PENGUJIAN TERHADAP PENGIKATAN DAN PELEPASAN SEFALEKSIN PADA ERITROSIT SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis

Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan

KETERGANTUNGAN TEMPERATUR DAN ph TERHADAP TRANSPOR SEFALEKSIN KE DALAM ERITROSIT MANUSIA SECARA IN VITRO

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan adalah alat permeasi in vitro Crane dan Wilson

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

Bab III Metodologi Penelitian

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

3 METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Gambar 2. Daun Tempuyung

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Lampiran. Lampiran I. Rancangan Percobaan. Laaitan standar formaldehid. Sampel 2 macam. Persiapan sampel dengan. Penentuan Panjang gelombang optimum

BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisa kualitatif terhadap Kalsium, Besi, Posfor dan Seng dalam sampel

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

Lampiran 1. Gambar Sediaan Tablet

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

PENGARUH AKTIVATOR SISTEIN DAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP AKTIVITAS PAPAIN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )

Kentang (Solanum tuberosum L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

Transkripsi:

Vol 9, No.1, 25: 46-5 PENGUJIAN TERHADAP PENGIKATAN DAN PELEPASAN SEFALEKSIN PADA ERITROSIT SECARA IN VITRO Matheus Timbul Simanjuntak Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 2155 Abstrak Telah dilakukan penelitian mengenai pengujian terhadap pengikatan dan pelepasan sefaleksin pada eritrosit manusia secara in vitro. Pengikatan dan pelepasan sefaleksin terhadap eritrosit manusia dilakukan pada temperatur kamar, ph in = ph out = 7,4. Hasil percobaan pengikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi obat terikat dengan menaiknya konsentrasi sefaleksin dan pada konsentrasi di atas 1 mm terjadi peningkatan yang lebih tajam dan pelepasan sefaleksin dari ikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia berlangsung dengan cepat. Kata Kunci: Sefaleksin, eritrosit, ikatan protein, in vitro PENDAHULUAN Eritrosit dapat berfungsi sebagai pembawa obat karena mempunyai sifat biodegradasi, nonimunogenik dan dapat ditargetkan secara selektif pada hati atau limpa tergantung pada karakteristik membran, sehingga dapat diaplikasikan untuk penyampaian secara target terbatas terutama untuk pengobatan penyakit yang terjadi pada lisosom dan toksisitas logam. (Gennaro, 2) Sefaleksin merupakan suatu antimikroba turunan amino sefalosporin yang bersifat lipofilik dan sukar diabsorbsi pada usus halus dari kelinci percobaan (Kimura T. dkk, 1985) dengan pka 1 = 2,5, pka 2 = 5,2, dan pka 3 = 7,3 dan luas digunakan untuk pengobatan (Moffat, 1986). Berbagai penelitian tentang ikatan protein terhadap obat pada eritosit manusia telah dilakukan antara lain untuk; golongan sulfonamid (Matsumoto, et al., 1989), zonisamid dengan metode sentrifugasi dan ultrafiltrasi menyatakan bahwa sel utuh dan karbonik anhidrase mempunyai afinitas yang tinggi untuk berikatan (Matsumoto, et al.,1989), sulfadimetoksin dan metabolit utamanya (Otagiri, et al., 1989), pentosifilin 46 dengan metode spektroskopi spin resonansi yang menyatakan bahwa fluiditas pada daerah posfolipid dalam eritrosit meningkat dengan peningkatan konsentrasi obat dan adanya interaksi liposom dengan eritrosit menyebabkan perubahan dalam molekul membran sel di sekitar Band 3 yang menghasilkan pelepasan protein dari membran eritrosit (Sato, et al., 199), terhadap metabolit hidroklotiazid ditemukan adanya dua ikatan dan salah satu adalah pada karbonik anhidrase (Yamazaki, et al., 199), modifikasi liposom dengan glisirrhizin (Tsuji, et al., 1991), karprofen (Kohita, et al., 1994), glisirrhizin (Ishida, et al., 21) dan KE 298 (Endo, et al., 21). Namun bagaimana hubungan antara sefaleksin dengan eritrosit belum banyak diteliti sampai saat ini. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian terhadap pengikatan dan pelepasan sefaleksin pada eritrosit manusia secara in vitro.

Pengujian Terhadap Pengikatan dan Pelepasan Sefaleksin pada Eritrosit Secara In Vitro (Matheus T Simanjuntak) BAHAN DAN METODA Bahan Sefaleksin (Sigma, St.Louis, M.O), darah manusia (PMI), Natrium Klorida (Widatra Bhakti, Pandaan), membran selulosa (Cellophan Tubing Seamless). Pembuatan Kurva Serapan Sefaleksin Ditimbang seksama 5 mg sefaleksin dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 ml, dilarutkan dengan larutan natrium klorida fisiologis dan dicukupkan volume sampai garis tanda. Larutan ini dipipet 3,4 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 ml kemudian dicukupkan volume dengan penambahan larutan natrium klorida fisiologis sampai garis tanda, konsentrasi sefaleksin = 17 mcg/ml. Ukur serapan larutan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 22-32 nm. Pembuatan Larutan Induk Baku Ditimbang seksama 35 mg sefaleksin, dimasukkan dalam labu tentukur 1 ml dilarutkan dalam larutan natrium klorida fisiologis dan dicukupkan volumenya hingga garis tanda. Pembuatan Kurva Kalibrasi Dari larutan induk baku dibuat larutan sefaleksin dengan berbagai konsentrasi yaitu:,2;,6;,1;,2;,3;,4;,5;,6;,7;,8;,9;,1 mm dengan cara memipet larutan induk baku ;,1;,3;,5; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; 4; 4,5; 5 ml ke dalam labu tentukur 5 ml, kemudian ditambahkan larutan natrium klorida fisiologis sampai garis tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang 263 nm. Pencucian Membran Selulosa Membran selulosa dengan panjang 12 cm dimasukkan dalam wadah yang telah berisi aquadest, kemudian dipanaskan selama 3 jam sampai transparan. Penyediaan Media Eritrosit Ke dalam 5 ml eritrosit yang bercampur dengan antikoagulansia ditambahkan 5 ml larutan natrium klorida fisiologis dingin, campur sampai homogen dengan bantuan pencampur sentuh (touchmixer). Disentrifuge dengan kecepatan 3 rpm selama 5 menit. Pisahkan supernatan dari endapan. Endapan (eritrosit) ditambah kembali dengan 5 ml larutan natrium klorida fisiologis dingin campur sampai homogen dengan bantuan touch-mixer. Kemudian disentrifuge pada 3 rpm selama 5 menit dan kembali dilakukan pemisahan supernatan dari endapan. Percobaan diulangi sampai diperoleh supernatan yang jernih. Eritrosit yang telah bersih disimpan pada temperatur dingin. Percobaan Pengikatan Sefaleksin Terhadap Eritrosit 1. Untuk Blanko 1 Masukkan 1 ml larutan natrium klorida fisiologis ke dalam membran selulosa dengan panjang 12 cm, ikat ke 2 ujung membran dengan benang bedah dan dilakukan uji kebocoran, kemudian masukkan ke dalam beakerglass 25 ml yang telah berisi medium berupa 5 ml larutan natrium klorida fisiologis. Setiap 15 menit aduk perlahan-lahan, dan lakukan percobaan selama 1 jam. Ukur absorbansi dari larutan medium pada λ = 263 nm. 2. Untuk Blanko 2 2 ml darah yang telah dicuci dicampur dengan 8 ml larutan natrium klorida fisiologis didalam membran selulosa masukkan ke dalam beaker glass 25 ml yang telah berisi medium 5 ml larutan natrium klorida fisiologis. Setiap 15 menit aduk perlahan-lahan, dan lakukan percobaan selama 1 jam. Ukur absorbansi dari larutan medium pada λ = 263 nm. 3. Untuk Blanko 3 47

Vol 9, No.1, 25: 46-5 Masukkan 1 ml larutan natrium klorida fisiologis ke dalam membran selulosa masukkan ke dalam beakerglass 25 ml yang berisi medium 5 ml larutan sefaleksin dalam larutan natrium klorida fisiologis dengan konsentrasi,2 mm. Setiap 15 menit aduk perlahan-lahan, dan lakukan percobaan selama 1 jam. Ukur absorbansi dari larutan medium pada λ = 263 nm. 4. Untuk Sampel 2 ml darah yang telah dicuci dicampur dengan 8 ml larutan natrium klorida fisiologis didalam membran selulosa masukkan ke dalam beaker glass 25 ml yang berisi medium 5 ml larutan sefaleksin dalam larutan natrium klorida fisiologis dengan konsentrasi,2 mm. Setiap 15 menit aduk perlahan-lahan, dan lakukan percobaan selama 1 jam. Ukur absorbansi dari larutan medium pada λ = 263 nm. Lakukan percobaan sama seperti prosedur di atas dengan variasi konsentrassi,2 mm 1,5 mm. Percobaan Pelepasan Sefaleksin dari pengikatan dengan eritrosit 1) Untuk sampel 1 2 ml darah yang telah dicuci dicampur dengan 8 ml larutan natrium klorida fisiologis didalam membran selulosa dengan panjang 12 cm, ikat ke 2 ujung masukkan ke dalam beakerglass 25 ml yang berisi larutan sefaleksin,5 mm didiamkan selama 1 jam. Dilakukan uji pelepasan terhadap hasil pengikatan di atas dengan menggunakan medium 2 ml larutan natrium klorida fisiologis. Dilakukan variasi waktu sampling sampai dengan setengah jam. Volume 1 ml medium yang digunakan segera diganti dengan 1 ml larutan natrium klorida fisiologis. Larutan medium yang diperoleh diukur dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada λ = 263 nm HASIL DAN PEMBAHASAN Kurva serapan sefaleksin dalam larutan natrium klorida fisiologis Serapan maksimum larutan sefaleksin dengan konsentrasi 17 mcg/ml dalam larutan natrium klorida fisiologis dengan metode spektrofotometer ultraviolet diperoleh pada panjang gelombang 263 nm. Hasil ini hampir sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV yang menyatakan bahwa λ maks sefaleksin adalah 262 nm. Kurva kalibrasi sefaleksin dalam larutan natrium klorida fisiologis Kurva kalibrasi dari larutan sefaleksin dibuat dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang 263 nm dengan metode spektrofotometri dari suatu seri larutan sefaleksin dalam larutan natrium klorida fisiologis dengan interval konsentrasi pengukuran yaitu,2 mm;,6 mm;,1 mm;,2 mm;,3 mm;,4 mm;,5 mm;,6 mm;,7 mm;,8 mm;,9 mm;,1 mm. Dari grafik absorbansi vs konsentrasi diperoleh harga persamaan garis regresi Y = 9,248X +,62 dengan koefisien korelasi (r) =,9989 yang memperlihatkan adanya korelasi liner antara peningkatan konsentrasi dengan absorbsi dalam inerval,2 mm,1 mm. Pengikatan sefaleksin terhadap eritrosit Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari sefaleksin untuk berikatan dengan eritrosit manusia. Rancangan urutan percobaan pengikatan sefaleksin terhadap eritrosit seperti yang tercantum pada metodologi dilakukan dengan maksud : 1. Prosedur a: untuk mengetahui pengaruh membran selulosa terhadap larutan. 48

Pengujian Terhadap Pengikatan dan Pelepasan Sefaleksin pada Eritrosit Secara In Vitro (Matheus T Simanjuntak) 2. Prosedur b: untuk mengetahui pengaruh eritrosit terhadap membran selulosa. 3. Prosedur c: untuk mengetahui pengaruh membran selulosa terhadap obat. 4. Prosedur d: untuk mengetahui pengaruh eritrosit terhadap obat. Obat bebas (mm/ml eritrosit) Gambar 1. Grafik konsentrasi obat bebas vs konsentrasi awal dari pengikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia pada temperatur kamar, ph in = ph out = 7,4 Hasil gambar 1 yaitu grafik konsentrasi obat bebas versus konsentrasi awal sefaleksin terlihat bahwa adanya peningkatan secara bertahap konsentrasi obat bebas dengan meningkatnya konsentrasi awal sefaleksin sampai,8 mm namun pada konsentrasi awal sefaleksin lebih besar dari,8 mm hampir tidak mengalami kenaikan, hal ini mungkin karena kapasitas pengikatan obat terhadap eritrosit telah maksimum (jenuh). Obat terikat (mm/ml eritrosit).45.35.25.15.5 1.6 1.4 1.2 1.8.6.4.2.5.4.3.2.1.2.4.6.8 1 1.2 1.4 1.6 Konsentrasi Awal (mm).2.4.6.8 1 1.2 1.4 1.6 Konsentrasi Awal (mm) Gambar 2. Grafik konsentrasi obat terikat vs konsentrasi awal dari pengikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia pada temperatur kamar, ph in = ph out = 7,4 Pada grafik konsentrasi obat terikat versus konsentrasi awal sefaleksin menunjukkan adanya peningkatan secara linier pada jarak konsentrasi awal konsentrasi 1,5 mm. Obat terikat (mm/ml eritrosit) 1.6 1.4 1.2 1.8.6.4.2.1.2.3.4.5 Obat Bebas (mm/ml eritrosit) Gambar 3. Grafik obat terikat vs obat bebas dari sefaleksin terhadap eritrosit manusia pada temperatur kamar, ph in = ph out = 7,4 Dari hasil grafik obat yang terikat vs obat bebas, didapat bahwa semakin tinggi konsentrasi obat bebas, dengan kata lain konsentrasi sefaleksin tinggi, maka makin tinggi konsentrasi obat terikat. Di atas konsentrasi 1 mm, terjadi peningkatan yang sangat tajam pada konsentrasi obat terikat, hal ini diduga kemungkinan diakibatkan oleh karena eritrosit pecah sehingga permukaan eritrosit akan bertambah luas untuk tempat berikatan dengan sefaleksin. Dalam penelitian ini juga telah dilakukan pengamatan dengan mikroskop terhadap eritrosit pada berbagai konsentrasi awal sefaleksin yaitu,2 mm;,6 mm; 1,2 mm; 1,5 mm. Dari pengamatan secara makroskopis dari eritrosit (gambar tidak diperlihatkan) diketahui bahwa semakin meningkat konsentrasi awal sefaleksin, maka bentuk eritrosit semakin tidak beraturan terutama pada konsentrasi sefaleksin lebih besar dari 1 mm. Dengan mempergunakan Scatchard Plot dari rasio obat yang terikat dan obat bebas vs obat yang terikat (Shargel, 1988), diperoleh tetapan ikatan (Ka) dan tempat 49

Vol 9, No.1, 25: 46-5 berikatan (n) dari sefaleksin terhadap eritrosit. (grafik tidak diperlihatkan) Pelepasan sefaleksin dari eritrosit manusia Urutan percobaan pelepasan sefaleksin dari ikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia seperti yang tercantum pada metodologi dilakukan dengan maksud : 1. Prosedur a : untuk mengetahui pengaruh eritrosit terhadap obat. 2. Prosedur b : untuk mengetahui pengaruh eritrosit terhadap membran selulosa. 3. Prosedur c : untuk mengetahui pengaruh memban selulosa terhadap larutan. % Kumulatif Obat Terlepas 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2. Pelepasan sefaleksin dari ikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia berlangsung dengan cepat. DAFTAR PUSTAKA DitJen POM, 1995, Farmakope Indonesia. Edisi Ke IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hal. 179-181. Endo, H., Yoshida, H., Hasegawa, M., Ohmi, N., Horiuchi, N., Hamada, Y., Higuchi, S., 21, Stereo and Selectivity and Species difference in Plasma Protein Binding of KE-298 and Its Metabolits, Biology Pharmacetical Bulletin, Japan, Vol. 24 : 8-85. Gennaro, R.A., 2, Remington. The Science and Pactice Pharmacyl, 2 th Edition,University of The Sciences in Philadelphia, p.93-92. Ishida, S., Sakiya, Y., Ichikawa, T., Kinoshita, M., Awazu, S., 1989, Binding of Glycyrrhizin to Human Serum and Human Serum Albumin, Chemical Pharmaceutical Bulletin, Tokyo, Japan, Vol. 37 : 226-228. Kimura, T., Yamamoto, T., Ishizuka, R., 1985, Transport of Cefadroxil, an Amino Cephalosporine Across Artificial Membrane and Rabbit Ileum, Biochemistry Pharmacology, 34 (1) : 81-84. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 Waktu (menit) Gambar 4. Grafik % kumulatif obat terlepas vs waktu pada temperatur kamar, ph in = ph out = 7,4 Gambar 4 yaitu % kumulatif sefaleksin yang terlepas dari ikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia terlihat bahwa sefaleksin dilepas dengan cepat, yaitu: Pada menit ke 1 sefaleksin dilepas sebanyak 63,548 % Pada menit ke 26 sefaleksin dilepas sebanyak 82,561 % Pada menit ke 126 sefaleksin dilepas sebanyak 98,83 % KESIMPULAN 1. Percobaan pengikatan sefaleksin terhadap eritrosit manusia dilakukan pada temperatur kamar, ph in = ph out = 7,4 yang menunjukkan adanya kenaikan konsentrasi obat terikat dengan menaiknya konsentrasi sefaleksin dan pada konsentrasi di atas 1 mm terjadi peningkatan yang lebih tajam. 5