PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman merupakan salah satu tolok ukur dalam menetapkan jumlah pupuk yang harus diberikan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain berkan uji tanah dan uji tanaman yang memerlukan peralatan dan keterampilan khusus, penentuan kebutuhan pupuk bagi tanaman padi juga dapat dilakukan dengan pendekatan Petak Omisi (Omission Plot). Cara ini lebih mudah dan murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan dapat dikerjakan sendiri oleh petani dalam menentukan kebutuhan pupuk untuk tanamannya. Tahapan pelaksanaan pengkajian Petak Omisi untuk tanaman padi adalah sebagai berikut: II. Pemilihan Lokasi Lahan yang sesuai untuk pengkajian Petak Omisi adalah lahan irigasi dengan ketersediaan air minimal 10 bulan, baik di lahan irigasi teknis maupun lahan irigasi sederhana, terutama yang dekat dengan saluran sekunder dan memiliki hamparan yang cukup luas (>1.000 ha). Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi adalah : a) mewakili variasi kesuburan tanah, sistem tanam, dan kondisi sosial ekonomi petani, b) mudah dijangkau untuk kunjungan lapangan, dan c) kepedulian petani tinggi dalam pelaksanaan pengkajian. III. Metodologi 1. Perlakuan Perlakuan terdiri atas empat petak dengan luas berukuran x yaitu dengan perlakuan 1: tanpa N (+P+K), Perlakuan 2: tanpa P (+N+K), Perlakuan 3: tanpa K (+N+P), dan Perlakuan 4: NPK. Semua perlakuan diulang sebanyak 3 x. Diluas 1 ha dilakukan perlakuan Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) 2. Pembuatan petak Ukuran petak masing-maisng adalah x. Denah tata letak petak perlakuan tersebut dapat dilihat di gambar 1. Petak perlakuan dibuat sebelum petani mengaplikasikan pupuk
. Tiap petak perlakuan dipisahkan dari perlakuan yang satu dengan lainnya menggunakan pematang. Tinggi pematang minimal 15 cm dan lebar 20-30 cm. Saluran air dibuat ditepi petakan sedemikian rupa sehingga pintu air masuk dipisahkan dengan pintu air keluar. Untuk memudahkan pemeliharaan, menjaga kebersihan petakan dari gulma maka antara rumpun padi terluar dengan pematang diberikan jarak yang cukup leluasa. Blok 1 Blok 2 Blok 3 Gambar 1. Denah Petak Omisi 3. Pemetaan petak Pada awal musim tanam perlu digambar tata letak petak dalam suatu kawasan, yang meliputi aliran air dan degradasi kesuburan tanah. Selanjutnya tempatkan papan nama yang memuat informasi lokasi, petani, tahun, dan musim tanam.
4. Pengelolaan petak Petak Omisi di lahan petani harus mempunyai standar kualitas yang sama dengan penelitian di kebun percobaan. Pengelolaan tanah dan tanaman dilakukan oleh petani di bawah bimbingan peneliti, sedangkan aplikasi pupuk dilaksanakan oleh peneliti. 5. Pengelolaan pertanaman Cara tanam sebaiknya mengikuti cara petani setempat, misalnya tanam pindah (TPR), persemaian basah (WSR), dan persemaian kering (DSR). Varietas yang digunakan sebaiknya seragam, varietas unggul berdaya hasil tinggi. Takaran pupuk untuk perlakuan PHSL dikan kepada kondisi hara dan musim, sedangkan perlakuan +PK, +NK, dan +NP mengacu kepada takaran optimal rekomendasi setempat. Pengelolaan air, pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan praktek petani. 6. Pemupukan Pupuk menggunakan pupuk kandang dengan dosis 3-5 ton/ha. Takaran pupuk per hektar yang digunakan untuk perlakuan yang menerima N, P, dan K masing-masing adalah 250-300 kg urea sebagai sumber N, 100 kg SP36 sebagai sumber P, dan 100 kg KCl sebagai sumber K. Pupuk urea diberikan 3 kali yaitu pertama pada 10-15 HST sebanyak 50 kg/ha untuk lahan yang subur dan 100 kg/ha untuk lahan yang kurang subur; kedua pada saat anakan aktif (25-35 HST) sebanyak 100 kg/ha; dan ketiga pada saat primordia bunga (40-50 HST) sebanyak 100 kg. Seluruh pupuk SP36 diberikan bersama pemberian pertama urea, sedangkan pupuk KCl diberikan 2 kali, yaitu 50 kg bersama pemberian urea dan 50 kg sisanya diberikan pada saat primordia bunga. Kebutuhan pupuk N, P, dan K bagi tanaman diperkirakan dengan cara berikut : (1) menghitung perkiraan kebutuhan hara tanaman, (2) menghitung perkiraan potensi lahan dalam penyediaan hara, (3) menghitung perkiraan efisiensi pemupukan, (4) menghitung takaran pemupukan, dan (5) menentukan cara dan waktu aplikasi.
Tabel 1: Takaran pupuk NPK (kg unsur hara/ha) untuk ke empat petak pada pengkajian petak omisi.. Perlakuan Pupuk N (kg N/ha) Target hasil Pupuk P (t/ha), kandungan air No. Kode Rincian (kg P/ha) 14% Awal Total pupuk Anakan aktif Total Pupuk K (kg K/ha) Dasar Pupuk zinc (kg Zn/ha) Pupuk S (kg S/ha) 7 1 -N PK 0 0 0 0 20 70 35 35 15 15 7 2 -P NK 160 40 60 60 0 70 35 35 15 15 7 3 -K NP 160 40 60 60 20 0 0 0 15 15 7 4 NPK NPK 160 40 60 60 20 70 35 35 15 15 9 1 -N PK 0 0 0 0 30 100 50 50 20 20 9 2 -P NK 200 50 75 75 0 100 50 50 20 20 9 3 -K NP 200 50 75 75 30 0 0 0 20 20 9 4 NPK NPK 200 50 75 75 30 100 50 50 20 20 Tabel 2: Takaran sumber pupuk (g/m 2 ) untuk ke empat petak pada pengkajian petak omisi dan pada tiap petak omisi (20 m2) Perlakuan Target hasil Urea KCl (t/ha), kandungan air No. Kode Rincian SP36 14% Total Awal Total Dasar Anakan aktif Zinc sulfate ZA 7 1 -N PK 0 0 0 0 260 280 140 140 150 125 7 2 -P NK 700 180 260 260 0 280 140 140 150 125 7 3 -K NP 700 180 260 260 260 0 0 0 150 125 7 4 NPK NPK 700 180 260 260 260 280 140 140 150 125 9 1 -N PK 0 0 0 0 390 400 200 200 200 160 9 2 -P NK 870 220 325 325 0 400 200 200 200 160 9 3 -K NP 870 220 325 325 390 0 0 0 200 160 9 4 NPK NPK 870 220 325 325 390 400 200 200 200 160
7. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi : (1) hasil panen ubinan dan (2) komponen hasil (jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1.000 butir). 7. Kompensasi bagi petani Agar petani termotivasi untuk melaksanakan pengkajian maka mereka diberikan kompensasi berupa pupuk dan pestisida (pada perlakuan +PK, +NP, +NK, dan PHSL), benih bersertifikat, upah tenaga (pembuatan pematang), uang tunai (pengganti penurunan hasil akibat perlakuan), dan bonus di akhir musim. IV. Teknologi Penunjang Varietas yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan keinginan petani setempat. Umur tanaman, ketahanan terhadap hama dan penyakit, dan rasa nasi termasuk aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih varietas. Persemaian, cara tanam, dan pengairan perlu pula diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal.