EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

dokumen-dokumen yang mirip
RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

EFEK POPULARITAS CALON LEGISLATIF TERHADAP ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU 2014

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

SILENT REVOLUTION : KAMPANYE, KOMPETISI CALEG, DAN KEKUATAN PARTAI MENJELANG PEMILU Lembaga Survei Indonesia (LSI) Oktober 2008

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

EFEK KAMPANYE DAN EFEK JOKOWI: ELEKTABILITAS PARTAI JELANG PEMILU LEGISLATIF 2014

AKUNTABILITAS POLITIK: EVALUASI PUBLIK ATAS PEMERINTAHAN. Temuan Survei Nasional

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

KECENDERUNGAN SENTIMEN EKONOMI- POLITIK 2008

ISU-ISU PUBLIK DAN PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA 2007

PROTES MASSA DAN KEPEMIMPINAN NASIONAL SEBUAH EVALUASI PUBLIK

Mencari Calon Presiden 2014

13 HARI YANG MENENTUKAN HEAD TO HEAD PRABOWO HATTA VS JOKOWI - JK. Lingkaran Survei Indonesia Juni 2014

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO SEBUAH EVALUASI PUBLIK

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Pertarungan Wilayah Strategis Dan Efek Cawapres

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

MEDIA SURVEI NASIONAL

Jokowi Pasca Naiknya BBM. LSI DENNY JA November 2014

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK ATAS KINERJA PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

HARAPAN & ANCAMAN JOKOWI - JK

SPLIT-TICKET VOTING, KARAKTERISTIK PERSONAL, DAN ELEKTABILITAS BAKAL CALON PRESIDEN

ISU AGAMA KALAHKAN AHOK?

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

PROSPEK ISLAM POLITIK

Laporan Survei PREFERENSI POLITIK MASYARAKAT Menuju Pemilihan Langsung Gubernur/Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2017

BERITA RESMI STATISTIK

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

PELUANG CALON-CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI JAWA BARAT

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

Jakarta, 3 Desember 2009 Divisi Monitoring & Analisis Anggaran Indonesia Corruption Watch (ICW)

POLITICAL OUTLOOK 2014 : EFEK JOKOWI DAN KINERJA PARPOL TIGA BULAN SEBELUM PILEG 2014

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

Head to Head Dukungan Capres Pasca Penetapan Resmi KPU

KEPERCAYAAN TERHADAP DPR DI TITIK TERENDAH. LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Desember 2015

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

PKB 4,5%, PPP 3,4%, PAN 3,3%, NASDEM 3,3%, PERINDO

Temuan Survei: Januari 2015

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL Tirtayasa VII No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12160, Telp , , Fax

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

Paska PAN Gabung Pemerintah LSI DENNY JA SEPTEMBER 2015

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

INFORMASI PERKEMBANGAN HASIL PENGAWASAN, PENANGANAN PELANGGARAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA Sampai Dengan Hari Rabu, 26 Maret 2014 Jam 17.

Tiga Isu Menanti Kabinet Jokowi. LSI DENNY JA Oktober 2014

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

Transkripsi:

EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009 Trend Opini Publik Updated 8-18 Februari 2009 LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) Jakarta, Februari 2009 www.lsi.or.id

Latar Belakang Demi keadilan pada calon dan untuk meningkatkan kualitas hasil pemilu, Mahkamah Konstitusi telah memutuskan agar diberlakukan suara terbanyak dalam mekanisme penentuan pemenang dalam persaingan antar calon. Keputusan ini juga melahirkan pemikiran bahwa persaingan di antara calon anggota legislatif akan semakin keras. Calon-calon yang bekerja keras akan mendapat suara lebih banyak, dan pada gilirannya akan berpeluang lebih besar merebut kursi DPR. Di samping itu, berkembang juga pemikiran bahwa efek dari kompetisi ini akan meningkatakan perolehan akhir suara partai. Partai-partai yang lebih dahulu menganut sistem suara terbanyak, sebelum keputusan MK tersebut, dipercaya akan mampu meningktkan perolehan suara partainya. Partai-partai yang paling awal menganut sistem suara terbanyak adalah PAN. Kemudian menyusul Demokrat dan Partai Golkar. Kalau betul argumen di atas maka perolehan suara tiga partai itu akan lebih banyak dibanding yang lain seperti PDI Perjuangan, PKS, PPP, dan PKB. 2

Lanjutan Juga, kalau argumen di atas benar, maka efek calon pada perolehan total suara lebih besar di tiga partai tersebut, dibanding partai-partai lainnya. Apakah faktanya mengkonfirmasi hipotesis tersebut? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat dari trend perolehan suara partai setidaknya dalam setahun terakhir, sebelum keputusan MK dan setelah keputusan MK, dan dalam eksperimen pemilihan dengan menggunakan kartu suara sebagaimaa akan digunakan dalam pemilu nanti. Berikut adalah fakta yang membenarkan atau membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Data terakhir yang digunakan adalah hasil survei nasional yang dilakukan 8-18 Februari 2009 yang menggunakan sejenis kartu suara dalam wawancara tersebut. 3

METODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Jumlah sampel 2455. Dengan sampel itu margin of error +/- 2,4% pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penarikan sample dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan yang terdiri hanya dari 10 responden Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.dan 50% responden dipilih secara random dengan menelopon setelah wawancara selesai untuk memastikan baru saja telah diwawancari. Wawancara terakhir dilakukan 8-18 Februari 2009. 4

Metodologi Survei Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional Prop.1 Ds 1 Ds n Prop.k Ds 1 Ds m Desa/kelurahan di tingkat Propinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional RT1 RT2 RT3. RT5 Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random KK1 KK2 Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Laki-laki Perempuan Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan 5

DEMOGRAFI NASIONAL KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS JENIS KELAMIN KELOMPOK PENDIDIKAN LAKI-LAKI 50.0 50.0 <= SD 55.9 60.0 PEREMPUAN 50.0 50.0 SLTP 16.6 19.0 DESA-KOTA SLTA 20.4 18.0 DESA 59.0 59.0 Universitas 7.0 4.0 KOTA 41.0 41.0 AGAMA PENDAPATAN Islam 87.5 87.0 < 400 ribu 38.0 42.0 Kristen 9.6 10.0 400-999 ribu 35.3 38.0 Hindu 1.8 2.0 >= 1juta 26.7 20.0 Lainnya 1.1 1 ETNIS Jawa 42.2 41.6 Sunda 17.0 15.4 Melayu 3.9 3.4 Madura 3.9 3.4 Bugis 4.1 2.5 Betawi 2.0 2.5 Minang 2.9 2.7 Lainnya 23.6 28.5 6

DEMOGRAFI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS PROPINSI PROPINSI NAD 1.8 1.9 BALI 1.4 1.5 SUMUT 5.5 5.3 NTB 1.8 2.0 SUMBAR 2.3 2.1 NTT 1.8 2.0 RIAU 2.3 2.2 KALBAR 1.8 1.9 JAMBI 1.4 1.3 KALTENG 0.9 0.9 SUMSEL 3.2 3.2 KALSEL 1.4 1.5 BENGKULU 0.9 0.8 KALTIM 1.4 1.4 LAMPUNG 3.2 3.4 SULUT 0.9 1.0 BABEL 0.5 0.5 SULTENG 0.9 1.1 KEPRI 0.5 0.6 SULSEL 3.6 3.5 DKI 3.6 3.5 SULTRA 0.9 0.9 JABAR 17.3 17.4 GORONTALO 0.5 0.4 JATENG 15.0 15.2 SULBAR 0.5 0.5 DIY 1.8 1.6 MALUKU 0.5 0.6 JATIM 16.8 16.7 MALUKU UTARA 0.5 0.4 BANTEN 4.1 4.1 PUPUA 0.9 0.9 IRJABAR 0.3 0.3 7

TEMUAN SURVEI

SIKAP ELEKTORAL PADA PARTAI POLITIK

Bentuk pertanyaan variabel utama Lama: Partai mana yang dipilih bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang. Diberikan daftar nama partai dengan urutan sesuai nomor urut partai. Ini digunakan dalam survei-survei sebelumnya. Baru: Mana yang akan dipilih bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang. Diberikan Kartas Suara seperti yang akan digunakan dalam pemilihan umum (ada nomor dan nama partai, nomor dan nama calon di masing-masing partai): Jawaban yang mungkin: Hanya menandai nomor atau nama partai, hanya menandai nomor atau nama calon, menandai keduanya (nomor atau nama partai dan nomor atau nama calon), dan menandai secara tidak sah (di luar tiga kemungkinan itu). 10

Simulasi pilihan dengan kartu suara: Apa yang dipilih (%) Feb 09 44 36 12 9 3 Partai Calon Partai dan calon Selainnya Tidak menandai 11

Simulasi pilihan dengan kartu suara: Memilih Partai atau Calon menurut tingkat pendidikan (%) Feb 09 60 50 40 53 40 49 53 Calon 30 37 20 28 30 22 Partai 10 0 SD SLTP SLTA PT 12

TEMUAN Secara umum, masih lebih banyak pemilih yang menandai partai dibanding yang menandai calon. Ini mengindikasikan bahwa para calon dan KPU belum mampu membantu dan meyakinkan pemilih agar menandai calon sebagai indikator peningkatan kualitas pemilu. Tingkat pendidikan berkaitan cukup kuat dengan cara memilih. Semain baik tingkat pendidikan semakin cenderung memilih calon dibanding memilih partai. Pertanyaannya apa efek dari perbedaan cara memilih ini terhadap perolehan suara akhir dari partai? Apakah memilih partai saja atau calon saja cenderung berkaitan dengan partai tertentu, dengan PAN, Demokrat, Golkar vs. PDIP, PPP, PKS, dan PKB misalnya? 13

Pertanyaan lama: Partai yang dipilih bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang (%) Februari 2009 Demokrat PDIP Golkar PKS PPP PKB PAN Hanura Gerindra PKNU PBB Lain-lain Belum tahu 5.7 5.0 5.2 4.3 2.0 3.6 1.4 1.1 7.5 9.0 15.9 17.3 24.3 Hanya yang >1%. 14

% Suara Parpol menurut hasil survei beberapa lembaga 40 30 20 10 26 23 24 17 18 18 17 13 14 14 15 15 5 5 4 2 6 24 20 16 4 31 28 24 19 19 19 14 14 12 11 6 5 3 4 Demokrat PDIP Golkar PKB PKS 0 LSI (Des08) REFORM (Des08) DANAREKSA (Nov08) CIRUS (Nov08) LP3ES (Des08) PUSKAPTISLSN (Des08)LINGKARAN (24Nov- (Des08) 3Des08) 15

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 22 19 7 24 18 18 16 15 14 14 13 14 13 13 12 12 11 11 12 12 11 19 18 14 18 15 13 20 21 16 17 16 14 20 18 18 17 17 1618 18 18 15 13 14 13 10 12 20 10 20 21 21 24 20 9 9 19 17 16 12 14 15 19 23 24 24 17 17 16 15 13 PD PDIP Golka r 5.0 0.0 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Des'07 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Okt'08 Nov'08* Des'08 Jan'09 Feb'09 *Bulan Nov 2008 CIRUS SURVEYOR GROUP: N = 2500 16

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 12 11 10 9 PKB 8 6 4 2 8 7 6 7 3 2 6 6 6 6 4 4 3 3 3 3 3 2 2 7 7 6 5 5 4 4 4 3 3 7 5 4 3 3 7 6 4 4 6 4 4 7 7 6 5 5 4 4 4 3 3 3 3 8 7 4 7.6 5 5.1 4.5 6 5 3 2 5 5 4 4 3 3 3 6 5 4 PPP PKS PAN 0 Apr'04 Feb' 05 Juli'05 Sept' 05 Des' 05 Jan' 06 Mar' 06 Agus' 06 Okt' 06 Nov' 06 Des' 06 Feb' 07 Mar'07 Mei' 07 Jul' 07 Sept' 07 Des'07 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08 Des'08 Jan'09 9-Feb 17

Partai apa yang akan dipilih bila pemilu diadakan hari ini? Trend 2004-2008 (%) 4.5 4 3.5 3 3 4 4 3 4 Gerindra 2.5 2 1.5 1 0.5 1 1 1 1 1 1 2 Hanura 0 Sept' 07 Jan' 08 Apr' 08 Jun' 08 Sep' 08 Nov'08 Des'08 Jan'09 Feb'09 18

TEMUAN Dalam survei terakhir, Demokrat dipilih oleh 24,3% pemilih, PDIP 17,3%, dan Golkar 15,9%. Sementara dukungan pada partai tengah sedikit mengalami kemajuan dibanding dua bulan lalu (Desember 2008). PKB pada Februari ini mendapat dukungan 5%, PPP juga 5%, PKS 6%, dan PAN 4%. Hanura mendapat dukungan 2%, Gerindra 4%, PKNU dan PBB masing-masing 1%. Partai-partai lain mendapat dukungan masih di bawah 1%. Sementara itu yang belum menentukan pilihan tinggal 9%. Ini sudah cukup rendah. Ini menandakan persaingan sudah semakin keras sehingga hampir semua pemilih sudah menentukan pilihan, dan terdistribusi secara hampir merata ke semua partai sehingga tidak ada partai yang mengalami kemajuan cukup besar dalam dua bulan terakhir ini. Persaingan sekarang menjadi lebih keras karena harus menarik pemilih yang sudah memilih. Sedikit saja lengah maka pemilhnya akan ditarik oleh partai yang lebih kencang sosialisasinya. 19

Lanjutan Kalau melihat trend pilihan pada partai dalam setahun terakhir, atau sebelum dan sesudah keputusan MK, tidak terlihat perbedaan yang berarti. Setelah keutusan MK dua bulan yang lalu, kecenderungan pilihan pada partai sama, yakni semuanya mengalmi sedikit peningkatan dengan menarik suara yang dua bulan lalu belum memutuskan pilihan. Dukungan pada Demokrat, Golkar, dan PDIP kenaikannya sama dalam dua bulan terakhir, dan trendnya sama sebelum dan sesudah keputusan MK tersebut. Demikian juga untuk PAN dibanding PPP dan PKS misalnya. Keputusan MK tidak merubah peta persaingan antar partai. Untuk melihat efek persaingan antar calon terhadap perolehan suara secara lebih sistmatis dapat dilihat dari pilhan pada partai lewat kartu suara yang digunakan dalam syrvei terakhir. 20

PERTANYAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SUARA: Yang ditandai (partai, calon, atau keduanya) bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang: Gabungan yang ditandai (%) 8-18 Februari 2009 Demokrat 22.2 PDIP 17.3 Golkar 15.4 PKS PPP PKB PAN 5.3 5.3 5.0 4.7 Hanura Gerindra 3.0 2.7 Hanya yang >1%. PKNU PBB 1.7 1.4 Lain-lain 7.6 Belum tahu 8.6 21

PERTANYAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SUARA: Yang ditandai (partai, calon, atau keduanya) bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang: Hanya menandai partai (%) 8-18 Februari 2009 Demokrat 12.0 PDIP 9.0 Golkar 7.0 PKS PPP PKB PAN 2.0 2.0 2.0 1.5 Hanura Gerindra PKNU PBB Belum tahu 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 Hanya yang >1%. 22

PERTANYAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SUARA: Yang ditandai (partai, calon, atau keduanya) bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang: Hanya menandai calon (%) 8-18 Februari 2009 Demokrat 7.5 PDIP Golkar 6.0 6.0 PKS PPP PKB 2.0 2.0 2.0 PAN 2.5 Hanura 2.0 Hanya yang >1%. Gerindra PKNU 1.0 1.0 PBB 0.5 23

PERTANYAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SUARA: Yang ditandai bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang: menandai partai dan juga calon (%) 8-18 Februari 2009 Demokrat 2.5 PDIP Golkar 2.0 2.0 PKS PPP PKB PAN 0.9 0.8 0.7 0.6 Hanura Gerindra 0.4 0.5 PKNU PBB 0.2 0.3 Hanya yang >1%. 24

PERTANYAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SUARA: Perbandingan cara memilih partai tiga besar (%) 8-18 Februari 2009 12.0 9.0 Partai saja 7.5 7.0 6.0 6.0 Calon saja Partai dan Calon 2.5 2 2 Demokrat PDIP Golkar Sisanya memilih di luar tiga cara 25

PERTANYAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SUARA: Perbandingan cara memilih partai tiga besar (%) 8-18 Februari 2009 2.2 1.8 2.3 2.1 1.9 2.4 Partai saja Calon saja Partai dan Calon 0.8 0.7 0.6 PKB PPP PKS Sisanya memilih di luar tiga cara 26

PERTANYAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU SUARA: Perbandingan cara memilih partai tiga besar (%) 8-18 Februari 2009 2.5 1.5 1.8 Partai saja Calon saja 1.1 1.0 1.0 Partai dan Calon 0.6 0.5 0.3 PAN Gerindra Hanura Sisanya memilih di luar tiga cara 27

PERBANDINGAN PEROLEHAN SUARA DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN KARTU SUARA (%) 8-18 Februari 2009 Demokrat PDIP Golkar PKS PPP PKB PAN Hanura Gerindra PKNU PBB Lain-lain Belum tahu 6.0 5.3 5.0 5.0 5.0 5.0 4.0 5.0 2.0 3.0 4.0 3.0 1.0 2.0 1.0 1.0 9.0 8.0 9.0 9.0 17.0 17.0 15.0 15.0 24.0 22.0 Tanpa kartu suara Dengan kartu suara 28

100 KASUS DAPIL: Pilih Calon atau Partai, Rata-rata 7 partai besar (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 29 JATENG III JATENG VIII JATENG VII JATIM VIII JATIM IX JATIM III JATENG IV JATIM VII JATENG X JATENG IX JATENG II JATIM XI JATIM V JATENG VI JATIM X JATENG V JATIM IV JATENG I JATIM I DIY JABAR VI JATIM VI JABAR III SUMSEL I JATIM II BANTEN II DKI III BANTEN III SUMSEL II BANTEN I JABAR V JABAR X JABAR VII DKI I JABAR XI DKI II JABAR IV JABAR IX JABAR I JABAR VIII GORONTALO JABAR II SUARA CALON SAJA SUARA PARTAI SAJA SUARA PARTAI DENGAN INFO CALON Ket: DINAMIKA SUARA 7 PARTAI BESAR DI 42 DAPIL

TEMUAN Tidak ada perbedaan signifikan dalam perolehan akhir suara partai apakah dengan atau tanpa sistem suara terbanyak. Proporsi yang memilih calon saja di semua partai hampir sama. Yang memilih partai saja di Demokrat proporsinya sama dengan di PDIP, di PAN sama dengan di PKS atau PPP. Yang memilih partai saja lebih banyak dibanding yang memilih calon saja untuk semua partai. Dalam survei terakhir, pertanyaan lama dan pertanyaan baru (dengan kartu suara) hasilnya kurang lebih sama. Analisis di tingkat Dapil juga demikian. Efek partai jauh lebih besar daripada efek calon terhadap perolhan suara akhir. Ini mengindikasikan bahwa calon tidak penting, tidak mampu membuat beda dalam meraup suara akhir bagi partai. Calon tidak mampu mendongkrak suara partai. 30

TEMUAN Sebabnya adalah karena semua calon berada di bawah panji-panji partai. Bila citra partai baik, maka siapapun yang dicalonkan, cenderung akan diuntungkan. Sebaliknya, kalaupun kualitas calon baik, kalau ia berada di bawah partai yang citranya kurang baik maka ia cenderung dikelompokan pada kelompok politik yang kurang baik juga sehingga tidak dipilih. Semua ini mengindikasikan, sebagaimana diperkirakan selama ini, suara terbanyak lebih banyak hanya meningkatkan persaingan sesama calan dari partai yang sama, bukan dengan calon partai lain. Akibatnya suara terbanyak tersebut untuk sementara bukan membesarkan partai tapi memperbanyak lawan di kandang sendiri. Calon yang bagus menjadi tidak berarti bila berada di partai yang dipersepsikan tidak bagus. Sebaliknya, calon yang kurang bagus kemudian menjadi ikut bagus hanya karena partainya dipersepsikan kurang bagus. Tidak berartinya pengaruh calon bagi perolehan suara partai juga terkait dengan terbatasnya informasi tentang begitu banyak calon dan dalam waktu yang relatif terbatas. 31

Lanjutan Dalam situasi keterbatasan informasi tersebut, partai kemudian menjadi lembaga yang membantu menyederhanakan kerumitan dan kelangkaan informasi tentang calon. Partai akhirnya yang membantu warga bisa memilih. Dalam persaingan yang semakin keras ini, Demokrat masih unggul untuk sementara. Meningkatnya sosialisasi partai-partai lain belum mampu menurunkan suara Demokrat. Dalam enam bulan terakhir, dukungan pada Demokrat terus meningkat meskipun tantangan dari lawan-lawannya juga meningkat. Mengapa ini terjadi? Demokrat punya presiden yang identik dengan Demokrat, dan persepsi publik pada presiden dan pemerintahannya secara umum terus naik sehingga menjadi kekuatan untuk menahan tarikan dari partaipartai di bawahnya? Sebelum mencermati data-data itu, kita liat bagaimana citra partai di mata pemilih sehingga menentukan calon mana yang bisa berpeluang dapat kursi. 32

CITRA PARTAI

Partai paling bersih dari korupsi (%) DEMOKRAT PKS PDIP GOLKAR PAN PPP PKB GERINDRA HANURA 2 2 2 2 1 2 1 0.4 3 3 4 5 6 7 7 8 9 9 11 26 25 Okt'08 Des'08 Feb'09 34

Partai paling bagus program-programnya untuk rakyat (%) DEMOKRAT GOLKAR PDIP GERINDRA PKS PKB PAN PPP HANURA 1 2 2 2 3 4 5 5 7 8 9 12 10 11 13 11 15 25 28 Okt'08 Des'08 Feb'09 35

Partai paling peduli pada keinginan rakyat (%) DEMOKRAT PDIP GOLKAR GERINDRA PKS PKB PAN PPP HANURA 1 1 2 2 2 2 3 4 5 6 6 7 8 9 12 12 11 10 14 15 25 28 Okt'08 Des'08 Feb'09 36

Rata-rata citra partai, Feb 2009 (%) DEMOKRAT PDIP GOLKAR PKS Gerindra PKB PAN PPP HANURA 1 1 2 2 2 2 2 3 3 5 5 6 7 7 8 9 10 10 12 13 25 27 Sep'08 Des'08 Feb'09 37

TEMUAN Indeks Citra positif partai paling tinggi dicapai Partai Demokrat, dan dalam enam bulan terakhir citra positif ini makin kuat. Ini konsisten dengan menguatnya Demokrat dalam enam bulan terakhir. Indeks itu juga konsisten dengan urutan perolehan partai. Citra ini, bukan calon-calon sendiri, yang menentukan apakah calon dapat kursi atau tidak. 38

MAGNIT CALON PRESIDEN dan KINERJA PEMERINTAH

Jika pemilihan presiden diadakan hari ini, siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut? (semi terbuka dengan 20 nama), Feb 09 (%) 60 50 50.3 40 30 20 10 0 18.5 3.0 4.3 3.9 1.4 1.7 2.0 10.8 SBY Mega Wiranto Prabowo Sultan Amin Hidayat N JK Belum tahu 40

Jika pemilihan presiden diadakan hari ini, siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut? (semi terbuka lebih dari 20 nama) ) (%) 55 50 45 40 35 30 25 20 15 47.7 17.4 39.2 25.5 32.0 33.4 33.1 30.7 30.0 25.3 25.0 23.2 21.5 19.6 31.6 24.3 50.3 47.0 43.0 38.0 18.0 19.0 18.0 18.5 SBY Mega Des'06 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des' 07 Apr'08 Juni'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Jan'09 Feb'09 41

Jika pemilihan presiden diadakan hari ini, siapa yang akan dipilih dari nama-nama berikut? (semi terbuka lebih dari 20 nama) ) (%) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Des'06 4 4 6 6 4 3 5 0 0 0 0 Apr' 07 3 Jun'07 Sep'07 4 Des' 07 6 4 2 1 Apr'08 7 6 2 2 Juni'08 9 5 3 2 Sep'08 6 5 3 2 Okt'08 8 6 4 5 3 4 4 2 2 2 2 Des' 08 Jan'09 Feb'08 3 Wiranto Sultan Prabowo JK 42

Lima nama (%) 50 40 30 20 10 0 51 54 47 43 21 21 21 20 14 15 15 10 10 8 7 5 5 6 4 3 4 Okt'08 Des'08 Jan'09 Feb'09 SBY Mega Sultan Prabowo Wiranto Belum tahu 43

Tiga nama (%) 70 60 50 48 52 59 40 30 23 23 22 Okt'08 Des'08 Feb'09 20 10 14 9 8 16 16 11 0 SBY Megawati Sultan Belum tahu 44

Tiga Nama (%) 70 60 50 48 53 59 40 30 20 10 25 24 21 11 8 7 16 15 13 Okt'08 Des'08 Feb'09 0 SBY Megawati Prabowo Belum tahu 45

Tiga nama (%) 70 60 50 51 55 60 40 30 25 25 23 Okt'08 Des'08 Feb'09 20 10 8 4 5 17 16 12 0 SBY Megawati Wiranto Belum tahu 46

Tiga nama (%) 70 60 55 61 66 50 40 30 20 10 14 12 11 10 6 7 21 21 16 Okt'08 Des'08 Feb'09 0 SBY Prabowo Wiranto Belum tahu 47

Duanama(%) 80 70 63 67 71 60 50 Okt'08 40 Des'08 30 20 10 15 11 11 22 22 18 Feb'08 0 SBY Wiranto Belum tahu 48

Duanama(%) 80 70 60 60 65 70 50 40 30 20 18 15 22 20 14 16 Okt'08 Des'08 Feb'09 10 0 SBY Prabowo Belum tahu 49

Duanama(%) 80 70 60 58 64 70 50 40 30 20 21 21 15 13 21 17 Okt'08 Des'08 Feb'09 10 0 SBY Sultan Belum tahu 50

Dua Nama (%) 60 55 59 64 50 40 Okt'08 30 20 27 25 23 18 16 13 Des'08 Jan'09 10 0 SBY Megawati Belum tahu 51

Trend sikap elektoral pada SBY vs. Megawati (%) 75 65 55 45 35 25 15 5 63 64 23 24 14 12 55 52 54 45 43 36 34 34 10 15 12 12 64 59 60 55 49 36 27 25 25 23 16 18 16 15 13 SBY Mega Belum tahu Sep' 06 Des'06 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun' 08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Jan'09 Feb'09 52

Menginginkan atau tidak menginginkan SBY kembali menjadi presiden (%) 70 60 60 50 40 30 28 20 10 0 Menginginkan Tidak menginginkan Tidak tahu 12 53

Paralel memilih SBY dan memilih Demokrat (%) r =.76 55 50 45 40 35 48 39 32 33 33 31 32 38 43 50 Memilih SBY dari 20 lebih calon 30 25 25 20 15 10 5 16 10 12 14 13 9 9 12 17 23 24 Memilih Demokrat Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'08 Korelasi pilihan pada SBY dan Demokrat pada Februari kurang kuat. 54

TEMUAN Dalam survei-survei sebelum Februari 2009 dukungan pada SBY terlihat lebih kuat dalam mengangkat dukungan bagi Demokrat. Pilihan pada SBY naik cukup kuat (dari 43 ke 50) sementara kenaikan Demokrat kurang kuat (dari 23 ke 24). Tapi Demokrat tidak turun dalam tarikan kencang partai-partai lain dari bawah karena Demokrat punya gantungan yang sangat kuat dibanding partai-partai lain, yakni Presiden SBY. Mengapa SBY mampu menjadi gantungan yang kuat? Ini tidak terpisahkan dari kinerja pemerintahannya di mata pemilih. 55

TINGKAT KEPUASAN DENGAN KINERJA PRESIDEN SBY

80 Evaluasi atas kinerja Presiden: Puas dengan kinerja Presiden (%) 80 70 69 63 71 69 67 67 65 63 64 58 56 56 55 54 55 56 58 56 54 53 50 45 75 70 65 60 55 50 45 40 35 57 Des'08 Okt'08 Sep'08 Jun'08 Mar'08 Des'07 Sep'07 Jun'07 Mei' 07 Mar'07 Feb' 07 Des'06 Nov' 06 Sep'06 Jun'06 Mar' 06 Jan' 06 Des' 05 Sept' 05 Jun'05 Mar'05 Des'004 Nov'04 30 Feb'09

Paralel antara Kepuasan dengan dan Pilihan atas SBY sebagai Presiden bila Pemilu sekarang (%) 75 65 55 45 35 67 48 50 39 55.5 58 32 33 53 33 54 31 45 25 56 32 38 63 69 43 70 50 Kepuasan atas kinerja SBY Memilih SBY dari 20 lebih calon 25 15 5 16 10 12 14 13 9 9 13 17 23 24 Memilih Demokrat Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 58

TEMUAN Dalam empat tahun menjabat sebagai presiden tingkat kepuasan publik pada kinerja SBY sangat fluktuatif. Kepuasan tertinggi dicapai ketika bulan madu, tahun ketika SBY baru terpilih (Akhir 2004 dan awal 2005). Penurunan terdalam ditemukan pada Juni 2008, di mana kepuasan pada SBY di bawah 50%, yakni 45%. Karena kenaikan BBM ketiga. Tapi pada bulan September-Desember 2008, kepuasan publik pada kinerja Presiden SBY kembali naik secara signifikan,kembali berada di atas tingkat psikologis 50%, dan berada di angka paling sering muncul dalam survei selama empat tahun terakhir, yakni 50-60%. Kepuasan pada kinerja Presiden Februari 2009 70%, makin mendekati keadaan ketika presiden baru 3 bulan menjalankan pemerintahan (Desember 2004), sebesar 80%. Terlihat alasan rasional mengapa dukungan pada SBY terus menguat: Karena makin banyak yang merasa puas dengan kinerjanya. Semua ini terkait dengan evaluasi atas kondisi makro. 59

Kondisi Indonesia secara umum Keaadaan politik nasional, keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, keadaan ekonomi nasional, dan Krisis Keuangan Global

Keadaan politik dan pemerintahan nasional sekarang (%) 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 39 30 20 11 40 37 38 39 37 34 34 35 31 32 27 28 29 29 29 24 25 22 23 21 19 8 13 7 37 10 9 9 10 9 17 Baik Sedang Buruk Tidak tahu April' 04 Sep'04 Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 61

60 Keadaan penegakan hukum secara nasional sekarang (%) 50 40 30 20 10 41 30 18 46 46 48 43 41 37 34 34 33 31 26 28 22 23 22 18 14 14 Baik Sedang Buruk Tidak tahu 0 Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 62

Keadaan keamanan dan ketertiban secara nasional sekarang (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 59 58 60 55 57 57 52 30 31 28 29 24 25 26 18 14 11 10 12 10 10 6 3 2 4 3 5 4 Sep' 05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 Baik Sedang Buruk Tidak tahu 63

Politik, keamanan, dan hukum Ada sejumlah kecenderungan menarik dari evaluasi publik atas kondisi politik dan pemerintahan, kemanan, dan penegakan hukum. Pada bulan April 2004, ketika Megawati menjabat sebagai presiden, dan ketika pemilu presiden akan dilaksanakan, yang menilai kondisi politik dan pemerintahan secara negatif (buruk) sebesar 39%, kemudian pada bulan September menurun pada 31%. Setelah setahun SBY menjadi presiden, penilian negatif ini kembali turun menjadi 24%. Angka ini tidak banyak berubah hingga September 2008. Setelah itu pada Oktober hingga Desember kembali turun, dari 25% (Sept 08) menjadi 19% (Des 08), dan turun lagi menjadi 17% pada Feb 2009. Pada masa Presiden SBY yang mengatakan kondisi politik dan pemerintahan baik selalu di atas yang mengatakan sebaliknya meskipun selisihnya tidak terlalu besar. Yang mengatakan baik dan sedang selalu di atas 60%. Pada masa setahun terakhir Megawati berkuasa, penilaian itu rata-rata di bawah 60%. Dengan kata lain, pada masa SBY sekarang kondisi politik dan pemerintahan cukup baik, sedangkan pada masa Mega cukup. Jadi pada masa SBY lebih baik. 64

Lanjutan Dalam penegakan hukum sepanjang empat tahun pemerintahan SBY, yang mengatakan buruk relatif stabil di angka antara 18-22%. Yang mengatakan baik selalu dua kali lipat dari yang mengatakan sebaliknya. Dan yang mengatakan sedang juga cukup jauh dari yang mengatakan buruk dan relatif stabil. Jadi secara umum kondisi penegakan hukum secara nasional dinilai publik cukup baik. Yang terbaik pada masa SBY adalah kondisi keamanan nasional. Dalam empat tahun terakhir yang mengatakan bahwa kondisi keamanan nasional buruk hanya sekitar 10-20%, dan kecenderungannya semakin menurun. Sebaliknya, yang mengatan baik selalu di atas 50%. Yang mengatakan sedang selalu dua kali lebih besar dari yang mengatakan buruk, dan cenderung meningkat. Jadi, secara umum, publik menilai bahwa kondisi keamanan nasional di bawah Presiden SBY baik atau bahkan sangat baik. 65

Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 41 36 Sep'03 2328 0 38 29 Okt' 04 Des'04 31 35 29 26 32 37 5 5 5 32 37 Apr' 05 Jun'05 24 24 24 7 47 5 22 15 53 10 Sept' 05 Des'05 Sept' 06 50 43 38 29 33 22 23 22 23 42 28 25 7 6 5 5 4 Des'06 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 33 32 31 45 27 22 6 49 24 19 8 Des'07 Apr'08 Jun'08 Lebih baik Sama Lebih buruk Tidak tahu 58 21 17 44 26 25 40 37 38 31 32 31 24 25 25 4 5 6 6 7 Sep' 08 Okt'08 Des'08 Feb'09 66

Kondisi ekonomi nasional sekarang dibanding tahun lalu (%) 60 50 40 30 20 10 41 Sep'03 29 23 28 31 29 26 37 Okt' 04 Des'04 Apr' 05 Jun'05 Sept' 05 32 37 24 47 22 Lebih baik 53 Des'05 Sept' 06 Des'06 43 29 38 33 50 23 Apr' 07 Jun'07 Sep'07 Des'07 42 28 31 32 45 27 Lebih buruk Apr'08 Jun'08 49 24 58 17 44 25 Sep' 08 Okt'08 Des'08 Feb'09 40 37 31 32 38 31 67

Net kondisi ekonomi nasional: lebih baik lebih buruk (%) 50 40 30 20 10 0-10 -20-30 -18 1 5 2-11 Sep'03 Okt' 04 Des'04 Apr' 05 Jun'05 Sept' 05 Des'05 Sept' 06-23 -14 Des'06-5 Apr' 07-27 -14-1 Jun'07 Sep'07 Des'07-18 Apr'08 Jun'08 Sep' 08-25 -19-9 Okt'08 Des'08-5 Feb'09 7-40 -31-41 -50 68

TEMUAN Selama pemerintahan SBY-JK, Februari 2009 adalah keadaan terbaik dari sentimen publik atas kondisi ekonomi nasional. Net positif antara yang mengatakan bahwa kondisi ekonomi nasional tahun ini lebih baik dari tahun lalu sebesar +7%, dan ini tertinggi. Ini menunjukan bahwa yang mengatakan lebih baik lebih banyak dari yang mengatakan lebih buruk. Meskipun sedang mengalami krisis global, efek krisis itu belum masuk ke tngkat massa. Para ekonom melihat efek krisis itu relatif jauh lebih kecil dibanding di negara-negara lain di Asia. Tahun lalu ekonomi masih tumbuh 6,1%, hanya sedikit di bawah 2008 (6,3%). Kekawatiran dampak krisis ini begitu besar, dan bersamaan dengan itu programprogram kesejahteraan terus menguat setidaknya sejak setahun terakhir (BLT, BOS, PNPM, KUR, penurunan harga BBM, dll.). Ini yang menciptakan vauasi positif atas kondisi ekonomi nasional. Persepsi atas kinerja pemerintah untuk masalah kemiskinan dan penganguran juga semakin positif. 69

Kerja pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah berikut Baik atau Sangat Baik, (%) 60 50 40 30 20 10 40 33 27 29 38 43 51 32 24 20 24 29 36 41 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 0 Mengurangi kemiskinan Mengurangi pengangguran 70

Kinerja pemerintah dalam menggulangi masalah Korupsi: Baik atau sangat baik (%) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 80 77 65 63 55 56 45 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 71

Kinerja pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan: Baik atau sangat baik (%) 90 85 80 75 70 65 60 55 50 75 83 83 79 79 80 80 76 77 74 69 70 70 67 Sep'05 Sep'06 Sep'07 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 45 40 Pendidikan Kesehatan 72

Temuan Penilain positif publik pada kinerja pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan pengangguran selalu rendah, tapi ada kecenderungan membaik pada September 2008 hingga Februari 2009. Bahkan pada Feb. 2009, kinerja untuk mengurangi tingkat kemiskinan dinilai positif oleh mayoritas pemilih (51%). Dan ini tertinggi dalam sejarah pemerintahan SBY-JK. Meskipun masih belum mencapai mayoritas, evaluasi atas kinerja pemerintah menekan tingkat pengangguran juga semakin positif. Feb. 2009 juga mencatat penilian positif tertinggi. Yang selalu mendapat penilaian postif dari rakyat atas kinerja pemerintah SBY, selain masalah politik dan hukum, adalah masalah sosial yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan. Penilian positif tersebut dalam enam bulan terakhir cenderung menguat, dan pada Februari 2009 berada pada posisi tertinggi dalam sejarah pemerintahan SBY-JK. 73

Tahu ada krisis keuangan global (%) 70 60 56 62 62 50 40 44 38 38 Okt'08 Des'08 30 Feb'09 20 10 0 Tahu Tidak tahu 74

Mulai merasa pengaruh negatif krisis itu pada ekonomi nasional (%) 90 80 81 84 82 70 60 Okt'08 50 Des'08 40 Feb'09 30 20 10 19 16 12 0 Ya Tidak 75

Melihat pemerintah bekerja keras mencegah pengaruh negatif krisis itu (%) 90 80 80 81 84 70 60 Okt'08 50 Des'08 40 Feb'09 30 20 20 19 16 10 0 Ya Tidak 76

Benar atau tidak benar langkah-langkah pemerintah mencegah pengaruh negatif krisis itu (%) 90 80 77 85 81 70 60 Okt'08 50 Des'08 40 Feb'09 30 20 23 15 19 10 0 Benar Tidak benar 77

Yakin atau tidak yakin pemerintah akan mampu mengatasi pengaruh negatif tersebut (%) 90 80 76 80 78 70 60 Okt'08 50 Des'08 40 Feb'09 30 20 24 20 22 10 0 Yakin Tidak yakin 78

TEMUAN Publik umumnya aware dengan krisis keuangan global, dan melihat pengaruh buruk pada ekonomi nasional. Namun demikian publik masih percaya dengan kemampuan pemerintah dan langkah-langkah yang ditempuh sejauh ini untuk menghadapi krisis tersebut. Kepercayaan pada kemampuan pemerintah ini sangat penting bagi masih kuatnya penelaian positif publik pada kinerja pemerintah. 79

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN KHUSUS: AWARENESS (TAHU) DAN EVALUASI (BERARTI) BLT BOS PNPM MANDIRI PENURUNAN HARGA BBM Berarti: Seberapa berarti atau tak berarti BLT bagi warga yang membutuhkan bantuan langsung?; Seberapa berarti atau tidak berarti BOS untuk membantu warga mampu menjangkau pendidkan?; Seberapa berarti atau tak berarti PNPM Mandiri bagi penanggulangan kemiskinan warga?; Seberapa berati atau tak berarti penurunan harga BBM dari Rp 6000 menjadi Rp 5500 bagi warga umumnya? Berarti = Sangat atau cukup beararti. 80

Tahu dan berarti program/keputusan pemerintah berikut (%) 100 95 90 94 95 90 91 90 85 80 83 85 80 Des'08 Feb'09 75 70 BLT BOS PNPM Penurunan harga BBM 81

Setelah pemerintah memberi bantuan lewat BLT, PNPM, BOS, dan penurunan harga BBM, apakah beban rakyat untuk memenuhi kebutuhan pokok menjadi lebih ringan, tetap berat, atau sebelumnya juga tidak punya masalah dengan sembako? (%) 0 10 20 30 40 50 60 70 Lebih ringan 59 Tetap berat 24 Sebelumnya juga tidak masalah dengan harga sembako 17 Tidak tahu 0.2 82

TEMUAN Umumnya warga aware dengan empat program sosial dari pemerintah. Hampir semua yang aware menilai program-program sosial tersebut berarti atau bahkan sangat berarti bagi masyarakat, dan juga dirasakan mayoritas meringankan beban. 83

Paralel antara pilihan pada presiden, pada Demokrat, penilian atas kinerja presiden, penilaian atas kondisi ekonomi nasional (%). 75 65 55 45 35 25 15 5 67 48 33 16 10 50 39 23 58 55.5 32 33 28 31 12 14 53 33 27 54 31 24 45 25 17 56 32 25 63 38 13 13 9 9 31 17 69 70 50 43 38 32 23 24 Kepuasan atas kinerja SBY Memilih SBY dari 20 lebih calon Keadaan ekonomi nasional lebih baik Memilih Demokrat Des'06 Mar'07 Jun'07 Sep'07 Des'07 Mar'08 Jun'08 Sep'08 Okt'08 Des'08 Feb'09 84

Korelasi komponen-komponen ekonomi-politik (r-pearson) Pilih SBY Pilih Demokrat Kinerja SBY Ekonomi Nasional Pilih SBY 1.86.83.83 Pilih Demokrat 1.91.86 Kinerja SBY 1.93 Ekonomi nasional 1 Semua Korelasi signifikan pada P-value.05 85

TEMUAN Semua indikator sosial-ekonomi dan politik menunjukan bahwa kinerja pemerintah semakin baik. Semua itu merupakan dasar mengapa dukungan terhadap SBY terus menguat. Namun demikian terlihat bahwa persaingan di tingkat partai jauh lebih keras ketimbang di tingkat calon presiden. Seperti akan ditunjukan di bawah, sosialisasi partai makin kompetitif. 86

KAMPANYE DAN SOSIALISASI

Sering melihat iklan dari partai dan tokohnya di TV (%) GERINDRA 62 73 78 DEMOKRAT 61 65 73 PDIP GOLKAR PAN 29 35 40 45 46 55 65 Okt'08 Des'08 Feb'09 HANURA 33 35 PKS 37 88

Suka terhadap pesan/isi iklan dari partai dan tokohnya di TV (%) Demokrat Gerindra 65 63 66 64 70 71 PDIP Golkar 59 56 54 54 56 Okt'08 Des'08 Feb'09 PKS 57 89

TEMUAN Daya ingat pemilih pada kampanye lewat TV untuk Demokrat paling unggul setelah Gerindra. Tapi Golkar sekarang mengalami kenaikan tajam. Daya ingat pada iklan Demokrat di TV dalam dua bulan terakhir tidak meningkat. Demikian juga Gerindra. Tapi penilain positif paling tinggi atas iklan di TV diduduki oleh Demokrat, tapi dalam dua bulan terakhir relatif stabil.ini sejalan dengan realtif stabilnya suara Demokrat. Karena frekwensinya sudah menjangkau 70%, dan viewer TV sekitar itu, maka menjadi sulit untuk meningkatkan kuantitas penonton iklan Demokrat dan Geridra. Iklan juga sudah dibatasi sehingga semua berada pada level sosialisasi yang sama, padahal posisi partainya berbeda. 90

KESIMPULAN Sistem suara terbanyak tidak punya pengaruh terhadap peta kekuatan partai. Dengan atau tanpa suara terbanyak, perolehan akhir partai-partai itu untuk sementara ini sama saja. Bahkan efek partai lebih kuat dari pada efek calon. Kalaupun persaingan sesama calon meningkat, maka persaingan itu lebih bersifat internal di dalam partai sehingga tidak punya efek pada peningkatan suara akhir dari partai. Partai-partai yang lebih dulu menganut sistem suara terbanyak, baik sbelum mapun sesudah dipberlakukannya sistem itu karena keputusan MK, tidak lebih unggul dari yang terlambat memberlakukannya. Calon-calon itu lebih menggantung pada partai dari pada sebaliknya. Calon-calon tidak mampu membesarkan partai. Mereka dipilih karena berada di dalam partai. Kalau kebetulan berada di partai yang dipersepsikan baik ia akan mendapat kursi, dan sebaliknya kalaupun calon-calon itu baik kalau ia tidak berada di partai yang dinilai baik ia cenderung tidak dapat kursi. 91

KESIMPULAN Kecenderungan lebih banyak yang memilih partai karena jumlah calon yang sangat banyak, informasi tentang mereka terbatas, dan kualitas pemilih umumnya yang terbatas untuk mampu menyerap kompleksitas calon tersebut. Partai membantu pemilih menyedehanakan kompleksitas tersebut, dan membantu untuk memilih, tidak Golput. Keunggulan satu partai atas yang lainnya sebagian karena adanya kepemimpinan nasional yang kuat di partai bersangkutan, terutama SBY untuk Demokrat dan Megawati untuk PDIP. SBY lebih unggul dibanding pemimpin partai yang lain dan mampu menjadi gantungan Demokrat yang cukup kuat ditengah tarikan partai-partai lain dari bawah karena kinerja pemerintahannya dinilai cukup baik. 92