Bab 2. Landasan Teori. dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2. Landasan Teori. dari definisi langsung dan penyusunan bagian-bagiannya, melainkan merupakan suatu

ANALISIS MAKNA KANYOUKU YANG MENGGUNAKAN KANJI KOSHI DALAM KODANSHA S DICTIONARY OF BASIC JAPANESE IDIOMS

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB 2. yang digunakan untuk menganalisis data untuk bab selanjutnya. Teori-teori

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab dua ini penulis akan membagi menjadi beberapa sub bab sesuai dengan

Bab 2. Landasan Teori. mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan semantik adalah sebagai berikut:

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

Bab 2. Landasan Teori. Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

Bab 2. Landasan Teori. untuk mendukung analisis pemaknaan dari lagu Without You yang terdapat di bab 3.

Bab 2. Landasan Teori. Teori yang akan digunakan adalah konsep kanji, rikusho, konsep bushu, dan teori

PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

Bab 2. Landasan Teori. berarti. Istilah semantik berpadanan dengan kata semantique dalam bahasa Perancis

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KONTRASTIF MAKNA IDIOM BAHASA JEPANG DENGAN BAHASA INDONESIA YANG TERBENTUK DARI KATA ME (MATA) SKRIPSI OLEH DYAH RETNO WIGATI NIM

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

ABSTRAK. tujuan. Ketika kita berbahasa, orang lain dapat mengerti apa maksud, ide, pesan,

JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI

PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

Bab 2. Landasan Teori. tersebut digunakan untuk menganalisis korpus data.

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

PEGGUNAAN RAGAM BAHASA HORMAT (KEIGO) DALAM DRAMA ATTENTION PLEASE KARYA SATO YUICHI

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam. kehidupan manusia. Bahasa terus berkembang sesuai dengan perkembangan

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Bab 2. Landasan Teori. Di dalam bab kedua yang berisi mengenai landasan teori ini, penulis akan

STRATEGI PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG YANG TERBENTUK DARI UNSUR MATA KE DALAM BAHASA INDONESIA

DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA

BAB I PENDAHULUAN. percakapan, atau tuturan, sering dijumpai istilah wacana. Wacana terdiri dari

映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析

KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

GIJOUGO DALAM MANGA GREAT TEACHER ONIZUKA KARYA TORU FUJISAWA I KADEK AMERTA CANDRA ERDIKA

Penyimpangan Penggunaan Danseigo dan Joseigo Terhadap Shuujoshi dalam Serial Animasi Kantai Collection SKRIPSI

ANALISIS LIRIK LAGU HERO DAN AND I LOVE YOU DARI BAND MR.CHILDREN DENGAN TEORI PENGKAJIAN PUISI DAN KONSEP KEBUTUHAN EKSISTENSIAL DALAM KETERHUBUNGAN

ABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif

Bab II. Landasan Teori. Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan

Bab 2. Landasan Teori. digunakan untuk mendukung analisis pemaknaan lagu Evergreen pada bab tiga.

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA PERCAKAPAN ORANG JEPANG YANG TINGGAL DI MALANG

PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian seseorang, baik kepribadian tersebut adalah kepribadian yang baik

PERGESERAN MAKNA GAIRAIGO DALAM BAHASA IKLAN MAJALAH Q TO JAPON VOLUME 13 TAHUN 2012 SKRIPSI OLEH: ENNIS FAUZIA

REGISTER OTAKU IDOL GROUP 48 FAMILY DALAM KOMUNITAS RINGO 48 DI MALANG SKRIPSI OLEH: M. RIAN WIJAYANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal (Chaer 2003:296).

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DAN TOKOH KEDUA NOVEL 500G DE UMARETA MUSUME E KARYA MICHIYO INOUE

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BAHASA JEPANG YANG BERMAKNA MEMAKAI PADA MAHASISWA TINGKAT II DPBJ FPBS UPI

BAB 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

GAIRAIGO DI KALANGAN BAHASA ANAK MUDA JEPANG DALAM FILM KAMEN RIDER GAIM EPISODE 01-12

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa teori dari para ahli yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat,

Bab 2. Landasan Teori. Iklan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Iklan dapat ditemui di

PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan

KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOSHITE ( そして ), SOREKARA ( それから ), DAN SORENI ( それに ) PADA

IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI MAKNA IDIOM DARI KANJI TANGAN 手

ABSTRAK. Kata kunci : puisi, gaya bahasa, retorika, makna

GAYA BAHASA KIASAN DALAM ALBUM CLICKED SINGLES BEST 13 KARYA L ARC~EN~CIEL SKRIPSI OLEH JAHRATUN NISA

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinteraksi di berbagai bidang kehidupan, manusia menggunakan bahasa.

KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

ANALISIS MAKNA KANYOUKU YANG MENGGUNAKAN KANJI KUCHI DALAM KODANSHA S DICTIONARY OF BASIC JAPANESE IDIOMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. Dalam berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM

KESALAHAN PENGGUNAAN I-KEIYOUSHI DAN NA- KEIYOUSHI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

WAKAMONO KOTOBA DALAM DRAMA MY BOSS MY HERO SKRIPSI OLEH AGENG GINANJAR SASMITO NIM

BAB I PENDAHULUAN. ide, atau perasaan tersebut dapat secara harfiah atau metaforis, secara langsung atau tidak

Pengaruh Media Kotoba Gazou (Gambar Kosakata) Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik

Bab 2. Landasan Teori. Sebelum berusaha untuk dapat memahami makna haiku yang rumit, maka kita harus

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

Transkripsi:

Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Kanyouku 慣用句 Dalam bahasa Jepang, penggunaan kanyouku 慣用句 dapat ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Kanyouku 慣用句 sendiri sering disalah artikan. Pada umumnya, petutur menerjemahkan kanyouku 慣用句 secara leksikal, padahal arti kanyouku 慣用句 tidak dapat diartikan begitu saja. Inoue (1989 : 70) menyatakan bahwa: 慣用句というのは 二つ以上の語が結びついて 全体で一つの固定した意味を表すもので 文中では 一語相当のものとして用いられる したがって 個々の語の意味や文法的な動きとは 別個の存在である Terjemahan: Kanyouku adalah gabungan dua kata atau lebih, biasanya mewakili satu makna secara keseluruhan, yang digunakan sebagai suatu kesesuaian dengan satu kata. Oleh karena itu, makna dan fungsi gramatikal dari setiap kata mengandung sebuah pengertian dari kata lain. Idiom merupakan bentuk ungkapan yang sudak tidak mengikuti aturan tata bahasa yang berlaku pada bahasa yang bersangkutan. Dalam teori kanyouku 慣用句 Kunihiro.T, (1985 : 4) menyatakan bahwa: 言語研究において 文法意論とは別に慣用句が問題にされるのは慣用句が文法の一般的な規則ならびに個々語の普通の意味だけでは律することのできない性質のものだからである Terjemahan : Idiom merupakan bentuk ungkapan yang dipermasalahkan terkait dengan karakteristik idiom tersebut yang tidak bisa diduga seperti makna kata pada umumnya dengan aturan tata bahasa dan teori semantik bahasa yang bersangkutan.

Seringkali orang salah mengartikan kanyouku 慣用句 karena sifatnya yang tidak dapat di artikan begitu saja berdasarkan kata-kata yang membentuknya. Momiyama (1996 : 29) menyatakan bahwa, makna kanyouku 慣用句 adalah makna dari gabungan dua kata atau lebih yang sudah ditetapkan, dan makna kanyouku 慣用句 yang dihasilkan tidak bisa dicerna berdasarkan makna leksikal maupun makna gramatikal gabungan kata pembentuk kanyouku 慣用句 tersebut. Walaupun dikatakan makna kanyouku 慣用句 tidak dapat dimasukkan ke dalam kaidah umum gramatikal yang berlaku atau tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya. Namun untuk kanyouku 慣用句 jenis tertentu masih dapat diprediksikan maknanya ditinjau secara historis komparatif dan etimologis, serta asosiasi terhadap lambang yang dipakai, karena masih terlihat adanya hubungan antara makna keseluruhan dengan makna leksikal unsur kata pembentuk kanyouku 慣用句 tersebut. 2.2 Teori Semantik Agar dapat memahami kanyouku 慣用句 dengan baik, diperlukan pemahaman yang baik mengenai semantik (imiron). M.Breal dalam Parera, J.D (2004 : 14) semantik adalah pelafalan lain dari istilah la semantique yang merupakan satu cabang studi linguistik general. Oleh karena itu, semantik di sini adalah satu studi dan analisis tentang makna linguistik. Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Jadi, ilmu semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda- tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda liguistik.

Menurut Saussure (2007) tanda linguistik terdiri dari 1. Komponen makna yang menggantikan yang berwujud bunyi bahasa 2. Komponen yang diartikan atau makna komponen pertama Kedua komponen ini adalah tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambangkan adalah sesuatu yang berada di luar bahasa atau yang lazim disebut referen. Jadi, ilmu semantik adalah 1. Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya 2. Ilmu tentang makna atau arti Ichiro (1991 : 1-3), seorang ahli semantik modern, mengemukakan bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna dari kata, frase, kalimat. Menurutnya, bila melihat sebuah makna dengan sudut pandang secara objektif maupun secara fisik, banyak hal yang berbeda dan tidak sesuai. Dalam melihat sebuah makna dalam kondisi seperti itu, lebih baik menggunakan sudut pandang secara subjektif. Hal ini dikarenakan kata atau kalimat merupakan sesuatu yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari dan dari setiap individu akan lahir maknamakna yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. 2.2.1 Teori Medan Makna Kata-kata atau leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata itu. Kata-kata yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal. Sedangkan usaha untuk menganalisis kata atau leksem atas unsur-unsur makna

yang dimilikinya disebut analisis komponen makna atau analisis ciri-ciri makna, atau juga analisis ciri-ciri leksikal (Chaer, 2007 : 315). Chaer (1994 : 315) memberikan definisi medan makna, yaitu : Yang dimaksud dengan medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Kata-kata atau leksem-leksem yang mengelompok dalam satu medan makna, berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set. Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya dalam kalimat yang terdapat dalam Chaer (2007: 315). Tiang layar perahu nelayan itu patah dihantam badai, lalu perahu itu digulung ombak dan tenggelam beserta segala isinya. Kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam yang merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, satu tempat atau lingkungan yang sama. Dalam hal ini lingkungan kelautan. Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik, karena sifatnya yang linear, maka kelompok set menunjuk pada hubungan paradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set itu saling bisa di subsitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai kelas yang sama, dan tampaknya juga merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota lain dalam set itu. J. Trier dalam Parera (2004 : 139) mengatakan bahwa vokabulari sebuah bahasa tersusun rapih dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur yang berbeda didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih antar sesama makna. Ia mengatakan bahwa medan makna itu tersusun sebagai satu mosaik. Setiap medan makna itu akan selalu tercocokan antar sesama medan sehingga membentuk satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal tumpang tindih. Sebagai contohnya, J. Trier memberikan contoh dengan menurunkan dua medan makna dari kata pandai.

Tabel 2.2.1.1 Medan Makna Pandai Cerdik Terpelajar Terdidik Bijak Berpengalaman Cendekiawan Sumber : Parera (2004 :139) 2.1.2 Teori Makna Denotatif dan Konotatif Masalah bentuk kata lazim dibicarakan dalam tatabahasa setiap bahasa. Bagaimana bentuk sebuah kata dasar, bagaimana menurunkan kata baru dari bentuk dasar atau gabuungan dari bentuk-bentuk dasar biasanya dibicarakan secara terperinci dalam tatabahasa. Yang agak diabaikan adalah masalah makna kata. Padahal masalah ketepatan pilihan kata atau kesesuaian pilihan kata tergantung pula pada makna yang didukung oleh bermacam-macam bentuk itu (Keraf 2009 : 27). Menurut Keraf (2009 : 27-28) kata yang tidak mengandung makna atau perasaaan-perasaan tambahan disebut kata denotatif, atau maknanya disebut makna denotatif, sedangkan makna kata yang mengandung arti atau tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum, dinamakan makna konotatif atau konotasi. Keraf dalam bukunya (2009 : 28) menyatakan bahwa: Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan: stimulus dan respons menyangkut hal-hal yang dapat dicerap pancaindra dan rasio manusia. Makna ini disebut makna proposisional kerena bertalian dengan informasiinformasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.

Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab itu untuk menghindari interpretasi yang mungkin timbul, penulis akan berusaha memilih kata dan konteks yang relatif bebas interpretasi. Setiap kata sendiri memiliki denotasi, maka penulis harus mempersoalkan apakah kata yang dipilihnya sudah tepat. Ketepatan pilihan kata itu tampak dari kesanggupannya untuk menuntun pembaca kepada gagasan yang ingin disampaikan, yang tidak memungkinkan interpretasi lain selain dari sikap pembicara dan gagasan-gagasan yang akan disampaikan itu (Keraf, 2009 : 28-29). Makna denotatif dibedakan menjadi dua macam, yaitu relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan relasi antara sebuah kata dan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya (Keraf, 2009 : 29). Menurut Chaer (2007 : 292) makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal. Menurut Keraf (2009 : 29) yang dimaksud dengan makna konotatif adalah sebagai berikut, Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar: di pihak lain, kata yng dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama. Memilih makna konotasi jauh lebih berat bila dibandingkan dengan memilih denotasi. Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat konotatif. Apabila sebuah kata mengandung konotasi yang salah, misalnya kurus-kering untuk menggantikan kata ramping dalam sebuah konteks yang saling melengkapi, makna kesalahan semacam itu mudah diketahui dan diperbaiki. Hal yang sulit adalah perbedaan makna antara kata-

kata yang bersinonim, tetapi mungkin mempunyai perbedaan arti yang besar dalam konteks tertentu (Keraf, 2009 : 29) Sinonim sering dianggap berbeda hanya dalam konotasinya. Dalam kenyataanya terdapat sinonim yang memang hanya mempunyai makna denotatif, tetapi ada juga sinonim yang mempunyai makna konotatif. Misalnya pada kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, berpulang memiliki denotasi yang sama yaitu peristiwa di mana jiwa seseorang telah meninggalkan badannya. Akan tetapi kata meninggal, wafat, berpulang mempunyai konotasi tertentu, yaitu mengandung nilai kesopanan atau dianggap lebih sopan, sedangkan mangkat mempunyai konotasi lain yaitu mengandung nilai kebesaran, dan gugur mengandung nilai keagungan dan keluhuran. Sebaliknya kata persekot, uang muka, atau panjar hanya mengandung makna denotatif (Keraf, 2009 : 29-30). Chaer (2007 : 292) menyatakan bahwa makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.