PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA POKOK BAHASAN INTERFERENSI CAHAYA BERBASIS DISCOVERY-INQUIRY UNTUK SISWA KELAS XII IPA MAN 3 MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS METAKOGNISI SEBAGAI PENUNJANG PEMAHAMAN KONSEP DAN PENALARAN SISWA SMA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayati Dwiguna, 2013

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MASALAH MATERI PEMANASAN GLOBAL UNTUK SMA KELAS XI

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Dewi Fitria Cholida, Muntholib, & Aman Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas X

BAB III METODE PENGEMBANGAN. experiential learning ini termasuk ke dalam jenis penelitian Research and

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBANTUAN KOMPUTER (CAI) FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING FISIKA SISWA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ayu Surya Agustin, Supriyono Koes H., dan Purbo Suwasono Universitas Negeri Malang

Eka Puji Astutik Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

Siti Nurlailiyah 1, H. Winarto 2, Sugiyanto 3

PENGEMBANGAN PAKET PEMBELAJARAN MEKANIKA FLUIDA BERBASIS INQUIRY TRAINING UNTUK MENUMBUHKAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

PENGEMBANGAN MODEL FASILITASI KEGIATAN SISWA MENANYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III.METODE PENGEMBANGAN. A. Metode Pengembangan dan Subjek Pengembangan. Metode pengembangan yang digunakan pada pengembangan ini adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS XII SEMESTER 1 BERBASIS LEARNING CYCLE 5 FASE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

Kata kunci : Modu Fislika, Model POE, Motivasi Belajar.

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA DILENGKAPI PROYEK PADA POKOK BAHASAN OPTIKA GEOMETRI UNTUK PESERTA DIDIK SMA/MA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Muhammad Amil Busthon Universitas Negeri Malang Kata kunci: simulasi, sketchup, fisika zat padat, model tiga dimensi

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

I. PENDAHULUAN. Saat ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Neneng Anisah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 BERBASIS GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS READING COMPREHENSION

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

Kata Kunci: instrumen penilaian, benar-salah, kemampuan berpikir tingkat tinggi, dinamika rotasi, kesetimbangan tegar

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Oleh RAHMAH NIM Telah diperiksa dan telah disetujui

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

Stimulus Proses Respon

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MANDIRI BERBASIS MULTIMEDIA POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN A. MODEL PENGEMBANGAN Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan inovasi pembelajaran yang menggunakan metode

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

Transkripsi:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA POKOK BAHASAN INTERFERENSI CAHAYA BERBASIS DISCOVERY-INQUIRY UNTUK SISWA KELAS XII IPA MAN 3 MALANG Ely Rismawati 1, Endang Purwaningsih 2, Dwi Haryoto. 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang e-mail: ely_risma@yahoo.com ABSTRAK : Upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, dapat digunakan bahan ajar yang menekankan pada keterampilan proses. Peneliti mencoba membuat bahan ajar dengan menggunakan pembelajaran discoveryinquiri yang mana pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran yang menekankan pada penyelidikan (keterampilan proses) yang dilakukan oleh siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan Bahan Ajar Fisika dan Panduan Pembelajarannya pada pokok bahasan Interferensi Cahaya di MAN 3 Malang. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan lima langkah awal metode Borg dan Gall, yaitu Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2009:169). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelayakan isi, kelayakan bahasa dan penyajian isi bahan ajar siswa dan panduan pembelajaran guru (bahan ajar guru) berbasis discovery-inquiry dikategorikan layak. Kata kunci: Bahan Ajar Fisika, Interferensi Cahaya, dan Discovery-Inquiry Pembelajaran IPA dalam hal ini Fisika yang dikehendaki KTSP adalah pembelajaran yang tidak mengabaikan hakikat IPA, yang mencakup proses ilmiah, sikap ilmiah dan produk ilmiah. Siswa dituntut untuk dapat memahami pengetahuan dasar dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar fisika dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pengetahuan yang telah dipelajari siswa bermakna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Bahan ajar sangat penting untuk meningkatkan pemahaman pengetahuan dasar dan mengaplikasi konsep-konsep dasar fisika dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan ajar yang berkaitan dengan aplikasi konsep-konsep dasar fisika dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti melakukan studi pendahuluan di MAN 3 Malang, untuk mengetahui proses pembelajaran fisika beserta bahan ajar yang digunakan. Hasil 1 Alumni UM 2013 2 Dosen Fisika UM 3 Dosen Fisika UM 1

studi pendahuluannya adalah pembelajaran fisika sudah berpusat pada siswa. Tetapi, mata pelajaran fisika di anggap sebagai mata pelajaran yang tersulit. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru yang bersangkutan menyatakan bahwa pada pokok bahasan interferensi cahaya, siswa tidak dilakukan eksperimen sehingga siswa hanya mengerti tentang rumus-rumusnya saja. Pemahaman siswa mengenai konsep-konsep masih kurang. Bahan ajarnya juga sulit dipahami oleh siswa. Bahan ajarnya hanya menekankan pada rumus-rumusnya saja. penerapan konsep dalam bahan ajar masih kurang. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa adalah bahan ajar kurang menarik, siswa merasa cepat bosan dalam mempelajarinya. Konsep yang dijelaskan pada bahan ajar juga masih kurang. Upaya untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa, dapat digunakan bahan ajar yang menekankan pada keterampilan proses. Peneliti mencoba membuat bahan ajar dengan menggunakan pembelajaran discovery-inquiri yang mana pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran yang menekankan pada penyelidikan (keterampilan proses) yang dilakukan oleh siswa. Berdasarkan uraian dan fakta di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Fisika Pada Pokok Bahasan Interferensi Cahaya Beserta Panduan Pembelajarannya Berbasis Discovery- Inquiry Untuk Siswa Kelas XII IPA MAN 3 MALANG. Teori Belajar Fisika Teori belajar yang mendasari belajar fisika adalah teori belajar kognitif, salah satunya menurut ahli psikologis kognitif yaitu Jean Piaget (Sudjana, 2009). Teori Piaget menjelaskan bahwa seorang anak menjadi tahu dan memahami lingkungannya melalui jalan berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Sehingga proses belajar ditekankan pada perkembangan berfikir. Teori Bruner (Mundilarto, 2011) memandang manusia sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi. Sebagaimana Piaget dalam pendidikan, Bruner juga menyarankan pendekatan child centered approach yang dihubungakan dengan belajar penemuan (discovery learning). Teori Ausubel (Mundilarto, 2011) misalnya menekankan pada belajar bermakna. Pada belajar bermakna siswa dapat mengasimilasi pada belajar bermakna secara penerimaan, materi pelajaran disajikan dalam bentuk final, 2

sedangkan pada belajar bermakna secara penemuan, siswa diharapkan dapat menemukan sendiri informasi konsep atau dari materi pelajaran yang disampaikan. Menurut pandangan teori kognitif Gestalt (Haryono, 2009) manusia sebagai sumber dari semua kegiatan dan dia bebas membuat pilihan dalam setiap situasi. Implikasi teori Gestalt pada pengembangan pendekatan pembelajaran Fisika di kelas adalah lebih menekankan pada aspek pemahaman, kemampuan berpikir, dan aktivitas siswa. Teori Konstruktivistik (Haryono, 2009) memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar secara aktif mengkonstruksi atau membangun gagasangagasan atau konsep-konsep baru didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu. Dengan kata lain, belajar melibatkan konstruksi pengetahuan seseorang dari pengalamannya sendiri oleh dirinya sendiri. Berdasarkan teori-teori tersebut, penulis menggunakan model pembelajaran discovery-inquiry yang mana model ini menekankan pada kegiatan penemuan/penyelidikan. Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud disini bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar dalam pengajaran fisika adalah bahan-bahan atau materi yang pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan oleh guru dan peserta didik. (Depdiknas, 2009:12). Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan sistematis, menjelaskan instruksional yang akan dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar memahami konsep dasar fisika dengan benar, serta mengantisipasi kesukaran belajar siswa dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi siswa untuk mempelajari bahan tersebut. Bahan ajar disusun dengan tujuan: (1) Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik; (2) membantu peserta didik dalam memperoleh 3

alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh; (3) memudahkan guru dalam melaksanakana pembelajaran. Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Discovery-inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Dalam proses pembelajaran sains khususnya fisika sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang fenomena alam, model pembelajaran discovery-inquiry di rasa cocok untuk implementasikan dalam kelas. Hal ini di kemukakan oleh Amien (Suryosubroto, 2009) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan model discovery-inquiry, esensi IPA sebagai alat penemuan pengetahuan dengan cara observasi, eksperimen dan pemecahan masalah dapat tercapai. Tahap tahap model pembelajaran discovery-inquiry menurut (Makmun, 2003:232-233) tahaptahap model pembelajaran discovery-inquiry adalah sebagai berikut. Tahap keterangan Stimulus (Stimulation) - Guru mulai bertanya - Siswa membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan (menyimak, memperhatikan dan atau menjawab pertanyaan guru mengenai gejala/fenomena yang berkaitan dengan materi yang dipelajari). Perumusan Masalah - Siswa mengidentifikasi masalah yang muncul (Problem Statement) - Siswa menjawab pertanyaan arahan dari guru untuk merumuskan masalah. - Siswa membuat hipotesis sebagai jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan Pengumpulan data (data collection) Analisis data (data processing) oleh siswa. - Siswa berkesempatan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi yang relevan dan jelas (telaah literatur, melakukan percobaan, melakukan observasi). - Siswa mendiskusikan dan mengolah data-dat hasil eksperimen dalam kelompoknya. - Siswa mempresentasikan hasil kegiatan eksperimennya di depan kelas (untuk kelompok yang terpilih untuk presentasi. - Siswa lain menyimak, mengajukan pertanyaan, dan atau memberikan tambahan mengenai isi presentasi kelompok lain. Verifikasi (verification) - Guru mengarahkan siswa untuk mengecek/memeriksa hipotesi yang di buat siswa di awal kegiatan apakah hipotesis siswa terbukti atau tidak. Generalisasi (generalization) - Guru mengarahkan siswa untuk belajar menarik generalisasi atau kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang telah dilakukan. 4

Pokok Bahasan Interferensi Cahaya Materi interferensi cahaya di SMA, jarang diadakan kegiatan eksperimen. Oleh karena itu, perlu adanya bahan ajar untuk menunjang proses pembelajaran. Karakteristik dari bahan ajar ini terkait dengan materi adalah sebagai berikut. Pada lapisan tipis, ada percobaan sederhana kemudian di jelaskan tentang proses terbentuknya interferensi cahaya, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Aplikasi konsep dalam bidang teknologi, juga ada dalam bahan ajar. Pada cincin newton, di jelaskan tentang proses terbentuknya interferensi cahaya pada cincin newton secara detail dan mudah dipahami, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Aplikasi konsep dalam bidang teknologi, juga ada dalam bahan ajar. Pada celah ganda, ada percobaan sederhana agar mudah di pahami oleh siswa. Deskripsi mengenai proses terjadinya interferensi celah ganda yang menarik dan mudah di pahami oleh siswa. Di sertai dengan rumus-rumusnya juga. Pada difraksi celah tunggal, dijelaskan proses terjadinya difraksi celah tunggal. Rumus-rumusnya juga dijelaskan secara detail. Pada difraksi alat optik, dijelaskan dijelaskan proses terjadinya difraksi celah tunggal. Rumus-rumusnya juga dijelaskan secara detail. Pada kisi difraksi, dijelaskan proses terjadinya kisi difraksi serta penurunan rumusnya. Ada percobaan sederhana agar mudah di pahami oleh siswa. Di akhir pembahasan subbab, terdapat aplikasi dalam bidang teknologi untuk memperluas wawasan siswa, disertai gambar-gambar yang menarik. METODE Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang menggunakan lima langkah awal metode Borg dan Gall, yaitu Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2009:169), idealnya ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian pengembangan. Tetapi karena keterbatasan waktu dan biaya, maka dilakukan lima langkah awal saja, yaitu studi pendahuluan, pengembangan draft produk, uji lapangan awal, uji coba, dan revisi produk utama. 5

Kelayakan diukur dengan menggunakan uji itas oleh tim ahli materi (dosen Fisika) dan pengguna bahan ajar (guru Fisika MAN 3 Malang). Selain itu, terkait dengan keterbacaan bahan ajar maka dilakukan uji keterbacaan oleh sembilan siswa MAN 3 Malang yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah dengan mengisi angket dan membaca bahan ajar. Berikut langkah-langkah penelitian dan pengembangan. Gambar 1 Bagan Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Studi Pendahuluan Pengembangan Studi Pustaka Penyusunan draft produk Uji Coba Terbatas Survei Lapangan HASIL PENGEMBANGAN Data hasil kelayakan dari bahan ajar yang dikembangkan diperoleh dari instrumen yang diberikan kepada 4 ator. Dalam instrumen penilaian, aspek yang dinilai memiliki beberapa kriteria sehingga untuk mengetahui nilai tiap aspek/bagian dari bahan ajar, nilai total aspek di bagi skor maksimal seluruh aspek dikalikan 100%. Contoh aspek halaman muka yang memiliki 5 kriteria yaitu, penggunaan bahasa yang mudah dipahami, penggunaan gambar sesuai dengan tema/pokok bahasan, kemenarikan gambar dan warna, kemenarikan bentuk huruf serta penampilan halaman muka. Pada ator 1, nilai total untuk aspek halaman muka adalah 18. Jadi, nilai aspek halaman muka oleh ator 1 adalah (18/5) x 100% = 90%. Hasil yang diperoleh dari tiap ator di jumlah kemudian di bagi dengan 4 (jumlah ator). Berikut ini disajikan hasil uji coba. 6

Tabel 2. Penilain Aspek Kelayakan Isi dan penyajian isi bahan ajar fisika untuk siswa oleh Dosen Fisika dan Guru Fisika Kelas XII IPA MAN 3 Malang No. Komponen Validator (%) Rata-rata Kriteria V1 V2 V3 V4 (%) 1. Halaman muka 90,00 80,00 70,00 75,00 78,75 Sangat 2. Kata Pengantar 75,00 100,00 75,00 75,00 81,25 Sangat 3. Daftar Isi 75,00 75,00 100,00 62,50 78,12 Sangat 4. PetaKonsep 75,00 87,50 62,50 87,50 78,12 Sangat 5. Indikator Hasil 87,50 100,00 81,25 75,00 85,62 Sangat Belajar 6. Kelayakan isi 90,00 92,25 84,50 80,75 86,87 Sangat 7. Penyajian isi 95,75 91,75 75,00 75,00 84,37 Sangat 8. Lembar kegiatan 80,00 85,00 65,00 70,00 75,00 Cukup siswa 9. Rangkuman 100,00 100,00 75,00 87,50 90,62 Sangat 10. Ilustrasi/gambar 75,00 87,50 75,00 75,00 78,12 Sangat 11. Soal evaluasi 83,50 83,50 75,00 66,75 77,18 Sangat 12. Kunci jawaban 100,00 100,00 75,00 75,00 87,50 Sangat 13. Glosarium/indeks 100,00 100,00 75,00 100,00 93,75 Sangat 14. Daftar pustaka 75,00 75,00 75,00 75,00 75,00 Cukup Tabel 3. Penilaian Aspek Kelayakan Isi dan penyajian isi bahan ajar fisika untuk guru oleh Dosen Fisika dan Guru Fisika Kelas XII IPA MAN 3 Malang No. Komponen Validator (%) Rata-rata Kriteria V1 V2 V3 V4 (%) 1. Halaman muka 75,00 100,00 75,00 75,00 81,25 Sangat 2. Daftar Isi 87,50 87,50 87,50 75,00 84,37 Sangat 3. RPP 90,25 86,50 78,75 86,50 85,50 Sangat 4. Kunci Jawaban 100,00 100,00 75,00 91,75 91,68 Sangat 5. Penilaian 83,50 91,75 83,50 83,50 85,56 Sangat 6. Kelayakan isi 100,00 100,00 75,00 75,00 87,50 Sangat 7. Kelayakan bahasa 87,50 87,50 100,00 75,00 87,50 Sangat Keterangan Tabel 4.1 dan 4.2 : V1 = Validator ke-1 V2 = Validator ke-2 V3 = Validator ke-3 V4 = Validator ke-4 7

Tabel 4. Penilain uji keterbacaan bahan ajar fisika untuk siswa oleh siswa Kelas XII IPA Akselerasi MAN 3 Malang No. Komponen Validator (%) Ratarata Kriteria S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 (%) 1. Halaman muka 83,30 50,00 50,00 91,70 58,30 66,70 75,00 75,00 58,30 67,60 Cukup 2. Kata Pengantar 100,00 75,00 100,00 100,00 75, 00 100,00 100,00 75,00 75,00 88,90 Sangat 3. Daftar Isi/gambar 100,00 75,00 100,00 100,00 75,00 100,00 100,00 75,00 75,00 88,90 Sangat 4. PetaKon- 75,00 75,00 75,00 100,00 91,70 66,70 66,70 58,30 75,00 75,90 Sangat sep 5. Indikator Hasil Belajar 6. Interferensi Cahaya 7. Lembar kegiatan siswa 75,00 75,00 100,00 100,00 100,00 75,00 100,00 75,00 100,00 88,90 Sangat 75,00 62,50 77,50 95,00 70,00 70,00 70,00 67,50 75,00 73,60 Cukup 100,00 75,00 100,00 87,50 87,50 75,00 75,00 75,00 87,50 84,70 Sangat 8. Rangkuman 87,50 75,00 100,00 100,00 87,50 75,00 87,50 75,00 75,00 84,70 Sangat 9. Ilustrasi/ gambar 100,00 75,00 75,00 100,00 87,50 87,50 62,50 75,00 100,00 84,70 Sangat 10. Soal evaluasi 100,00 75,00 100,00 100,00 87,50 62,50 75,00 75,00 100,00 86,10 Sangat 11. Glosarium 75,00 75,00 100,00 100,00 75,00 100,00 75,00 75,00 100,00 86,10 Sangat Keterangan: S1 = siswa ke-1. S2 = siswa ke-2. S3 = siswa ke-3. S4 = siswa ke-4. S5 = siswa ke-5. S6 = siswa ke-6. S7 = siswa ke-7. S8 = siswa ke-8. S9 = siswa ke-9. PEMBAHASAN Dari data pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4, kelayakan isi, kelayakan bahasa dan penyajian isi dikategorikan layak yang ditunjukkan dengan persentase menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan sangat dan cukup. Dengan kata lain tidak mengalami revisi, dan ada revisi kecil. Revisi bahan ajar juga berdasarkan atas tanggapan, kritik atau saran dari ator. Bahan ajar yang dikembangkan direvisi agar bahan ajar yang dikembangkan menjadi lebih baik. 8

KAJIAN Bahan ajar fisika dengan pokok bahasan interferensi cahaya yang dikembangkan memiliki beberapa karakteristik yaitu: a. Disajikan dengan pokok bahasan interfernsi cahaya yang merupakan materi yang lingkupnya sangat dekat dengan lingkungan siswa, b. Bahan ajar fisika dengan pokok bahasan interferensi cahaya yang dikembangkan berdasarkan discovery-inquiry sehingga lebih bermakna karena siswa akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan peristiwa yang ada disekitar mereka serta siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, c. Bahan ajar fisika dengan pokok bahasan interferensi cahaya yang dikembangkan berdasarkan discovery-inquiry juga dilengkapi kegiatan siswa dengan tujuan memberikiann kesempatan pada siswa agar aktif bekerja dengan baik secara mandiri maupun kelompok untuk melakukan percobaan, melakukan pengamatan, mengumpulkan data, dan mengolah data, d. Soal-soal uji kompetensi merupakan soal fisika yang sering keluar pada ujian nasional khususnya pokok bahasan interferensi cahaya, e. Disertai dengan implementasi konsep ( tahukah kamu???). SARAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti memiliki saran kepada: 1. Bagi guru Hasil pengembangan produk dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk meningkatkan keterampilan proses siswa dan meningkatkan prestasi siswa. 2. Bagi siswa Hasil pengembangan produk ini dapat digunakan siswa untuk sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran tetapi perlu dikaji dan diuji coba lebih lanjut hingga siap digunakan. 3. Bagi lembaga pendidikan Apabila lembaga pendidikan ingin menerbitkan atau mempublikasikan produk ini, maka bahan ajar perlu dieksperimenkan ke beberapa sekolah. 9

4. Bagi peneliti lain Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang lainnya. Selain itu, produk ini juga dapat dikembangkan lagi menjadi lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Anonim. Belajar dan Pembelajaran. (Online), ( http://repository.upi.com ) di akses tanggal 10 September 2012. Anonim. Model pembelajaran discovery-inquiry. (Online), (http://repository.upi.com) diakses tanggal 17 februari 2013. Akbar, Sa dun. 2010. Kurikulum dan Pengembangan Modul Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Yogyakarta: Cipta Media. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Benny, A. 2010. Pendekatan Konstruktivistik dan Pengembangan Bahan Ajar Pada Sistem Pendidikan Jarak Jauh, 11 (2). (Online), (http://ut.ac.id) diakses tanggal 15 September 2012. Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2009. Pedoman Penyusunan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Indah, Indrika. 2012. Penerapan model pembelajaran discovery-inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP pada ranah kognitif (Online). (http://repository.upi.com) diakses tanggal 17 februari 2013. Haryono, 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains, 7 (1). (Online), (http://unnes.ac.id) diakses tanggal 1 Mei 2013. Haryanto, 2009. Teori yang Melandasi Model Pembelajaran Konstruktivistik. (Online), (http://staff.uny.ac.id ) diakses tanggal 19 Mei 2013. Makmun, A.S. 2007. Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT. Rosda Karya Remaja. Mulyono, Yatin. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific Skill Teknologi Fermentasi Berbasis 10

Masalah Lingkungan, 41 (1). (Online), (http://lppm.ut.ac.id) diakses tanggal 1 Mei 2013. Mundilarto. 2011. Kapita Selekta Fisika Sekolah. (Online). (http://uny.ac.id) diakses tanggal 1 Mei 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2009. Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya Remaja. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Wiryokusumo, Iskandar. 2009. Behaviorisme, Kognitivisme, dan Konstruktivisme: Teori Belajar dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran, 7 (2). (Online), (http://ejournal.unirow.ac.id/ojs/files/journals/2/articles/4/public/7.html) diakses 19 mei 2013. Yuliati, Lia. 2010. Model-model Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang. 11