurannya : Gambar 14 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 2 sampai 11 3. Pengukuran untuk parameter nomor 12 sampai 16. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Dan pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Untuk pengukuran parameter nomor 12 dan 13, tangan harus dipancangkan ke depan secara tegap dan lurus serta parameter 13 menggenggam. Berikut ilustrasinya :

Gambar 15 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 12 sampai 16 4. Pengukuran untuk parameter nomor 17 dan 18. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Untuk parameter nomor 17, posisi lengan ditekuk sehingga siku tangan nampak mengerucut, dan antara lengan kiri dan kanan harus segaris sedangkan parameter nomor 18 lengan tangan direbah hingga lengan tangan kanan dan kiri segaris. Dan pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Berikut ilustrasinya : Gambar 16 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 17 sampai 18 5. Pengukuran untuk parameter nomor 19 sampai 23. Pengukuran dilakukan dengan cara menyandarkan sampel pada media dinding contohnya dinding rumah dengan badan tegap, berdiri sempurna, dan kaki sedikit rapat. Untuk parameter 19 dan 20, tangan dalam keadaan menggenggam pulpen (mata pulpen sebagai titik ukur). Pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak

depan. Untuk parameter nomor 22 diukur dengan jangka sorong dan dicari ukuran terpanjangnya. Berikut ilustrasinya : Gambar 17 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 19 sampai 23 6. Pengukuran untuk parameter nomor 24 sampai 31. Pengukuran dilakukan secara duduk, posisi badan tegap, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90, sudut antara kaki dan paha 90. Pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Apabila antara kaki tidak terbentuk sudut 90, maka gunakan bantalan untuk mengganjal kaki kemudian sesuaikan hingga terbentuk sudut 90. Berikut ilustrasinya : Gambar 18 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 24 sampai 31 7. Pengukuran untuk parameter nomor 32 sampai 36. Pengukuran dilakukan secara duduk, posisi badan tegap, paha lurus, kaki lurus, sudut antara badan dan paha 90, sudut antara kaki dan paha 90. Pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Apabila antara kaki tidak terbentuk

sudut 90, maka gunakan bantalan untuk mengganjal kaki kemudian sesuaikan hingga terbentuk sudut 90. Berikut ilustrasinya : Gambar 19 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 32 sampai 36 Pengukuran untuk parameter 37 sampai 41. Pengukuran dilakukan secara duduk. Untuk parameter nomor 38 sampai 40 menggunakan jangka sorong, sedangkan untuk parameter nomor 41 menggunakan silinder untuk digenggam dan diukur dengan meteran pita. Untuk parameter nomor 37 dilakukan dengan meteran dan dibantu penggaris, serta pertemuan antara penggaris dan meteran harus tegak lurus baik tampak samping maupun tampak depan. Berikut ilustrasinya : Gambar 20 Ilustrasi pengukuran parameter nomor 37 sampai 41 Berdasarkan Gambar di atas maka antropometri petani pengguna tajak yang diukur dapat dilihat pada Tabel 5. Pengukuran terhadap antropometri subjek terdiri dari 41 parameter yang terdiri dari 23 parameter ketika duduk dan 18 parameter ketika berdiri. Selain pengukuran antropometri, juga dilakukan pengukuran dimensi dan identifikasi

tajak yang digunakan oleh petani tersebut. Tabel 6 menyajikan data dimensi tajak yang diukur. Tabel 5 Pengukuran data antropometri Data yang diukur ketika berdiri Data yang diukur ketika duduk No Keterangan No Keterangan 1 Berat Badan 24 Tinggi Dudukan 2 Tinggi Badan 25 Tinggi Lutut 3 Tinggi Mata 26 Tinggi Pinggul 4 Tinggi Bahu 27 Tinggi Bahu 5 Tinggi Siku Tangan 28 Tinggi Mata 6 Tinggi Pergelangan Tangan 29 Tinggi Duduk 7 Tinggi Ujung Tangan 30 Tebal Badan 8 Tinggi Siku Kaki 31 Lebar Pantat 9 Tinngi Telapak Tangan 32 Panjang Siku ke Ujung Jari 10 Tinggi Selangkangan 33 Panjang Siku ke Pergelangan Tangan 11 Tinggi Pinggul 34 Tinggi Siku Tangan 12 Jangkauan ke Depan 35 Panjang Kedudukan hingga Siku Kaki 13 Jangkauan ke Depan (Menggenggam) 36 Panjang Kedudukan hingga Lutut 14 Panjang Lengan Atas 37 Panjang Pergelangan Tangan 15 Panjang Lengan 38 Panjang Telapak Tangan 16 Lebar Bahu 39 Lebar Telapak Tangan (4 jari) 17 Jangkauan Horizontal Siku Tangan 40 Lebar Telapak Tangan (5 jari) 18 Jangkauan Horizontal Tangan 41 Diameter Genggaman Tangan 19 Panjang Siku ke Genggaman Tangan 20 Tinggi Genggaman Tangan 21 Tinggi Sandaran Tangan 22 Lebar Telapak Kaki 23 Panjang Telapak Kaki

Selain pengukuran terhadap antropometri petani pengguna tajak di Kecamatan Martapura Barat juga dilakukan pengukuran terhadap dimensi tajak yang digunakannya. Parameter pengukuran terhadap dimensi tajak dapat dilihat pada Tabel 6, terdiri atas delapan parameter pengukuran dengan catatan panjang tangkai tajak hanya diukur hanya mendekati posisi mata tajak, tanpa mengukur panjang sambungan antara tangkai dan mata. Hasil pengamatan di lapang panjang antara tangkai dan mata mencapai 10 cm, dan ini akan ditambahkan pada desain akhir perhitungan panjang tangkai tajak. Tabel 6 Pengukuran dimensi tajak No Bagian Alat yang Diukur 1 Berat total tajak (kg) 2 Diameter hulu/gagang (cm) 3 Panjang hulu/gagang (cm) 4 Panjang tangkai (cm) 5 Panjang tangkai sd gagang (cm) 6 Panjang mata (cm) 7 Lebar mata (cm) 8 Sudut kemiringan tangkai ( ) Hulu Tangkai Mata Gambar 21 Bagian-bagian tajak Setelah didapatkan data di lapangan kemudian diolah. Tahapannya sebagai berikut: a. Menentukan Mean

Menurut Steel dan Torrie (1993), cara menghitung mean adalah dengan menggunakan rumus : Dimana: ndata x = jumlah data = data ke-i b. Menentukan Standar Deviasi Menurut Walpole (1992), cara menghitung standar deviasi adalah dengan menggunakan rumus : Dimana: ndata x i mean = jumlah data = data ke-i = nilai rata-rata b. Menentukan Persentil ke-5, ke-50, dan ke-95 Menurut Pheasant (2003), cara menghitung persentil adalah dengan menggunakan rumus : Dimana: mean s = nilai rata-rata = standar deviasi z = z-score (nilai z dapat dilihat pada Lampiran 2) Secara umum data antropometri yang diterapkan untuk hal-hal yang khusus, cukup diambil dari persentil ke-5, ke-50, ke-95 atau antara persentil ke-5 sampai persentil ke-95. Persentil ke-100 hanya diterapkan pada rancangan yang digunakan oleh semua orang contoh perlengkapan di rumah-rumah sakit. Untuk alat yang dapat diatur sesuai dengan subjeknya, misalnya posisi tempat duduk, posisi pegangan kendali, desain sebaiknya dirancang agar dapat memenuhi selang persentil ke-5 sampai ke-95.

Menurut Nurmianto (2004), adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa percentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 percentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 percentil. Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Sumber : Nurmianto (2004) Gambar 22 Distribusi normal dan perhitungan persentil 3.3.7 Pengukuran Efektivitas Tajak terhadap Gulma Pengukuran efektivitas kerja tajak dengan parameter gulma yang terangkat dilakukan dengan menghitung jumlah gulma yang tumbuh setelah satu bulan ditajak dan dibandingkan dengan jumlah gulma awal disetiap petak sample (1mx 1m). Efektivitas menajak terhadap jumlah gulma dihitung sebagai berikut: Jumlah Gulma Sebelum Ditajak - Jumlah Gulma Setelah Ditajak Jumlah Gulma Sebelum Ditajak 100% 3.3.8 Kesesuaian Antropometri Subjek dengan Dimensi Tajak Kesesuian dimensi tajak dengan subjek diketahui dengan melakukan pengukuran terhadap antropometri petani pengguna tajak dan dimensi tajak yang digunakan serta melakukan wawancara. Pola gerak kegiatan menajak dipelajari dengan menggunakan software Studio Plus, software ini mampu memperlambat gerakan hingga 1/30 detik dan mebuatnya menjadi gambar-gambar, sehingga dapat dipelajari pola gerakan kegiatan menajak

Petani pengguna tajak di Kalimantan Selatan melakukan penyesuaian dimensi tajak yang dibutuhkan berdasarkan trial and error serta pengalaman. Analisis panjang tangkai penting dilakukan untuk mendapatkan panjang tangkai yang sesuai dengan antropometri tubuh petani serta sehingga aman dan nyaman ketika digunakan.

Penelitian Pendahuluan Pengambilan Data Karakteristik Subjek BME Pengambilan Data Lapang Kalibrasi Step Test (KST) Analisis Beban Kerja Analisis Kesesuaian Alat Analisis Efektivitas Kerja Tajak Denyut Jantung ST (HRST) WECST HRRest HRST(1,2,3) Denyut Jantung Kerja (HRWork) HRRest HRWork Deskripsi antropometri Data Dimensi Tajak Data Analisis Gerak Σ Gulma sebelum ditajak Σ Gulma setelah ditajak IRHRST IRHRWork BK Kualitatif Parameter Desain Efektivitas Kerja Tajak Persamaan Kalibrasi Gerak Optimal Dimensi Optimal BK Kuantitatif Kapasitas Kerja Tajak (Jam/ha) WEC TEC (+) BME (/) Weight Konsumsi Energi Kerja/ha (kkal/ha) TEC Gambar 23 Diagram alir penelitian