BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
Steel and Pulp & Paper Industries (Phase I) merupakan program yang

BAB XI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PELUANG DAN TANTANGAN KONSERVASI ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

KEBIJAKAN & PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR INDUSTRI

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS)

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung.

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

EFISIENSI ENERGI & PENURUNAN EMISI SEKRETARIAT PROPER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

EFISIENSI ENERGI & SEKRETARIAT PROPER

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

50001, BAB I PENDAHULUAN

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

POTENSI KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS 6.1 PELUANG PENGHEMATAN ENERGY DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KONSERVASI ENERGI Yogyakarta, 13 Juli 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

STANDAR INDUSTRI HIJAU

SOSIALISASI KRITERIA HIJAU DAN EMAS PROPER 2013

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

LAPORAN AKHIR RINGKASAN EKSEKUTIF

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PENGEMBANGAN SDM SEKTOR INDUSTRI NASIONAL DALAM MENDUKUNG MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III LANDASAN TEORI

Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1991 Tentang : Konservasi Energi

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

2012, No BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

SISTEM INFORMASI MONITORING EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR INDUSTRI

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

Pemantauan & Evaluasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Uji Model Pemetaan Kerentanan Fungsi Jalan

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

EMISI GAS RUMAH KACA PADA INDUSTRI SEMEN, BAJA, PULP, KERTAS DAN TEKSTIL DI INDONESIA

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR PERMUKIMAN DI KOTA MALANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bagian 1: Darimana Anda memulai?

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI SANITASI. 6.1 Gambaran Umum Struktur Pemantauan dan Evaluasi Sanitasi

Transkripsi:

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan suatu negara ditandai dengan pertumbuhan sektor industri. Indonesia dikenal sebagai negara berkembang dan membutuhkan dukungan dari sektor industri untuk memperkuat ekonominya. Berdasarkan data statistik tercatat jumlah industri (industri kecil, menengah dan besar) di indonesia sebanyak 27,808 industri. Seperti pertumbuhan industri, peningkatan konsumsi energi juga meningkat pesat. Perhatian paling terkini adalah adanya isu penggunaan energi yang berlebihan. Sektor industri diindikasikan sebagai satu kelompok pengguna energi terbesar dan masih relatif kurang efisien dalam pemanfaatannya. Dengan demikian peran sektor industri diperkirakan akan sangat besar/berpengaruh didalam pelaksanaan program konservasi energi dan upaya reduksi emisi CO 2 di industri. Tujuan utama dari program ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan energi di industri melalui konservasi energi sekaligus mengurangi emisi CO 2 dari hasil pemanfaatan energi dan/atau hasil konservasi energi (diversifikasi energi). Konsistensi/komitmen dan berkelanjutan program ini, akan semakin baik apabila sektor industri dapat mengimplementasikan program konservasi energi di masingmasing industri. Agar supaya program konservasi energi dan upaya mereduksi emisi CO 2 dapat berkelanjutan disyaratkan masing-masing industri tersebut memahami manajemen (pengelolaan) energi. Komunikasi dua arah antara peran pemerintah sebagai regulator dan fasilitator, serta peran industri sebagai user/pengguna energi akan memudahkan dalam upaya pemantauan (monitoring) dan pengendalian (controling) dari upaya-upaya/program yang berkaitan dengan konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 di industri (industri baja dan industri pulp and paper). 1.1.1 Isu Konservasi Energi A). Kondisi Pemanfaatan Energi di Indonesia Penggunaan energi di Indonesia kurang begitu memperhatikan aspek keberlangsungan (sustainability), dimana energi hanya dimanfaatkan untuk keperluan peningkatan produksi semata atau peningkatan pendapatan Negara tetapi tidak ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah. Bukti kongkritnya adalah intensitas energi di Indonesia masih sangat tinggi.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-2 Intensitas energi adalah, jumlah energi yang dibutuhkan untuk meningkatkan GDP (gross domestic producs) sebesar 1 juta dollar AS. Gambar 1.1. Intensitas Energi Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah telah mengambil langkah nyata, dengan menggalakan program-program, antara lain: 1. Mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 2. Meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan sebagai bahan bakar alternatif. 3. Menggalakan program effisiensi energi. Untuk kondisi 1 dan 2 di atas, masih banyak kendala yang dihadapi, salah satunya fasilitas/infrastruktur pendukung masih belum siap, kemudian biaya investasi untuk energi baru terbarukan masih relatif mahal. Program yang ke 3, merupakan program yang masih besar peluangnya untuk dapat dilaksanakan, dan untuk dapat mewujudkannya diperlukan dukungan serta motivasi/kesadaran semua pihak. B). Pentingnya Konservasi Energi Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan pemakaian energi nasional pemerintah telah mengeluarkan kebijakan konservasi energi. Sebagai kebijakan energi nasional, program konservasi energi telah cukup kuat memiliki landasan hukum ini terutama dengan telah adanya Keppres No. 43 Tahun 1991 Tentang

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-3 Konservasi Energi yang mencakup semua sektor kegiatan pengguna energi. Dalam Keppres ini disebutkan bahwa pelaksanaan konservasi energi dilaksanakan oleh para Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah/Badan yang bersangkutan sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Adapun Menteri Pertambangan dan Energi selaku Ketua Badan Koordinasi Energi Nasional (Bakoren) mengadakan koordinasi mengenai penyusunan program, pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi serta pengendalian pelaksanaan konservasi energi. Pada prinsipnya dengan mengkonservasi energi, maka penghematan energi dalam bentuk biaya dapat diperoleh. Dari sisi industri, penghematan energi akan dapat mengurangi biaya produksi, karena biaya energi merupakan salah satu komponen biaya produksi. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing perusahaan tersebut, karena dapat menghasilkan produk dengan biaya yang lebih murah. Dari hasil survei yang diadakan oleh pemerintah, potensi konservasi di industri memberikan peluang penghematan energi sekitar 10% - 30%, konservasi energi pada hakekatnya adalah suatu usaha untuk mengurangi pemborosan energi, substitusi ke bahan energi yang lebih murah, pemanfaatan panas terbuang dan kogenerasi panas dan tenaga. Konservasi energi bukan berarti bekerja tanpa menggunakan energi atau membatasi pemasokan energi, namun merupakan suatu upaya untuk mengurangi atau menghilangkan pemborosan energi di seluruh fasilitas/peralatan pengguna energi yang ada di industri, sehingga untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama diperlukan jumlah energi yang lebih sedikit, atau pada tingkat konsumsi energi yang sama dapat dihasilkan tingkat produksi yang lebih besar. C). Manfaat Konservasi energi Konservasi energi jelas memberikan berbagai manfaat, baik ditingkat nasional maupun pada tingkat perusahaan (industri). Pada tingkat nasional, manfaat tersebut dapat berupa memberikan kontribusi positif kepada upaya mengurangi kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan adanya eksploitasi alam yang berlebihan dan pencemaran udara akibat gas buang pembakaran bahan energi pada pembangkit listrik, proses produksi/proses pabrikasi, dan kendaraan (CO 2, CO, SOx, NOx dan partikel). Selain itu, peralatan yang diperlukan untuk menerapkan proyek konservasi energi yang dapat dibuat di dalam negeri, dapat mendorong perkembangan industri peralatan lokal. Dengan adanya peningkatan penggunaan peralatan lokal dan kebutuhan jasa yang berkaitan dengan efisiensi energi, maka konservasi energi dapat berperan pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan keahlian tenaga kerja lokal. Sedangkan pada tingkat pengguna energi, manfaat yang dapat diperoleh adalah perusahaan yang melakukan usaha

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-4 penghematan energi dapat menekan biaya produksi, sehingga dapat meningkatkan daya saingnya (peningkatan nilai tambah). 1.1.2 Isu Reduksi Emisi CO 2 Konsumsi energi primer terus meningkat, terutama untuk listrik, transportasi, pembangkit listrik dan industri, dampaknya emisi CO 2 -e, terutama CO 2 meningkat. Pelaksanaan kegiatan konservasi energi dan mitigasi emisi yang optimal dari master plan energi dan konservasi dapat mengurangi emisi CO 2 dari penggunaan energi secara signifikan. Berdasarkan Cetak Biru PEN (Pengembangan Energi Nasional) 2009-2025, pengurangan Potensi emisi CO 2 pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 166.330.000 ton (17,53%), dengan rincian: Transportasi: 43.880.000 ton (21,23%) Rumah Tangga: 3.830.000 ton (12,11%) Pembangkit Tenaga Listrik: 61.880.000 ton (15,34%) Industri: 54.470.000 ton (19,96%) Komersial dll: 2,26 juta ton (6,54%) Gambar 1.2. Trend Emisi CO 2 2006-2025 Reduksi emisi CO 2 di sektor industri ini juga dinyatakan dalam rencana strategis Badan Industri Penelitian dan Pengembangan Departemen Perindustrian yang harus dilakukan di 2010-2014 (RPJM) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya, Lingkungan Hidup dan Energi. Sebuah Rencana Aksi Nasional pada tahun 2009 yang dikeluarkan oleh pemerintah juga terkait dengan program dalam hal perspektif pembangunan berkelanjutan.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-5 Sektor industri merupakan salah satu sektor penyumbang/emitter CO 2 -e. Menurut Bappenas, sektor industri menyumbang sekitar 2% dari emisi CO 2 -e dari emisi GHG nasional Indonesia (BAPPENAS). Secara umum, emisi CO 2 -e dari sektor industri dapat diklasifikasikan ke dalam emisi langsung; yaitu emisi CO 2 -e yang dihasilkan dari proses produksi, dan emisi tidak langsung; yaitu emisi dari hasil pembakaran untuk menghasilkan listrik, menghasilkan uap (uap) dan dari proses pengolahan limbah. Keragaman industri, proses (pola produksi) dan teknologi yang diterapkan, serta metode pengolahan air limbah yang diterapkan, memberikan karakteristik emisi CO 2 -e yang berbeda dari satu kelompok dan kelompok industri lainnya. Oleh karena itu, dalam melakukan inventarisasi emisi CO 2 -e dari sektor industri secara akurat, diperlukan pengukuran laju emisi dan analisis yang spesifik dari faktorfaktor seperti skala, jumlah, dan distribusi. Prioritas ditujukan terhadap jenis-jenis industri yang berkontribusi signifikan terhadap emisi CO 2 -e nasional. Jenis-jenis industri yang memiliki dampak signifikan terhadap emisi GHG nasional disebut "kategori sumber utama. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap kontribusi relatif dari masing-masing sumber emisi dan gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh sektor industri nasional. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merumuskan potensi reduksi emisi CO 2 -e dan untuk keperluan mitigasi dan adaptasi guna mengembangkan strategi yang diperlukan. Dengan kemampuannya untuk dapat mengurangi emisi, konservasi energi merupakan bagian penting sebagai upaya untuk mengurangi perubahan iklim. Fasilitas konservasi energi melingkupi penggantian sumber daya (energi) yang tidak terbarukan dengan energi terbarukan. Dengan demikian konservasi energi merupakan solusi yang paling ekonomis untuk mengurangi/mengoptimalkan pemakaian energi, dan merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi trend konsumsi energi yang tengah meningkat. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) adalah lembaga nasional yang merupakan bagian dari Sistem Nasional Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor industri. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian telah menyusun strategi besar untuk mencapai tujuan utama dalam mengurangi/mereduksi emisi CO 2 dari sektor industri, yang meliputi 4 komponen sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Konservasi Energi dan ReduksiEmisi CO 2 di sektor Industri; 2. Promosi reduksi CO 2 untuk sektor industri energi intensif; 3. ESCO model implementasi di sektor industri; 4. Pelaksanaan Carbon Foot print (cetak jejak karbon) dan instrumen Intensitas konsumsi Energi di sektor industri.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-6 Kegiatan komponen ini akan dilakukan dalam 4 tahap, di mana kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proyek multi tahun yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Agar supaya kegiatan disahkan sebagai Aksi Nasional, Kementerian Perindustrian merumuskannya dalam kegiatan blue print strategi besar pemerintah. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 1.2.1 Maksud Pentingnya isu mengenai konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 telah diantisipasi oleh Pemerintah Indonesia/Goverment of Indonesia (GOI) dengan pembentukan peraturan terkait dan perumusan target yang ditetapkan untuk tujuan ini (konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 ). Untuk mendukung program konservasi energi dan reduksi emisi CO 2, Kementerian Perindustrian bermaksud untuk mengembangkan sistem yang terintegrasi yang dapat mengelola dan mengendalikan konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 di sektor industri. 1.2.2 Tujuan Melalui kegiatan ini, Kementerian Perindustrian bertujuan untuk: 1. Memperkuat kapasitas dalam pengembangan sistem terpadu untuk konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 di industri baja dan industri pulp dan kertas; 2. Meningkatkan partisipasi/peran perusahaan/industri dalam program konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 ; 3. Meningkatkan kesadaran dan keterlibatan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam program konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 dan; 4. Memperkuat kerangka kerja untuk konservasi energi dan reduksi CO 2 -e untuk industri. 1.3 OUTPUT/KELUARAN Untuk mencapai maksud dan tujuan kegiatan, output/keluaran yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1). Baseline untuk konservasi energi dan produksi emisi CO 2 di industri baja dan industri pulp and paper.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-7 2). Referensi sistem informasi yang terintegrasi untuk implementasi konservasi energi dan reduksi emisi CO 2. 3). Sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai untuk melakukan kegiatan konservasi energi dan reduksi emisi CO 2. 4). Standar operasi prosedur (SOP), penilaian kebutuhan teknologi untuk masingmasing industri untuk dapat mengimplementasikan konservasi energi dan reduksi emisi CO 2. 5). Pedoman nasional (national gudelines) dan regulasi/peraturan menteri untuk pelaksanaan konservasi energi dan reduksi emisi CO 2. 6). Lesson learned (belajar dari hasil pembelajaran) melalui implementasi no/low cost pilot project dan mempersiapkan konsep pilot project untuk kriteria medium dan high cost untuk konservasi energi dan reduksi emisi CO 2. 7). Meningkatnya kepedulian pemerintah provinsi dan kabupaten/kota mengenai isu perubahan iklim. 1.4 LINGKUP KEGIATAN Lingkup kegiatan National Management Consultant (NMC) sesuai dengan kontrak kegiatan adalah sebagai berikut: a. Lingkup Kerja: 1. Mobilisasi team yang terdiri dari Team Leader, Tenaga Ahli, Tenaga Pendukung serta meyiapkan perangkat alat ukur, kantor operasional, kendaraan operasional dan peralatan kantor dan lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. 2. Meyiapkan jadwal rinci pelaksanaan pekerjaan, kuesioner, batasan-batasan kuantitas dan kualitas pengumpulan data serta menyiapkan prosedur pelaksanaan audit energy dan audit emisi CO 2 di industry baja dan industry pulp dan kertas. 3. Melakukan kordinasi dan komunikasi terhadap Regional Consultant (RC) terkait dengan penetapan master skedul dan tim pelaksana audit energy dan emisi CO 2 di setiap Industry Obyek sesuai dengan cakupan kerja dari masing-masing RC-1, RC-2 dan RC-3. 4. Melakukan monitoring, verifikasi dan evaluasi terhadap pelaksanaan audit energy dan audit emisi CO 2 di setiap Industry Obyek yang dilakukan oleh masing-masing RC sesuai dengan cakupan kerja RC-1, RC-2 dan RC-3 yang

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-8 ditetapkan oleh National Project Development (NPD) ICCTF-Kementerian Perindustrian. 5. Melakukan review dan evaluasi terhadap setiap Laporan Kemajuan Pelaksanaan audit energy dan audit emisi yang dilakukan oleh masingmasing RC dan memberikan kesimpulan dan rekomendasi kepada NPD ICCTF Kementerian Perindustrian terkait pemenuhan kuantitas dan kualitas laporan sesuai ketentuan yang ditetapkan. 6. Melakukan serangkaian pelatihan di tingkat nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas (capacity building) industry dan elemen pendukung lainnya dalam teknis audit energy dan emisi CO 2, technology need assessment (TNA) dan sistem manajemen dan informasi energy. 7. Meyiapkan dan menyusun baseline konsumsi energy, intensitas energy, emisi CO 2 dan parameter-parameter lainnya terkait dengan konservasi energy di industry baja dan industry pulp dan kertas. 8. Melakukan evaluasi dan validasi Laporan Pre-Feasibility Study di setiap Industry Obyek yang disampaikan oleh RC-1, RC-2 dan RC-3 dan memberikan kesimpulan dan rekomendasi kepada NPD ICCTF Kementerian Perindustrian terkait pemenuhan kuantitas dan kualitas Laporan Pre Feasibility Study sesuai ketentuan yang ditetapkan. 9. Melakukan supervisi dan validasi Implementasi Peluang Konservasi Energi No/Low Cost di setiap Industry Obyek yang dilakukan oleh RC-1, RC-2 dan RC-3 dan memberikan kesimpulan dan rekomendasi kepada NPD ICCTF Kementerian Perindustrian terkait pemenuhan kuantitas dan kualitas implementasi konservasi energy sesuai ketentuan yang ditetapkan. 10. Meyiapkan Laporan Investment Grade Audit (IGA) terhadap peluang konservasi energy dan penurunan emisi CO 2 kategori medium cost atau high cost di setiap Industry Obyek berdasarkan hasil audit yang dilakukan oleh masing-masing RC. 11. Menyiapkan dan membangun Energy and CO 2 Emission Management Information System (EEMIS) berbasis WEB untuk memfasilitasi distribusi informasi kepada para pemangku kepentingan mencakup kegiatan pembangunan system dan perangkat lunak (software), penyediaan perangkat keras (hardware), instalasi system, inputing data energy dan emisi CO 2 histori dari masing-masing industry obyek, start-up & supervision, manual operasi dan perawatan system. 12. Penyusunan konsep roadmap konservasi energy dan reduksi emisi CO 2 bagi industry baja dan industry pulp dan kertas.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-9 13. Menyiapkan dan menyusun panduan yang diharapkan dapat dipergunakan untuk penyusunan Peraturan Menteri untuk Konservasi Energi dan Reduksi Emisi CO 2 -e di industry baja dan industry pulp dan kertas. b. Objek/Target Target industri terdiri dari 35 perusahaan industri baja dan 15 perusahaan industri pulp dan kertas. Jumlah objek industri sebagai berikut: Tabel 1.1. Daftar jumlah obyek industri dan wilayah kegiatan Region Area Jumlah Industri Industri Baja* Pulp and Paper I Jakarta 3 - Banten 4 1 West Java (Jawa Barat) 5 4 II East Java (Jawa Timur) 12 4 Central Java (Jawa 4 1 Tengah) III Sumatera 7 5 Total 35 15 Kategori industri baja meliputi; foundry, tin plate steel, steel fabrication, forging, heat treatment, rolling mill industries yang memiliki skala produksi besar dan relatif memproduksi emisi besar. 1.5 TEKNIS PELAKSANAAN Pendekatan teknis yang dilakukan akan terfokus pada tujuan dan output yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan keselaranan pelaksanaan antara NPD dan ketiga Regional Concultant (RC1, RC2 dan RC3). Dari pemahaman terhadap tujuan dan output kegiatan ini, terdapat beberapa hal penting yang harus dicapai oleh kementerian perindustrian, antara lain: (1) Mempunyai data dasar yang dapat diandalkan untuk memungkinkan pengembangan perencanaan strategis untuk konservasi energi dan pengurangan emisi CO 2 di sektor industri, (2) Memiliki sistem informasi untuk menjamin arus informasi yang tepat untuk semua pemangku kepentingan, (3) Memiliki roadmap dan pedoman teknis program konservasi energi dan penurunan emisi CO 2 untuk setiap industri,

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-10 (4) Memiliki sistem untuk memperkuat partisipasi industri dalam melakukan pemantauan yang efektif terhadap konsumsi energi dan produksi emisi CO 2, (5) Mengembangkan peraturan untuk memastikan pelaksanaan yang berkelanjutan dari sistem yang terintegrasi, dan (6) Mendorong keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung pelaksanaan proyek dan mitigasi perubahan iklim melalui komunitas diskusi perubahan iklim di sektor industri. Melalui pencapaian komponen-komponen tersebut kegiatan ini menjadi starting siklus berkelanjutan kegiatan Konservasi Energi di Sektor Industri. Fokus pendekatan teknis yang dilakukan adalah: 1. Pembangunan Persepsi Prep ICCTF (Tahap 1) hanya dapat memberikan hasil yang sukses jika semua pihak yang terlibat, lembaga, kelompok, dan individu memahami, menerima dan mendukung konsep umum yang dapat masuk ke dalam suatu proses pembelajaran dan peningkatan berikutnya kendala yang berlaku. Oleh karena itu, konsultan melakukan pembangunan persepsi terkait program KE dan RE yang komprehensif terhadap setiap stakeholder terkait dalam kegiatan ini. 2. Partisipatif Pemetaan Ide Proses ini sangat mendasar dalam membangun persepsi dengan mempelajari kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan lain dan selanjutnya berada dalam posisi untuk menyiapkan peta jalan konservasi energi dan pengurangan emisi di sektor industri (difokuskan pada industri baja dan pulp dan kertas) dengan merancang dan mengalokasikan sumber daya yang cocok dan tugastugas untuk memenuhi dan saling menyuarakan tuntutan yang dapat diterima (diskusi kelompok pembinaan, informal dan formal, lokakarya, seminar). 3. Pembangunan Kesadaran dan Sikap Kritis Pendekatan partisipatif Prep ICCTF (Tahap 1) merupakan prasyarat untuk mempercepat pembangunan dan pengembangan suatu kesadaran kritis bahwa proses Prep ICCTF (Tahap 1) menuju perubahan yang lebih dalam dari sektor industri dalam jangka panjang. Instrumen dasar untuk mendukung proses ini adalah peran proyek mendorong industri untuk sadar bahwa dengan pelaksanaan konservasi energi dan mitigasi emisi secara konsisten dan berkesinambungan dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing industri.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-11 4. Transfer Informasi dan Pengetahuan Transfer informasi dan pengetahuan secara konstan merupakan langkah penting untuk mencapai sasaran dan target kegiatan. Transfer informasi dan pengetahuan dilakukan melalui personil proyek, pertemuan diseminasi dan workshop tentang konservasi energi (KE) dan reduksi emisi (RE) di sektor industri baja dan Industri Pulp & Kertas dan pembangunan Sistem Manajemen Informasi Energi dan Emisi secara offline dan online keseluruh stakeholder dengan diatur sesuai level dan kebutuhan. 5. Pembangunan Struktur Konservasi Energi dan Mitigasi Emisi di Sektor Industri Pembangunan struktur pendukung adalah konsekuensi kewajiban dari pembangunan persepsi. Prep ICCTF (Tahap 1) adalah intervensi eksternal besar ke dalam struktur yang ada, peran, tanggung jawab, dan wewenang pemerintah pusat dan daerah. Intervensi ini hanya dapat dibenarkan, jika struktur pendukung alternatif muncul dan menjelma sebagai dampak langsung atau tidak langsung dari intervensi proyek. Oleh karena itu, pembangunan struktur yang kuat khususnya pada sektor industri merupakan pendekatan teknis yang dilakukan untuk akselerasi program KE dan RE yang berkelanjutan. Untuk mencapai sasaran dan target tersebut, metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Studi Literatur Dengan meninjau Peraturan Pemerintah terkait, Standar Internasional Sistem Manajemen Energi Konservasi Energi dan Pedoman Internasional tentang Pengukuran dan Inventarisasi Emisi 2. Studi meja Dengan menganalisis semua data dan informasi masuk dibandingkan dengan studi literatur 3. Audit Energi (Perhitungan) Dengan melakukan Kunjungi Kerja dan Pengukuran Lapangan. Kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab RC di bawah pengawasan NMC 4. Emisi Audit (Perhitungan) Dengan melakukan Kunjungi Kerja dan Pengukuran Lapangan. Kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab RC di bawah pengawasan NMC.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 1-12 5. Kompilasi data NMC akan bertanggung jawab dalam penyusunan baseline energi dan emisi dari industri sasaran, termasuk mempersiapkan Investment Grade Audit dari setiap industri sasaran. Secara paralel, data yang dikumpulkan dari industri akan disiapkan tersedia dalam suatu sistem data base Energi dan Emisi Sistem Informasi Manajemen. 6. Pelatihan Industri Membentuk Tim Aksi Energi dalam setiap industri yang dipilih dengan mengatur pengembangan kapasitas (pelatihan) dalam: 1. Pelatihan Dasar untuk Auditor Energi 2. Pelatihan Dasar untuk Penilaian Kebutuhan Teknologi (TNA) 3. Pelatihan Dasar untuk Auditor Karbon 4. Pelatihan Dasar untuk Pengembangan Feasibility Study (FS) 5. Pelatihan Dasar untuk Sistem Manajemen Energi 6. Pelatihan Konservasi Energi dan Manajemen 7. Training of Trainer (ToT) Sistem Manajemen Energi 8. Pelatihan Manajemen Data untuk Sistem Informasi Manajemen Energi dan Emisi 7. Seminar dan Workshop Workshop yang menyajikan hasil laporan audit energi dan emisi yang diselenggarakan dengan mengundang semua pemangku kepentingan.